Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular dapat berasal dari aneurisma, shunts, emboli, pelepasan enzim
maupun protein jantung, stenosis, thrombus, dan inkompetensi katup Terdapat beberapa macam
kelainan seperti penyakit jantung koroner, infark miokard, gagal jantung, kardiomiopati, kelainan
katup jantung, penyakit jantung rematik, thrombosis, endocarditis, atherosclerosis yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam fungsi jantung. Perubahan fungsi jantung ini berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan akan oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh.
Adapun faktor yang memperburuk penyakit kardiovaskular seperti kebiasaan merokok yang
diakibatkan karena zat nikotin yang terkandung dalam asap rokok dapat berpengaruh terhadap
penumpukan lemak dalam pembuluh darah, status sosial ekonomi yang rendah dapat berpengaruh
terhadap tingkat stress, pola makan yang tidak terkontrol, tidak diimbangi dengan aktivitas yang
cukup sehingga menyebabkan obesitas dan hipertensi yang dapat menyebabkan kerja jantung semakin
kuat (Azam, Farahdika, 2015:2). Hal ini dapat menjadi masalah serius bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila tidak ditangani dengan tepat.
Menurut data American Heart Association (2015), angka kematian penyakit kardiovaskular di
Amerika Serikat sebesar 31,3%. Lebih dari 5 juta penduduk US mengalami penyakit kardiovaskular,
dan 550.000 kasus baru ditemukan tiap tahunnya (Smeltzer, et.al., 2010:210). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (2013:90) menunjukkan prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia seperti
jantung koroner yang didiagnosis atau dengan gejala sebesar 1,5% dan gagal jantung yang didiagnosis
atau dengan gejala sebesar 0,3%. Prevalensi penyakit kardiovaskular terus meningkat seiring
bertambahnya usia. Data penderita penyakit kardiovaskular di empat rumah sakit di kota Malang dan
di kota Batu sejak Januari hingga September 2016 tercatat sekitar 4000 penderita penyakit jantung
yang terdiri dari jantung koroner, gagal jantung, aritmia, kardiomiopati. Di rumah sakit Saiful Anwar
Malang penyakit kardiovaskular merupakan penyakit mematikan nomor dua setelah cidera kepala
berat, namun di tingkat nasional penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu (Jawa
Pos, 2016:39).
B. Tujuan
C. Manfaat
Agar Mahasiswa dapat mengetahui asuhan kepenataan pada pasien komplikasi pada gangguan
sistem kardiovaskuler.
A. Definisi
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada pada tubuh
manusia.Sistem kardiovaskuler memiliki dua jalur sirkuler utama yaitu sirkuit paru-paru yang
mengedarkan darah melalui paru-paru dan sirkuit sistemis yang melayani kebutuhan jaringan-
jaringan tubuh.Pada dasarnya banyak gejala gangguan kardiovaskuler hampir serupa dengan
gejala atau tanda gangguan lain. Hal ini sering kali menyebabkan orang awam salah
menganggap gejala umum yang dirasakan sebagai gejala penyakit jantung dan bahkan
masyarakat sering menduga-duga tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mengenai penyakit
kardiovaskuler. Gangguan kardiovaskular biasanya baru akan ditemukan setelah melakukan
pemeriksaan fisik.Sistem pakar dikembangkan agar dapat membantu tugas-tugas para ahli
dengan bantuan sebuah sistem yang memiliki pengetahuan, tanpa harus ada seorang pakar
yang bekerja di tempat tersebut. Metode case based reasoning atau penalaran berbasis kasus
merupakan sebuah metodologi yang menggunakan pengalaman atau kasus yang lama agar
dapat mengerti dan menyelesaikan masalah atau kasus yang baru.Secara garis besar tahapan
penyelesaian masalah menggunakan metode case based reasoning dibagi menjadi 4 tahapan,
diantaranya retrieve, reuse, revise, retain (Remita,2019)
B. Etiologi
Pada sebagian kasus penyebab dari TOF tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1). Faktor Endogen:
- Berbagai jenis penyakit genetik seperti kelainan kromosom - Anak yang lahir sebelumnya
menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi dan penyakit
kelainan bawaan lainnya
2. Faktor Eksogen
- Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, minum jamu
- Selama hamil ibu menderita rubella atau infeksi virus lainnya
- Pajanan terhadap sinar X
- Gizi buruk selama hamil
- Ibu yang alkoholik dan usia ibu di atas 40 tahun Para ahli berpendapat bahwa penyebab
faktor endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multi faktor. Apapun sebabnya, pajanan
terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada
minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai (sumber: Bambang M,
et all, 2005).
