Abstract
Abstrak
123
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
terjadi peningkatan di Negara yang sedang adalah nefropati, neuropati dan retinopati. Hasil
berkembang ( perkemi, 2011). penelitian Deepa DV et al (2014) menunjukan
Diabetes Mellitus (DM) yang umum bahwa prevalensi komplikasi retinopati (20%),
dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit nefropati (37%), neuropati (16%),
yang ditandai dengan hiperglikemia cardiovascular disease (26%), cerebrovascular
(peningkatan kadar gula darah) yang terus- disease (8%) dan peripheral vascular disease
menerus dan bervariasi, terutama setelah (11%).
makan. Diabetes mellitus merupakan keadaan Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia
metabolik akibat gangguan hormonal, yang 239,9 juta penderita. Diperkirakan pada tahun
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia
mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi meningkat menjadi 21,3 juta. Angka kesakitan
pada membran basalis dalam pemeriksaan dan kematian akibat DM di Indonesia
dengan mikroskop elektron (perkemi, 2011). cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang
satu dari penyakit kronis yang paling sering mengarah pada makanan siap saji dan sarat
ditemukan dalam layanan kesehatan primer. karbohidrat (Depkes RI, 2006).
DM juga merupakan penyebab utama Anemia adalah komplikasi paling sering
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasinya terjadi pada pasien DM, khususnya jika disertai
seperti penyakit ginjal, kebutaan, amputasi dengan nefropati atau gangguan renal. Anemia
tungkai bawah dan penyakit jantung koroner kronis menyebabkan hipoksia jaringan yang
(Chen et al, 2013). Angka mortalitas dunia merupakan kunci dari diabetes menyebabkan
pada tahun 2014 adalah 4,9 juta kematian kerusakan organ. Laporan terbaru menunjukan
akibat DM dan dapat diperkirakan bahwa setiap bahwa anemia adalah faktor risiko untuk
7 detik ada 1 orang meninggal karena DM progresifitas End Stage Renal Disease (ESRD)
(International Diabetes Federation, 2014). pada pasien dengan penyakit ginjal kronis,
Jumlah penduduk dunia yang sakit dengan atau tanpa diabetes (Mohanram et al,
diabetes mellitus cenderung meningkat dari 2004). Kejadian anemia meningkat seiring
tahun ke tahun.Hal ini berkaitan dengan jumlah dengan meningkatnya stadium ND dan
populasi meningkat, pola hidup, prevalensi penyakit ginjal kronis (Ito et al,2010).
obesitasmeningkat dan kegiatan fisik kurang Diabetes sendiri merupakan penyakit
(Smeltzer & Bare, 2002). kronis yang akan diderita seumur hidup
Laporan dari WHO mengenai studi sehingga progresifitas penyakit akan terus
populasi DM di berbagai Negara, jumlah berjalan, pada suatu saat dapat menimbulkan
penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di komplikasi. Diabetes Mellitus (DM) biasanya
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar berjalan lambat dengan gejala-gejala yang
dalam jumlah penderita diabetes mellitus ringan sampai berat, bahkan dapat
dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan menyebabkan kematian akibat baik komplikasi
diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China akut maupun kronis. Dengan demikian
(20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta Diabetes bukan lah suatu penyakit yang ringan.
jiwa) (Darmono, 2007). Menurut beberapa review, Retinopati diabetika,
sebagai penyebab kebutaan pada usia dewasa
Keadaan hiperglikemi kronis pada pasien muda, kematian akibat penyakit kardiovaskuler
DM dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan stroke sebesar 2-4 kali lebih besar ,
baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Nefropati diabetic, sebagai penyebab utama
(Hosseini et al., 2014).Komplikasi gagal ginjal terminal, delapan dari 10 penderita
mikrovaskuler pada pasien DM diantaranya diabetes meninggal akibat kejadian
124
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
125
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
yang dapat menghambat pembentukan dengan fotometer pada panjang gelombang 540
eritropoietin sebagai pembentuk Hb dan nm dengan factor 36,8 gr/dl dan sebagai
menyebabkan anemia. blanhko gunakan larutan Drabkin.
Pengolahan data
METODE PENELITIAN Data yang telah didapatkan, diolah
secara manual menggunakan table distribusi
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret frekuensi.
sampai bulan juli 2017 dilaboratorium RSUD
SOLOK. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dalam penelitian ini adalah 30 Dari hasil penelitian yang telah
penderita diabetes mellitus komplikasi ginjal dilakukan terhadap kadar hemoglobin (Hb)
yang melakukan pengobatan di RSUD pada penderita Diabetes Melitus Komplikasi
SOLOK.Sampel yang diambil darah kapiler Ginjal di RSUD SOLOK pada bulan februari-
dari penderita diabetes mellitus yang april 2017 didapatkan hasil sebagai berikut.
komplikasi ginjal.
