Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS

KESEHATAN WANITA
Dosen: Siti Santy Sianipar., S.kep.M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 4

Chio Mikhael Putra .P. 2018.C.10a.0961


Cia 2018.C.10a.0962
Fredrik Immanuel 2018.C.10a.0968
Jekicen 2018.C.10a.0970
Loren 2018.C.10a.0976
Mewan Tony 2018.C.10a.0978
Rama 2018.C.10a.0981
Tetenia Diyanti 2018.C.10a.0987
Thomas Erick Helvin 2018.C.10a.0988

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
1.1. Konsep Kesehatan Wanita
1.1.1. Pengertian
Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan
dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk
perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga
dengan anak gadis.
1.1.2. Usia Dewasa sebagai Kelompok Resiko
Masa dewasa awal dan tengah adalah periode yang penuh tantangan,
penghargaan dan krisis. Tantangan ini meliputi tuntunan kerja dan membentuk keluarga,
meskipun orang dewasa juga dapat diberi penghargaan karena kesuksesan karier mereka
dan kehidupan pribadi mereka. Orang dewasa juga menghadapi krisis seperti merawat
orang tua mereka yang telah lanjut usia. Kemungkinan kehilangan pekerjaan dengan
berubah lingkungan ekonomi dan menghadapi kebutuhan perkembangan mereka sendiri
seperti juga kebutuhan anggota keluarga mereka.
Peran orang dewasa (usia produktif) di masyarakat menjadi sangat urgent sesuai
dengan tugas perkembangan yang menunjukkan bahwa mereka memiliki pengaruh yang
besar pada taraf kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya. Jumlah yang mendominasi di
masyarakat juga menjadi sebuah alas an yang tepat untuk menjadikan kelompok khusus
usia produktif mendapatkan perhatian lebih dalam asuhan keperawatan di komunitas.
1.1.3. Perkembangan pada Usia Dewasa
Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti sebagai berikut.
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat dan atau mendalam/
meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip progressif)
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip
sitematik).
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan berurutan dan tidak secara kebetulan dan meloncat-loncat
(prinsip berkesinambungan).
1.1.4. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (21-40)
1. Memilih pasangan.
2. Belajar hidup dengan pasangan.
3. Memulai suatu kehidupan berkeluarga.
4. Memelihara anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Memulai bekerja.
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
8. Menemukan suatu kelompok yang serasi.
2.1. Konsep Kanker payudara
2.1.1. Definisi Cancer mammae
Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah tumor
ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam
susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca
2013).
Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit payudara. (Romauli & indari, 2013).
Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol lantaran
perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas pengaturan pertumbuhan
sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang
lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi
payudara, gen yang bertanggung-jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi.
Kondisi itulah yang disebut cancer mammae. (Satmoko, 2012).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cancer mammae
adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada
payudara, sehingga menyebabkan terjadinya benjolan atau kanker yang ganas.
2.1.2. Anatomi Payudara
Kata payudara berasal dari bahasa Sansekerta payau yang artinya air dan dara yang
artinya perempuan. Dalam bahasa Latin, payudara disebut glandhula mammae. Salah satu
fungsi payudara adalah untuk menyusui. (Suryaningsih & Sukaca, 2009).
Kelenjar mama atau payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi
perempuan yang mengeluarkan air susu. Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di
daerah pektoral antara sternum dan aksila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga
sampai iga keenam atau iga ketujuh. Berat dan ukuran payudara berlain-lainan, pada
masa pubertas membesar, dan bertambah besar selama hamil dan sesudah melahirkan,
dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas kulit
dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari daerah yang berwarna cokelat
yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar
Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting berlubang-
lubang 15-20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu.
Payudara terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan aleolar, tersusun atas lobus-
lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap lobulus terdiri
atas sekelompok aleolus yang bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluaran air susu)
yang bergabung dengan duktus-duktus lainnya untuk membentuk saluran yang lebih
besar dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekat puting,
membesar untuk membentuk wadah penampungan air susu, yang disebut sinus laktiferus,
kemudian saluran itu menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas
permukaannya.
Sejumlah besar lemak ada di dalam jaringan pada permukaan payudara, dan juga di
antara lobulus. Saluran limfe banyak dijumpai. Saluran limfe mulai sebagai pleksus halus
dalam ruang interlobuler jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk saluran lebih
besar, yang berjalan ke arah kelompok pektoral kelenjar aksiler, yaitu kelenjar mammae
bagian dalam dan kelenjar supraklaikuler. Persediaan darah diambil dari cabang arteria
aksilaris, interkostalis, dan mama interna, dan pelayanan persarafan dari saraf-saraf kutan
dada. (Pearce, 2011).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