C. Patofisiologi
Organisme penyebab abses otak dapat memasuki sistem saraf pusat melalui sumber
infeksi yang dekat dari otak pada 25% - 50% kasus. Sumber infeksi tersebut dapat berasal
dari telinga tengah, sel mastoid, dan sinus paranasal. Abses otak yang disebabkan oleh otitis
media biasanya akan berlokasi di lobus temporal atau serebelum. Komplikasi intrakranial
akan meningkat pada penderita otitis media yang tidak ditangani dengan baik. Pasien abses
otak sekunder yang berasal infeksi di sinus paranasalis, abses otak dominan terjadi di lobus
frontal. Ketika abses merupakan komplikasi dari sphenoid sinusitis, risiko infeksi di lobus
temporal atau sella turcica akan meningkat. Infeksi pada gigi terutama gigi molar akan
meningkatkan risiko abses otak yang sering terjadi di lobus frontal, tetapi infeksi bisa sampai
ke lobus temporal. Penyebaran hematogen ke otak umumnya akan menyebabkan abses
multiple dan abses multiloculated dengan tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan abses
dari sumber infeksi yang dekat (Andrea, 2019)
Tingginya angka kematian dihubungkan dengan kegagalan untuk menegakkan diagnosis atau
kerumitan anatomi dari abses sepeti abses multiloculated. Sumber yang paling umum
penyebab abses otak secara hematogen pada orang dewasa adalah penyakit paru piogenik
kronis seperti abses paru, bronkiektasis, empiema dan kistik fibrosis. Sumber infeksi lainnya
dapat berasal dari luka, infeksi kulit, osteomielitis, infeksi pelvis dan infeksi intra abdominal.
Abses otak juga dapat terjadi setelah terapi varises esophagus. Penyakit jantung kongenital
sianotik terutama tetralogi of fallot merupakan faktor predisposisi penyebab abses otak yang
terjadi pada 5%-15% kasus. Abses otak terjadi pada 5% pasien endokarditis infektif. Ada
kemungkinan abses otak pada pasien dengan telangiectasia hemoragik herediter, malformasi
arteriovenous paru.
Trauma bisa menyebabkan pembentukan abses otak sebagai hasil dari fraktur terbuka
kranial dengan kerusakan pada lapisan dural, oleh benda asing atau akibat tindakan bedah.
Insidensi abses otak akibat trauma pada masyarakat yakni 2,5% sampai 10,9%. Abses otak
nosokomial bisa terjadi setelah pemasangan hallo pin dan setelah memasukan elektroda pada
fokus lokasi kejang (Andrea, 2019)
D. Anatomi fisiologi
Sistem kardiovaskuler adalah system yang menjelaskan tentang sirkulasi yang terjadi
pada tubuh manusia, sirkulasi yang baik dapat dilihat dari komponen di dalamnya dalam
kondisi yang baik besar jantung pada orang dewasa 250-360gr letak jantung berada di rongga
mediastinum medialis sebelah kiri, di belakang sternum, di depan dari tulang belakang dan
diatas diafragma serta dikelilingi oleh paru kanan dan kiri (Yudha, 2017) . Secara dari
struktur jantung terdiri dari garis yang biasa di sebut lurik otot, pola ultra strukturnya juga
mirip dengan otot lurik, sehingga apabila dilihat secara mikroskopik terlihat jelas terdapat sel
bercabang berhubungan bebas dan membentuk jaringan kompleks 3 dimensi (patricia, 2013).