Alat yang di gunankan dalam penelitian Tabel 2. Distribusi frekuensi jumlah
ini adalah tabung reaksi, pipet 5,0 ml, pipet penderita Diabetes Melitus Komplikasi
mikro 20 ul, lancet, spuit, rak tabung, bola Ginjal berdasarkan jenis kelamin.
hisap, yellow tip dan fotometer 5010 Dirue.
Bahan untuk pemeriksaan kadar Jenis Kelamin Frekuensi %
hemoglobin dengan metode cyanmetmoblobin Laki ± laki 15 50
adalah alcohol 70%, kapas/tissue, sampel darah Perempuan 15 50
kapiler dan darah vena, larutan drapkin. Jumlah 30 100%
Reagen untuk peeriksaan kadar
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di
hemoglobin metode cyanmethhemoglobin
atas dapat dilihat bahwa pasien laki ± laki yang
dipakai larutan Drabkin dengan formula
menderita Diabetes Melitu Komplikasi Ginjal
sebagai berikut : Sodium bikarbonat (NaHCO3)
sebanyak 15 orang (50%) dan pasien
1,0 gr, Kalium sianida (KCN)0,05 gr, Kalium
perempuan Diabetes Melitus Komplikasi Ginjal
ferrisianida (K3Fe(CN)6) 0,20 gr, Aquadest ad
sebanyak 15 orang (50%).
1000 ml
126
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
Melitus Komplikasi Ginjal memiliki kadar gambaran klinik yang akan ditemukan pada
hemoglobin di rentang 10,1 ± 11,0 gr/dl. pasien. Salah satunya adalah penurunan kadar
PEMBAHASAN hemoglobin atau hematokrit di dalam darah
Dari 30 sampel yang di teliti yaitu yang dapat dikatakan sebagai anemia.
penderita Diabetes Melitu Komplikasi Ginjal di Anemia hampir selalu di temukan pada
RSUD SOLOK pada bulan februari- maret penderita gangguan ginjal, yaitu kurangnya sel
2017. Dari tabel 3 didapatkan jumlah penderia darah merah dan kurangnya zat besi. Sel darah
Diabetes Melitus Komplikasi Ginjal laki ± laki merah mengandung protein yang bernama
dan perempuan berjumlah sama banyak yakni, hemoglobin, dan setiap hemoglobin memiliki 4
15orang (50%) laki ± laki dan 15 orang (50%) atom zat besi. Hemoglobin dalam keadaan
perempuan. normal mengandung kira ± kira dua gram zat
Dari tabel 3 didapatkan bahwa besi (Jansen,2010).
sebagian besar kadar hemoglobin penderita Hemoglobin merupakan parameter
Diabetes Melitu Komplikasi Ginjal di bawah anemia yang umum tetapi kurang sensitif untuk
normal. Hal ini di sebabkan ketika ginjal sakit penetapan status besi pada penderita gangguan
atau rusak, mereka tidak membuat cukup ginjal. Kadar hemoglobin menurun pada
eritropoietin. Akibatnya, sumsum tulang penderita gangguan ginjal di sebabkan oleh
membuat sel-sel darah merah lebih sedikit, menurunnya kadar eritropoietin/EPO, hormon
menyebabkan anemia atau kadar hemoglobin yang di hasilkan oleh ginjal sehat untuk
menurun. memproduksi sel darah merah. Apabila tubuh
Penurunan faal ginjal terjadi akibat kekurangan kadar oksigen maka ginjal yang
berkurangnya unit struktural ginjal (nefron) sehat akan melepas hormon eritropoietin yang
yang masih berfungsi dengan baik. Hal ini akan akan merangsang sumsum tulang belakang
menyebabkan bertambahnya beban pada nefron untuk memproduksi lebih bnyak sel darah
yang masih berfungsi baik dan secara bertahap merah (Jansen,2010).
akan menyebabkan kerusakan nefron yang
masih tersisa tersebut serta mempercepat Anemia pada PGK sebagian besar
progresivitas kerusakan ginjal ( Suwitra, 2009). ditandai dengan morfologi normositik
Penurunan fungsi ginjal dapat diketahui dengan normokrom, setelah disingkirkan kemungkinan
cara menghitung nilai laju filtrasi glomerulus anemia karena sebab lain seperti anemia karena
melalui rumus Cockcroft-Gault atau MDRD hemodialisis, kekurangan zat besi, asam folat,
(Modification of Diet in Renal Disease) atau vitamin B12, dan keganasan . Anemia
Widiana, 2007). pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh
PGK pada umumnya bersifat progresif. multi faktor, tetapi sebagian besar berhubungan
Hal ini berarti bahwa pada saat tertentu fungsi dengan defisiensi erythropoietic stimulating
ginjal akan terus menurun sampai pada tahap factor (ESF). Hal lain yang ikut berperan
akhir (the point of no return). Progresivitas terjadinya anemia adalah gangguan
penyakit ini akan terus berlanjut meskipun lesi eritropoiesis defisiensi besi, masa hidup
yang mengawali proses terjadinya kerusakan eritrosit yang pendek akibat terjadinya
ginjal tersebut dihilangkan. PGK ini pun hemolisis, defisiensi asam folat, perdarahan
biasanya disertai dengan berbagai komplikasi, saluran cerna atau uterus, toksin azotemia,
seperti penyakit kardio vaskuler, penyakit hemodialisis (Suwitra, 2009 ).
