Anda di halaman 1dari 28

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, ditahun 2018
terdapat 9,6 juta kematian akibat kanker dan sekitar 1 dari 6 kematian disebabkan oleh
kanker, 5 kanker yang paling sering terjadi salah satunya kanker payudara
(Carcinoma Mammae) sebanyak 2,09 juta kasus (Astria dkk, 2020). Kanker payudara
adalah kanker yang paling sering terjadi di kalangan wanita, berdampak pada 2,1 juta
wanita setiap tahun, dan juga menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait kanker di
antara wanita. Pada tahun 2018, diperkirakan 627.000 wanita meninggal karena
kanker payudara - yaitu sekitar 15% dari semua kematian akibat kanker di kalangan
wanita. Sementara tingkat kanker payudara lebih tinggi di antara wanita di daerah
yang lebih maju, angka ini meningkat di hampir setiap wilayah secara global (WHO,
2018).
Menurut studi Surveilance and Health service research dari American Cancer
Society, kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak terjadi pada wanita
dengan estimasi 1,7 juta kasus dan 521.900 kematian pada tahun 2012. kanker
payudara menyumbang 25% dari semua kasus kanker dan 15% dari semua kematian
akibat kanker pada wanita didunia (ACS, 2016 dalam Astria dkk, 2020). Menurut
Kemenkes RI, Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan terbanyak di Indonesia.
Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan
pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18, 6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun
2010, menurut data Histopatologik; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI).
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di
Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu
27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga
dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari
80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan
sulit dilakukan. Hasil Riskesdas 2013 didapatkan prevalensi kanker pada penduduk
dengan semua umur sebesar 1,4% dan tertinggi di DIY (Kemenkes RI, dalam
Handayani, 2018).
Ca Mammae atau biasa dikenal dengan kanker payudara merupakan keganasan

1
yang paling banyak menyerang wanita. Ca Mammae juga merupakan salah satu jenis
kanker terbanyak di Indonesia. Angka kejadiannya selalu meningkat ditiap tahunnya.
Di Indonesia sendiri, prevalensi penyakit kanker mengalami peningkatan dalam lima
tahun terakhir. Kematian akibat kanker dan rasio mortalitas yang tinggi di Indonesia
disebabkan oleh keterlambatan diagnosis. Kementerian Kesehatan Indonesia
memperkirakan bahwa lebih dari 70% pasien kanker di Indonesia didiagnosis pada
stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat terkait kanker, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan
deteksi dini baik secara mandiri maupun klinis, serta kurangnya pengetahuan tentang
penyebab, tanda gejala umum, dan pilihan terapi atau penanganan kanker payudara
yang tepat di kalangan masyarakat. (DEPKES RI, 2018).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2013 yaitu
mulai dari 1,4/1000 penduduk menjadi 1,79/1000 penduduk di tahun 2018. Prevalensi
penderita kanker pada penduduk provinsi Jawa Timur sebesar 1,6/1000 penduduk.
Prevalensi kanker tertinggi adalah daerah Yogyakarta 4,86/1000 penduduk, diikuti
oleh Sumatera Barat 2,47/1000 penduduk dan Gorontalo 2,44/1000 penduduk. Data
lainnya, yaitu Globocan menyebutkan pada tahun 2018 kanker di Indonesia sebanyak
136,2/100.000 penduduk. Sedangkan untuk angka kejadian pada perempuan yang
tertinggi adalah kanker payudara atau Ca Mammae yaitu sebesar 42,1/100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 17/100.000 penduduk. Angka ini menempatkan
Indonesia menjadi urutan ke-8 dengan kasus terbanyak di Asia Tenggara dan
peringkat ke 23 se-Asia, berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker payudara yang
terbanyak yaitu di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di RSUD Dr. Harjono Ponorogo
sendiri jumlah penderita Ca Mammae periode Januari 2018-September 2019 sebanyak
64 penderita (Rekam Medis RSUD Dr. Harjono Ponorogo).
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), masalah keperawatan yang mungkin saja
muncul dari penyakit kanker payudara diantaranya yaitu seperti ketidakefektifan pola
nafas, nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan
citra tubuh, resiko infeksi, ansietas dan defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis
serta pengobatan dari kanker payudara itu sendiri. Karena tingginya permasalahan
mengenai kanker payudara di Indonesia maka dari itu sangat dibutuhkan perhatian
khusus, terutama pada masalah keperawatan defisit pengetahuan. Menurut Girsang
dan Hasrul (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Persiapan Perawatan
Fisik dan Mental Pada Pasien Pre Operasi Kanker Payudara, seseorang yang akan
menghadapi operasi mengalami perasaan takut, cemas, belum siap mental, bingung
dan tidak siap menerima hal yang akan terjadi pada dirinya. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapat pasien.

