Studi case control pada pasien rawat inap RSI Sultan Agung Semarang periode
Januari-Desember 2017
Oleh :
Ihya Syarofuddin
30101507466
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kerja insulin atau keduanya. Pada saat ini permasalahan DM masih tinggi, di
seluruh negara diperkirakan terdapat 422 juta orang dewasa yang mengidap DM
pada tahun 2014 dibandingkan pada tahun 1980 yang berjumlah 108 juta orang
prevalensi DM di Indonesia dari 1.1% pada 2007 menjadi 2.6% pada tahun 2013,
penderita DM tipe 2, oleh karena prevalensi DM tipe 2 sepuluh kali lebih banyak
risiko yang memperburuk komplikasi pada penderita DM, oleh karena pada
vaskuler (Petrie, Guzik and Touyz, 2018). Komplikasi yang sering ditemukan
pada pasien DM adalah anemia. Anemia pada penderita DM tipe 2 paling sering
disebabkan oleh kerusakan ginjal, peningkatan tekanan darah, penurunan
anemia pada hipertensi disebabkan oleh defisiensi nutrisi terutama defisiensi besi
oleh karena inflamasi yang berjalan kronis (Barbieri et al., 2015). Selain itu
Proporsi anemia di Indonesia cukup tinggi yaitu 21.7% dari total penduduk,
Adetunji et al pada tahun 2009 terhadap 507 pasien di Walton Diabetes Centre
Penelitian oleh Gauci et al pada tahun 2017 menunjukan pada 1551 partisipan
11.5% penderita anemia. Sedangkan pada penelitian Wijaya dkk tahun 2015
dengan ginjal dan berjalan kronis . Perjalanan PGD dibagi menjadi V tahap. Pada
tahapan ketika nefropati diabetik (ND) bermanifestasi klinis. Pada tahap ini
terjadi proteinuria yang nyata, peningkatan tekanan darah, dan penurunan LFG
dibawah normal. Keadaan ini terjadi setelah 15-20 tahun diagnosis DM tegak
(Lubis, 2015). Anemia pada penderita penyakit ginjal yang kronis disebabkan
diferensiasi dan maturasi prekursor sel darah merah (SDM). Anemia pada
mulai menurun pada kerusakan ginjal yang ditandai penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) sekitar 70ml/ min/ 1.73 m2 (laki-laki) dan 50ml/ min/ 1.73 m2
disebabkan oleh sekresi eritropoetin yang dimodulasi oleh aktifitas sistem saraf
simpatis terganggu oleh diabetik neuropati. Masa hidup eritrosit pada pasien DM
disfungsi endotel. Patofisiologi hipertensi dan DM saling terkait satu sama lain.
Normalnya insulin dapat menurunkan tekanan darah yang meningkat dengan
stimulasi sintesis nitric oxide oleh endotel dan merangsang acetylcholine untuk
metabolism zat besi dan sintesis ferritin, akibatnya pada proses inflamasi terjadi
penurunan zat besi dalam serum, saturasi transferrin rendah, dan peningkatan
saturasi ferritin. Selain itu IL-6 juga merangsang hepatosit untuk memproduksi
hepcidin. Hepcidin merupakan regulator yang mengatur absorbsi zat besi oleh
usus, mobilisasi zat besi pada hepar, dan daur ulang zat besi oleh makrofag.
Peningkatan hepcidin dapat menyebabkan kadar zat besi rendah dalam darah atau
besi yang rendah sehingga menyebabkan anemia (Raj, 2009). Penggunaan ACEi
dan ARB untuk menurunkan tekanan darah pada penderita DM juga dapat
2015).
resiko anemia yang lebih besar, padahal pada penderita DM tipe 2 sering disertai
hipertensi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menilai resiko
anemia pada penderita DM tipe 2 dengan hipertensi. Pada Rumah Sakit Islam
yang cukup banyak dan rekam medik pasien dicatat dengan baik sehingga cukup
DM tipe 2 normotensi
hipertensi
hipertensi