Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA ABSES

OTAK MULTIPLE TETRALOGI OF FALLOT (TOF)


DILAKUKAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI DENGAN TINDAKAN ANESTESI
TEKNIK ETT

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Asuhan Keperawatan Anestesi komplikasi
Dosen Pembimbing:
Anita Setyowati S. Tr. Kep

Disusun oleh :

1. Haikal Asa Muammar 2011604086 9. Wulandari 2011604094

2. Devi Anggita Cahyani 2011604087 10. Nayla Ulfah 2011604095

3. Muhammad Rizqullah 2011604088 11. Quiena Rumaysa 2011604096

4. Agya Dhia Pratama 2011604089 12. Elsa Aulya Pratiwi 2011604097

5. Ayu Astari 2011604090 13. Hajutri prehatin 2011604098

6. Siti Rahmawati B. 2011604091 14. Desi Aprilianti 2011604099

7. Faradillah 2011604092 15. Nurul Qalbi Syahrul 2011604100

8. Kurnia Dwi Ramadan 2011604093

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular dapat berasal dari aneurisma, shunts, emboli, pelepasan enzim
maupun protein jantung, stenosis, thrombus, dan inkompetensi katup Terdapat beberapa macam
kelainan seperti penyakit jantung koroner, infark miokard, gagal jantung, kardiomiopati, kelainan
katup jantung, penyakit jantung rematik, thrombosis, endocarditis, atherosclerosis yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam fungsi jantung. Perubahan fungsi jantung ini berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan akan oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh.
Adapun faktor yang memperburuk penyakit kardiovaskular seperti kebiasaan merokok yang
diakibatkan karena zat nikotin yang terkandung dalam asap rokok dapat berpengaruh terhadap
penumpukan lemak dalam pembuluh darah, status sosial ekonomi yang rendah dapat berpengaruh
terhadap tingkat stress, pola makan yang tidak terkontrol, tidak diimbangi dengan aktivitas yang
cukup sehingga menyebabkan obesitas dan hipertensi yang dapat menyebabkan kerja jantung semakin
kuat (Azam, Farahdika, 2015:2). Hal ini dapat menjadi masalah serius bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila tidak ditangani dengan tepat.
Menurut data American Heart Association (2015), angka kematian penyakit kardiovaskular di
Amerika Serikat sebesar 31,3%. Lebih dari 5 juta penduduk US mengalami penyakit kardiovaskular,
dan 550.000 kasus baru ditemukan tiap tahunnya (Smeltzer, et.al., 2010:210). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (2013:90) menunjukkan prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia seperti
jantung koroner yang didiagnosis atau dengan gejala sebesar 1,5% dan gagal jantung yang didiagnosis
atau dengan gejala sebesar 0,3%. Prevalensi penyakit kardiovaskular terus meningkat seiring
bertambahnya usia. Data penderita penyakit kardiovaskular di empat rumah sakit di kota Malang dan
di kota Batu sejak Januari hingga September 2016 tercatat sekitar 4000 penderita penyakit jantung
yang terdiri dari jantung koroner, gagal jantung, aritmia, kardiomiopati. Di rumah sakit Saiful Anwar
Malang penyakit kardiovaskular merupakan penyakit mematikan nomor dua setelah cidera kepala
berat, namun di tingkat nasional penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu (Jawa
Pos, 2016:39).
B. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami definisi kardiovaskuler


2. Mengetahui dan memahami etiologi dari kasus kardiovaskuler
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kasus kardiovaskuler
4. Mengetahui dan memahami anatomi fisiologi dari kasus kardiovaskuler
5. Mengetahui dan memahami komplikasi dari kasus kardiovaskuler
6. Mengetahui dan memahami manifestasi Klinis dari kasus kardiovaskuler
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari kasus kardiovaskuler
8. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari kasus kardiovaskuler

C. Manfaat
Agar Mahasiswa dapat mengetahui asuhan kepenataan pada pasien komplikasi pada gangguan
sistem kardiovaskuler.

D. Waktu dan Tempat`


Laporan dibuat secara kelompok dan dikerjakan secara daring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada pada tubuh
manusia.Sistem kardiovaskuler memiliki dua jalur sirkuler utama yaitu sirkuit paru-paru yang
mengedarkan darah melalui paru-paru dan sirkuit sistemis yang melayani kebutuhan jaringan-
jaringan tubuh.Pada dasarnya banyak gejala gangguan kardiovaskuler hampir serupa dengan
gejala atau tanda gangguan lain. Hal ini sering kali menyebabkan orang awam salah
menganggap gejala umum yang dirasakan sebagai gejala penyakit jantung dan bahkan
masyarakat sering menduga-duga tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mengenai penyakit
kardiovaskuler. Gangguan kardiovaskular biasanya baru akan ditemukan setelah melakukan
pemeriksaan fisik.Sistem pakar dikembangkan agar dapat membantu tugas-tugas para ahli
dengan bantuan sebuah sistem yang memiliki pengetahuan, tanpa harus ada seorang pakar
yang bekerja di tempat tersebut. Metode case based reasoning atau penalaran berbasis kasus
merupakan sebuah metodologi yang menggunakan pengalaman atau kasus yang lama agar
dapat mengerti dan menyelesaikan masalah atau kasus yang baru.Secara garis besar tahapan
penyelesaian masalah menggunakan metode case based reasoning dibagi menjadi 4 tahapan,
diantaranya retrieve, reuse, revise, retain (Remita,2019)

B. Etiologi
Pada sebagian kasus penyebab dari TOF tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1). Faktor Endogen:
- Berbagai jenis penyakit genetik seperti kelainan kromosom - Anak yang lahir sebelumnya
menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi dan penyakit
kelainan bawaan lainnya

