ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN DIAGNOSA MEDIS
INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
OLEH:
Cia
NIM 2018.C.10a.0962
Tingkat IV B/Semester VII
Kirnanoro & Maryana (2016) di dalam buku Anatomi Fisiologi, komponen penting dari
sistem kardiovaskular manusia jantung, darah dan pembuluh darah. Sistem ini mencakup
sirkulasi
paru-paru yang memberikan oksigen ke darah dan membawa keluar karbondioksida
dan uap air dari tubuh. Orang dewasa rata-rata memiliki sekitar 5 sampai 6 liter darah, itu
merupakan 7% dari total berat badan. Sistem pencernaan pada manusia bekerja dengan
system sirkulasi untuk memberikan nutrisi ke jantung. Jantungterletak pada anterior tulang
punggung dibelakang dan posterior pada tulang dada di dada. Dalam istilah ilmiah dapat
dikatakan jantung terletak pada sub-sternum, pusat dada, dan superior pada perut. Denyut
jantung normal adalah 72 kali per menit. Denyut jantung dikatakan abnormal cepat, yaitu jika
lebih dari 100 per menit, kondisi ini dikenal sebagai takikardi. Sebaliknya, denyut jantung
abnormal lambat dikenal sebagai bradikardia. Detak jantung atau bahkan palpitasi dapat
dirasakan di dada, leher dan tenggorokan.
2.1.3 Etiologi
Menurut Nurarif (2013), penyebab IMA yaitu :
2.1.3.1 Faktor penyebab :
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis, spasme, arteritis.
Faktor sirkulasi : Hipotensi, stenosos Aurta, insufisiensi.
Faktor darah : Anemia, hipoksemia, polisitemia.
Curah jantung yang meningkat :
Aktifitas yang berlebihan.
Emosi.
Makan terlalu banyak.
Hypertiroidisme.
Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
Kerusakan miocard.
Hypertropimiocard.
Hypertensi diastolic.
2.1.3.2 Faktor predisposisi :
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
Usia lebih dari 40 tahun.
Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause.
Hereditas.
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
Faktor resiko yang dapat diubah :
Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi lemak
jenuh, aklori.
Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif),
stress psikologis berlebihan.
2.1.4 Klafisikasi
2.1.4.1 Infark Miokard Subendokardial
Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relative
menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri
koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia
(Rendy & Margareth, 2012 : 87).
2.1.4.2 Infark Miokard Transmural
Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan dengan thrombosis
koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerosik.
Penyebab lain lebih jarang di temukan (Rendy & Margareth, 2012 :87).
WOC IMA
Kelemahan miokard
B1 B3 B4 B5 B6
B2
BREATHING BRAIN BLADDER BOWEL BONE
BLOOD
Vol akhir diastolic ventrikel kiri
meningkat
Kelemahan miokard Penurunan suplai Suplai darah ke jaringan tak
Tidak ada Tidak ada adekuat
darah ke miokard
Tekanan atrium kiri meningkat
Vol akhir diastolic
ventrikel kiri meningkat Tidak seimbang Kelemahan fisik
kebutuhan
Tekanan vena pulmonalis MK : Intoleransi
meningkat MK : Risiko penurunan Iskemia
aktifitas
curah jantung
Kurang informasi
Intervensi : Observasi
1. Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatann nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
2. Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD)
3. Monitor status cairan (masukkan
dan pengeluaran, turgor kulit,
CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan
pupil
5. Periksa riwayat alergi
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
3. Pasang jalur IV, Jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk menilai
produksiburine, jika perlu
5. Lakukan skin test untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko
syok
2. Jelaskan tanda dan gejala syok
3. Anjurkan melapor jika
mennemukan/merasakan tanda
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari balergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian tranfusi
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinfalamsi, jika perlu
1. Observasi
Intervensi : 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
2. Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Diagnosa 5
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383 Halaman 65)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan terjadi
peningkatan pengetahuan mengenai
kondisi dan penanganan yang
bersangkutan
Kriteria hasil : 1. Melaporkan pemahaman mengenai
penyakit yang dialami
2. Menanyakan tentang pilihan terapi
yang merupakan petunjuk kesiapan
belajar
Intervensi : Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
yang hidup tidak bersih
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
susuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang informasi
yang belum dipahami
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat
untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus
menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan, Evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan SOAP.