PENDAHULUAN
Prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat dalam dekade terakhir yaitu 1,5%
pertahun di AS. Komplikasi kronis yang utama adalah neuropati 29,5% dan nefropati
15,7% (Worku, 2010 dalam Dwi Lestari, 2015). Laporan statistik menunjukkan bahwa
kini semakin banyak pengidap diabetes melitus yang mengalami komplikasi pada
ginjal. Kerusakan ginjal akibat diabetes disebut nefropati diabetik.
Menurut Bilous & Donelly (2014) nefropati diabetik adalah diagnosis klinis
berdasarkan pada deteksi proteinuria pada pasien diabetes tanpa disertai penyebab lain
yang jelas, seperti infeksi. Prevalensinya pada diabetes tipe 1 (INDDM) adalah 0,3-
24% dan diabetes tipe 2 (NIDDM) adalah 9,2-32,9% berdasarkan studi berbasis
populasi. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi nefropati diabetik adalah lama
diabetes melitus, hipertensi, kebiasaan merokok, kadar gula darah dan kadar kolesterol
total. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi salah satu faktor risiko dari nefropati
diabetik. Kejadian nefropati diabetik meningkat secara signifikan seiring dengan
peningkatan tekanan darah (Agarwal et al., 2011). Sebanyak 66,67% dari 300 pasien
terdiagnosis nefropati diabetik memiliki tekanan darah > 160/100 mmHg (Agarwal et
al., 2011).
Menurut Triyanto (2014) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hasil survey Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015 menujukkan bahwa prevalensi keseluruhan
adalah 53.768 jiwa. Untuk wilayah Kota Banjarmasin jumlah penderita hipertensi
19.595 jiwa tertinggi dari semua Kabupaten di kalimantan Selatan (Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan, 2015).
Menurut Amira et al. (2013) prevalensi terjadinya hipertensi pada DM secara
keseluruhan adalah 70%, dimana pada laki laki 32% dan wanita 45%. Pada masyarakat
India Puma prevalensi hipertensi sebesar 49%, pada kulit putih sebanyak 37% dan
orang asia sebesar 35%. Hal ini menggambarkan bahwa hipertensi pada DM lebih
sering terjadi dari pada tidak menderita diabetes. Pada pasien DM, hipertensi biasanya
disebabkan oleh nefropati diabetik yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah, dimana telah dilaporkan terjadi pada 25-40% orang dengan DM tipe 1 (INDDM)
dan tipe 2 (NINDDM). Peningkatan insidensi DM akan meningkatkan insidensi
komplikasi. Dari berbagai penelitian didapatkan sebanyak 30-40% penderita DM tipe 2
(NIDDM) akan mengalami kerusakan ginjal yang pada akhirnya akan menjadi gagal
ginjal terminal.
Menurut Bilous & Donelly (2015) kondisi yang menyertai nefropati klinis adalah
tekanan darah. Pada diabetes tipe 2 (NIDDM), banyak pasien mengalami hipertensi saat
didiagnosis dan pasien tersebut berisiko tinggi menderita nefropati. Oleh sebab itu,
hipertensi merupakan tanda terjadinya nefropati pada diabetes tipe 1 (IDDM),
sedangkan pada diabetes tipe 2 (NIDDM), dapat menjadi faktor pemicu, walaupun
memperburuk kondisi kedua jenis diabetes tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan Soni Arsono (2009) didapatkan hasil bahwa penderita
gagal ginjal dengan riwayat diabetes melitus tipe 2 (NIDDM) (66,7% dari 36 responden
sebagai kelompok kasus dengan kadar kreatinin serum di atas 5 mg/dl) memilki
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg yang berarti hipertensi diastolik berpengaruh
terhadap progresivitas nefropati diabetik menjadi gagal ginjal terminal.
Penelitian yang dilakukan Evi Yulianti (2010) dengan Subjek penelitian ini adalah 87
orang dengan DM tipe 2 normotensif hipertensif yang terdiri dari 54 pasien ND dan 33
non ND. Perbandingan antara kelompok kontrol yang diperiksa itu menunjukkan
tingkat signifikansi (alpha) 0,05 dan odds ratio. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah orang-orang dengan tipe 2 DM hypertensif memiliki frekuensi yang lebih
tinggi pada kelompok ND (67,3%) dibandingkan dengan non-ND (p = 0,043) dengan
OR = 2,64. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan
mikroalbumin yang positif banyak terdapat pada penderita DM tipe 2 hipertensif dan
hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya ND pada penderita DM tipe 2 (NIDDM).
Berdasarkan data Dines Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015
jumlah penderita diabetes melitus 4248 jiwa di wilayah Banjarmasin dan alasan peneliti
memilih tempat tempat penelitian di RSUD Ulin Banjarmasin yaitu RSUD Ulin
Banjarmasin merupakan pusat rumah sakit rujukan di Kalimantan Selatan.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan teknik wawancara pada 10
pasien nefropati diabetik di ruang Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin 60%
mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sedangkan 40% pasien lainnya
mengatakan tidak ada riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan
antara Hipertensi dengan kejadian Nefropati Diabetik pada pasien Diabetes Melitus tipe
2 di RSUD Ulin Banjarmasin”.
1.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu, et al (2011) dengan judul "
Hubungan Antara Faktor karakteristik Hipertensi, dan obesitas dengan Kejadian
diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Soewondo Kendal.
Penelitian ini adalah penelitian explanatory research dengan desain penelitian
cross sectional. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 69 responden. Metode
pengambilan data dengan wawancara kepada penderita secara langsung, dan
pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi badan, serta pemeriksaan
laboratorium. Pengambilan sampel dengan teknik quota sampling dengan syarat
bersedia menjadi responden. Analisa data Chi Square. Dari hasil uji Chi Square
menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan
antara umur dengan kejadian diabetes mellitus, dan nilai p > 0,05 yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
diabetes mellitus, tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan
kejadian diabetes mellitus, serta tidak ada hubungan yang signifikan antara
obesitas dengan kejadian diabetes mellitus. Kesimpulan dari penelitian ini,
antara lain: umur responden rata-rata adalah 53,55 dengan umur terendah 18
tahun dan umur tertinggi 74 tahun, mayoritas jenis kelaminnya perempuan
sebanyak 41 responden (59,4%), responden yang menderita hipertensi sebanyak
38 responden (55,1%), responden yang menderita obesitas sebanyak 38
responden (55,1%), responden yang menderita diabetes mellitus sebanyak 20
responden (29,0%), ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian
diabetes mellitus, tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
dengan kejadian diabetes mellitus, tidak ada hubungan yang signifikan antara
hipertensi dengan kejadian diabetes mellitus, serta tidak ada hubungan yang
signifikan antara obesitas dengan kejadian diabetes mellitus pada pasien Rawat
Jalan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.Soewondo
Kendal.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian
nefropati diabetik pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Ulin
Banjarmasin. Desain penelitian menggunakan metode penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebasnya yaitu hipertensi dan
variabel terikatnya yaitu kejadian nefropati diabetik . Populasi penelitian ini
adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang menjalani pengobatan rawat inap dan
rawat jalan. Sampel yang diambil adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang
mengalami hipertensi dan tidak mengalami hipertensi dengan nefropati diabetik
oleh tenaga medis. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Dan tempat untuk melakukan penelitian ini di RSUD Ulin
Banjarmasin.