Sedangkan menurut (Syarifudin, 2006) menyatakan bahwa bentuk jantung menyerupai
jantung pisang, bagian atasnya tumpul yang biasa disebut dengan basis kordis, letak jantung
didalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara
kosta V dan VI dua jari di papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang
disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar kepalan tangan kanan dan beratnya 250-
300 gr. sel otot jantung memiliki karakteristik yang tidak biasa, yang sebagian besarnya
dimiliki oleh membrane sel atau sarkolema, untuk memompa secara efektif, otot jantung
harus berkontraksi sebagai unit tunggal.agar otot jantung berkontraksi secara stimulant,
jantung berkontraksi tanpa menggunakan jaringan saraf yang banyak, sehingga apabila
terdapat kontraksi maka impuls akan dihantarkan dari sel ke sel melalui diskus interkalaris.
Pada setiap sel miokardium, membrane sel miokardium di dekatnya terlipat rumit dan area di
sekitarnya tersambung kuat, area ini disebut diskus interkalaris tempat depolarisasi
dihantarkan secara sangat cepat dari sel ke sel berikutnya (Patricia, 2013).
2.1.1 Lapisan Jantung
Jantung dilapisi oleh selaput yang kuat, dan dikelilingi oleh rongga perikardium yang
terdiri oleh 2 lapisan perikardium yang diantaranya perikardium viseralis (epikardium) dan
lapisan paritalis, bagian luar perikard terdapat pembuluh darah besar dan diletakkan oleh
ligament pada kolumna vertebralis, diafragma, dan bagian- bagian jaringan lain di dalam
rongga mediastinum (Yudha, 2017) Menurut (Aaronson, 2010) Jantung memiliki tiga lapisan
dan masing- masing lapisan memiliki fungsi yang berbeda, diantaranya yaitu:
a. Perikardium, merupakan selaput-selaput yang mengitari jantung yang terdiri atas dua
lapisan, yaitu: Perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput
paru).
Perikardium visceralis (lapisan permukaan dari jantung yang disebut epikardium). Diantara
kedua lapisan diatas, terdapat 50 cc cairan perikardium yang berfungsi sebagai pelumas agar
tidak terjadinya gesekan antara perikardium dan epikardium yang timbul akibat gerak jantung
saat memompa
b. Miokardium, merupakan lapisan tengah (lapisan inti) dari jantung dan paling tebal serta
terdiri dari otot-otot jantung. Fungsinya ialah kontraksi jantung;
c. Endokardium, merupakan lapisan terluar yang terdiri dari jaringan endotel.
E. Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan karena tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,
sehingga aliran darah menjadi berkurang. Arteri – arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
2. Infark miokardium
Terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan – perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel,
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan
darah.
3. Gagal ginjal
Terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan – perubahan
waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel, sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan darah.
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
Dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat).
Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.
Akibatnya, neuron – neuron di sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta
kematian. Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak memadai. Bayi juga dapat
mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan. (Ardiansyah, 2012)
F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala penyakit jantung adalah keluhan rasa tidak nyaman di dada atau
nyeri dada (angina) yang berlangsung selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau saat
aktivitas yang disertai gejala keringat dingin atau gejala lainnya seperti lemah, rasa mual, dan
pusing. (Kemenkes RI, 2019)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien dengan TOF adalah:
1. Medikamentosa
Penatalaksanaan ini dilakukan terhadap klien dengan TOF yang sering mengalami
spell hipoksik berulang, dan belum dilakukan tindakan pembedahan.