2. Faktor Eksogen
- Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, minum jamu
- Selama hamil ibu menderita rubella atau infeksi virus lainnya
- Pajanan terhadap sinar X
- Gizi buruk selama hamil
- Ibu yang alkoholik dan usia ibu di atas 40 tahun Para ahli berpendapat bahwa penyebab
faktor endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multi faktor. Apapun sebabnya, pajanan
terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada
minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai (sumber: Bambang M,
et all, 2005).
C. Patofisiologi
Organisme penyebab abses otak dapat memasuki sistem saraf pusat melalui sumber
infeksi yang dekat dari otak pada 25% - 50% kasus. Sumber infeksi tersebut dapat berasal
dari telinga tengah, sel mastoid, dan sinus paranasal. Abses otak yang disebabkan oleh otitis
media biasanya akan berlokasi di lobus temporal atau serebelum. Komplikasi intrakranial
akan meningkat pada penderita otitis media yang tidak ditangani dengan baik. Pasien abses
otak sekunder yang berasal infeksi di sinus paranasalis, abses otak dominan terjadi di lobus
frontal. Ketika abses merupakan komplikasi dari sphenoid sinusitis, risiko infeksi di lobus
temporal atau sella turcica akan meningkat. Infeksi pada gigi terutama gigi molar akan
meningkatkan risiko abses otak yang sering terjadi di lobus frontal, tetapi infeksi bisa sampai
ke lobus temporal. Penyebaran hematogen ke otak umumnya akan menyebabkan abses
multiple dan abses multiloculated dengan tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan abses
dari sumber infeksi yang dekat (Andrea, 2019)
Tingginya angka kematian dihubungkan dengan kegagalan untuk menegakkan diagnosis atau
kerumitan anatomi dari abses sepeti abses multiloculated. Sumber yang paling umum
penyebab abses otak secara hematogen pada orang dewasa adalah penyakit paru piogenik
kronis seperti abses paru, bronkiektasis, empiema dan kistik fibrosis. Sumber infeksi lainnya
dapat berasal dari luka, infeksi kulit, osteomielitis, infeksi pelvis dan infeksi intra abdominal.
Abses otak juga dapat terjadi setelah terapi varises esophagus. Penyakit jantung kongenital
sianotik terutama tetralogi of fallot merupakan faktor predisposisi penyebab abses otak yang
terjadi pada 5%-15% kasus. Abses otak terjadi pada 5% pasien endokarditis infektif. Ada
kemungkinan abses otak pada pasien dengan telangiectasia hemoragik herediter, malformasi
arteriovenous paru.
Trauma bisa menyebabkan pembentukan abses otak sebagai hasil dari fraktur terbuka
kranial dengan kerusakan pada lapisan dural, oleh benda asing atau akibat tindakan bedah.
Insidensi abses otak akibat trauma pada masyarakat yakni 2,5% sampai 10,9%. Abses otak
nosokomial bisa terjadi setelah pemasangan hallo pin dan setelah memasukan elektroda pada
fokus lokasi kejang (Andrea, 2019)
D. Anatomi fisiologi
Sistem kardiovaskuler adalah system yang menjelaskan tentang sirkulasi yang terjadi
pada tubuh manusia, sirkulasi yang baik dapat dilihat dari komponen di dalamnya dalam
kondisi yang baik besar jantung pada orang dewasa 250-360gr letak jantung berada di rongga
mediastinum medialis sebelah kiri, di belakang sternum, di depan dari tulang belakang dan
diatas diafragma serta dikelilingi oleh paru kanan dan kiri (Yudha, 2017) . Secara dari
struktur jantung terdiri dari garis yang biasa di sebut lurik otot, pola ultra strukturnya juga
mirip dengan otot lurik, sehingga apabila dilihat secara mikroskopik terlihat jelas terdapat sel
bercabang berhubungan bebas dan membentuk jaringan kompleks 3 dimensi (patricia, 2013).
Sedangkan menurut (Syarifudin, 2006) menyatakan bahwa bentuk jantung menyerupai
jantung pisang, bagian atasnya tumpul yang biasa disebut dengan basis kordis, letak jantung
didalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara
kosta V dan VI dua jari di papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang
disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar kepalan tangan kanan dan beratnya 250-
300 gr. sel otot jantung memiliki karakteristik yang tidak biasa, yang sebagian besarnya
dimiliki oleh membrane sel atau sarkolema, untuk memompa secara efektif, otot jantung
harus berkontraksi sebagai unit tunggal.agar otot jantung berkontraksi secara stimulant,
jantung berkontraksi tanpa menggunakan jaringan saraf yang banyak, sehingga apabila
terdapat kontraksi maka impuls akan dihantarkan dari sel ke sel melalui diskus interkalaris.
Pada setiap sel miokardium, membrane sel miokardium di dekatnya terlipat rumit dan area di
sekitarnya tersambung kuat, area ini disebut diskus interkalaris tempat depolarisasi
dihantarkan secara sangat cepat dari sel ke sel berikutnya (Patricia, 2013).
2.1.1 Lapisan Jantung
Jantung dilapisi oleh selaput yang kuat, dan dikelilingi oleh rongga perikardium yang
terdiri oleh 2 lapisan perikardium yang diantaranya perikardium viseralis (epikardium) dan
lapisan paritalis, bagian luar perikard terdapat pembuluh darah besar dan diletakkan oleh
ligament pada kolumna vertebralis, diafragma, dan bagian- bagian jaringan lain di dalam
rongga mediastinum (Yudha, 2017) Menurut (Aaronson, 2010) Jantung memiliki tiga lapisan
dan masing- masing lapisan memiliki fungsi yang berbeda, diantaranya yaitu:
a. Perikardium, merupakan selaput-selaput yang mengitari jantung yang terdiri atas dua
lapisan, yaitu: Perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput
paru).
Perikardium visceralis (lapisan permukaan dari jantung yang disebut epikardium). Diantara
kedua lapisan diatas, terdapat 50 cc cairan perikardium yang berfungsi sebagai pelumas agar
tidak terjadinya gesekan antara perikardium dan epikardium yang timbul akibat gerak jantung
saat memompa
b. Miokardium, merupakan lapisan tengah (lapisan inti) dari jantung dan paling tebal serta
terdiri dari otot-otot jantung. Fungsinya ialah kontraksi jantung;
c. Endokardium, merupakan lapisan terluar yang terdiri dari jaringan endotel.