2.1.3. Fisiologi Payudara


Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya
menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai pada minggu keenam belas. Sesudah
bayi lahir, dari payudara akan keluar sekret yang berupa cairan bening yang disebut
kolostrum yang kaya protein, dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama; kemudian air
susu mengalir lebih lancar dan menjadi air susu sempurna. Sebuah hormon dari lobus
anterior kelenjar hipofisis, yaitu prolaktin penting dalam merangsang pembentukan
air susu. (Pearce, 2011).
2.1.4. Faktor Resiko Cancer Mammae
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih (2009)
terdapat beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya cancer
mammae, diantaranya:
1. Gender
Perempuan memiliki risiko terkena cancer mammae lebih besar
dibanding pria. Perbandingannya seratus banding satu perempuan yang terkena
cancer mammae dibandingkan pria.
2. Pemakaian hormon
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen Replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko
cancer mammae pada pengguna kontrasepsi oral, perempuan yang menggunakan
obat ini untuk mengalami kanker ini sebelum menopause. Oleh sebab itu jika
kita bisa menghindari adanya penggunaan hormon ini secara berlebihan maka
akan lebih aman.
3. Kegemukan (obesitas) setelah menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause akan
beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena cancer mammae dibandingkan
dengan perempuan yang berat badannya normal.
4. Radiasi payudara yang lebih dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus menjalani
terapi radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki kenaikan risiko terkena
cancer mammae. Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin
tinggi risiko untuk terkena cancer mammae di kemudian hari.

5. Riwayat cancer mammae


Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu payudaranya
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker baru pada
payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara yang sama. Tingkat
risikonyo bisa tiga sampai empat kali lipat.
6. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga inti
yang terkena cancer mammae dan semakin mudah ada anggota keluarga yang
terkena kanker maka akan semakin besar penyakit tersebut menurun.
7. Periode menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12
tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah
usia 55 tahun mempunyai risiko terkena cancer mammae yang sedikit lebih
tinggi. Mereka yang mempunyai periode menstruasi yang lebih sehingga lebih
banyak hormon estrogen dan progesteron.
8. Umur atau usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50 tahun ke
atas. Resiko terkena cancer mammae meningkat seiring bertambahnya usia.

9. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih.
Kemungkinan terbesar karena makanan yangmereka makan banyak
mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang tidak
banyak mengandung lemak yang berlebih.
10. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang dikenal
sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang perempuan
memiliki peningkatan risiko cancer mammae.
11. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa
aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30 menit per
hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen resiko cancer mammae. Namun,
pengurangan risiko terbesar adalah pada perempuan dengan berat badan
normal. Dampak aktivitas fisikk tidak ditemukan pada perempuan dengan
obesitas. Jika aktivitas fisik dikombinasikan dengan diet dapat menurunkan berat
badan sehingga menurunkan risiko cancer mammae dan berbagai macam
penyakit.
12. Konsumsi alkohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena
cancer mammae karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati
bekerja lebih keras sehingga sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh
dan jumlahnya akan meningkat.
13. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya cancer mammae,
apalagi bagi perempuan yang memiliki riwayat keluarga yang mengidap cancer
mammae.
2.1.5. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa
faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau genetik. Kanker
payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus
atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan
perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh
ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradisol dan
progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler)

2.1.6. Manifestasi Klinis

Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak
terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada
tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah, darah,
cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak hamil dan
menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara.
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase (penyebaran) luas, maka
tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:
1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3) Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk yang
sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paru- paru dengan
dinding dada sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam bernafas.
4) Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
5) Fungsi hati abnormal.