3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
1. Anatomi Fisiologi
Payudara mengandung glandular (parenkim) dan jaringan duktal, jaringan fibrosa
yang mengikat lobus-lobus bersama dan jaringan lemak di dalam dan antara lobus-
lobus. Kelenjar mamari yang berpasangan ini terletak di antara iga kedua dan keenam
di atas otot pektoralis mayor dari sternum ke garis midaksilaris: masing-masing
meluas ke aksila, suatu area jaringan payudara yang disebut tail of spence. Ligamen
Cooper, yang merupakan pita fasia, menyangga payudara pada dinding dada.
Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobus berbentuk kerucut yang terbuat
dari lobulus yang mengandung kluster asini, suatu struktur kecil yang berakhir pada
duktus. Semua duktus pada setiap lobus mengalirkan isinya ke dalam suatu ampula
yang kemudian terbuka di puting setelah menyempit. Sekitar 85% jaringan payudara
adalah lemak (Smeltzer & Bare, 2002, Hal. 1579).

Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi.
Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan progesteron. Payudara wanita
mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas, dimana estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang
menyebabkan pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar
dan deposit lemak. Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama
menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga
menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri saat
menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Payudara akan

1
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga
tumbuh duktus baru. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara
menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana alveolus
menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui duktus ke puting susu.
Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan hilangnya jaringan kelenjar.
Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi lebih lambat bila dibandingkan
dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara
yang kecil dan menggantung (Price, 2012).

2. Definisi
Menurut American Cancer Society, kanker payudara adalah salah satu jenis
kanker yang lebih banyak menyerang wanita namun juga dapat menyerang pria,
bermula dari pertumbuhan jaringan sel payudara yang tidak terkontrol sehingga
terjadi pembesaran sel yang abnormal. Menurut Kemenkes RI, kanker payudara
(KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari jaringan
epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan penyakit terminal
pada banyak kasus menyerang orang dewasa, disebabkan oleh sel tumor yang
berkembang secara progresif di bagian organ payudara sehingga mengganggu
aktivitas (Avryna dkk, 2019). Kanker payudara (ca mammae) adalah keganasan yang
berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011). Dapat
ditarik kesimpulan, definisi dari kanker payudara adalah penyakit keganasan yang
menyerang jaringan sel payudara di bagian epitel duktus dan lobulus, kasus yang
lebih banyak ditemui pada wanita dewasa namun juga dapat menyerang pria dewasa
dengan faktor penyebab yang lebih banyak teridentifikasi berasal dari faktor genetik.

3. Etiologi
Faktor penyebab kanker payudara secara spesifik belum diketahui namun
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Perubahan genetik yang berkaitan termasuk perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan
perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium
mempunyai peran pentingdalam penyakit ini. Dua hormon ovarium utama yaitu
estradiol dan progesteron, mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, sehingga
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi sel kanker (Smeltzer & Bare, 2002, Hal.
1589).
Faktor-faktor yang menjadi resiko penyebab kanker payudara antara lain:
perilaku dan pola makan, Indeks Masa Tubuh tinggi/obesitas, kurang konsumsi buah
dan sayur, kurang aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, paparan fisik UV ,
karsinogen kimiawi maupun biologis (Handayani, 2018). Faktor resiko lain yang telah
diidentifikasi melalui penelitian sebagai langkah pengembangan program-program
pencegahan meliputi riwayat individu yang sebelumya mengalami kanker meningkat
sebanyak 1% setiap tahunnya mengalami resiko kekambuhan, menarke dini, nulipara,
meopouse pada usia lanjut, riwayat tumor payudara jinak, kontraseptif oral, dan terapi
penggantian alkohol (Smeltzer & Bare, 2002, Hal. 1590).

4. Patofisiologi/Patologi
Patofisiologi kanker payudara dibagi dalam tiga tahap: kanker payudara primer,
metastasis ke kelenjar getah bening aksila, dan metastasis jauh.
1. Kanker Payudara Primer

Sebagian besar kanker payudara ditandai dengan fibrosis jaringan stroma


dan epitel payudara. Seiring pertumbuhan kanker dan invasi kanker ke jaringan
sekitar, respon desmoplastik menyebabkan pemendekan ligamentum
suspensorium Cooper sehingga terjadi gambaran retraksi kulit payudara. Saat
aliran limfatik dari kulit ke kelenjar getah bening lokal terhambat, terjadilah
edema lokal yang ditandai oleh tampilan kulit jeruk (peau d’orange). Kanker
kulit akan menyebabkan luka spontan pada kulit ketika sel kanker mulai
menginvasi kulit. Invasi lebih lanjut ke sel-sel kulit di sekitar luka akan
menyebabkan pembentukan nodul satelit di sekitar luka. Selain itu, lebih dari
60% rekurensi kanker payudara terjadi pada organ jauh. 20% kanker payudara
mengalami rekurensi lokal-regional, dan 20% merupakan campuran (lokal-
regional dan bermetastasis jauh).