2.1.2 Siklus Jantung


Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran
darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik).
Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi secara
serentak yang disebut sistolik atrial dan relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi
ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium
pendek,sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri
harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan
tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi
tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah
(Syaifuddin, 2006).

2.1.3 Daya Pompa Jantung


Selama individu masih hidup pada umumnya jantung akan memompa darah sekitar
4,7 liter (0,25 galon) darah tiap menitnya, 284 liter (75 galon) tiap jamnya dan 57 barel setiap
hari serta 1,5 juta barel sepanjang hidupnya (M. Black. 2014)

2.1.4 Katup-katup Jantung


Jantung memiliki beberapa katup – katup yang sangat penting dalam susunan
peredaran darah dan pergerakan jantung :
1) Valvula Trikuspidalis, terdapat diantara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang
terdiri dari 3 katup
2) Valvula Bikuspidalis, terletak diantara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra yang terdiri
dari 2 katup
3) Valvula Semilunaris Arteri Pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra dengan arteri
pulmonalis , tempat darah mengalir ke paru - paru
4) Valvula Semilunaris Aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta tempat darah
mengalir menuju ke seluruh tubuh (Syaifuddin, 2006). Fungsi jantung adalah memompa
darah ke paru dan seluruh tubuh untuk memberikan sari-sari makanan dan 𝑂2hingga sel
terjadi metabolisme. Pembuluh arteri dan vena berfungsi sebagai pipa yaitu bertugas
menyalurkan darah dari jantung keseluruh jaringan tubuh, perbedaan mendasar pada arteri
dan vena terdapat pada susunan histoanatomi yang menunjang fungsinya masing – masing
(Yudha, 2017). Menurut (Lily, 2004) Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung
kanan menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan sisi
jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang mengandung oksigen
tinggi. Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-
masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel
kiri dan kanan. Berikut fungsi dari bagian- bagian jantung yaitu :
1. Atrium
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta
sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui
vena kava superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih
rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan otot jantung dari
atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup trikuspid yang
memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk membiarkan darah de-
oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan Atrium kiri menerima
darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah
mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium kiri
menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu
oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri
2. Ventrikel
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium kanan.
Katup paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan
darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup
katup trikuspid dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari
dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah mengalir ke
arteri pulmonalis menuju paru-paru. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung
oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri. Katup
aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah
ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup mitral dan
katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri
dan pembukaan katup aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh
tubuh.
3. Siklus Jantung Dan Sistem Peredaran Darah Jantung
Siklus jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri. Jantung ketika bekerja
secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi
dalam rangka mengisi darah kembali. siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian jantung Atrium dan
ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran
eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh
jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot
jantung. Peredaran Darah Jantung. Peredaran jantung itu terdiri dari peredaran darah besar
dan juga peredaran darah kecil. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh
tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah
yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi
dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui
katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru.
Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru.
Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum
dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
4. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia untuk berkontraksi,
energy terutama berasal dari metabolisme asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari
metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses metabolisme jantung adalah aerobic
yang membutuhkan oksigen.
5. Pengaruh ion pada jantung
a. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan jantung dilatasi,
lemah, dan frekuensi lambat
b. Pengaruh ion kalsium : kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung berkontraksi spastis
c. Pengaruh ion natrium : menekan fungsi jantung
6. Elektrofisiologi Sel otot Jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas membrane sel. Seluruh
proses aktifitas listrik jantung dinamakan pontensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan
listrik, kimia, mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu :
a. Fase istirahat bagian dalam bermuatan negative (polarisasi) dan bagian luar bermuatan
positif
b. Fase depolarisasi (cepat) : disebabkan meningkatnya permeabilitas membrane terhadap
natrium, sehingga natrium mengalir dari keluar ke dalam
c. Fase polarisasi parsial setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat masuknya
kalsium ke dalam sel, sehingga muatan positif dalam sel menjadi berkurang
d. Fase plato (keadaan stabil) fase depolarisasi diikuti keadaan stabil agak lama sesuai masa
refraktor absolute miokard
e. Fase repolarisasi (cepat) kalsium dan natrium berangsur angsur tidak mengalir dan
permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat
7. Sistem Konduksi Jantung
Sistem kondisi jantung bukan merupakan suatu sistem tunggal tapi merupakan sistem sirkuit
yang cukup kompleks yang terdiri dari sel yang identik. Seluruh sel miosit di dalam system
konduksi jantung memiliki beberapa kesamaan yang membedakan dengan sel otot yang
bekerja untuk fungsi pompa Pada manusia, komponen yang berfungsi pada sistem konduksi
jantung dibagi menjadi sistem yang berfungsi untuk menghasilkan impuls dan sistem yang
berfungsi untuk menjalarkan impuls.1,2 Hal ini terdiri dari nodus sinoatrial (nodus SA),
nodus atrioventrikuler (nodus AV), dan jaringan konduksi cepat (sistem His-Purkinje)
(Ahmad, 2017). Sedangkan menurut (Nazai, 2011) anulus fibrosus di antara atria dan
ventrikula memisahkan ruangan-ruangan ini baik secara anatomis maupun elektris. Untuk
menjamin rangsang ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung, terdapat jalur konduksi
khusus dalam miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Otomatosasi : Kemampuan menghasilkan impuls secara spontan.
b. Ritmisasi : Pembangkitan impuls yang teratur.
c. Konduktivitas : Kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d. Daya rangsang : Kemampuan untuk menanggapi stimulasi.
Karena sifat-sifat ini maka jantung mampu menghasilkan secara spontan dan ritmis impuls-
impuls yang disalurkan melalui sistem penghantar untuk merangsang miokardium dan
menstimulir kontraksi otot. Impuls jantung biasanya dimulai dan berasal dari nodus
sinoatrialis (SA). Nodus SA ini disebut sbagai pemacu alami dari jantung. Nodus SA terletak
di dinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior (Yudha, 2017). Pencetus
impuls listrik jantung muncul dari SA Node terus menjalar ka AV Node, Berkas His, Cabang
Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje dan akhirnya sampai ke otot ventrikel jantung. Arus
listrik yang menjalar dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR (lihat garis merah
pada gambar iatas), dan arus listrik dari Cabang berkas sampai serabut purkinje membentuk
Kompleks QRS (lihat garis hijau pada gambar diatas). Durasi normal Interval tidak lebih dari
5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS tidak lebih dari 3 kk. (Yudha, 2017).

E. Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan karena tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,
sehingga aliran darah menjadi berkurang. Arteri – arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
2. Infark miokardium
Terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan – perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel,
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan
darah.
3. Gagal ginjal
Terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan – perubahan
waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel, sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan darah.
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
Dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat).
Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.
Akibatnya, neuron – neuron di sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta
kematian. Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak memadai. Bayi juga dapat
mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan. (Ardiansyah, 2012)

F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala penyakit jantung adalah keluhan rasa tidak nyaman di dada atau
nyeri dada (angina) yang berlangsung selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau saat
aktivitas yang disertai gejala keringat dingin atau gejala lainnya seperti lemah, rasa mual, dan
pusing. (Kemenkes RI, 2019)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien dengan TOF adalah:
1. Medikamentosa
Penatalaksanaan ini dilakukan terhadap klien dengan TOF yang sering mengalami
spell hipoksik berulang, dan belum dilakukan tindakan pembedahan.
a. Pemberian resusitasi dengan memberikan oksigen konsentrasi tinggi untuk meningkatkan
saturasi darah arterial untuk mencegah kerusakan otak. Resusitasi cairan juga perlu diberikan
agar klien terhindar dari dehidrasi.
b. Betabloker (propanolol) Pemberian propanolol berfungsi untuk menurunkan denyut
jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas miokard, serta mengurangi spasme
infundibular sehingga dapat mengatasi spell, dipakai untuk mencegah dan mengobati
serangan sianosis. Propnolol dapat diberikan secara intravena dan oral. Untuk dosis intravena
0,01 mg - 0,25 mg/kg BB, sedangkan untuk dosis oral 2-6 mg/kg BB/hari dalam 3-4 kali
pemberian.
c. Morfin Pemberian morfin sulfat dengan dosis 0,1-0,2 mg/kg secara subcutan atau intravena
bertujuan untuk menekan sentra pernafasan dan mengurangi hiperepnea juga menurunkan
tonus simpatik dan menurunkan konsumsi oksigen.
d. Ketamin Pemberian ketamin dengan dosis 1-3 mg/kg BB/iv bertujuan untuk meningkatkan
SVR dan memberi efek sedasi pada anak.
e. NaHCO3 atau Natrium Bicarbonat Natrium bicarbonat merupakan sebuah pengalkali
sistemik kuat untuk mengobati asidosis metabolik berat dengan mengganti ion bikarbonat dan
memulihkan kapasitas buffer tubuh.

H. Pemeriksaan penunjang

● Elektrokardiografi (EKG). Mengetahui gambaran aktivitas listrik jantung, mendeteksi


pembesaran ruang jantung, dan gangguan irama jantung.
● Foto Rontgen dada. Dapat melihat pembesaran jantung dan melihat kondisi paru-
paru.
● EKG Treadmill. Berfungsi untuk melakukan pemantauan jantung mengukur terhadap
aktivitas fisik yang dijalani.
● Ekokardiografi. Ekokardiografi merupakan USG jantung yang memproduksi gambar
jantung menggunakan gelombang suara. Ekokardiografi dapat melihat pergerakkan
jantung, struktur jantung, katup jantung, dan aliran darah dalam jantung.
Ekokardiografi, layaknya pemeriksaan USG, dilakukan dengan menempelkan alat
(probe) melalui dinding luar dada, lalu akan menampilkan hasil gambar ke monitor.
Selain melalui dinding dada, probe dapat dimasukan melalui mulut ke dalam
kerongkongan (esofagus) dengan tujuan melihat jantung lebih dekat lagi, tes ini
disebut transesophageal echocardiogram (TEE).
● Kateterisasi jantung. Dilakukan dengan menyuntikan zat warna (kontras) ke dalam
pembuluh darah koroner dan dilakukan foto Rontgen. Untuk menyuntikkan zat
warna, akan dimasukan selang kecil (kateter) melalui pembuluh darah arteri di lengan
atau tungkai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah koroner
secara rinci, mengukur tekanan rongga jantung, dan evaluasi fungsi jantung.
● MRI jantung. Pemeriksaan yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio
untuk melihat gambaran jantung dan katupnya secara rinci, untuk mengetahui tingkat
keparahan dari penyakit katup jantung.
BAB III

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABSES


OTAK MULTIPLE TETRALOGI OF FALLOT (TOF)

A. KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, berat badan 25 kg dengan abses otak multiple yang disertai
dengan cacat jantung bawaan sianotik Tetralogi of Fallot (TOF) akan dilakukan aspirasi abses.