2.1.7. Stadium Cancer mammae

Stadium Keterangan
Cancer mammae non-invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS
0
(ductal carcinoma in situ) dan LCIS (lobular carcinoma in
situ).
Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan
I
tidak menyerang kelenjar getah bening.
Kanker invasif, ukuran tumor 2-5 cm dan sudah
II
menyerang kelenjar getah bening.
Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan
III
benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit, pecah,
berdarah, dan bernanah.
Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ
IV
lain, seperti paru-paru, hati, tulang, atau otak.

2.1.8. Program Deteksi Cancer mammae

Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009)


terdapat beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) :
Cara pemeriksaan:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada
ketinggian yang sama. Perhatikan apakah
terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke
dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke
bawah dan periksa lagi.
c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak
jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian
periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu
bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah
digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat
digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah
benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah ke dokter. Makin dini
penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna
2. Thermografi Payudara
Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang menggambarkan
payudara sebagai langkah deteksi dini cancer mammae. Prosesnya akan
menghasilkan peningkatan suhu di dalam payudara. Thermografi payudara dapat
dilakukan dengan :

a. Kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared cameras),


b. Komputer.
Cara penggunaan :
a. Pasien berdiri di depan kamera dengan melepas pakaian dari pinggang ke
atas.
b. Posisi berdiri tegak dengan mengangkat kedua telapak tangan di belakang
kepala.
Hasil dengan thermografi payudara :

a. Citra inframerah yang abnormal merupakan tanda penting adanya resiko


tinggi terjadinya cancer mammae.
b. Ketidaknormalan yang tetap tertangkap pada pemeriksaan thermografi
berikutnya menandakan risiko terkena cancer mammae di masa
mendatang 22 kali lipat lebih tinggi.
c. Ketika perempuan dengan ketidaknormalan tersebut menjalani perawatan
kesehatan payudara, maka tingkat bertahan hidupnya naik sekitar 61 %.
3. Mamografi
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan menggunakan sinar X
berkadar rendah. Tes dalam mamografi disebut mammogram.
Cara menggunakan mammogram :
Tahap 1
a. Pasien diminta menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas dan diganti
pakaian rumah sakit.
b. Berdiri di depan mesin mamografi.

c. Penyinaran dilakukan satu per satu pada payudara dengan meletakkannya di


atas penjepit lembar film dari plastik atau metal.
d. Tekan payudara sedatar mungkin di antara penjepit film dan kotak plastik
yang disebut paddle, yang menekan payudara dari atas ke bawah.
e. Pancarkan sinar x beberapa detik.
Tahap 2
a. Berposisi di samping mesin mamografi.
b. Penjepit film akan dinaikkan sehingga sisinya persis dengan posisi luar
payudara, sedangkan sudutnya menyentuh ketiak.
c. Melakukan oblique position, yaitu menekan kembali paddle beberapa detik
saat sinar x dipancarkan. Prosedur ini akan diulang pada payudara satunya.
d. Totalnya empat sinar x, dua untuk masing-masing payudara.
4. Ductography
Ductography merupakan bagian dari mamografi. Fungsi ductography adalah :
a. Memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara.
b. Membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan abnormal pada
putting.
Cara melakukan mamografi :
a. Membersihkan dan mensterilkan payudara dengan alkohol untuk
membersihkan sisa cairan yang kering dan menempel pada puting.
b. Pijat payudara untuk mendapatkan cairan.
c. Tempatkan satu jarum pada putting sementara pasien
memegang putting dengan telunjuk dan ibu jarinya.
d. Puting diarahkan ke bawah agar kanula dapat masuk saluran air susu
pasien.
e. Cairan radiopaque disuntikkan ke dalam payudara melalui suntikan
yang telah disambungkan dengan canula.
f. Payudara kemudian dicitrakan ke mamografi.
g. Tempelkan puting plester untuk menghindari keluarnya cairan ke
pakaian pasien.