2. Metastasis Kelenjar Getah Bening Aksila

3
Saat kanker payudara primer membesar, sel kanker menyusup ke celah antar
sel dan pindah ke sistem limfatik menuju kelenjar getah bening regional, terutama
kelenjar getah bening aksila. Kelenjar getah bening yang terlibat awalnya teraba
lunak namun menjadi keras dan mengalami konglomerasi seiring pertumbuhan
sel kanker. Sel kanker mampu tumbuh hingga kapsul kelenjar getah bening dan
memfiksasi struktur lain di ketiak dan dinding dada. Semakin banyak kelenjar
getah bening aksila yang terlibat, maka semakin kecil peluang kesintasan
(survivorship). Pasien yang tidak memiliki keterlibatan kelenjar getah bening
aksila berisiko < 30% mengalami rekurensi dibandingkan pasien yang memiliki
keterlibatan kelenjar getah bening yang berisiko 75% terhadap rekurensi.

3. Metastasis Jauh

Metastasis jauh terjadi secara hematogenik setelah


neovaskularisasi. Aliran darah vena yang terlibat dalam metastasis jauh antara
lain vena interkostal dan aksila menuju paru-paru dan plexus vena Batson yang
menuju kolumna vertebra. Hampir 60% pasien kanker payudara mengalami
metastasis jauh dalam 5 tahun pertama pengobatan. Pasien tanpa ekspresi reseptor
estrogen (ER-) memiliki risiko lebih besar mengalami rekurensi dalam 3-5 tahun
pertama dibanding pasien dengan ekspresi reseptor estrogen (ER+). Organ yang
paling sering terlibat dalam metastasis berdasarkan kekerapannya berturut-turut
adalah tulang, paru-paru, pleura, jaringan lunak, dan hati. Metastasis ke otak lebih
jarang terjadi.
5. Pathway
Faktor Predisposisi

resiko tinggi hiperplasia sel mammae

Suplai nutrisi ke jaringan ca 2 sekitar


mendesak jaringan mendesak sel syaraf mendesak pembuluh darah

Hipermetabolis ke jaringan Menekan jaringan


Interupsi sel syaraf Aliran darah tersumbat
jaringan pada mammae

Suplai nutrisi ke jaringan


lain Peningkatan konsistensi hipoxia
Nyeri akut
mammae
BB turun
Edema mammae Nekrosisi jaringan

Ketidakseimbangan
Massa tumor mendesak Ukuran mamae Bakteri patogen
nutrisi: kurang dari
ke jaringan luar abnormal
kebutuhan tubuh

Resiko Infeksi
Perfusi jaringan Mammae
terganggu
asimetrik
Kurang
pegetahuan
ulkus
Gangguan
citra tubuh
Ansietas
Kerusakan integritas
kulit

5
1. Manifestasi Klinis
Kanker payudara dapat terjadi pada payudara kanan maupun kiri, tetapi mayorias
terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jarngan payudara terdapat.
Kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya, lesi tidak
terasa nyeri, terfiksasi, dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang
menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang teradi saat menstruasi biasanya
berhubungan dengan penyakit tumor payudara. Namun, nyeri yang jelas pada bagian
yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih
lanjut.
Gejala awal seperti benjolan biasanya tidak terlihat maupun terba, namun lesi
abnormal dapat terdeteksi dini menggunakan mammografi. Gejala lainnya adalah
tampak dimpling atau peau d’orange pada kulit payudara yaitu kondisi dan
disebabkan oleh obtruksi sirkulasi limfatik dalam lapisan dermal. Retraksi puting susu
dan lesi yang terfikasasi pada dinding dada. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan
oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda-tanda dan gejala klasik ini
jelas mencirikan adanya kanker payudara pada pada tahap lanjut. Namun, indeks
kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan
evaluasi segera harus dilakukan.

