Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI II

“ANASTESI”

Dosen Pengampu :
Dedent Eka Bimmahariyanto.S, S.Farm., M.Si, Apt

Disusun Oleh :
YOLANDA HIDAYANA
NIM : 1608060020

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya atas segala berkah dan kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah saya yang berjudul “Anastesi” Mata kuliah Farmakologi dan
Toksikologi II” dengan tepat waktu.
Saya menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan
dan penyajian materi pada makalah yang sangat sederhana ini. Untuk itu saya
menerima saran dan kritik dari bapak dosen. Tiada hal yang saya harapkan selain
makalah ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Mataram,22 Oktober 2019

penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------- 1
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ 2
BAB 1 PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------- 3
A. Latar Belakang -------------------------------------------------------------------- 3
B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------- 4
C. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------ 4

BAB 11 PEMBAHASAN---------------------------------------------------------------- 5
A. Pengertian Anastesi --------------------------------------------------------------- 5
B. Sedasi ------------------------------------------------------------------------------ 6
C. Relaksasi --------------------------------------------------------------------------- 6
D. Analgesia -------------------------------------------------------------------------- 7

BAB III PENUTUP ---------------------------------------------------------------------- 9


A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------ 9
B. Saran -------------------------------------------------------------------------------- 9

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------10

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi telah diberikan pada lebih dari 75 juta pasien operasi di dunia setiap
tahun (Apfel et al., 2004). Anestesi umum merupakan keadaan tidak terdapatnya
sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesadaran yang reversibel (Neal,
2006). Anestesi dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase induksi, pemeliharaan
dan sadar kembali dari anestesi (Mycek, 2001).Suatu anestesi yang ideal dapat
menimbulkan anestesi dengan tenang dan cepat serta memungkinkan pemulihan
segera setelah penanganan selesai. Obat tersebut juga harus punya batasan
keamanan yang luas dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan (Katzung,
2002).
Anestesi umum yang poten diberikan secara inhalasi atau suntikan intravena
(Mycek, 2001). Awitan dan durasi merupakan efek farmakokinetik yang paling
penting pada anestetik intravena ketika digunakan sebagai induksi anestesi.
Anestesi intravena dapat menghasilkan berbagai manfaat dan efek samping
(seperti depresi atau stimulasi kardiovaskular, nyeri pada sisi injeksi, mual dan
muntah, depresi atau stimulasi pernafasan, eksitasi atau perlindungan central
nervous system, supresi adenocorticoid). Pemilihan anestesi intravena sebaiknya
berdasarkan karakteristik pasien dan kondisi yang berhubungan dengan operasi
dan biaya (Koda-Kimble, 2009).
Anestesi yang digunakan di RS PKU Muhammadiyah adalah anestesi intravena
dan anestesi inhalasi. Penggunaan propofol sebagai induksi anestesi intravena
cukup banyak digunakan dan ketika induksi anestesi pasien mendapat
premedikasi yang bervariasi. Selama prosedur pembedahan pasien bedah
mendapat anestesi inhalasi yang bervariasi sebagai anestesi pemeliharaan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai kesesesuaian dosis pemberian induksi anestesi, perbandingan efektivitas
dan kejadian efek samping serta mengetahui efektivitas dari anestesi
pemeliharaan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Anastesi ?
2. Apa tanda-tanda Anastesi secara umum ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Anastesi.
2. Untuk mengetahui tanda-tanda Anastesi secara umum.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anastesi
Anestesi atau disebut dengan keadaan tidak peka terhadap rasa sakit, sangat
berguna untuk melakukan suatu tindak pembedahan karena agar hewan tidak
menderita dan demi efisiensi kerja, karena hewan menjadi diam sehingga suatu
tindak pembedahan dapat dikerjakan dengan lancar dan aman. Anestesi berasal
dari bahasa Yunani yaitu “An” yang berarti tidak dan “Aesthesis” yang berarti
rasa atau sensasi. Sehingga anestesia berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau
sensasi tanpa atau disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan
tanpa rasa tetapi bersifat sementara dan akan kembali kepada keadaan semula,
karena hanya merupakan penekanan kepada fungsi atau aktivitas jaringan syaraf
baik lokal maupun umum (Sudisma dkk, 2006). Dalam Anestesiologi dikenal
Trias Anestesi “The Triad of Anesthesia” yaitu sedasi (kehilangan kesadaran),
Analgesia (mengurangi rasa sakit), dan Relaksasi otot (Kurnia dkk., 2010).
Secara umum anestesi berarti kehilangan perasaan atau sensasi. Tujuan
penggunaan anestesi pada dasarnya adalah untuk membuat agar hewan tidak
merasakan rasa sakit atau tidak sanggup bergerak. Anelgesia yang memadai
(analgesia) adalah sebuah syarat mutlak untuk teknik pembedahan dalam
menyelesaikan tujuan dilakukan pembedahan (Sudisma, 2006). Anestesi terdiri
dari:
1. Anestesi terbatas, yaitu yang disebabkan oleh anestetika yang daya
pengaruhnya slektif, menyebabkan paralisa sementara pada saraf-saraf
sensoris dan ujung-ujung saraf, tergantung cara melakukananestesi ini
menurut luas daerah anestesi yang dicapai ada yang disebut lokal dan
anestei regional.
2. Anestesi umum, yaitu anetesi yang ditimbulkan oleh anestetika yang
mendepres hingga menyebabkan paralisa sementara pada susunan saraf
pusat dan akan menghasilkan hilangnya kesadaran dan refleks otot
disamping hilangnya perasaan sakit seluruh tubuh. Sebelum anestesi

