Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOLOGI

PENGERTIAN, FUNGSI DAN PENGGOLONGAN ANASTESI,

SERTA PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

Dosen Pengampu :

Nurul Hidayah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

1. Yusron Nasuha (P17211221002)


2. Anita Audina Putri (P17211221004)
3. Eileen Fairuzil Izdihar (P17211221010)
4. Mohammad Zainal Arifin (P17211221026)
5. Riska Dwi Kurniawati (P17211221027)
6. Putri Arinda Nuraningrum (P17211221031)
7. Ine Sintia Dila Puspita (P17211221033)
8. Syarifah Najwa Assegaf (P17211221037)
9. Isna Fadiyanny R (P17211221039)
10. Rihan Abdau (P17211221042)
11. Anggrelya Elza Sandrina (P17211223047)
12. Lillah Aulya S.P.S (P17211223057)
13. Aurel Barqi Kenaya (P17211223059)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS MALANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengertian, Fungsi dan Penggolongan Obat Anastesi, serta Peran Perawat dalam
Pemberian Obat” dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul Hidayah, S.Kep.,
Ns., M.Kep. selaku dosen pada Mata Kuliah Farmakologi yang telah membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada semua
pihak yang turut berkontribusi dan membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, kami berharap adanya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan makalah
untuk menjadi lebih baik kedepannya.

Malang, 10 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Definisi Anastesi ................................................................................................. 3
2.2 Fungsi Anestesi ................................................................................................... 3
2.2.1 Anestesi Umum............................................................................................. 3
2.2.2 Anestesi lokal ................................................................................................ 4
2.2.3 Anestesi Regional ......................................................................................... 4
2.3 Penggolongan Obat Anastesi............................................................................... 4
2.3.1 Anestesi Umum (Inhalasi dan intravena):..................................................... 4
2.3.2 Anestesi Lokal............................................................................................... 5
2.3.3 Anestesi Regional ......................................................................................... 5
2.3.4 Anestesi Spinal dan epidural......................................................................... 6
2.4 Peran Perawat Sebelum Pemberian Obat ............................................................ 7
2.5 Peran perawat saat pemberian obat ..................................................................... 8
2.6 Peran Perawat Setelah Pemberian Obat .............................................................. 9
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestesi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari


bagaimana cara meniadakan rasa sakit dan tidak nyaman. Anestesi dapat
diberikan dalam berbagai bentuk, seperti krim, semprotan, suntikan atau gas
yang harus dihirup pasien. Efek anestesi termasuk komponen yang sering
disebut sebagai "triad anestesi ", yaitu hipnotik,alagesia, dan relaksasi.
(Mangku & Senapathi, 2010). Anestesi dibagi menjadi tiga jenis yaitu
anestesi umum, anestesi epidural dan anestesi lokal. Teknik dibagi
berdasarkan pertimbangan jenis , durasi operasi, urgensi prosedur, lokasi
operasi , dan indikasi prosedur. Untuk pasien yang menjalani operasi besar
dan membutuhkan waktu lebih lama, biasanya digunakan operasi tipe
general (umum), yang dapat menghilangkan rasa sakit untuk sementara.
General umum, atau anestesi umum, adalah prosedur yang bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menyebabkan hilangnya ingatan, yang bersifat reversibel dan dapat diprediksi
General nestesi menyebabkan amnesia saat beraktivitas untuk memastikan
kesadaran pasien, pasien tidak dapat mengingat operasi Selesai. Anestesi jenis
ini sering digunakan untuk operasi besar, seperti operasi jantung terbuka,
operasi otak atau transplantasi organ. Anestesi lokal secara reversibel
memblokir sistem konduksi saraf di area tertentu dengan menghalangi
lewatnya ion natrium selektif melalui membran saraf, mengakibatkan
hilangnya sensasi dan aktivitas motorik. Ahli anaestologi dapat
mendiskusikan metode anestesi yang tersedia, kemudian menentukan anestesi
yang tepat berdasarkan kebutuhan dan minat seorang pasien. Sesuatu yang
perlu diperhatikan bahwa tidak selamanya anastesi umum merupakan pilihan

1
yang terbaik; berdasar keadaan klinis pasien, anestesia lokal atau regional
mungkin lebih tepat (Mangku & Senapathi, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari obat anestesi?