2. Klasifikasi
Klasifikasi kanker payudara berdasarkan pada tahapan pembentukan kanker dan
tipe kanker sebagai rekomendasi untuk membantu tim perawatan kesehatan
memberikan pengobatan terbaik.
Klasifikasi berdasarkan tahapan kanker payudara menurut (Smeltzer &
Bare) meliputi:
1. Tahap I
Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, dan tidak
terdeteksi adanya metastasis.
2. Tahap II
Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, dengan
nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi adanya
metastasis.
3. Tahap III
Tahap IIIa : Tumor lebih besar dari 5 cm, atau tumor disertai dengan pembesaran
nodus limfe aksila yang terfiksasi satu sama lain atau pada jaringan di dekatnya.
Tahap IIIb : Lesi lebih lanjut disertai nodulus satelit, terfiksasi pada kulit atau
dinding dada, ulserasi, edema, atau dengan keterlibatan nodus supraklavikular
atau intraklavikular.
4. Tahap IV
Terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe normal atau
kankerosa, dan adanya metastasis jauh.

Klasifikasi berdasarkan tipe kanker payudara meliputi:


1. Karsinoma duktal menginfiltrasi
Tipe histologi paling umum terjadi. Merupakan 75% dari semua jenis kanker
payudara. Terba keras saat dipalpasi, biasanya bermetastasis ke nodus aksila.
Prognosis lebih buruk dibanding tipe kanker lainnya. Bermetastasis atau menyebar
ke tulang, paru, hepar atau otak
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi
Jarang terjadi, 5% - 10% kanker payudara. Biasanya terjadi pada suatu area
penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal
menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris, sehingga dapat terjadi penebalan
beberapa area pada salah satu atau kedua payudara. Bermetastasis ke permukaan
meningeal atau tempat-tempat lain yang kurang lazim.
3. Karsinoma medular
Menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul di dalam
duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat.
4. Karsinoma musinus
Menempati sekitar 3% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul di dalam
duktus. Tipe tumor ini dapat besar tetapi meluas dengan lambat.
5. Karsinoma duktal-tubular
Menempati hanya sekitar 2% dari kanker. Karena metastasis aksilaris secara
histologi tidak lazim, maka prognosisnya sangat baik.
6. Karsinoma inflamatori
Tipe kanker payudara yang jarang dan menempati sekitar 1% hingga 2% dan
menimbulkan gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya. Tumor setempat
ini nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara secara abnormal keras dan membesar.
Kulit di atas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi

7
puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan biasanya
mendorong pasien mencari bantuan medis lebih cepat dibanding pasien lainnya
dengan massa kecil pada payudara. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada
bagian tubuh lainnya. Preparat kemoterapi berperan penting dalam pengendalian
kemajuan penyakit ini. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan untuk
mengontrol penyebaran.
7. Paget payudara
Tie ini jarang terjadi, gejala yang sering timbul adalah rasa terbakar dan gatal pada
payudara. Tumor itu sendiri dapat duktal atau invasif. Massa tumor sering tidak
dapat diraba di bawah puting tempat dimana penyakit ini tmbul. Mammografi
mungkin merupakan satu-satunya pemeriksaan diagnostik yang mendeteksi tumor.

8. Komplikasi
Komplikasi yang umum terjadi adalah menyebarkan sel-sel abnormal ini ke
anggota tubuh lain. Kondisi ini biasanya terjadi ketika pengidapnya memasuki
stadium yang lebih parah. Bila organ lain juga terserang, artinya kanker ini telah
bermetastasis atau menyebar dengan sangat cepat dan ganas. Kondisi ini pada
akhirnya akan memengaruhi kesehatan organ yang normal dan mengakibatkan
penyakit baru. Komplikasi dapat menyerang ke bagian tubuh atau organ berkut.
1. Tulang
Ketika sel kanker menyebar ke tulang, kemungkinan bisa  menyebabkan beberapa
bagian struktur tulang pecah tanpa membentuk tulang baru. Dampaknya, tulang
cenderung lemah dan rentan terhadap patah tulang. Penyebaran sel kanker ke
bagian tulang menyebabkan rasa nyeri tulang, tulang menjadi lemah dan mudah
patah, hingga kelumpuhan. Gejala lain yang mungkin timbul seperti
hiperkalsemia, kondisi ini merupakan tingginya kadar kalsium di dalam plasma
darah yang ditandai dengan munculnya rasa mual, mudah mengantuk, hilangnya
nafsu makan, rasa haus, dan sembelit.
2. Paru-Paru
Kanker payudara yang menyebar ke paru-paru mengakibatkan kelemahan yang
berlebih dan rentan sakit. Tubuh akan kesulitan untuk melawan bakteri dan
infeksi, dan rentan mengidap pneumonia. Gejala yang muncul umumnya  sesak
napas, efusi pleura, batuk berkepanjangan, dan nyeri dada.
3. Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening merupakan area pertama yang biasanya terkena
penyebaran kanker payudara. Tepatnya, kelenjar getah bening yang berada di
bawah lengan, di dalam payudara, dan di dekat tulang selangka.  Penyebaran ini
bisa terjadi sejak kanker payudara berada di stadium IB. Pada stadium ini,
beberapa sel kanker, mungkin dalam jumlah kecil sudah masuk ke dalam kelenjar
getah bening. Gejala yang ditimbulkan, antara lain adanya benjolan pada ketiak
atau area tulang selangka.