Anamnesa

Pasien datang ke emergensi dengan keadaan: GCS 13, tekanan darah sistolik berkisar 90-100 mmHg,
tekanan darah diastolik berkisar 50-60 mmHg, nadi 110-120 x/min, suhu tubuh 390C, saturasi oksigen
78-88 % dan posisi pasien head up 30O . Pasien sebelumnya mendapatkan antibiotik selama 2 bulan,
tetapi demam dan sakit kepala tidak membaik. Pasien lahir cukup bulan, dengan riwayat kebiruan saat
menangis atau minum susu.

Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Kesadaran : GCS 13 Tekanan Darah: 90/50 mmHg, Laju Nadi:
120 x/menit, Laju Nafas: 20 x/menit, Suhu: 39º C SpO2 84% dengan udara bebas, kemudian
diberikan oksigen binasal kanul 3L/menit dan SpO2 menjadi 88%, sedangkan dengan mengunakan
simple mask 6 L/menit SpO2 menjadi 90%, BB : 16 kg Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/- Mulut : Buka mulut 3 jari, Mallampati I, bibir kebiruan. Leher : JVP tidak meningkat,
Range of Movement (ROM) baik Thoraks : Bentuk dan gerak simetris, Cor : S1, S2 reguler, gallop
(-), murmur (+)Pulmo : VBS kiri = kanan, Ronkhi -/-, Wheezing -/- Abdomen : Datar, lembut,
hepar/lien tidak teraba, bising usus (+), nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill <
2‟‟, sianosis (+/+), edema tungkai -/-.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah : Hb 14gr%, Hematokrit 41%, thrombosit 250.000/mm3 . PT/aPTT 13,2/26,9.


Intra Anestesi

Pukul 09.00 WIB tiba di kamar operasi pasien sudah terpasang jalur vena. Pasien dengan keadaan
gelisah dan menangis. Setelah dipindahkan ke meja operasi pasien diberikan premedikasi dengan
midazolam intravena 1mg, kemudian dilakukan pemasangan oksigen kanul binasal 3L/menit, monitor
EKG, tekanan darah dan saturasi oksigen. Didapatkan keadaan pasien dengan tekanan darah 95/62
mmHg, laju nadi 85 x/menit dan SpO2 88 %. Sebelum dilakukannya induksi pasien diberikan cairan
kristaloid sebanyak 500 cc. Induksi dilakukan dengan menggunakan propofol 15 mg secara titrasi,
vecuronium 1,5 mg, fentanil 10 ugr, O2 100% dan sevoflurane. Ventilasi dilakukan dengan
normoventilasi, kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan pipa endotrakea no. 6 non
kingking. Operasi berlangsung selama 1,5 jam. Jumlah cairan yang diberikan adalah 500 cc kristaloid
dan 500 cc koloid. Abses yang didapat berkisar 30-50 cc.

Pasca bedah

Setelah selesai operasi dilakukan ekstubasi di kamar operasi dan dilakukan observasi selama 20 menit
. Analgetik post operatif dengan menggunakan metamizol dan petidin secara drip yang diberikan 10-
15 gtt/menit. Setelah dilakukan observasi selama 20 menit di ruang pemulihan pasien dipindahkan ke
Neurosurgical Intensive Care Unit (NCCU) dan menjalani perawatan selama 3 hari dengan
menggunakan binasal kanul 3L/menit. Terapi antibiotik tetap diberikan. Selama dirawat di NCCU,
GCS pasien 15.
B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. J
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Godean
No RM : 060123
Diagnosa medis : Abses Otak Multiple disertai cacat jantung bawaan sianotik
Tetralogi of Fallot (TOF)
Tindakan operasi : Aspirasi Abses.
Tindakan anestesi : General Anestesi ETT
Tanggal operasi : 10 Januari 2023
Dokter bedah : dr. Rizki SpB
Dokter anestesi : dr. Nugroho SpAN
2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Pasien datang ke emergensi dengan keadaan: GCS 13, tekanan darah sistolik berkisar
90-100 mmHg, tekanan darah diastolik berkisar 50-60 mmHg, nadi 110-120 x/min, suhu
tubuh 390C, saturasi oksigen 78-88 % dan posisi pasien head up 30O . Pasien
sebelumnya mendapatkan antibiotik selama 2 bulan, tetapi demam dan sakit kepala tidak
membaik. Pasien lahir cukup bulan, dengan riwayat kebiruan saat menangis atau minum
susu.

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke emergensi dengan keadaan: GCS 13, tekanan darah sistolik berkisar
90-100 mmHg, tekanan darah diastolik berkisar 50-60 mmHg, nadi 110-120 x/min, suhu
tubuh 390C, saturasi oksigen 78-88 % dan posisi pasien head up 30O . Pasien
sebelumnya mendapatkan antibiotik selama 2 bulan, tetapi demam dan sakit kepala tidak
membaik. Pasien lahir cukup bulan, dengan riwayat kebiruan saat menangis atau minum
susu.

c. Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kesadaran : Composmentis BB : 25 kg
GCS : 13 TB : 100 cm
TD : 98/59 IMT : 25
N : 116x/menit RR : 20x/menit
b. Status Generalis
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Mulut : Buka mulut 3 jari, Mallampati
I, bibir kebiruan. Leher : JVP tidak meningkat, Range of Movement (ROM) baik Thoraks
: Bentuk dan gerak simetris, Cor : S1, S2 reguler, gallop (-), murmur (+)Pulmo : VBS kiri
= kanan, Ronkhi -/-, Wheezing -/- Abdomen : Datar, lembut, hepar/lien tidak teraba,
bising usus (+), nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill < 2‟‟, sianosis
(+/+), edema tungkai -/-.