6
umum dilakukan, biasanya diberi preanestesi atau premedikasi, yaitu suatu
subtansi yang teridiri dari sedativa atau tranquliser sebagai penenang dan
subtansi anti kholinergik yang berguna untuk menekan produksi air liur
agar hewan tidak mengalami gangguan bernafas selama pembiusan.
Anestesi umumnya digunakan untuk pereda rasa nyeri dalam dunia
kedokteran terutama dalam Ilmu bedah. Anestesi umumnya diklasifikasikan
berdasarkan rute penggunaannya, yaitu:
1. Topikal misalnya kutaneus atau membran mukosa
2. Injeksi seperti intravena, subkutan, intramuskular, dan intraperitoneal
3. Gastrointestial secara oral atau rektal
4. Respirasi atau inhalai melalui saluran nafas
Dalam Anestesiologi dikenal trias anestesi “ The Triad of Anesthesia”, yaitu
Sedasi (kehilangan kesadaran), Analgesia (mengurangi rasa sakit), dan Relaksasi
otot (Latief dkk., 2002). Anestesi yang baik adalah Anestesi yang dapat
memenuhi 3 kriteria tersebut.
B. Sedasi
Mengukur pupil dan respon terhadap cahaya, Apabila cahaya terang
dipantulkan pada pupil hewan yang normal, pupil akan merespon dengan
konstriksi sehingga diameternya akan lebih kecil dari normal. Apabila hewan
ditempatnya pada daerah yang gelap, pupil akan terdilatasi sehingga diameternya
akan lebih besar. Apabila pupil kiri dipantulka cahaya secara langsung, akan
terjadi konstruksi, begitu juga sebaliknya. Terjadinya respon sedasi pada hewan
ditandai dengan hilangnya respon palpebral dan hilangnya respon pupil (Sudisma
dkk, 2006).
C. Relaksasi
Reflek adalah tanda yang paling awal digunakan untuk menentukan kedalaman
anestesi umum. Dikombinasikan dengan tanda-tanda vital yang lainnya dapat
digunakan untuk menentukan hewan dalam keadaan sehat atau aman selama
periode anestesi. Salah satu syarat anestesi umum adalah terjadinya relaksasi,
yaitu suatu keadaan berkurang atau hilangnya ketegangan otot (Sudisma dkk,
2006). Pasien yang sudah terkena anestesi umum, biasanya akan tertidur 6 dengan

