Anda di halaman 1dari 5

KEPERAWATAN KRITIS

“Trend & Issue Tentang Ketoasidosis Diabetikum”

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Fernando
2. Dwi Viska Yuliya
3. Fahdia Gusti Rahayu
4. Nanda Ardini
5. Natasya Wulandari
6. Reviola Agustin
7. Sinta Mulia
8. Fitria Alfira
9. Melani

Dosen Pembimbing :
Ns. Ida Suryati, M.Kep

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
ANALISIS JURNAL TREND & ISSUE KETOASIDOSIS DIABETIKUM

A. Judul Jurnal
Peningkatan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien Ketoasidosis Diabetik

B. Penulis
Prema Rinawati1, Chanif Chanif

C. Kata Kunci
Ketoasidosis diabetikum, pola napas tidak efektif

D. Tujuan
Tujuan jurnal ini untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
ketoasidosis diabetikum dengan pola napas tidak efektif di ICU Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang.

E. Metode
Metode menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan proses keperawatan,
tahapan studi dari pengkajian hingga evaluasi dengan mengambil 2 pasien
ketoasidosis diabetikum. Hasil dari intervensi terapi oksigen dan 45o posisi semi
fowler yaitu belum efektif untuk pasien dengan masalah keperawatan pola napas tidak
efektif.

F. Hasil
Hasil dari intervensi terapi oksigen dan 45o posisi semi fowler yaitu belum efektif
untuk pasien dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif. Hasil proses
keperawatan kedua pasien selama di ICU menunjukkan masalah keperawatan pola
nafas tidak efektif dan evaluasi menunjukkan masalah dapat teratasi.

G. Pendahuluan
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan darurat hiperglikemi yang mengancam
jiwa pasien dengan diabetes melitus. KAD terjadi ketika seseorang mengalami
penurunan insulin yang relatif atau absolut yang ditandai dengan hiperglikemi,
asidosis, ketosis, dan kadar glukosa darah >125 mg/dL. KAD merupakan komplikasi
akut yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. World Health
Organisation (WHO) memperkirakan bahwa 422 juta orang dewasa di atas 18 tahun
hidup dengan diabetes. Jumlah terbesar orang dengan diabetes diperkirakan berasal
dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat terhitung sekitar setengah kasus diabetes dunia
(Report., 2016). IDF (International Diabetes Federation) menyatakan bahwa
Indonesia berada pada peringkat ke 7 dengan jumlah penderita mencapai 10 juta jiwa.
Berdasarkan kecenderungan statistik selama 10 tahun terakhir, IDF memprediksikan
bahwa tahun 2040 Indonesia akan berada pada peringkat ke enam didunia dengan
jumlah penderita jiwa mencapai 16,2 juta jiwa (International Diabetes Federation,
2015).

H. Pembahasan
Hasil penelitian lain menyatakan bahwa jumlah persentase pasien diabetes dengan
komplikasi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar
44,9% dan 55,1%. Pada dasarnya, angka kejadian DM Tipe 2 bervariasi antara laki-
laki dan perempuan. Mereka mempunyai peluang yang sama terkena DM. Hanya saja
dilihat dari faktor resiko, perempuan mempunyai peluang lebih besar diakibatkan
peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan
(premenstrual syndrome), pascamenopause yang membuat distribusi lemak tubuh
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita
beresiko menderita DM (Meliyana, 2019).

Pasien dengan riwayat DM dan KAD ditemukan tekanan darah tinggi dan ada yang
memiliki riwayat darah tinggi atau hipertensi, hipertensi akan menyebabkan
penebalan pembuluh darah arteri sehingga pembuluh darah akan menyempit dan
nantinya akan mengganggu pengangkutan glukosa dari dalam darah (Zieve, 2012).
Disfungsi endotel merupakan salah satu patofisiologi umum yang menjelaskan
hubungan yang kuat antara tekanan darah dan kejadian DM. Hasil penelitian sesuai
dengan teori bahwa responden dalam penelitian lebih banyak dengan riwayat
hipertensi, Penelitian yang dilakukan (Shara K, 2015) dari 50 orang diperoleh 22
(81,5%) responden dengan hipertensi. Hasil uji statistic ada hubungan yang bermakna
antara tekanan darah dengan DM. Orang yang terkena hipertensi berisiko lebih 6,85
kali lebih besar untuk menderita diabetes dibanding orang yang tidak hipertensi.
Penderita DM bahkan menjadi KAD belum tentu dikarenakan hipertensi, pada data
salah satu pasien yaitu Ny.S tidak memiliki riwayat hipertensi, hal ini dikarenakan
hiperglikemia dapat menyebabkan tekanan darah, dan pernapasan meningkat.Tekanan
darah pada pasien diabetes melitus terjadi peningkatan karena termasuk kerusakan
kompleks antara saraf dan pembuluh darah. Gula darah tinggi mengganggu
kemampuan saraf untuk mengirimkan sinyal yang melemahkan dinding pembuluh
darah kapiler untuk memasok saraf dengan oksigen dan nutrisi. Penderita DM
mengakibatkan komplikasi neuropati otonom, atau kerusakan saraf otonom. Sistem
saraf otonom ini berperan mengontrol hati, kandung kemih, paruparu, lambung, usus,
jantung dan mata. Diabetes dapat mempengaruhi saraf otonom yg menyebabkan
peningkatan denyut jantung meskipun ketika beristirahat, aliran darah yang buruk
disebabkan kerusakan pembuluh darah perifer.

Terjadi KAD apabila terdapat kekurangan insulin mutlak dan peningkatan hormon
kontraregulator terstimulasi (kortisol). Produksi glukosa oleh hati meningkat,
pemakaian glukosa perifer berkurang, mobilisasi lemak meningkat, dan ketogenesis
(pembentukan keton) dirangsang. Pada keadaan kekurangan insulin, produksi
berlebihan betahidroksibutirat dan asam asetoasetat (badan keton) oleh hati
menyebabkan peningkatan konsentrasi keton dan peningkatan asam lemak bebas.
Sebagai akibat dari kehilangan bikarbonat (yang terjadi bila terbentuk keton),
penyangga bikarbonat tidak terjadi dan terjadi asidosis metabolik. KAD juga dapat
terjadi pada orang yang terdiagnosis DM saat kebutuhan tenaga meningkat selama
stres fisik atau emosi. Keadaan stres memicu pelepasan hormon glukoneogenik, yang
menghasilkan pembentukan karbohidrat dari protein atau lemak (LeMone, 2015).

I. Kesimpulan
Pasien Ketoasidosis Diabetik dirawat dengan diagnosa medis KAD yang didukung
dari hasil pengkajian pasien yaitu masalah pernafasan, gula darah tinggi, dan memiliki
riwayat DM. Diagnosa keperawatan utama yang diangkat pada kasus ini adalah pola
nafas tidak efektif. Implementasi keperawatan pada diagnosa pola nafas tidak efektif
berfokus pada terapi oksigen dan monitor tanda-tanda vital. Perawat juga memberikan
tindakan nonfarmakologi untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Evaluasi
yang diperoleh dari kedua pasien selama di ICU masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi.

Anda mungkin juga menyukai