saluran nafas, penyakit saluran cerna, kelainan Semakin banyak sel darah merah dalam
di tulang dan otot, serta anemia (Widiana, 2009 aliran darah secara otomatis semakin banyak
). Kerusakan struktur dan fungsi ginjal bisa oksigen yang dapat di suplai ke tubuh.
disertai dengan penurunan LFG. Penurunan laju Gangguan ginjal menyebabkan anemia berat
fitrasi glomerulus ini berhubungan dengan yang secara bertahap mempengaruhi
127
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
kemampuan normal, penampilan diri, dan of chronic kidney disease in the United
aktifitas sosial pasien, sedangkan kurangnya zat States. JAMA 2007;298(17):2038-47.
besi dalam tubuh pada penderita gangguan 8. Chen P, Guo X, Zhou H, Zhang W, Zeng
ginjal dapat di sebabkan oleh beberapa hal Z, et al. 2013. SPLUNC1 Regulates
yaitu pembatasan asupan diet, tubuh tidak CellProgression and Apoptosis through the
mampu menyerap zat besi, kehilangan darah miR-141-PTEN/p27 Pathway, but
karna sebab lain, serta pendarahan pada akses IsHindered by LMP1. PLoS ONE 8(3):
vaskuler (Jansen,2010). e56929.doi:10.1371/journal.pone.0056929
9. Departemen Kesehatan RI, 2006,
KESIMPULAN Farmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Melitus.
Kesimpulan 10. Depertemen Kesehatan RI, 2003. Peran
Dari hasil penelitian yang telah peneliti Diit dalam Penanggulangan Diabetes.
lakukan pada 30 penderita Diabetes Melitus Seminar Pekan Diabetes.Guyton, arthur C.
Komplikasi Ginjal di RSUD SOLOK dapat 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
diambil kesimpulan sebanyak 10 penderita Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Diabetes Melitus Komplikasi Ginjal memiliki 11. International Diabetes Federation. IDF
kadar hemoglobin di rentang 10,1 ± 11,0 gr/dl. Diabetes Atlas Sixth Edition.[Internet].
Kadar hemoglobin penderita Diabetes Melitus 2013 [cited 2018 januari 21]. Available
Komplikasi Ginjal laki ± laki adalah 9,7 gr/dl from. www.idf.org/diabetesatlas
serta kadar hemoglobin penderita Diabetes 12. Ito H et al., 2010. Mild Anemia Is
Melitus Komplikasi Ginjal perempuan adalah Frequent and Associate With Micro- and
9,8 gr/dl. Macroangiopathies in Patients With Type
2 Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes
DAFTAR PUSTAKA Investigation. 1:273-78
13. Jansen, 2010. Anemia pada Gagal Ginjal
1. Almatsier,Sunita. 2001. prinsip Dasar Ilmu Kronik.
Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 14. Hosseini M.S et al., 2014. Anemia and
2. American Diabetes Association (ADA). Microvascular Complications in Patients
2014. Foot Care With Type 2 Diabetes Mellitus. Nephro-
Diabetic.http://www.diabetes.org/living- Urology Monthly. 6:1-7
with- 15. Marsden PA. Treatment of anemia in
diabetes/complication/footcomplication/fo chronic kidney disease-strategies based on
ot-care.html diakses tanggal 12 Januari evidence. N Engl J Med.
2018 2009;261(21):2089-90
3. Arisman. 2002. Gizi dalam Daur 16. Mohanram, A., Zhang, Z., Shahinfar, S.,
Kehidupan. EGC. Jakarta. Lyle, P. A,. Toto, R.D. 2008. The effectof
4. Bilous. (2002). Seri Kesehatan Bimbingan losartan on Hb concentration and renal
Dokter pada Diabetes. Jakarta : Dian outcome in diabeticnephropathy of type 2
5. Brooker, C.. (2001). Kamus saku diabetes. Kidney Int, Vol. 73, pp. 630±
keperawatan. (edisi 31). Jakarta. EGC 636.
6. Barsoum RS. Chronic kidney disease 17. Perkeni, 2011. Konsensus Pengendalian
in the developing world. N Engl J dan Pencegahan Diabetes Melitustipe 2 di
Med 2006;354(10):997-9. Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi
7. Coresh J, Selvin E, Stevens LA, Manzi J, Indonesia: hal 18-19
KusekJW, Eggers P, et al. Prevalence 18. Shao, H.C., Fan H.E., Hua, L.Z., Hong,
R.W., Chen, X., You, M.L.,
128
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
129