2. Bagaimana fungsi obat anestesi?
3. Apa saja penggolongan obat anestesi?
4. Bagaimana peran perawat dalam pemberian obat sebelum, saat pemberian
dan setelah pemberian obat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari obat anestesi


2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari obat anestesi
3. Memahami apa saja golongan obat anestesi
4. Memahami peran perawat dalam sebelum pemberian, saat pemberian dan
setelah pemberian obat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anastesi

Secara umum digunakan dan fungsinya anastesi dibagi menjadi 3, yaitu:


anastesi umum, anasatesi lokal, dan anastesi regional. Anastesi umum adalah
menghilangkan kesadaran dengan pemberian obat-obatan tertentu, tidak
merasakan sakit walaupun diberikan rangsangan nyeri, dan bersifat reversible.
Kemampuan untuk mempertahankan fungsi ventilasi hilang, depresi fungsi
neuromuscular, dan juga gangguan kardiovaskular. (ASA, 2019). Sedangkan
Anastesi lokal adalah hilangnya semua sensasi sensoris, yaitu sensasi rasa
nyeri, raba, tekan, dan suhu pada suatu daerah setempat tubuh, meskipun di
dalam perawatan gigi yang perlu dikendalikan adalah rasa nyeri pada gigi dan
jaringan sekitarnya, tetapi pada kenyataannya yang terjadi adalah hilangnya
semua sensasi sensoris. Anastesi regional adalah anastesi yang berfungsi
mematikan rasa pada sebagian tubuh. Sama halnya dengan anastesi lokal,
kamu tetap sadar selama proses bedah berlangsung, tetapi kamu tidak bisa
merasakan sebagian tubuh.

2.2 Fungsi Anestesi

2.2.1 Anestesi Umum

Kesempurnaan pada anestesi umum ini akan membentuk


ketidaksadaran, hilangnya rasa sakit dan juga akan membuat otot
terelaksasi. Anestesi ini akan kehilangan rasa sakit dan juga kesadaran.
Dalam pemilihan teknik anestesi umum ini tergantung pada situasinya.
Sehingga risiko dan keuntungan pada pasien juga harus dipantau
(Moeloek, 2015)

3
2.2.2 Anestesi lokal

Anestesi lokal bekerja dalam menghilangkan konduksi saraf. Ketika


diterapkan secara lokal ke jaringan saraf dalam konsentrasi yang cukup.
Anestesi ini akan menguasai pada tiap sistem saraf. Selain itu, anestesi
lokal juga dapat mencegah membran permeabilitas sehingga tidak
adanya hambatan transmisi dengan perubahan potensial istirahat.
Anestesi ini akan kehilangan rasa sakit tanpa hilangnya kesadaran

2.2.3 Anestesi Regional

Anestesi regional bertujuan untuk menghilangkan rasa ke area


tubuh yang lebih luas pada sumsum tulang belakang atau saraf terkait
selektifnya. Pada teknik anestesi ini biasanya digunakan dalam situasi
kegawatdaruratan medis untuk memberikan hasil yang cepat dan sama
baiknya dengan obat pelumpuh otot (Sulistiono, 2012)

2.3 Penggolongan Obat Anastesi

Obat anestesi dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:

2.3.1 Anestesi Umum (Inhalasi dan intravena):

Obat Inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.


Keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui paru – paru seperti
juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam
keadaan utuh. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anastesi.
Sedangkan, obat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rectal,
tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan untuk
mendahului (induksi) anastesi total, atau memeliharanya, juga sebagai
anastesi pada pembedahan singkat.
a. Ether (Eter)
b. Halothane (Fluothane)
c. Enflurane (Ethrane)

4
d. Isoflurane (Forane)
e. Desflurane (Suprane)
f. Sevoflurane (Ultane)
g. Propofol (Diprivan)
h. Barbiturates (seperti Thiopental Sodium).