9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non-farmakologi
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi, adrenalektomi,
dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal/regional, dapat
dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
e. Mastektomi
I. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) MRM adalah tindakan
pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks
puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai
II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB.
Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor.
II. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy) Mastektomi
radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-areola,
otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level
I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang
pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun dengan
makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang
ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal

9
Indikasi:
a) Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
b) Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
III. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan
dengan menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap
atau transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap
ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander
sebelumnya.
IV. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
a. Tumor phyllodes besar
b. Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
c. Penyakit Paget tanpa massa tumor
d. DCIS
V. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
a. Mastektomi profilaktik
b. Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi: BCS (Breast Conserving Surgery)
dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas tumor
payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau
tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah
lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila
level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara
onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi. BCT
merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara stadium awal.
Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan
mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih
tinggi dibandingkan mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga pilihan
BCT harus didiskusikan terutama pada pasien kanker payudara usia muda. Secara
umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien kanker
payudara stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS
dikatakan memberikan hasil yang lebih baik.
Indikasi:
a. Kanker payudara stadium I dan II.
b. Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan.
Kontra indikasi:
a. Kanker payudara yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1
kwadran dari payudara.
b. Kanker payudara dengan kehamilan
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
d. Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
a. Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
b. Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai.
c. Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam.
d. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun
perlaparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau
Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di
organ kandungan.
Indikasi : Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor
hormonal positif.
h. Metastasektomi

11
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker
payudara. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli,
namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih
panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada
kanker payudara dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara
kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang
masih kontroversi.
Indikasi:
1. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
2. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
b. Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO >3)
c. Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
d. Masa bebas penyakit > 36 bulan
2. Penatalakasanaan Farmakologi
a. Kemoterapi
b. Terapi hormonal

10. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan dilakukan sebagai tindakan pencegahan atau skrining
sebagai usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker
payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai
keluhan. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan melalui
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Pilihan waktu untuk melakukan Sadari adalah antara hari ke-5 dan ke-10
dari siklus menstruasi, dengan menghitung hari pertama haid sebagai hari
pertama. Wanita pascamenopausal dianjurkan untuk memeriksa payudaranya
pada hari pertama setiap bulan untuk meningkatkan rutinitas Sadari. Semua
pasien yang telah menjalani mastektomi diinstruksikan dengan cermat tentang
cara untuk memeriksa payudara yang tersisa dan letak insisi untuk mendeteksi
setiap nodul, yang dapat menandakan kekambuhan penyakit.
2. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dianjurkan setidaknya setiap 3 tahun bagi
wanita antara usia 20 dan 40 tahun, dan kemudian setiap tahun. Pemeriksaan
meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan sistemik. Dimulai dengan
menilai status generalis (tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk
mencari kemungkinan adanya metastase dan atau kelainan medis sekunder.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan regionalis.
Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi. Inspeksi
dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan posisi lengan
di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang. Inspeksi pada kedua
payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi
tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine), lengan
ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua payudara
dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial.
Palpasi aksila dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pemeriksa
menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.
Status lokalis:
1. Payudara kanan atau kiri atau bilateral
2. Massa tumor:
a) Lokasi
b) Ukuran
c) Konsistensi
d) Bentuk dan batas tumor
e) Terfiksasi atau tidak ke kulit, m.pectoral atau dinding dada
f) Perubahan kulit
I) Kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit
II) Peau de orange, ulserasi o Perubahan puting susu/nipple
III) Tertarik
IV) Erosi
V) Krusta
VI) Discharge
3. Status kelenjar getah bening
a) Kgb aksila: Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir terhadap sesama atau
jaringan sekitar
b) Kgb infraklavikula: idem