5. Biopsi payudara
Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil contoh jaringan
payudara dengan lensa mikroskop. Dengan begitu maka dapat diketahui adanya
sel cancer mammae yang bersarang.
Cara penggunaan biopsi payudara :
a. Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNA) Alat : menggunakan jarum kecil
Cara : Jarum kecil dimasukkan dalam payudara. Dari ujung jarum
tersebut, contoh jaringan diambil untuk kemudian diperiksa.
b. Core Needle Biopsy
Alat : menggunakan jarum berbentuk khusus dan lebih besar. Cara :
Jarum dimasukkan hingga menembus kulit sampai kebenjolan.
c. Open biopsy
Alat : menggunakan jarum atau kabel khusus.
Cara : Mengiris kulit dan mengambil sebagian atau seluruh benjolan.
Jika tidak ada benjolan, jarum atau kabel khusus akan dimasukkan ke
daerah yang dicurigai saat mammogram sebelum pembedahan dilakukan.
Gambar jarum atau kabel tersebut akan membantu menentukan
daerah benjolan dan menentukan lokasi sayatan.
6. USG
USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji klinis
payudara. USG sering digunakan untuk memerksa abnormalitas payudara.
Cara pemeriksaan :
1) Pasien berbaring pada tempat khusus.
2) Olesi payudara dengan gel.
3) Geser transduser pada payudara.
4) Bentuk dan intensitas pantulan bergantung pada kepadatan jaringan
payudara.
5) Jika sebuah kista, hampir seluruh gelombang suara akan melewati
kista serta menghasilkan pantulan yang lemah.
6) Jika tumor payudara, gelombang suara akan memantul dari benda
padat tersebut. Sehingga diterjemahkan komputer menjadi gambar
yang diindikasikan sebagai massa.
7) USG tidak menggunakan radiasi dan bebas rasa sakit.
2.1.9. Pencegahan Cancer Mammae
Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca , (2009)
terdapat beberapa cara mencegah cancer mammae, yaitu :
a. Strategi Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada
orang yang sehat untuk menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai
resiko. Pencegahan primer dapat berupa deteksi dini dan melakukan pola
hidup sehat untuk mencegah cancer mammae.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena cancer mammae. Pada setiap perempuan yang normal serta memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk cancer mammae.
Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan deteksi dini berupa skrining
melalui mammografi yang memiliki akurasi 90% tetapi paparan yang terus-
menerus dapat menjadi risiko cancer mammae.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif menderita cancer
mammae. Dengan penanganan yang tepat dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup.
b. Terapkan pola hidup sehat
1. Menjaga berat badan ideal;
2. Pemberian ASI;
3. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan;
4. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses;
5. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari;
6. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak
mengandung lemak;
7. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur;
8. Menyimpan makanan yang cepat rusak dalam lemari es;
9. Mengurangi makanan yang diasap;
10. Metode memasak dengan suhu rendah;
11. Menghentikan konsumai alkohol;
12. Olahraga yang teratur
13. Hindari merokok;
14. Menghindari stress.

c. Konsumsi makanan pencegah cancer


Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat mencegah cancer
mammae, yaitu tomat, alpukat, blueberry, kunyit, teh hijau, brokoli, kembang
kol, bawang putih, bayam, buah delima, rumput laut, sayuran, gandum, ikan
salmon dan tuna, yoghurt, olahan kedelai, dan jus jeruk.
d. Makanan Penderita Cancer Mammae
Makanan yang dianjurkan untuk penderita cancer mammae adalah sayuran seperti
wortel, lobak, pisang raja, belimbimg manis, seledri, kubis, apel, bawang, susu
kedelai, dan tempe.
3.1. Asuhan Keperawatan
3.1.1. Pengkajian

3.1.1.1.Data inti komunitas (core inti)

1. Demografi: jumlah kelompok dewasa, golongan umur, pengalaman sebelumnya.

Etnis terdiri dari suku bangsa dan ras.

