Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KANKER PAYUDARA

Oleh :
Kelompok 1
 Anis Ayu Sholikah
 Felisitas Sriwani
 Hardianti
 Nur Fitriana Wira Aser
 Irmaningsi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat penyertaannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini berjudul kanker payudara.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami kesulitan dan hambatan. Akan
tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak kesulitan dan hambatan itu dapat teratasi sehingga
makalah ini bisa terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sangat membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah atau
tulisan penulis berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bulungan, 10 April 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan fungsi nomal, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal

dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau massa (Putra, 2015).

Menurut data WHO (World Health Organization ) Kanker payudara adalah

bentuk kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena kanker payudara

pada tahun 2018. Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal karena kurangnya

pengetahuan akan penyakit dan kurangnya biaya pengobatan (WHO, 2019). Para

penderita kanker payudara kebanyakan datang ke rumah sakit untuk melakukan

perawatan telah masuk kedalam stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya

pengetahuan dan tidak melakukan deteksi dengan SADARI (Periksa Payudara

Sendiri), sehingga kasus ini terus mengalami peningkatan (Irawan, 2018).

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan bahwa

pada tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan mencapai 3,1 juta,

dengan peningkatan terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah

(WHO, 2019). Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000

penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23

(Globocan, 2018). Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker

payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk penduduk dengan rata-rata

kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).

Insiden kejadian kanker payudara di kabupaten Bulungan menurut data Dinas

kesehatan kabupaten bulungan, pada dua tahun terakhir menyebutkan pada tahun
2020 terjadi 14 kasus kejadian kanker payudara dan pada tahun 2021 terjadi 6 kasus

kanker payudara, umumnya di kabupaten Bulungan penderita kanker payudara berusia

40 – 60 tahun. Saat ini ada kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan

dengan usia 15-20 tahun, ini berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai

memberikan pengetahuan SADARI secara rutin (7-10 hari setelah haid) setiap bulan.

Dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan

tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, sayangnya wanita yang

melakukan SADARI masih rendah (25%- 30%) (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020).

Dalam ketentuan ini, Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara

Indonesia mencakup 3 pilar yakni promosi kesehatan, deteksi dini dan tatalaksana

kasus. Untuk mencapai target ini, Kementerian Kesehatan tidak bekerja sendiri,

melainkan turut dibantu oleh berbagai pihak seperti Yayasan Kanker Payudara

Indonesia (YKPI). Dengan program unggulan sosialisasi skrining dan deteksi dini

kanker payudara, YKPI telah berhasil menjangkau lebih dari 150.000 peserta baik

secara daring dan luring pada 2016-2021. Berdasarkan hal tersebut, kanker payudara

menjadi salah satu kanker yang paling menakutkan bagi perempuan didunia dan juga

di Indonesia.

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi. Gejala

umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada

tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa

nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan inilah yang menyebabkan

banyak penderita berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut dapat

mempersulit proses penyembuhan bahkan dapat meningkatkan risiko kematian bagi

penderita. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah
dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba

benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri(Depkes, 2013)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat mengambil rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan kanker payudara?

2. Apa etiologi kanker payudara?

3. Apa patofisiologi kanker payudara?

4. Apa tanda dan gejala kanker payudara?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk menentukan kanker payuara?

6. Bagaimana penatalaksanaan kanker payudara?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kanker payudara

2. Untuk mengetahui apa etiologi kanker payudara

3. Untuk mengetahui apa patofisiologi kanker payudara

4. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala kanker payudara

5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk menentukan kanker

payuara

6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan kanker payudara


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kanker Payudara

1. Pengertian

Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel

normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang

biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif &

Kusuma, 2015).

2. Anatomi Payudara

Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak,

kelenjar fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari

otot–otot dinding dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior. Payudara

terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior dada dan meluas

dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral

atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major

dan masuk ke axilla. Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa

II–IV.

Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus

adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI),

lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman

di sekitar puting. Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada

permukaan areola
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan

berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai

perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus

laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal,

yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari

cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam

dan vena supervisial yang menuju vena kava superior sedangkan aliran

limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah

melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara

mengalir melalui nodus limfe aksilar (No Title, 2012).

Gambar 2.1

Anatomi Payudara (No Title, 2012)

3. Fisiologi payudara

Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat

menarke; pada bayi, anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya berbentuk

rudimenter. Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi susu untuk

nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan progesteron.

Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang

dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas,


dimana estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan

timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan pembesaran payudara

terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit lemak.

Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama

menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga

menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri

saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.

Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus

alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.

Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara

menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana

alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui duktus

ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan

hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi

lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan

menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung (No Title,

2012Etiologi

Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor

risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok,

konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan

pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya

anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Terdapat banyak factor yang

akan menyebabkan terjadinya kanker payudara.

a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko tinggi

terjadinya kanker payudara.


b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang sama

yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan

pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada payudara yang sehat.

c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana ibu,

atau saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama akan

beresiko tiga kali lipat untuk menderita kanker payudara.

d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan akan

menumbuhkan sel-sel genetic yang rusak yang akan menyebabkan kanker

payudara.

e. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang mengalami

menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13 menopause yang lambat, dan

kehamilan pertama pada usia yang tua akan beresiko besar terjadinya

kanker payudara

f. Obesitas pascamenopouse : Dimana seseorang yang mengalami obesitas

itu akan meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang akan beresiko

terkena kanker.

g. Dietilstilbestro : obat untuk mencegah keguguran akan beresiko terkena

kanker.

h. Penyinaran : Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan sinar pada

dadanya, dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker payudara.

4. Patofisiologi

Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara

abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam lingkungan

sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri

invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut


menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-

pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke

area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada

bagian tubuh yang lain. Neoplasma adalah suatu proses pertumbuhan sel yang

tidak terkontrol yang tidak mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut

benigna atau maligna. Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan

oleh berbagai faktor, faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya

disebut dengan karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai

sedikitnya tiga tahapan proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana

inisiator atau karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan

menyebabkan perubahan dalam struktur genetic asam deoksiribonukleat

seluler (DNA), promosi dimana terjadi pemajanan berulang terhadap

agens yang mempromosikan dan menyebabkan eskpresi informal abnormal

atau genetik mutan bahkan setelah periode laten yang lama, progresi dimana

sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk selama insiasi dan promosi

mulai menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase menunjukkan

perilaku maligna.

5. Tanda dan gejala

Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang

khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat

dan elips, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras,

asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai

petunjuk adanya metastase (Nurarif & Kusuma, 2015)

Adapun tanda dan gejala kanker payudara :

a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus)

atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)

c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit

jeruk (peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)

d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul

satelit)

e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).

f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.

g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker

h. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada

awal-awalnya tidak terasa sakit.

i. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu

payudara

j. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :

a. Laboratorium meliputi

1) Morfologi sel darah

2) Laju endap darah

3) Tes faal hati

4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum

atau plasma

5) Pemeriksaan sitologik

Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang

keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar
dari ekskoriasi

b. Mamografi

Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi

secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi

kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.

Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran

kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.

c. Ultrasonografi

Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat

pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit

dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

d. Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau

mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena

peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

e. Xerodiography

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara

pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan

peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.

f. Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau

ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif

terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi

terapi.

g. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada

organ lain

h. Pemeriksaan hematologi

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada

speredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

7. Penatalaksanaan medis

a. Pembedahan

1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot

pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun

otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.

2. Mastektomi total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan

otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan

otot dinding dada tidak diangkat.

3. Lumpektomi/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut

diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara

normal yang berada di sekitar tumor tersebut.

4. Wide excision / mastektomi parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot

pectoralis mayor.

b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang

pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di

sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot

pectoralis, radang tenggorokan.

c. Kemoterapi

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam

aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,

kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

d. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah

bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat

juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

8. Komplikasi

Gangguan Neurovaskuler, Metastasis (otak, paru, hati, tulang

tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang), Fraktur patologi, Fibrosis payudara,

hinga kematian (Nurarif & Kusuma, 2018).

9. Stadium Kanker Payudara

Stadium dalam kanker menentukan kondisi kanker mulai dari letak


sampai penyebarannya yang berpengaruh terhadap organ tubuh. Stadium kanker
payudara ditentukan berdasarkan Sistem TNM yang direkomendasikan oleh
UICC (International Union Against Cancer) dan AJCC (American Joint
Committee on Cancer) yaitu:

Tabel 1.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Berdasarkan AJCC

Tumor Primer (T)

Tx Tumor primer tidak didapatkan


T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Karsinoma in situ duktal
Tis (LCIS) Karsinoma in situ lobular
Tis (Paget’s) Paget’s disease pada puting payudara tanpa
adanya tumor
T1 Ukuran tumor < 2 cm
T2 Ukuran tumor 2-5 cm
T3 Tumor berukuran > 5 cm

T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan


adanya penyebaran pada dinding toraks atau
kulit.
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk M.
Pectoralis Major
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi
pada kulit
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinomatory

Kelenjar Getah Bening Regional (N)

N0 Kelenjar getah bening regional tidak didapatkan


N1 Tidak ada metastasis KGB regional
N2 Metastasis pada kelenjar aksila bersifat mobile.
N3 Metastasis pada kelenjar getah bening aksila sulit digerakkan

Metastasis Jauh (M)

Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai.