2.3.2 Anestesi Lokal

Penggunaan anestesi lokal adalah untuk meniadakan rasa sakit yang


ditimbulkan dari tindakan yang dilakukan di klinik gigi. Prosedur yang
paling sering membutuhkan anestesi yaitu tindakan ekstraksi. Proses
ekstraksi memberikan rasa sakit dan perdarahan karena adanya luka
terbuka, sehingga diperlukan anestesi lokal untuk menghilangkan
sensasi nyeri.
a. Lidokain (Xylocain): Anestesi lokal paling aman yang
digunakan dalam pengendalian nyeri di kedokteran gigi.
b. Bupivacain (Marcain)
c. Mepivacain (Carbocain)
d. Prilocain (Citanest)
e. Ropivacain (Naropin)
f. Articain (Ultracain)
g. Dibucain (Citanest Forte)
h. Levobupivacain (Chirocain).

2.3.3 Anestesi Regional

Anestesi regional merupakan jenis anestesi yang memblokir rasa


sakit di bagian tubuh tertentu. Pasien tetap tersadar selama operasi
berlangsung, tetapi kehilangan sensasi pada bagian tubuh yang diberikan
anestesi regional. Pada anestesi regional, obat akan diberikan dengan
cara disuntikkan di dekat sumsum tulang belakang atau di sekitar area

5
saraf. Suntikan ini akan menghilangkan rasa sakit pada bagian tubuh
tertentu, seperti pinggul, perut, lengan, dan kaki.
a. Lidokain (Xylocain)
b. Bupivacain (Marcain)
c. Ropivacain (Naropin)
d. Levobupivacain (Chirocain)
e. Mepivacain (Carbocain)
f. Prilocain (Citanest)
g. Articain (Ultracain)
h. Dibucain (Citanest Forte).

2.3.4 Anestesi Spinal dan epidural.

Anestesi spinal adalah salah satu bentuk anestesi lokal yang


digunakan untuk mencegah rasa sakit pada pasien yang akan menjalani
operasi punggung bawah. Prosedur ini umumnya aman untuk dilakukan,
meskipun beberapa pasien mungkin mengalami mual dan pusing pasca
operasi sebagai efek sampingnya. Anestesi spinal biasanya diberikan
saat pasien berada di ruang operasi dan dilakukan oleh ahli anestesi.
Anestesi ini biasanya dilakukan dengan pasien berbaring miring dengan
lutut ditekuk ke dada. Posisi ini membantu membuka ruang di antara
tulang belakang untuk penyuntikan anestesi.
Untuk ibu yang menginginkan persalinan yang tidak terlalu
menyakitkan, epidural adalah salah satu bentuk anestesi lokal yang
digunakan untuk membuat mati rasa pada bagian tubuh tertentu.
Suntikan epidural sendiri tidak menyebabkan ketidaksadaran pada ibu
karena fungsinya hanya untuk mengatasi rasa sakit (penghilang rasa
sakit) Prosedur ini menghalangi impuls saraf sensorik di sumsum tulang
belakang, yang bertanggung jawab untuk mengirimkan berbagai sinyal
ke otak, yang merupakan sinyal rasa sakit.
a. Bupivacain (Marcain)

6
b. Ropivacain (Naropin)
c. Levobupivacain (Chirocain)
d. Mepivacain (Carbocain)
e. Articain (Ultracain)
f. Lidokain (Xylocain)
g. Prilocain (Citanest)
h. Fentanyl (Innovar-Vet, Sublimaze)
i. Morphine (Kadian, MS Contin)

2.4 Peran Perawat Sebelum Pemberian Obat

Peran perawat dalam penerapan standar keamanan obat pada tahap


pemesanan obat adalah melakukan review pengobatan yang meliputi riwayat
pengobatan dan alergi, serta melakukan pemesanan obat karena keterbatasan
jumlah kunjungan dan jumlah obat di bangsal. manajer kasus Selama fase
persiapan obat, perawat bertugas meninjau obat, menyiapkan obat, dan
melakukan pelatihan medis. Tes narkoba seringkali tidak didokumentasikan
karena kolom dokumen yang kecil. Bahkan perawat sering tidak mencuci
tangan saat menyiapkan obat, karena banyak pekerjaan, kebiasaan dan
kurangnya motivasi.

Pada tahap pemberian obat, perawat mempunyai tugas menerapkan 5


prinsip pengobatan yang benar yaitu pasien yang tepat, obat, dosis, cara dan
waktu yang tepat, serta dokumentasi yang tepat. Semua perawat memberikan
obat sesuai dengan lima prinsip yang benar, tetapi dokumentasinya tidak
benar karena kolom dokumentasinya kecil. Pada fase monitoring obat,
perawat bertugas memantau efek yang diharapkan dan efek samping obat.
Perawat tidak mengontrol efek pengobatan dan efek samping obat karena
tidak ada formulir pemantauan yang tepat dan banyak pekerjaan.