13
c) Kgb supraklavikula: idem
4. Pemeriksaan pada daerah metastasis
a) Lokasi : tulang, hati, paru, otak
b) Bentuk
c) Keluhan

b. Mammografi skrining
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk memperoleh
interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan
proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi
dapat bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow
up / kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas
35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi
sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa
menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada
waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk standarisasi
penilaian dan pelaporan hasil mamografidigunakan BIRADS yang dikembangkan
oleh American College of Radiology.
Tanda primer berupa:
1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
3. Gambaran translusen disekitar tumor
4. Gambaran stelata.
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder:
1. Retraksi kulit atau penebalan kulit
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi puting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.

c. Ultrasonografi (USG)
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
1. Permukaan tidak rata
2. Taller than wider
3. Tepi hiperekoik
4. Echo interna heterogen
5. Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90o
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya sampai
7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas skrining
oleh karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal menunjukan efikasinya.

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN


Dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara
umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan
memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. MRI dapat dipertimbangkan pada
wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk menderita kanker
payudara.

e. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan
jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan
standar dalam menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan IHK pada
karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan prediksi respons
terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah:
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR)
2. HER2

15
3. Ki-67 Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok parafin
(spesimen core biopsy dan eksisi), dan dapat juga dari hapusan sitologi atau
cell block. Pemeriksaan harus dilakukan pada spesimen yang difiksasi dengan
Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%.Hasil dinyatakan positif apabila > 1% inti
sel terwarnai (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun kuat).
Pemeriksaan status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah
direkomendasikan untuk karsinoma payudara invasif (DCIS tidak dievaluasi
untuk HER2). Pemeriksaan HER2 harus dilakukan pada blok paraffin dari
jaringan yang difiksasi dengan NBF 10% dan tidak dapat dilakukan dari
hapusan sitologi. Hasil dinyatakan HER2 positif pada HER2 +3,
sedangkanHER2 +2 memerlukan pemeriksaan lanjutan berupa hibridisasi in
situ.
f. Biopsi Jarum Halus, Biopsi Apus dan Analisa Cairan
Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan menghasilkan
penilaian sitologi. Biopsi jarum halus atau yang lebih dikenal dengan FNAB
dapat dikerjakan secara rawat jalan (ambulatory). Pemeriksaan sitologi
merupakan bagian dari triple diagnostic untuk tumor payudara yang teraba
atau pada tumor yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan. Yang
bisa diperoleh dari pemeriksaan sitologi adalah bantuan penentuan
jinak/ganas; dan mungkin dapat juga sebagai bahan pemeriksaan ER dan PgR,
tetapi tidak untuk pemeriksaan HER2Neu.
g. Tru-cut Biopsi atau Core Biopsy
Tru-cut biopsi dan core biopsyakan menghasilkan penilaian
histopatologi. Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai alat
khusus dan jarum khusus no G12-16. Secara prinsip spesimen dari core
biopsysama sahihnya dengan pemeriksaan biopsi insisi.
h. Biopsi Terbuka dan Spesimen Operasi
Biopsi terbuka dan spesimen operasi akan menghasilkan penilaian
histopatologi. Biopsi terbuka dengan menggunakan irisan pisau bedah dan
mengambil sebagian atau seluruh tumor, baik dengan bius lokal atau bius
umum. Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas untuk penentuan
jinak/ ganas suatu jaringan; dan bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan
imunohistokimia.
11. Diagnosa yang muncul
1) Nyeri akut
2) Nyeri kronis
3) Ansietas
4) Gangguan citra tubuh
5) Hambatan mobilitas fisik
6) Resiko Infeksi
7) Kerusakan integritas kulit
8) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

17
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas pasien
Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis.
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.
Pasien dengan kanker payudara biasanya terdapat benjolan yang menekan
payudara, terasa nyeri, kulit disekitar merah dan bengkak
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menanyakan ke pasien sejak kapan merasakan keluhan yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya
c. Riwayat kesehatan dahulu
menanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : normal, kepala tegak lurus
2. Rambut : tersebar merata, tidak terlalu kering
3. Mata : tidak adanya gangguan bentuk dan fungsi mata, mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan
4. Telinga : simetris, tidak adanya gangguan fungsi pendengaran
5. Hidung : normal
6. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
7. Leher : terjadi pembesara KGB
8. Dada : adanya kelainan kulit berupa puau d’orange, dumpling,
ulserasi atau tanda radang
9. Hepar : normal
10. Ekstremitas : normal

