Makalah
Obat-Obat Gangguan Sistem Saraf Pusat
Oleh :
Rudol Manda Parintak
12077
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan.
Melalui makalah ini, kita dapat mengetahui tentang macam-macam obat dan
fungsinya, beserta, dosis dan efek sampingnya. Pembuatan makalah ini
menggunakan metode kepustakaan,serta data-data penulis peroleh dari beberapa
sumber dan pemikiran yang penulis gabungkan sehingga menjadi sebuah
makalah yang semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah
ini.Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, agar makalah ini akan semakin baik sajiannya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
Daftar isi
Halaman Sampul.......................................................................................................... I
Kata Pengantar............................................................................................................ II
Daftar isi........................................................................................................................ III
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Sistem Saraf Pusat.............................................................................. 4
2.2 Klasifikasi Sistem Saraf Pusat.......................................................................... 5
2.3 Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat................................................................ 5
2.4 Jenis Obat-Obat Sistem Saraf Pusat & Mekanisme Kerjanya...................... 7
BAB III PENUTUP
.... 3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 22
3.2 Saran................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus
dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang
merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ
penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.
Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang
berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel Schwann yang
merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong
(neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh
karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan
traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-
sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam
percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan
gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut
saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel saraf baik
sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis adalah serabut eferen, serabut
campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah akson dari sel saraf motorik dan sensorik.
Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sels araf, membran
akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan
dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permiabel
tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.
Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi
lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat,
arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasiakan merangsang membran
disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut
terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai potensial
aksi yang terjadi akibat adanya rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah
mengalami perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi,
telensefalon lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari bulbus
olfaktori. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari. Oleh
karena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai obat-obat gangguan neurologi
(saraf).
BAB IIPEMBAHASAN
2 2.1 Defenisi Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi, dimana seluruh aktivitas tubuh
dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang. Otak dilingdungi oleh tengkorak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-
ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selaput meningia yang
melindungi sistem saraf halus, membawa pembuluh darah, dan dengan mensekresi sejenis cairan
yang disebut serebrospinal, selaput meningia dapat memperkecil benturan dan guncangan.
Meningia terdiri ata tiga lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan duramater.
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu
jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain.
Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum medula
dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP
akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah.
Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf tepi
(SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula
diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit
disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan
reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan
seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang
dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang
aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung memblokir proses
proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas
(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat
memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi
pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat
fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika);
Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia
(wekamin)).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan
penyakit Parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah
sejumlah tahapan dalam hantaran kimia (tergantung kerja transmitter).
1. AMFETAMIN
Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem saraf
pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.
2. METILFENIDAT
Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
Tachicardia
Farmakodinamik : mula- mula :0,5 – 1 jam P : 1 – 3 jam, L : 4-8 jam.
dosis pemberian : Dewasa : 10 mg 3x/hr & Anak : 0.25 mg/kgBB/hr.
3. KAFEIN
Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi SSP
dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr.
4. NIKETAMID
Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV
5. DOKSAPRAM
1. Obat Anestetik
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacan-macam tindakan operasi.
a). Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls
syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan demikian dapat
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Efek samping
Eek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari kardiodepresifnya
( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi berupa dermatitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :
1. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan oksibuprokain
2. Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,, cinchokain dll.
Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
Efek samping
Hampir semua anestetik umum mengakibatkan sejumlah efek samping yang terpenting
diantaranya adalah :
Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken
Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang paling ringan
pada eter
Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental dan
heksobarbital)
2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan. Contohnya eter,
dll.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Dinitrogen monoksida
Indikasi : anestesi inhalasi
2. Enfluran
Indikasi : anestesi inhalasi ( untuk pasien yang tidak tahan eter)
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah, dan mual
3. Halotan
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi
4. Droperidol
Indikasi : anestesi inhalasi
5. Eter
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernafasan
6. Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi inhalasi
e Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi ), halusinasi dan tekanan darah naik.
7. Tiopental
Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip dengan morfin antara
lain :
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya flurazepam, kloralhidrat,
dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di
kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
2. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
3. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta paraldehida.
4. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium ) dan
turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
5. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
Efek samping
1. Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak karena
disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
2. Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran
keruh.
3. Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan
rahang )
4. Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
5. Efek anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan
penglihatan.
6. Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan
7. Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.
2). Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti konvulsi
yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan gangguan tidur, dikenal
dengan Minor Tranquilizer.
Penggolongan obat-obat ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :
1.Derivat Benzodiazepin
2.Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.
Adapun obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2:
a. Anti Depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan
melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu menghilangkan inaktivitas fisik
dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti depresiva dapat memperbaiki
suasana jiwa dan dapat menghilangkan gejala-gejala murum dan putus asa. Obat ini terutama
digunakan pada keadaan depresi, panic dan fobia.
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
1. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan
efek samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan amitriptilin.
2. Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gangguan
jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
3). Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan prestasi
fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan
kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.
.
4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi. Contoh : Diazepam,
Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.
Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat.
Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu.
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggolongan:
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan
untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik antipirentik dan
anti
inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek
sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
2. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek samping golongan ini serupa
denga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat
menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek samping
dari parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat
menyebabkan kerusakan hati.
3. Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping
semua derivate pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan
trombositopenia.
4. Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif dibandingkan
dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna
sering timbul.
Penggunaan :
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa memengaruhi SSP atau
menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya
antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri,
melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti
rematik dan encok.
Efek samping :
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal
dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau
dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.
2. Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:
Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat
analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetik narkotik.
7. Antipiretik
adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
8. Obat Antimigrain
Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari nyeri hebat pada
satu sisi.
Penggunaan
1. untuk menghindari sel-sel otak
2. mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun keluarganya
3. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang
Penggolongan
1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua jenis
epilepsi. Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan
pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti
konvulsif.
4. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan
antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif,klorazepam,
klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi kurang
efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan
meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.
2. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi: depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping :mengantuk, depresi mental
3. Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi: gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-
kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,
ketergantungan, kadang nyeri kepala.
Penggunaan :
Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
1. Mabuk jalan
2. Mabuk kehamilan
3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada pengobatan dengan
radiasi atau obat-obat sitostatik.
Penggolongan
1. Anti histamin
Efek samping anti histamine ini adalah mengantuk. Anti histamine yang dipaki adalah
sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.
2. Dopamin blokersinarizin
3. Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo reseptor trigger zone
tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yng dipaki adalah klorpromazin HCl,perfenazin,
proklorperazin dan trifluoperazin.
4. Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek samping jarang terjadi
hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipaki pada kasus mual dan muntah yang berkaitan
dengan obat-obatan sitostatika.
5. Antagonis serotonin
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
Obat generic, indikasi, kontra indikasi, efek samping
1. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala
2. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
3. Klorpromazin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
4. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
5. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
6. Trifluoperazin
Indikasi :mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra pyramidal
Penggunaan
Meskipun pengobatan parkison tidak dapat mencegah progesi penyakit, tetapi sangat
memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu pemberian obat
sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit demi sedikit.
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :
1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada pasien
dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin.
2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit Parkinson
idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
3. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, Bermacam-macam penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda, begitu pula
dengan obatnya selain mempunyai fungsi masing-masing obat juga mempunyai efek
sampingnya masing-masing, dan sebagai perawat kita semua harus bisa memahami tentang obat
dan jenisnya.
3.1 Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran dan
pengetahuan penulis yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini penulis
sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua
pembaca.
Tidak terlepas dari semua itu penulis juga menyarankan bahwa sebaiknya gunakanlah obat
sesuai anjuran dokter, dan pergunakanlah obat tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita ,
jangan menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R:farmakologi, pendekatan proses keperawatan: EGC,
Jakarta.1996
Tan, Hoan, Tjay dan Raharja, Kirana: obat-obat penting, edisi keempat:1991
Muschleir, emst, dinamika obat, edisi kelima, penerbit ITB, Bandung: 1991
Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT. Grafindian
Jaya.
Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta :EGC.
n Website :
http://afifahyunitasari.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-pengaruh-narkoba.html
http://hattaanita.blogspot.com/2011/03/contoh-makalah-pengaruh-narkoba.html
http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/pengaruh-obat-obatan-terhadap-sistem.html
http://www.sridianti.com/biologi/saraf/obat-sistem-saraf/
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/gangguan-pada-sistem-regulasi/
http://slametarmia.blogspot.com/2013/02/makalah-farmakologi-obat-analgesik.html
http://kahfiteplan.blogspot.com/2012/04/obat-sistem-saraf-pusat.html