M0 Tidak ada bukti adanya metastasis
M1 Didapatkan metastasis jauh

Pengelompokan Stadium

Stadium Tumor KGB Metastasis


Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N1 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC Setiap T N3 M0
Stadium IV Setiap T Setiap N M1

10. Prognosis Kanker Payudara


Prognosis penderita kanker payudara baik jika ukuran kanker lebih
kecil dari satu sentimeter dan tidak ada penyebaran. Serta stadium juga
dapat menentukan angka harapan hidup selama lima tahun.

Tabel 1.2 Persentase Angka Harapan Hidup Lima Tahun

Stadium I 90% – 80%

Stadium II 70% – 50%

Stadium III 20% – 11%

Stadium IV 0%

11. Deteksi Dini Kanker Payudara


Untuk mengetahui secara dini adanya kelainan payudara maka perlu
melakukan pemeriksaan yang tepat Sebagai pedoman dari American Cancer
Society sebagai berikut :
1. Di usia 20 tahun dengan melakukan pemeriksaan SADARI setiap bulan.
2. Pada usia 35-40 tahun dapat melakukan mamografi.
3. Pada usia di atas 40 tahun melakukan check up atau pemeriksaan
payudara secara klinis (SADANIS) pada dokter.
4. Pada saat usia di atas 50 tahun check up rutin dan melakukan mamografi
setiap tahun.

12. Prosedur Pemeriksaan Payudara Sendiri

SADARI dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah,


dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang
sedang dilakukan pemeriksaan. Ada tiga langkah sederhana melakukan
SADARI yaitu:
1. Di Depan Cermin
a. Dalam posisi berdiri di depan cermin dengan bagian dada terbuka
amatilah bentuk payudara (simetris atau tidak) dan perhatikan ada
tidaknya keluar cairan atau darah dari puting susu.

Gambar 2.2 Pemeriksaan SADARI.

b. Pastikan bahu lurus dan letakkan tangan di pinggang dengan sedikit


menekan perhatikan bentuk, ukuran dan warna pada payudara untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan.
c. Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan apakah ada
penarikan kulit pada payudara.

Gambar 2.3 Pemeriksaan SADARI.

2. Saat Mandi
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan saat mandi. Gunakan
tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan. Periksa menggunakan ujung jari, tekan
perlahan lahan permukaan payudara dan rasakan ada tidaknya benjolan
pada payudara.

Gambar 2.4 Pemeriksaan SADARI.

Gambar 2.5 Pemeriksaan SADARI.


3. Dalam Posisi Berbaring
Selain dengan posisi berdiri, pemeriksaan payudara sendiri dapat
dilakukan dengan posisi berbaring. Pemeriksaan yang dilakukan dengan
meraba payudara yang bertujuan untuk menemukan benjolan pada
payudara. Meraba dilakukan dalam posisi terlentang dengan salah satu
tangan diletakkan di bawah kepala lalu letakkan bantal kecil di separuh
punggung. Gunakan ujung jari tangan yang berlawanan untuk
memeriksa payudara dengan gerakan melingkar. Jika menemukan
benjolan yang abnormal perhatikan ada tidak nyeri pada saat perabaan
dan lihat di bagian puting apakah ada mengeluarkan cairan berwarna
putih, atau kekuningan dan mengeluarkan darah dari puting.
Pemeriksaan ini dilakukan di kedua payudara.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan fungsi nomal, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal

dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau massa.

Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk)

berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan,

2018). Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu

sebesar 42,1 per 100.000 penduduk penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per

100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).

Insiden kejadian kanker payudara di kabupaten Bulungan menurut data Dinas

kesehatan kabupaten bulungan, pada dua tahun terakhir menyebutkan pada tahun

2020 terjadi 14 kasus kejadian kanker payudara dan pada tahun 2021 terjadi 6 kasus

kanker payudara, umumnya di kabupaten Bulungan penderita kanker payudara

berusia 40 – 60 tahun. Dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, sayangnya

wanita yang melakukan SADARI masih rendah (25%- 30%) (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2020).

Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko

yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi

alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama, lemak

pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang

menderita penyakit ini. Terdapat banyak factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker

payudara yaitu usia, riwayat penyakit, riwayat keluarga, faktor genetik dan hormonal
menarce, menopause, dan kehamilan pertama, obesitas pascamenopouse,

dietilstilbestro, penyinaran.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menyadari banyak sekali

kekurangan. Untuk itu penyusun mohon saran dan kritik yang membangun. Semoga

pembuatan makalah ini dapat menambah referensi materi askeb kolaborasi dan

patalogi dan kolaborasi.

Anda mungkin juga menyukai