b. Pola fungsi kesehatan


- Pemeliharaan dan presepsi kesehatan
Pasien kanker payudara biasanya tidak langsung memeriksakan benjolan
yang terasa pada payudaranya kerrumah sakit karena dianggap benjolan
biasa
- Pola nutrisi dan metabolik
- Kebiasaan diet buruk, biasanya pasien akan mengalamianoreksia, muntah
dan terjadi penurunan berat badan, pasien juga ada riwayatmengkonsumsi
makanan mengandung MSG
- Pola eliminasi
Pasien kanker payudara Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, pasien
akan mengalamimelena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi
- Pola aktivitas dan latihan
Pada penderita kanker payudara Anoreksia dan muntah dapat membuat pola
aktivitas danlathan pasien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri
- Pola istirahat dan tidur
Pasien dengan kanker payudara mengalami gangguan pola tidur karenanyeri.
- Pola kognitif dan presepsi
Pasien dengan kanker payudara : Biasanya klien akan mengalami pusing
pasca bedahsehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik/
- Pola presepsi dan konsep diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainanatau kehilangan akibat
operasi akan membuat pasien tidak percaya diri, malu, dankehilangan haknya
sebagai wanita normal..
- Pola seksualitas dan reproduksi
Pasienkanker payudara Biasanya aka nada gangguan seksualitas pasien
dan perubahan pada tingkat kepuasan
- Pola manajemen koping stress

19
Keluarga perlu memberikan dukungan dan semangat sembuh bagi pasien
kanker payudara
- Pola hubungan peran
Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam perawatan dan memberi dukungan
serta dampingan pada pasien dengan kanker payudara.
- Pola nilai dan keyakinan
Keluarga selalu optimis dan berdoa agar penyakit pada pasien kanker
payudara dapat sembuh dengan cepat.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Mamografi
Pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara
orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan
pada usia >40 tahun. Tanda primer yang dapat dilihat berupa densitas yang
meninggi pada tumor, batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses
infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign), gambaran
translusen disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran klinis tumor lebih besar dari
radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah retraksi kulit atau penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi putting, kelenjar getah bening aksila
(+), keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan
jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
b. USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran USG
pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya Permukaan tidak rata,
Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo interna heterogen, Vaskularisasi
meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat.
c. Biopsi payudara, memberikan diagnosa definitive terhadap massa
d. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
e. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara khususnya massa
yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan sulit diperiksa dengan
mammografi
f. Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat. Ultrasonografi
Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara, hanya dapat membedakan
lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi dapat lebih akurat. Alat yang
digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 mHZ hingga 10 mHZ bahkan lebih dari 10
mHZ.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis b.d penekanan massa tumor
b. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
c. Hambatan mobilitas fisik b.d imobilitas
d. Ansietas b.d stressor meningkat
e. Resiko infeksi b.d luka operasi
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak
adekuat (mual muntah akibat kemoterapi)
g. Defisiensi pengetahuan b.d paparan informasi terkait penatalaksanaan kanker
payudara (kemoterapi)
h. Gangguan rasa nyaman b.d proses pembedahan
i. Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah jaringan
j. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh karena pembedahan
k. Potensial disfungsi seksual b.d gangguan struktur tubuh karena bedah