2. Tipe keluarga: keluarga/ bukan keluarga, kelompok.

3. Status perkawinan: kawin, janda/duda, single.

4. Statistik vital: kelahiran, kematian kelompok usia dewasa dan penyebab

kematian.

5. Nilai-nilai keyakinan dan agama: nilai agama dan keyakinan yang dianut oleh

kelompok dewasa berkaitan dengan nilai dan norma yang dianut.

3.1.1.2.Data Subsistem Komunitas

Delapan data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian komunitas

meliputi:

1. Lingkungan fisik
Dilihat di lingkungan kelompok usia dewasa, kebersihan lingkungan kualitas
air, pembuangan limbah, kualitas udara, kualitas makanan, akses dan aktifitas
kelompok dewasa dalam pemenuhan kebutuhan. Data dapat dikumpulkan
dengan winshield survey dan observasi.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus kelompok dewasa melalui
puskesmas, pengobatan tradisional atau fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ekonomi
Dilihat dari jumlah pendapatan keluarga, jenis pekerjaan penanggungjawab,
jumlah penghasilan dan pengeluarannya.
4. Transportasi dan keamanan
Dilihat dari jenis transportasi yang digunakan kelompok dewasa untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan adanya rasa aman dan dukungan dari
anggota keluarga untuk kelompok usia dewasa.
5. Politik dan pemerintahan
Pemerintahan: kelompok pelayanan masyarakat seperti PKK, tahlil,
kumpulan bapak-bapak, dll. Terdapat kebijakan yang mendukung optimalnya
peran ibu dalam memberikan ASI. Politik: kegiatan politik yang ada
diwilayah tersebut dan peran peserta partai politik dalam pelayanan
kesehatan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal: media komunikasi yang digunakan oleh kelompok
dewasa untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan
melalui buku dan sosialisasi dari tenaga kesehatan.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/ diskusi yang dilakukan kelompok dewasa dengan tenaga
kesehatan, orang yang berpengalaman dan lingkungan dalam masyarakat
dalam menyelesaikan masalah kelompok dewasa.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam
meningkatkan derajat kesehatan.
8. Rekreasi. Tempat rekreasi yang digunakan oleh kelompok dewasa.
3.1.2. Diagnosa Keperawatan Menurut SDKI
1. Nyeri Akut b.d.adanya penekanan massa tumor. (D.0077, hal. 172 )
2. Ansietas b.d. perubahan gambaran tubuh. ( D.0080, hal 180 )
3. Defisit Pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.( D.0111. hal, 246 )
4. G a n g g u a n integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
( D.0129.hal, 282)
5. Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan mastektomi.(D.0083,hal. 186 )
6. Defisit Nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolisme ke
jaringan. (D.0019,hal.54 )
3.1.3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri Akut b.d.adanya Setelah diberikan Asuhan Manajemen Nyeri SIKI ( I. 08238. Hal. 201)
penekanan massa Keperawatan selama 1 x 7 jam Observasi
tumor. (D.0077, hal. diharapkan nyeri klien tetap kurang 1. Identifikasi lokasi, karateristik,durasi,
172 ) Kriteria Hasil SLKI ( L. 08063.58 ) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol (4) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Kemampuan mengenali onset 3. Identifikasi respon nyeri non-verbal
nyeri (4) 4. Identifikasi faktor memperberat dan
3. Kemampuan mengenali penyebab memperingan nyeri
Nyeri ( 4) 5. Indetifikasi pengetahuan dan keyakinan
4. Kemampuan menggunakan tentang nyeri
teknik non-farmakologi (4 ) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis sumber nyeri dalam
pemilihan stratergi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan startergi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mendiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kaloborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Ansietas b.d. perubahan Setelah diberikan asuhan keperawatan Reduksi Ansientasi SIKI (I.09314, hal.387 )
gambaran tubuh. selama 1x7 jam diharapkan ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansientasi berubah
( D.0080, hal 180 ) klien tetap baik 2. Identifikasi kemampuan mengambil
Kriteria Hasil SLKI (L.09093, Hal. keputusan
132 ) 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
1. Perilaku Gelisah (5) menumbuhkan kepercayaan
2. Perilaku tegang(5) 4. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Verbalisasi kebingungan (5) 5. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
4. Konsetrasi (5) mungkin dialami
5. Pola tidur (5) 6. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
3. Defisit Pengetahuan Setelah diberikan Asuhan keperawatan Edukasi Kesehatan SIKI (I.12383, hal. 65 )
tentang kondisi, prognosis, selama 1x7 jam diharapakan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
dan serta pengobatan pengetahuan klien tetap baik menerima informasi
penyakitnya berhubungan Kriteria SLKI ( L. 12111. Hal, 146 ) 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
dengan kurangnya 1. Pertanyaan tentang masalah meningkatkan dan menurunkan motivasi
informasi.( D.0111. hal, yang dihadapi (5) perilaku hidup bersih dan sehat
246 ) 2. Perilaku sesuai dengan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
pengetahuan (5) kesepakatan
4. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. G a n g g u a n integritas Setelah diberikan Asuhan Perawatan integritas kulit SIKI ( I .11353. Hal.
jaringan berhubungan Keperawatan selama 1 x 7 jam 316 )
dengan mastektomi. diharapkan integritas kulit klien tetap Observasi
( D.0129.hal, 282) baik 1. Identifikasi gangguan integritas kulit (mis.
Kriteria Hasil SLKI ( L. 14125. Hal. Perubahan sikulasi, perubahan status nutrisi,
33 ) penurunan kelembaban, suhu lingkungan
1. Kerusakan jaringan (5 ) ekstrem , penurunan mobilitas)
2. Kerusakan lapisan kulit ( 5 ) Terapeutik
3. Jaringan parut ( 4 ) 1. Ubah posisi 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area tulang
penonjolan, jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
4. Gunakan produk petrolium atau minyak pada
kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab ( mis.
Lotion, serum )
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
5. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah
6. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