a. Pemberian resusitasi dengan memberikan oksigen konsentrasi tinggi untuk meningkatkan
saturasi darah arterial untuk mencegah kerusakan otak. Resusitasi cairan juga perlu diberikan
agar klien terhindar dari dehidrasi.
b. Betabloker (propanolol) Pemberian propanolol berfungsi untuk menurunkan denyut
jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas miokard, serta mengurangi spasme
infundibular sehingga dapat mengatasi spell, dipakai untuk mencegah dan mengobati
serangan sianosis. Propnolol dapat diberikan secara intravena dan oral. Untuk dosis intravena
0,01 mg - 0,25 mg/kg BB, sedangkan untuk dosis oral 2-6 mg/kg BB/hari dalam 3-4 kali
pemberian.
c. Morfin Pemberian morfin sulfat dengan dosis 0,1-0,2 mg/kg secara subcutan atau intravena
bertujuan untuk menekan sentra pernafasan dan mengurangi hiperepnea juga menurunkan
tonus simpatik dan menurunkan konsumsi oksigen.
d. Ketamin Pemberian ketamin dengan dosis 1-3 mg/kg BB/iv bertujuan untuk meningkatkan
SVR dan memberi efek sedasi pada anak.
e. NaHCO3 atau Natrium Bicarbonat Natrium bicarbonat merupakan sebuah pengalkali
sistemik kuat untuk mengobati asidosis metabolik berat dengan mengganti ion bikarbonat dan
memulihkan kapasitas buffer tubuh.
H. Pemeriksaan penunjang
A. KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, berat badan 25 kg dengan abses otak multiple yang disertai
dengan cacat jantung bawaan sianotik Tetralogi of Fallot (TOF) akan dilakukan aspirasi abses.
Anamnesa
Pasien datang ke emergensi dengan keadaan: GCS 13, tekanan darah sistolik berkisar 90-100 mmHg,
tekanan darah diastolik berkisar 50-60 mmHg, nadi 110-120 x/min, suhu tubuh 390C, saturasi oksigen
78-88 % dan posisi pasien head up 30O . Pasien sebelumnya mendapatkan antibiotik selama 2 bulan,
tetapi demam dan sakit kepala tidak membaik. Pasien lahir cukup bulan, dengan riwayat kebiruan saat
menangis atau minum susu.
Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Kesadaran : GCS 13 Tekanan Darah: 90/50 mmHg, Laju Nadi:
120 x/menit, Laju Nafas: 20 x/menit, Suhu: 39º C SpO2 84% dengan udara bebas, kemudian
diberikan oksigen binasal kanul 3L/menit dan SpO2 menjadi 88%, sedangkan dengan mengunakan
simple mask 6 L/menit SpO2 menjadi 90%, BB : 16 kg Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/- Mulut : Buka mulut 3 jari, Mallampati I, bibir kebiruan. Leher : JVP tidak meningkat,
Range of Movement (ROM) baik Thoraks : Bentuk dan gerak simetris, Cor : S1, S2 reguler, gallop
(-), murmur (+)Pulmo : VBS kiri = kanan, Ronkhi -/-, Wheezing -/- Abdomen : Datar, lembut,
hepar/lien tidak teraba, bising usus (+), nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill <
2‟‟, sianosis (+/+), edema tungkai -/-.
Pemeriksaan Laboratorium
Pukul 09.00 WIB tiba di kamar operasi pasien sudah terpasang jalur vena. Pasien dengan keadaan
gelisah dan menangis. Setelah dipindahkan ke meja operasi pasien diberikan premedikasi dengan
midazolam intravena 1mg, kemudian dilakukan pemasangan oksigen kanul binasal 3L/menit, monitor
EKG, tekanan darah dan saturasi oksigen. Didapatkan keadaan pasien dengan tekanan darah 95/62
mmHg, laju nadi 85 x/menit dan SpO2 88 %. Sebelum dilakukannya induksi pasien diberikan cairan
kristaloid sebanyak 500 cc. Induksi dilakukan dengan menggunakan propofol 15 mg secara titrasi,
vecuronium 1,5 mg, fentanil 10 ugr, O2 100% dan sevoflurane. Ventilasi dilakukan dengan
normoventilasi, kemudian dilakukan intubasi dengan menggunakan pipa endotrakea no. 6 non
kingking. Operasi berlangsung selama 1,5 jam. Jumlah cairan yang diberikan adalah 500 cc kristaloid
dan 500 cc koloid. Abses yang didapat berkisar 30-50 cc.