7
otot yang berelaksasi (Rani, dkk 2015). Terjadinya respon relaksasi pada hewan
ditandai dengan lemasnya rahang bawah (Sudisma dkk, 2006).
D. Analgesia
Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah hilangnya koordinasi anggota
gerak, hilangnya rasa sakit atau respon syaraf perasa. Salah satu syarat Anestesi
umum adalah terjadinya nalgesia, yaitu suatu keadaan hilangnya sensibillitas
terhadap rasa nyeri. Terjadinya analgesia pada hewan ditandai dengan hilangnya
respon nyeri apabila dilakukan ransangan cubit (Sudisma dkk, 2006).
Pengaruh obat anestesi menimbulkan efek trias anestesi, pasien akan
mengalami keadaan tidak sadar, reflek-reflek proteksi menghilag akibat mati rasa
dan kelumpuhan otot rangka termasuk otot perafasan. Di samping pengaruh trias
anestesi tersebut pasien juga menderita manipulasi bedah, mulai dari derajat
ringaan sampai berat. Sehigga pada keadaan demikia pasien sangat memerlukan
tindakan bantuan kehidupan selama prosedur anestesi/diagnostik (Mangku dkk.,
2010; Rani dkk., 2012).
Semua pasien yang dianestesi harus diawasi dan dipantau dengan
memperhatikan reflex, denyut jantung, respirasi dan suhu tubuh. Tingkat
kesadaran, reaksi atau respon terhadap rangsangan rasa sakit, respon menelan,
reflek palpebral, pedal, dan corneal digunakan sebagai parameter yang harus
dipantau selama periode induksi. Reflex corneal, ketegangan otot rahang, ukuran
pupil, posisi bola mata dan respon terhadap rasa sakit harus dipantau selama
periode pemeliharaan, tetapi perubahan cordiopulmonary adalah indikator yang
lebih penting dipantau pada masing-masing plane anestesia. Frekuensi nafas dan
jantung, karakter pulsus dan pernafasan harus diawasi selama seluruh anestesia
(Sudisma dkk, 2006).
Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah hilangnya koordinasi anggota
gerak, hilangnya respon syaraf perasa dan pendengaran, hilangnya tonus otot,
terdepresnya medulla oblongata sebagai pusat respirasi dan vosomotor, bila terjadi
overdosis hewan akan mati.
Stadium anestesi umum sangat perlu dipahami bagi operator dalam
menjalankan operasi, karena dengan memonitor tahapan stadium operasi akan

8
berjalan lancar dan aman. Namun tidak semua anestesi umum dapat menunjukkan
tahapan stadium ini, hanya anestesi inhalasi menggunakan eter akan lebih nyata
teramati pada stadium anestesi ini (Sudisma dkk, 2006).
Proses kerja anestesi umum melewati beberapa stadium yaitu :
1. Staduim I (Stadium Analgesia/eksitasi bebas/stadium induksi)
2. Stadium II (Stadium eksitasi tidak bebas/stadium induksi)
3. Stadium III (Stadium operasi), terjadi dari 3 tingkat/plae : plane (dengkal),
pale 2 (medium), dan plane 3 (dalam)
4. Stadium IV (Stadium over dosis)

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anestesi atau disebut dengan keadaan tidak peka terhadap rasa sakit, sangat
berguna untuk melakukan suatu tindak pembedahan karena agar hewan tidak
menderita dan demi efisiensi kerja, karena hewan menjadi diam sehingga suatu
tindak pembedahan dapat dikerjakan dengan lancar dan aman.
Tujuan penggunaan anestesi pada dasarnya adalah untuk membuat agar hewan
tidak merasakan rasa sakit atau tidak sanggup bergerak. Anelgesia yang memadai
(analgesia) adalah sebuah syarat mutlak untuk teknik pembedahan dalam
menyelesaikan tujuan dilakukan pembedahan (Sudisma, 2006).
B. Saran
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna ,jadi di harapkan
untuk para pembaca lebih mengembangkanya lagi .dan jika ada kesalahan dalam
pembuatan makalah ini mohon di perbaiki.

10
DAFTAR PUSTAKA

Apfel, CC., Korttila, K., Abdalla, M et al., 2004, A Factorial Trial of Six
Interventions for the Prevention of Postoperative Nausea and Vomiting,
Vol.350 No.24.
(Sudisma dkk, 2006).// (Kurnia dkk., 2010). //(Mangku dkk., 2010; Rani dkk.,
2012).

11

Anda mungkin juga menyukai