7
2.5 Peran perawat saat pemberian obat

Perawat adalah orang yang mempengaruhi keselamatan pasien di rumah


sakit, yang bertugas membantu mengatasi penderitaan pasien dan berupaya
agar penyakit pasien tidak lebih parah, sehingga perawat diharapkan tidak
melakukan kesalahan dalam prosedur perawatan kepada pasien. Salah satu
peran perawat yang erat kaitannya dengan keselamatan pasien adalah pemberi
askep secara mandiri ataupun kolaborasi. Perawat mempunyai wewenang
dalam melakukan pemberian obat sesuai yang diresepkan kepada pasien (UU
RI, 2014). Perawat berperan dalam memastikan pemberian obat agar aman
dan mengevaluasi efek dari pemberian obat pada pasien. Bentuk proses
pengobatan yang tidak aman berupa peresepan yang tidak rasional, kesalahan
pada penghitungan dosis saat meracik obat, dan kesalahan penentuan jenis
sediaan obat. Salah satu tugas perawat adalah mengidentifikasi prinsip dasar
dalam pemberian obat yaitu prinsip “Enam Tepat”. Enam tepat terdiri atas
tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat
pendokumentasian (Setianingsih & Septiyana, 2020).
Tindakan pemberian obat menjadi salah satu tindakan yang selalu
dilakukan oleh perawat, sehingga butuh ketrampilan dan keahlian untuk
memperoleh efek terapeutik secara maksimal. Pengelolaan obat sangatlah
penting dalam proses keperawatan, selain keamanan pasien, pemborosan juga
dapat dihindari (Fitzpatrick dkk., 2010). Peran perawat dalam pengobatan
menurut (ESTRI, 2016) antara lain memberikan obat sesuai program terapi
kepada pasien dengan menerapkan prinsip enam benar (benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar rute, benar waktu dan benar dokumentasi); mengatur
penyimpanan, peletakan, dan sistem maintanance obat di dalam ruang rawat
agar siap tersedia, siap digunakan, kondisi utuh, mudah dicari dan tidak
expired; memberikan edukasi tentang obat yang dikonsumsi yaitu manfaat
obat, makanan yang boleh dikonsumsi selama pengobatan, kepatuhan minum
obat, bahaya ketidakpatuhan minum obat dan penghentian pengobatan;

8
Mengevaluasi efek samping obat, efek pengobatan, dan efek toksin dari
pengalaman klien selama mengkonsumsi obat untuk monitoring dan evaluasi
(Mahfudhah & Mayasari, 2018).
Penerapan prinsip 6 tepat sangat dibutuhkan perawat sebagai bentuk
tanggung jawab etik dan legal atas intervensi yang diberikan sesuai standar
operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Pemberian obat sesuai
dengan standar operasional prosedur akan meminimalkan efek samping dan
kesalahan dalam pemberian obat (Hilmawan dkk., 2014). Pemberian obat oleh
perawat juga mencakup tugas saat pemberian itu berlangsung, seperti
menyiapkan dan memeriksa obat-obatan, memantau efek obat-obatan,
mengedukasi pasien tentang pengobatan, dan memperdalam pengetahuan
perawat tentang obat – obatan sendiri (Syyrilä dkk., 2021). Saat perawat
memberikan obat terhadap pasien, perawat harus juga menjelaskan tentang
obat tersebut seperti memberithau efek samping, cara kerja obat, manfaat
obat, dan ketentuan dari dokter cara mengonsumsinya.