Pasca bedah
Setelah selesai operasi dilakukan ekstubasi di kamar operasi dan dilakukan observasi selama 20 menit
. Analgetik post operatif dengan menggunakan metamizol dan petidin secara drip yang diberikan 10-
15 gtt/menit. Setelah dilakukan observasi selama 20 menit di ruang pemulihan pasien dipindahkan ke
Neurosurgical Intensive Care Unit (NCCU) dan menjalani perawatan selama 3 hari dengan
menggunakan binasal kanul 3L/menit. Terapi antibiotik tetap diberikan. Selama dirawat di NCCU,
GCS pasien 15.
B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. J
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Godean
No RM : 060123
Diagnosa medis : Abses Otak Multiple disertai cacat jantung bawaan sianotik
Tetralogi of Fallot (TOF)
Tindakan operasi : Aspirasi Abses.
Tindakan anestesi : General Anestesi ETT
Tanggal operasi : 10 Januari 2023
Dokter bedah : dr. Rizki SpB
Dokter anestesi : dr. Nugroho SpAN
2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Pasien datang ke emergensi dengan keadaan: GCS 13, tekanan darah sistolik berkisar
90-100 mmHg, tekanan darah diastolik berkisar 50-60 mmHg, nadi 110-120 x/min, suhu
tubuh 390C, saturasi oksigen 78-88 % dan posisi pasien head up 30O . Pasien
sebelumnya mendapatkan antibiotik selama 2 bulan, tetapi demam dan sakit kepala tidak
membaik. Pasien lahir cukup bulan, dengan riwayat kebiruan saat menangis atau minum
susu.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kesadaran : Composmentis BB : 25 kg
GCS : 13 TB : 100 cm
TD : 98/59 IMT : 25
N : 116x/menit RR : 20x/menit
b. Status Generalis
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Mulut : Buka mulut 3 jari, Mallampati
I, bibir kebiruan. Leher : JVP tidak meningkat, Range of Movement (ROM) baik Thoraks
: Bentuk dan gerak simetris, Cor : S1, S2 reguler, gallop (-), murmur (+)Pulmo : VBS kiri
= kanan, Ronkhi -/-, Wheezing -/- Abdomen : Datar, lembut, hepar/lien tidak teraba,
bising usus (+), nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill < 2‟‟, sianosis
(+/+), edema tungkai -/-.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Rontgen
-
b. Pemeriksaan CT Scan
-
c. Pemeriksaan Lainnya
-
5. Diagnosa Anestesi
Diagnosa anestesi : Abses Otak Multiple dengan cacat jantung bawaan sianotik Tetralogi
of Fallot (TOF)
T (tape) = Plaster
C (Conector) = Terpasang
2. Persiapan Obat
3. Persiapan Pasien
- Pasien di antar ke IBS pukul 09:00 WIB, dan di lakukan serah terima dengan
petugas IBS, memeriksa Status pasien, informed consent yang dibawa oleh perawat
- Perkusi : vesikuler
4. Penatalaksanaan Anestesi
Pasien dipindahkan ke meja operasi dan dipasang monitor tekanan darah saturasi
oksigen
D. Pengakhiran anestesi
Operasi selesai pada pukul 10.30 WIB. Setelah selesai operasi dilakukan ekstubasi di kamar operasi
dan dilakukan observasi selama 20 menit. Analgetik post operatif dengan menggunakan metamizol
dan petidin secara drip yang diberikan 10-15 gtt/menit. Setelah dilakukan observasi selama 20 menit
di ruang pemulihan pasien dipindahkan ke Neurosurgical Intensive Care Unit (NICU) dan menjalani
perawatan selama 3 hari dengan menggunakan binasal kanul 3L/menit. Terapi antibiotik tetap
diberikan. Selama dirawat di NCCU, GCS pasien 15.
