Anda di halaman 1dari 3

Proses perpindahan cairan tubuh dapat melalui beberapa mekanisme

diantaranya yaitu:
1) Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat
padat secara bebas atau acak.
2) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui
membran semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi
yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3) Transpor aktif
Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis
yang memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk
menggerakkan berbgai materi guna menembus membran sel

1) Diabetes Melitus
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes
pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi
diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua
kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi
orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti
kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir,
prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan
menengah daripada di negara berpenghasilan tinggi (Pusdatin Kemenkes,
2018).
WHO Global Report (2016) menjelaskan bahwa diabetes menyebabkan
1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih tinggi dari batas
maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan meningkatkan
risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen (43%) dari
3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang
disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-
negara berpenghasilan tinggi.
Meskipun faktor risikonya sering dikaitkan dengan gaya hidup, namun
jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskular dan diabetes cenderung lebih
banyak terjadi di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
Menurut data WHO tahun 2008, jumlah kematian yang disebabkan diabetes
melitus dan penyakit kardiovaskular di negara maju seperti Jepang, Inggris,
Swedia, dan Amerika Serikat lebih sedikit dibandingkan dengan di negara
berkembang seperti di Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan
Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke,
hipertensi, diabetes melitus, tumor, dan penyakit jantung merupakan penyebab
kematian utama di Indonesia. Pada tahun 2007, sebesar 59,5% penyebab
kematian di Indonesia merupakan penyakit tidak menular. Selain itu, persentase
kematian akibat penyakit tidak menular juga meningkat dari tahun ke tahun, yaitu
41,7% pada tahun 1995, 49,9% pada tahun 2001, dan 59,5% pada tahun 2007.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018
meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥
15 tahun yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%,
sedangkan prevalensi DM tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%.
Prevalensi DM semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018 sedikit lebih
rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%.
Sedangkan provinsi dengan prevalensi DM tertinggi semua umur berdasarkan
diagnosis dokter juga masih di DKI Jakarta dan terendah di NTT.
2) Hepatitis
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia
termasuk di Indonesia, yang terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis B,
C, dan D ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan
cirrhosis kemudian kanker hati. Virus Hepatiti B telah menginfeksi sejumlah 2
milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang di antaranya menjadi pengidap
Hepatitis B kronik, sedagkan untuk penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan
sebesar 170 juta orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap
tahunnya karena Hepatitis.
Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B,
terbesar kedua di negara South East Asian Region (SEAR) setelah
Myanmar.Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), studi dan uji
saring darah donor PMI maka diperkirakan di antara 100 orang Indonesia, 10
diantaranya telah terinfeksi Hepatitis B atau C. Sehingga saat ini diperkirakan
terdapat 28 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi Hepatitis B dan C, 14 juta di
antaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan dari yang kronis tersebut 1,4 juta
orang berpotensi untuk menderita kanker hati. Besaran masalah tersebut
tentunya akan berdampak sangat besar terhadap masalah kesehatan
masyarakat, produktivitas, umur, harapan hidup, dan dampak sosial ekonomi
lainnya (Kemenkes, 2018).

Anda mungkin juga menyukai