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Rontgen
-
b. Pemeriksaan CT Scan
-
c. Pemeriksaan Lainnya
-

5. Diagnosa Anestesi

Diagnosa anestesi : Abses Otak Multiple dengan cacat jantung bawaan sianotik Tetralogi
of Fallot (TOF)

Rencana operasi : Aspirasi Abses

Rencana anestesi : General anestesi


Status asa : III

C. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi


1. Persiapan Alat

S (Scope) = Laringoskop ukuran 3 dan stetoskop

T (Tube) = Tube orotrakea No. 6,5 , 6, 7,5, laryngeal mask ukuran 5.

A (Airway) = Ambu Bag ukuran 4, OPA ukuran 4

T (tape) = Plaster

I (Introducer) = Stilet, forceps magill

C (Conector) = Terpasang

S (Suction) = Mesin suction dan kateter suction, spuit

2. Persiapan Obat

a. Obat Premedikasi : fentanyl 100 mcg


b. Obat Induksi : ketamin 50 mg
c. Obat medikasi : methylprednisolon 125 mg
d. Obat Pelumpuh Otot : atracurium 30 mg
e. Obat Analgesik : -
f. Obat 5HT : ondansentron 30 mg
g. Obat Anti Pendarahan : asam tranexsamat 100 mg
h. Obat Emergency : ephidrine 30 mg
i. Cairan Infuse : RL 1000ml 20 tpm

3. Persiapan Pasien

- Pasien di antar ke IBS pukul 09:00 WIB, dan di lakukan serah terima dengan
petugas IBS, memeriksa Status pasien, informed consent yang dibawa oleh perawat

- Memperkenalkan diri pada pasien, mengecek ulang identitas


pasien nama dan alamat (GG Melati) dan menanyakan ulang puasa
makan dan minum, dan alergi makanan (tidak ada) atau obat,
riwayat penyakit sebelumnya serta berat badan saat ini

- Dilakukan pemeriksaan gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( - ),


Kotoran ( - ), Gigi palsu ( -), Gingivitis ( - )

- Melakukan pemeriksaan pulmo pasien

- Inspeksi : Bentuk thorak normal chest, susunan ruas tulang


belakang normal, bentuk dada simetris, keadaan kulit normal, pola
nafas efektif

- Palpasi : Pemeriksaan taktil/ vocal fremitus : getaran tarakanan


dan kriteria basama

- Perkusi : vesikuler

- Auskultasi : suara nafas spontan

- Memasang monitor tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda vital


TD: 149/76, N: 87x/menit, RR: 20x/menit, suhu:36

- Memeriksa kelancaran infus dan alat kesehatan yang terpasang


pada pasien

- Menanyakan keluhan pasien saat berada di ruang premedikasi


IBS, pasien mengatakan takut dan terlihat cemas menjalani operasi

- Melaporkan kepala dokter anestesi hasil pemeriksaan di ruang


penerimaan dan kolaborasi dengan dokter anestesi pasien
dipindahkan ke meja operasi

4. Penatalaksanaan Anestesi
Pasien dipindahkan ke meja operasi dan dipasang monitor tekanan darah saturasi
oksigen

- Time out (menjelaskan identitas pasien diagnosa pasien, jenis operasi,


dan memperkenalkan orang-orang yang terlibat dalam operasi)

- jam 09.05 dilakukan pemberian obat analgesik fentanyl 100mg obat


induksi ketamin 80 mg dan atracurium 30mg

- Melakukan intubasi ETT ukuran 6 dengan cuff dan difiksasi


menggunakan hypafix
- Pasien di observasi tanda-tanda vital TD:135/75mmHg, N:80x/menit,
RR:20x/menit, suhu:36

- Pasien dilakukan insisi pada pukul 09.20 yang sebelumnya dilakukan


time out

- Pasien dilakukan sign out pada pukul 10.20

- Pasien diberikan diberikan obat SA 0,5mg dan neostigmine 1mg

- Pasien dilakukan oksigenasi hingga nafas spontan

- Pasien dilakukan tindakan suction dan dilanjutkan ekstubasi dengan tidak


lupa membuka kunci ETT dan membuka fiksasi

- Operasi selesai pada pukul 10.30 monitor tanda-tanda vital TD 120/76


mmHg:, N:88x/menit, RR: 20x/menit pasien post operasi diukur dengan
aldrete score dengan hasil skor lebih dari 8
C. Monitoring

JAM N SpO2 TD O2 Sevo RR Tindakan

09.00 80 x/menit 86 % 90/50 3 lt/mnt 20 x/mnt Pasien tiba di kamar


mmHg operasi. dan diberikan
cairan kristaloid
sebanyak 500 cc

09.05 85 x/menit 88 % 95/62 3 lt/mnt 20 x/mnt induksi Propofol 15


mmHg mg, vecurinium 1,5
mg, fentanil 10 mcg
dan sevofluran

09.10 86 x/mnt 90 % 97/60 3 lt/mnt 20 x/mnt intubasi ETT


mmHg

09.15 80 x/mnt 90 % 100/60 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

09.20 82 x/mnt 90 % 102/55 3 lt/mnt 20 x/mnt time out


mmHg

09.25 81 x/mnt 90 % 103/56 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

09.30 80 x/mnt 90 % 105/57 3 lt/mnt 20x/mnt


mmHg

09.35 81 x/mnt 90 % 105/55 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg
09.40 83 x/mnt 90 % 108/57 3 lt/mnt 20 x/mnt
mmHg