2.6 Peran Perawat Setelah Pemberian Obat

Pada setiap tahap proses pengobatan, perawat memiliki peranan yang


penting untuk melaksanakan standar keselamatan pengobatan. Setelah
perawat berperan sebelum dan pada saat pemberian obat. Perawat juga
berperan setelah pemberian obat kepada pasien. Perawat akan bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa pemberian obat yang sudah dilakukan aman.
Tidak hanya aman, namun perawat juga harus memastikan keefektifan obat
serta memikirkan efek yang akan timbul dari pemberian obat kepada pasien
(Setianingsih & Septiayana, 2020).
Peran Perawat dalam upaya meningkatkan keefektifitasan obat ada
beberapa cara yang dapat dilakukan, namun perawat dapat langsung
mengetahui dari laporan yang di sampaikan oleh pasien. Perawat juga dituntut
untuk mampu menganalisis efek samping obat tersebut. Langkah awal yang
harus dilakukan perawat adalah mengetahui obat yang diberikan dan

9
kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi. Perawat harus
mengedukasi pasien untuk mengenali tanda-tanda atau gejala yang timbul
serta segera mengkonfirmasikan kepada perawat atau dokter jika hal tersebut
terjadi (Priharjo, 2008).
Ada pasien yang memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu dan
setiap pasien akan memiliki daya tahan yang berbeda-beda. Perawat berperan
penting untuk mencegah terjadinya alergi yang timbul akibat pemberian obat.
Perawat harus mencatat saat pengumpulan data riwayat pasien dan ditulis
secara jelas dalam rencana perawatan (Priharjo, 2008). Memadainya
pengetahuan dan pemikiran kritis perawat, akan berpengaruh juga dalam
melakukan pendokumentasian setelah memberikan obat (Mahfudhah &
Mayasari, 2018).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anestesi merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan
kesadaran, sensasi sensoris, dan memberikan rasa tidak terasa pada sebagian
tubuh. Terbagi menjadi 3 yaitu anestesi umum, lokal, dan regional dengan
fungsi tersendiri serta memiliki side effect. Dengan demikian, peran perawat
diperlukan sebelum pemberian obat dengan memiliki pengetahuan dasar
mengenai obat dan prinsip pemberian obat. Membuktikan perawat perlu
berperan aktif dalam semua proses asuhan keperawatan diantaranya pada
sebelum, saat, dan setelah pemberian obat untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan dan menjamin keselamatan klien.
3.2 Saran
Akan lebih baik, apabila dalam penyusunan makalah ini dilakukan studi
kasus secara langsung dengan menggunakan metode wawancara secara
mendalam untuk menggali informasi menyeluruh yeng mengarah ke
keterkaitan peran seorang perawat dalam pemberian obat anestesi dilihat dari
waktu sebelum, sesudah, maupun setelah pemberian obat tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

ESTRI, B. A. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPATUHAN STAF PERAWAT DALAM ENAM BENAR
PEMBERIAN OBAT DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAH
SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL.

Fitzpatrick, B. M., Johnson, J. R., Kump, D. K., Smith, J. J., Voss, S. R., & Shaffer,
H. B. (2010). Rapid spread of invasive genes into a threatened native
species. Proceedings of the National Academy of Sciences, 107(8),
3606–3610.

Hilmawan, F. A., Suprapti, E., & Solechan, A. (2014). Hubungan antara penerapan
standart operational procedure (sop) pemberian obat prinsip enam
benar dengan tingkat kepuasan pasien di rsud ungaran. Karya Ilmiah.

Mahfudhah, A. N. (2018). Pemberian obat oleh perawat diruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan, 3(4)

Mangku, G dan Senapathi, T. G. A. (2010). Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:


PT. Indeks.

Moeloek, N. F. (2015). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi dan


Terapi Intensif. 251(02).

Setianingsih, S., & Septiyana, R. (2020). Studi deskriptif penerapan prinsip “Enam
Tepat” dalam pemberian obat. NURSCOPE: Jurnal Penelitian dan
Pemikiran Ilmu Keperawatan, 6(2), 88–95.

Sulistiono, P. (2012). Anestesi Regional Intravena (Bier’s Block). Universitas Kristen


Krida Wacana, 18(46), 1.

Syyrilä, T., Vehviläinen-Julkunen, K., & Härkänen, M. (2021). Healthcare


professionals’ perceptions on medication communication challenges

12
and solutions–text mining and manual content analysis-cross-sectional
study. BMC Health Services Research, 21, 1–19.

Priharjo, R. (2008). Teknik Dasar Penberian Obat Bago Perawat. EGC.

Vanna, S.A. (2021). Teknik Anestesi Umum. Universitas Airlangga:Surabaya

13

Anda mungkin juga menyukai