21
5. Intervensi keperawatan

Dx Noc Nic Rasional


Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan 1400-Manajemen Nyeri
1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
durasi,frekuensi, kualitas, intensitas,
diharapkan nyeri dapat komprehensif
dan beratnya nyeri
diminimalisir dengan 2. Observasi petunjuk non-verbal
2. Mengetahui tingkat nyeri melalui
kriteria hasil: mengenai ketidaknyamanan
ekspresi dan gestur pasien
2102-Tingkat nyeri 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
3. Supaya pasien mengerti cara
1. Nyeri yang dilaporkan nyeri
meminimalisir nyeri
dipertahankan pada skala 2 4. Dorong pasien untuk memonitor
4. Memandirikan pasien untuk mengatasi
(cukup berat) ditingkatkan nyeri dan cara menangani nyeri
nyerinya
ke skala 5 (tidak ada) dengan tepat
5. Untuk meminimalisir nyeri dengan
5. Pilih dan implementasikan tindakan
intervensi yang tepat
3016-Kepuasan pasien: yang beragam (farmakologi, non-
6. Faktor keselematan pasien
manajemen nyeri farmakologi, interpersonal) untuk
7. Indikator apakah intervensi sudah tepat
1. Nyeri terkontrol memfasilitasi penurunan nyeri
atau belum
dipertahankan pada skala sesuai kebutuhan
8. Cek kondisi umum pasien
2 (agak puas) 6. Pastikan perawatan analgesik bagi
ditingkatkan ke skala 4 pasien yang dilakukan dengan
(sangat puas) pemantauan ketat
2. Tingkat nyeri dipantau 7. Evaluasi Keefektifan tindakan
secara reguler pengontrolan nyeri yang dilakukan
dipertahankan pada skala 8. Pantau TTV pasien
2 (agak puas)
ditingkatkan ke skala 4
(sangat puas)
Hambatan Setelah dilakukan tindakan 4310-Terapi Aktivitas
1. Berkolaborasi dengan ahli terapi 1. untuk program aktivitas jika diperlukan
mobilitas keperawatan selama 3x24 jam
fisik, okupasi dan terapis
fisik diharapkan pasien bisa rekreasional dalam perencanaan 2. untuk mempertimbangkan komitmen
melakukan aktivitas dengan dan pemantauan program pasien
Kriteria hasil: aktivitas jika diperlukan 3. membantu pasien untuk memilih
2. Pertimbangkan komitmen pasien
0208-Pergerakan aktifitas dan pencapaian tujuan
untuk meningkatkan frekuensi
1. berjalan dipertahankan pada dan jarak aktivitas dilakukannya aktivitas fisik
skala 2 (banyak terganggu) 3. Bantu pasien untuk memilih 4. untuk membatu pasien memilih
aktifitas dan pencapaian tujuan
ditingkatkan ke skala 5 aktivitas yang tepat untuk dilakukan
melalui aktivitas fisik yang
(tidak terganggu) konsistenn dengan kemampuan 5. membantu pasien mengidentifikasi
0212-Koordinasi fisik, fisiologi dan social aktifitas yang di inginkan
4. Dorong aktifitas kreatif yang
pergerakan
tepat
1. keseimbangan gerakan 5. Bantu klien mengidentifikasi
dipertahankan pada skala 2 aktifitas yang di inginkan
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala

23
5(tidak terganggu)
2. gerakan ke arah yang
diinginkan dipertahankan
pada skala 2 (banyak
terganggu) ditingkatkan ke
skala 5(tidak terganggu)
Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan 5820-Pengurangan kccemasan
stressor keperawatan selama 3x24 jam 1. Berikan informasi faktual terkait
meningkat diharapkan rasa cemas pasien diagnosis, perawatan dan prognosis 1. Untuk memberikan informasi terkait

berkurang dengan kriteria hasil: 2. Tingkatkan rasa aman dan kurangi masalah kesehatan saat ini

1211- Tingkat kecemasan ketakutan 2. Untuk meningkatkan rasa aman dan

1. distress dipertahankan pada 3. Berikan objek untuk memberikan rasa cemas

skala 2 (cukup berat) rasa aman 3. Memberikan ojek sebagai stressor rasa

ditingkatkan ke skala 4. Puji perilaku pasien dengan tepat aman

5(tidak ada) 5. Lakukan usapan punggung/leher 4. Agar pasien lega dan senang
2. perasaan gelisah dengan cara tepat 5. Untuk mengurangi rasa cemas

dipertahankan pada skala 2 6. Instruksikan pasien menggunakan 6. Untuk membantu pasien lebih

(cukup berat) ditingkatkan teknik relaksasi merasakan rileks

ke skala 5(tidak ada) 7. Bantu pasien mengidetifikasi situasi 7. Untuk mengetahui tingkat kecemasan
yang memicu kecemasan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Astria, N., E. Yerizel, D. Khambri. 2020. Perbedaan Usia Menarche Dan Indeks Massa
Tubuh (IMT) Pada Penderita Kanker Payudara Dan Bukan Penderita Kanker
Payudara. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vol. 6 (1): 25-30

Avryna, P., I. Wahid, Fauzar. 2019. Invasive Carcinoma Mammae dengan Metastasis Orbita,
Tulang dan Paru. Jurnal Kesehatan Andalas. 89-93

Handayani, L. T. 2018. Pemberdayaan Kader Dalam Deteksi Dini Kanker Payudara Di


Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. Prosiding. 249-256

Hilbertina, N. 2015. Peranan Patologi Dalam Diagnostik Tumor Payudara. Majalah


Kedokteran Andalas. Vol. 38 (1): 1-8

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.


Komite Penanggulangan Kanker Nasional.

Makisake, J., S. Rompas, R. Kundre. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga
Diri Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Delima RSUP
Prof. Dr. R.D Kandou Manado. E-journal Keperawatan. Vol. 6(1): 1-6

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Torre LA, Bray F, Siegel RL, Ferlay J. Global Cancer Statistics , 2012. CA A Cancer J Clin.
2015;65(2):87–108. Available from:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.3322/caac.21262/full

25

Anda mungkin juga menyukai