E. Pemantauan RR
1 DS:
Ansietas Berhubungan dengan
- Pasien mengatakan cemas dan takut psikis pasien
sebelum operasi
DO:
- TTV
TD: 140/85mmHg
Nadi: 61x/menit
RR:19x/menit
Suhu: 36oC
Intra Anestesi
Post Anestesi
1 DS :
P : Nyeri
R : Seperti ditusuk-tusuk
Agen cedera biologis Nyeri Akut
S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul
DO :
2 DS :
DO :
F. Masalah Kepenataan
Pre Anestesi
1. Ansietas
Intra Anestesi
anestesi untuk
- Memberikan
pemberian obat anti
edukasi kepada
depresan
pasien adalah
sebuah langkah
awal sebelum
memulai
pembedahan dan
anestesi.
- Antidepresan
adalah obat yang
digunakan untuk
menangani
depresi. Obat ini
bekerja dengan
cara
menyeimbangkan
kandungan
senyawa kimia
alami di dalam
otak yang disebut
neurotransmitter,
sehingga bisa
meredakan
keluhan dan
membantu
memperbaiki
suasana hati dan
emosi.
G. Intra Anestesi
No Diagnosa Tujuan Rencana Rasional
Intervensi
Kepenataan
I. Implementasi Pre
P:
-Intervensi dihentikan
J. Implementasi intra
Intra
Setelah di
berikan alat
bantu nafas
dengan
simpel
mask 6lt/m
dan di
ajarkan
untuk
mengatur
pola nafas
pasien
tampak
tidak
kesulitan
saat
bernafas
A:
masalah
ketidakefek
tifan pola
nafas
teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi
K. Implementasi post
- O : Pasien
- Berikan terapi
mengeluhkan nyeri
teknik relaksasi nafas
pada bagian operasi
dalam
- Q : cenat
- Ajarkan metode
cenut
distraksi untuk
menghindari pikiran - R : Luka
negative tentang rasa post operasi
nyeri
- S : 5 ke 3
- Kolaborasikan pada
dokter untuk - T : terus
pemberian obat menerus
analgesik
- U : Pasien
mengatakan nyeri
ini meningkat
setelah operasi
- V : Pasien
berharap nyerinya
segera berkurang
O :- Pasien terlihat
sudah tidak menahan
nyeri
- Pasien
terlihat tenang
- TD : 120/80
mmHg
- N :
90x/menit
- RR :
20x/menit
- SpO2 : 98%
- S : 36 C
P : Hentikan intervensi
BAB 1V
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada pada tubuh
manusia.Sistem kardiovaskuler memiliki dua jalur sirkuler utama yaitu sirkuit paru-paru yang
mengedarkan darah melalui paru-paru dan sirkuit sistemis yang melayani kebutuhan jaringan-jaringan
tubuh. Prinsip pengelolaan perioperatif pembedahan nonkardiak pada keadaan tetralogy of Fallot
(TOF) ialah mencegah peningkatan shunt dari kanan ke kiri dengan menurunkan spasme infundibular
serta menjaga agar tidak terjadi penurunan SVR dan peningkatan PVR, karena derajat dan juga arah
shunting ditentukan oleh hubungan antara PVR dan SVR.
DAFTAR PUSTAKA
Puput. 2015. Latar Belakang Penyakit Kardiovaskuler. Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jawa
Timur
Hirzi, Sukma Maulana. 2019. Anatomi Fisiologi dan Patofisiologi Jantung. Jurnal Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.