5. Gangguan Citra tubuh Setelah diberikan asuhan Promosi Citra Tubuh SIKI (I.09305.Hal. 359)
berhubungan dengan keperawatann selama 1x7 jam Observasi
mastektomi.(D.0083,hal. diharapkan citra tubuh klien tetap baik 1. Identifikasi harapan citra tubuh
186 ) Kriteria Hasil SLKI ( L.09067, hal . berdasarkan tahap perkembangan
19 ) 2. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
1. Verbalisasi perasaan negative mengakibatkan isolasi social
tentang perubahan tubuh (5) 3. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian
2. Verbalisasi perubahan gaya tubuh yang berubah
hidup (5) Terapeutik
1. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
2. Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
3. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
6) Defisit Nutrisi dari Setelah diberikan Asuhan Manajemen Nurtisi SiKI ( I. 03119. Hal. 200)
kebutuhan tubuh Keperawatan selama 1 x 7 jam Observasi
berhubungan dengan diharapkan nutrisi klien tetap 1. Identifikasi status gizi
hipermetabolisme ke berkurang 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanna
jaringan. (D.0019,hal.54 ) Kriteria Hasil SLKI ( L. 03030. Hal. 3. Identifikasi makanan yang disukai
121 ) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
1. Porsi makanan yang dihabiskan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
(5) nasogastric
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menemukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
kontipasi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2013. Angka Kejadian Kanker Payudara Masih


Tinggi.http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. 2013. Jakarta.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta : Medi Action
Publishing.

Pearce, Evelyne C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :


PT Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah. Bengkulu : Nuha Medika.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta. PPNI.

Anda mungkin juga menyukai