09.45 82 x/mnt 90 % 107/57 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

09.50 79 x/mnt 90 % 110/68 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

09.55 81 x/mnt 90 % 108/54 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

10.00 84 x/mnt 91 % 107/55 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

10.05 80 x/mnt 91 % 109/54 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

10.10 82 x/mnt 93 % 111/54 3 lt/mnt 20 x/mnt diberikan cairan NaCl


mmHg sebanyak 500 cc

10.15 82 x/mnt 94 % 107/57 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

10.20 86 x/mnt 94% 106/57 3 lt/mnt 20 x/mnt


mmHg

10.25 90 x/mnt 97 % 100/58 3 lt/mnt 20 x/mnt Ekstubasi


mmHg

10.30 98 x/mnt 100 % 95/55 3 lt/mnt 20x/mnt dipindahkan ke ruang


mmHg RR

D. Pengakhiran anestesi
Operasi selesai pada pukul 10.30 WIB. Setelah selesai operasi dilakukan ekstubasi di kamar operasi
dan dilakukan observasi selama 20 menit. Analgetik post operatif dengan menggunakan metamizol
dan petidin secara drip yang diberikan 10-15 gtt/menit. Setelah dilakukan observasi selama 20 menit
di ruang pemulihan pasien dipindahkan ke Neurosurgical Intensive Care Unit (NICU) dan menjalani
perawatan selama 3 hari dengan menggunakan binasal kanul 3L/menit. Terapi antibiotik tetap
diberikan. Selama dirawat di NCCU, GCS pasien 15.

E. Pemantauan RR

Jam TD N SpO2 O2 RR Steward Tindakan


score

10.35 95/55 98 100 3 20 Tingkat Pasien tiba di


mmHg kesadaran RR dilakukan
diukur monitoring TTV
dengan dan nasal canul
mengguna 3 Lpm.
kan
Steward
Score.

10.40 100/65 90 100 3 22


mmHg

10.45 97/60 100 100 3 22


mmHg

10.50 100/70 100 100 3 22 Hasil Pasien


mmHg Steward dipindahkan ke
score ruang
pasien Neurosurgical
yaitu 3 Intensive Care
Unit (NICU).
Karena Steward
score pasien ≤
5.

N Analisa Data Masalah Etiologi


O
Pre Anestesi

1 DS:
Ansietas Berhubungan dengan
- Pasien mengatakan cemas dan takut psikis pasien
sebelum operasi

DO:

- Pasien terlihat cemas dan pasrah

- Indikator kecemasan pasien


berada dalam skala sedang

- TTV

TD: 140/85mmHg

Nadi: 61x/menit

RR:19x/menit

Suhu: 36oC

- Pasien terlihat berkeringat

dan tangan nya dingin

Intra Anestesi

1 DS: Berhubungan dengan


Ketidakefektifan jalan
adanya sekret dalam
- nafas
mulut pasien
DO:

- Pasien terlihat terpasang nasal kanul

- Pasien terlihat adanya sekret

Post Anestesi

1 DS :

- Pasien mengatakan Nyeri


- Keluarga pasien mengatakan pasien
menangis saat nyeri

P : Nyeri

Q : Nyeri post operasi

R : Seperti ditusuk-tusuk
Agen cedera biologis Nyeri Akut
S : Skala nyeri 5

T : Hilang timbul

DO :

- Pasien tampak menahan nyeri

- Pasien meringis kesakitan

2 DS :

- Keluarga pasien mengatakan bahwa


balutan post operasi terdapat
Prosedur operasi invasif Resiko infeksi
rembesan

DO :

- Terdapat luka post operasi

- Terdapat rembesan di balutan post


operasi pasien

F. Masalah Kepenataan

Pre Anestesi

1. Ansietas

Intra Anestesi

1. Ketidakefektifan jalan nafas


Post Anestesi

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis


2. Resiko infeksi berhubungan dengan Prosedur operasi invasif

Rencana Intervensi pre

1. Ansietas Setelah dilakukan asuhan O: Kaji tingkat - Melakukan


keperawatan selama 1 x 30 ansietas pasien pengkajian pada
menit diharapkan pasien untuk
T: Berikan
berkurangnya dengan menilai sebesar
kenyamanan dan
kriteria hasil : apa tingkat
ketentraman hati
kecemasan.
- Pasien dapat (berdzikir dan
mengatur berdoa) - Terapi non
ketenangannya farmakologi atau
E: Edukasi tentang
dengan pemberian
- Indikator prosedur
terapi dzikir untuk
kecemasan pasien pembedahan
membuat
pada skala sedang
C: kolaborasi kenyamanan

dengan dokter kepada pasien.

anestesi untuk
- Memberikan
pemberian obat anti
edukasi kepada
depresan
pasien adalah
sebuah langkah
awal sebelum
memulai
pembedahan dan
anestesi.

- Antidepresan
adalah obat yang
digunakan untuk
menangani
depresi. Obat ini
bekerja dengan
cara
menyeimbangkan
kandungan
senyawa kimia
alami di dalam
otak yang disebut
neurotransmitter,
sehingga bisa
meredakan
keluhan dan
membantu
memperbaiki
suasana hati dan
emosi.
G. Intra Anestesi
No Diagnosa Tujuan Rencana Rasional

Intervensi

Kepenataan

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan O : Kaji pasien - Memberikan oksigen


jalan nafas tindakan anestesi terhadap jalan sesuai kebutuhan pasien
selama 1x15 menit, nafas untuk menjaga pola napas
diharapkan masalah pasien
T : Berikan oksigen
ketidakefektifan jalan
menggunakan - Batuk efektif adalah
nafas pasien dapat
mesin anestesi suatu metode batuk
berkurang dengan
dengan benar dimana
kriteria hasil : E:-
dapat menggunakan
- Menunjukkan C : Berkolaborasi energi untuk batuk
jalan nafas yang dengan dokter dengan seefektif mungkin
adekuat untuk pemberian sehingga tidak mudah
obat ekspektoran lelah dalam pengeluaran
- Mendemonstrasi
dahak secara maksimal.
kan batuk efektif

- Pasien sudah - Golongan ekspektoran

tidak terdengar diberikan dengan tujuan

suara nafas untuk meningkatkan

tambahan. kemampuan sekresi


mukus purulen dan untuk
meningkatkan sekresi
cairan saluran napas yang
bertujuan untuk
mengencerkan lendir agar
tidak lengket di
permukaan saluran napas
H. Rencana Intervensi Post

No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Setelah dilakukan - O : Kaji nyeri - Pengkajian nyeri
tindakan asuhan termasuk lokasi, dilakukan agar
kepenataan 2 x 60 durasi dan skala pasien dapat
menit diharapkan nyeri nyeri serta menilai rasa nyeri
akut berkurang dan observasi TTV yang dirasakan
teratasi dengan kriteria
- T : Atur posisi - Pengompresan
hasil :
pasien senyaman dilakukan agar

- Tingkat mungkin dapat mengurangi

kenyamanan rasa nyeri


- E : Ajarkan
dengan pasien teknik relaksasi - Penggunaan
sudah tidak nafas dalam tindakan pereda
merasakan nyeri nyeri non-invasif
- C : Kolaborasi
- Tingkat nyeri dapat meningkatkan
dengan perawat
berkurang dari efek terapi obat
untuk pemberian
skala 5 menjadi 3 pereda nyeri
terapi non
farmakologi
(relaksasi nafas
dalam) dan
terapi
farmakologi
(obat analgesik)

I. Implementasi Pre

Tgl/waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi


Ansietas 1. Mengkaji tingkat S:
ansietas pasien
- Pasien mengatakan sudah
2. Memberikan merasa tenang
kenyamanan dan
- Pasien mengatakan sudah
ketentraman hati
siap operasi
dengan berdzikir dan
banyak berdoa - Pasien mengatakan sudah
paham prosedur pembedahan
3. Memberikan
dan prosedur anestesi
edukasi kepada pasien
mengenai prosedur O:
pembedahan
-RR : 18x/m, SpO2 : 90 %
4. Mengkolaborasi
dengan dokter untuk -Pasien terlihat sesekali
pemberian obat menarik nafas dalam
antidepresan
A:

-Masalah ansietas teratasi

P:

-Intervensi dihentikan
J. Implementasi intra

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Waktu

Intra

Ketidakefektifan 1. Mengkaji TTV, S:


Pola Napas Pantau pernapasan pasien
-
2. Memberikan alat
bantu nafas dengan simpel pasien
mask 6 lt/m mengataka
n sesak
3. Mengajarkan pasien
berkurang
untuk mengatur pola nafas
O:
4. Mengkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian - RR
terapi farmakologi bila : 18x/m,
diperlukan SpO2 : 90
%

Setelah di
berikan alat
bantu nafas
dengan
simpel
mask 6lt/m
dan di
ajarkan
untuk
mengatur
pola nafas
pasien
tampak
tidak
kesulitan
saat
bernafas

A:

masalah
ketidakefek
tifan pola
nafas
teratasi
sebagian

P:

Lanjutkan
intervensi

K. Implementasi post

Tanggal waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi


10 Oktober Nyeri akut 11.15 WIB 09.40 WIB
2022
- Kaji dan observasi S : -
Pukul 10.50 nyeri menggunakan metode
O:
WIB OPQRSTUV

- O : Pasien
- Berikan terapi
mengeluhkan nyeri
teknik relaksasi nafas
pada bagian operasi
dalam

- Q : cenat
- Ajarkan metode
cenut
distraksi untuk
menghindari pikiran - R : Luka
negative tentang rasa post operasi
nyeri
- S : 5 ke 3
- Kolaborasikan pada
dokter untuk - T : terus
pemberian obat menerus
analgesik
- U : Pasien
mengatakan nyeri
ini meningkat
setelah operasi

- V : Pasien
berharap nyerinya
segera berkurang

O :- Pasien terlihat
sudah tidak menahan
nyeri

- Pasien
terlihat tenang

- TD : 120/80
mmHg

- N :
90x/menit

- RR :
20x/menit

- SpO2 : 98%

- S : 36 C

A : masalah nyeri akut


teratasi

P : Hentikan intervensi

BAB 1V

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada pada tubuh
manusia.Sistem kardiovaskuler memiliki dua jalur sirkuler utama yaitu sirkuit paru-paru yang
mengedarkan darah melalui paru-paru dan sirkuit sistemis yang melayani kebutuhan jaringan-jaringan
tubuh. Prinsip pengelolaan perioperatif pembedahan nonkardiak pada keadaan tetralogy of Fallot
(TOF) ialah mencegah peningkatan shunt dari kanan ke kiri dengan menurunkan spasme infundibular
serta menjaga agar tidak terjadi penurunan SVR dan peningkatan PVR, karena derajat dan juga arah
shunting ditentukan oleh hubungan antara PVR dan SVR.
DAFTAR PUSTAKA

Puput. 2015. Latar Belakang Penyakit Kardiovaskuler. Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jawa
Timur

Valentino, Andrea, dkk. 2019. Abses Otak. Universitas Riau

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta : DIVA Press

Hirzi, Sukma Maulana. 2019. Anatomi Fisiologi dan Patofisiologi Jantung. Jurnal Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai