KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Fasilitator: Caturia Sasti S, S.Kep.Ns., M.Kep
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini.
Sejalannya kurikulum dan materi kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan
Bencana, maka mahasiswa ditugaskan untuk membuat makalah tentang
“Ketoasidosis Diabetikum”. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi
tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana agar mahasiswa dapat membaca
dan memahami tentang Ketoasidosis Diabetikum.
Akhirnya pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah yang
kami buat ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karna
itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
KONSEP TEORI
a. Infeksi
b. Penyakit kardiovaskular
c. Insulin inadekuat/stop
d. Diabetes awitan baru
e. Penyakit medis lainnya
Hiperglikemia
Badan keton
Defiensi insulin
Pengelihatan Urinasi (poliuri)
kronis
1. Terapi Cairan
Prioritas utama pada penatalaksanaan KAD adalah terapi cairan.
Terapi insulin hanya efektif jika cairan diberikan pada tahap awal terapi
dan hanya dengan terapi cairan saja akan membuat kadar gula darah
menjadi lebih rendah. Studi menunjukkan bahwa selama empat jam
pertama, lebih dari 80% penurunan kadar gula darah disebabkan oleh
rehidrasi. Oleh karena itu, hal penting pertama yang harus dipahami adalah
penentuan difisit cairan yang terjadi. Beratnya kekurangan cairan yang
terjadi dipengaruhi oleh durasi hiperglikemia yang terjadi, fungsi ginjal,
dan intake cairan penderita.
Pemberian cairan harus dapat mengganti perkiraan kekurangan
cairan dalam jangka waktu 24 jam pertama. Perubahan osmolalitas serum
tidak melebihi 3 mOsm/kgH.O jam. Pada pasien dengan kelainan ginjal,
jantung atau hati terutama orang tua, harus dilakukan pemantauan
osmolalitas serum dan penilaian fungsi jantung, ginjal, dan status mental
yang berkesinambungan selama resusitasi cairan untuk menghindari
overload cairan iatrogenik. Untuk itu pemasangan Central Venous
Pressure (CVP) monitor dapat sangat menolong. Ketika kadar gula darah
mencapai 250 mg/dl, cairan diganti atau ditambahkan dengan cairan yang
mengandung dextrose seperti (dextrose 5%, dextrose 5% pada NaCl 0,9%,
atau dextrose 5%pada NaCl 0,45%) untuk menghindari hipoglikemia dan
mengurangi kemunginan edema serebral akibat penurunan gula darah yang
terlalu cepat.
2. Terapi insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD
dan rehidrasi yang memadai. Sumber lain menyebutkan pemberian insulin
dimulai setelah diagnosis KAD ditegakkan dan pemberian cairan telah
dimulai. Pemakaian insulin akan menurunkan kadar hormon glukagon,
sehingga menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak
bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot dan
meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan. Sampai tahun 1970-an
penggunaan insulin umumnya secara bolus intravena, intramuskular,
ataupun subkutan.
Sejak pertengahan tahun 1970 an protokol pengelolaan KAD
dengan drip insulin intravena dosis rendah mulai digunakan dan menjadi
popular. Cara ini dianjurkan karena lebih mudah mengontrol dosis insulin,
menurunkan kadar glukosa darah lebih lambat, efek insulin cepat
menghilang, masuknya kalium ke intrasel lebih lambat, komplikasi
hipoglikemia dan hipokalemia lebih sedikit Pemberian insulin dengan
infus intravena dosis rendah adalah terapi pilihan pada KAD yang
disebutkan oleh beberapa literatur, sedangkan ADA menganjurkan insulin
intravena tidak diberikan pada KAD derajat ringan.
Selama terapi KAD harus diperiksa kadar elektrolit, glukosa, BUN,
serum kreatinin, osmolalitas, dan derajat keasaman vena setiap 2 — 4
jam, sumber lain menyebutkan bahwa kadar glukosa kapiler diperiksa tiap
1 — 2 jam. Pada KAD ringan, insulin regular dapat diberikan secara
subkutan atau intramuskular setiap jam dengan efektifitas yang sama
dengan pemberian intravena pada kadar gula darah yang rendah dan keton
bodies yang rendah. Efektifitas pemberian insulin dengan intramuskular
dan subkutan adalah sama, namun injeksi subkutan lebih mudah dan
kurang menyakitkan pasien. Pasien dengan KAD ringan harus
mendapatkan “priming dose” insulin regular 0,4 — 0,6 u/kgBB, setengah
dosis sebagai bolus dan setengah dosis dengan subkutan atau injeksi
intramuskular. Selanjutnya diberikan insulin subkutan atau intramuskular
0,1 u/kgBB/jam.
Kriteria resolusi KAD diantaranya adalah kadar gula darah <200
mg/dl, serum bikarbonat 2 18 mEg/l, pH vena > 7,3, dan anion gap < 12
mEg/l. Saat ini, jika pasien NPO, lanjutkan insulin intravena dan
pemberian cairan dan ditambah dengan insulin regular subkutan sesuai
keperluan setiap 4 jam. Pada pasien dewasa dapat diberikan 5 iu insulin
tambahan setiap kenaikan gula darah 50 mg/dl pada gula darah di atas 150
mg/dl dan dapat ditingkatkan 20 iu untuk gula darah > 300 mg/dl. Ketika
pasien dapat makan, jadwal dosis multipel harus dimulai dengan memakai
kombinasi dosis short atau rapid acting insulin dan intermediate atau long
acting insulin sesuai kebutuhan untuk mengontrol glukosa darah.
3. Terapi pencegahan terhadap Deep Vein Thrombosis (DVT)
Terapi pencegahan DVT diberikan terhadap penderita dengan
risiko tinggi, terutama terhadap penderita yang tidak sadar, immobilisasi,
orang tua, dan hiperosmolar berat. Dosis yang dianjurkan 5000 iu tiap 8
jam secara subkutan[ CITATION Got11 \l 1033 ].
1) Tindakan ABCDE
a. Airway
Perkenalkan dirimu dan jelaskan pemeriksaan apa yang akan
kamu lakukan. Response verbal yang baik dari pasien
menunjukkan airway bebas. Jika pasien kesulitan
memberikan respons verbal, lalukan pemeriksaan atau upaya
membuka airway (head tilt, chin lift). Jika airway tidak ada
gangguan namun pasien masuk mengalami kesulitan
memberikan response verbal, maka evaluasi breathing.
b. Breathing
1. Hitung frekuensi napas dan saturasi oksigen (bila
memungkinkan)
2. Lakukan auskultasi dada dan lakukan perkusi jika
diperlukan
3. Berikan oksigen dosis tinggi jika pasien mengalami
peningkatan frekuensi napas, memiliki saturasi yang
rendah, atau tampak sakit
4. Pertimbangkan untuk mengusulkan foto thoraks (CXR)
atau analisis gas darah
c. Circulation
1. Periksa denyut nadi, tekanan darah, dan capillary refill
tme (CRT). Pasang EKG jika perlu dan pulse oximetry
untuk monitoring
2. Pasang 1-2 kanul cairan intravena jika terdapat tanda-
tanda syok (takikardi, hipotensi, pemanjangan CRT)
dan berikan cairan IV bolus.
3. Pertimbangkan untuk mengusulkan beberapa
pemeriksaan di bawah ini :
1) Urea (BUN), serum kreatinin
2) Serum elektrolit
3) Darah lengkap
4) Tes fungsi hati
5) Amilase
6) Serum keton
7) Laktat dan kultur darah jika pasien demam.
Pemeriksaan Fisik
-Tentukan derajat dehidrasi
Algoritma
-Nafas cepat dan dalam
-Lethargy / drownies & muntah
Anamnesis : Laboratorium :
- Polyuria - Ketonuria
- Polidipsia - Hiperglikemia >300mg/dl
- Penurunan BB - Asidosis metabolic
- Nyeri perut - Pemeriksaan lain
- Lemas/lemah (elektrolit darah, BUN, SC)
- Muntah
- pusing
KETOASIDOSIS DIABETIK
2. Diagnosa keperawatan
1) (D.0016) Risiko Perfusi Serebral tidak efektif berhubungan
dengan asidosis edema otak.
2) (D.0005) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
Penurunan kemampuan bernapas,
3) (D.0038) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan
dengan ketidaktepatan pemantauan glukosa darah
4) (D.0023) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif akibat diuresis osmotic akibat hiperglikemia ,
5) (D.0076) Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi,
6) (D.0085) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
penglihatan kabur.
3. Intervensi Keperawatan
1. Identitas Pasien
Identitas Penanggung jawab
Nomor register : 00 – 31 – 19 – 23
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama:
Pasien mengatakan sering lelah atau lesu sudah 1 hari dan sakit kepala
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 10.56 WIB dengan kesadaran
menurun, keluhan mual muntah sejak 3 hari yang lalu, sakit kepala, nyeri
pada bagian ulu hati dan sesak nafas tiba-tiba sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan lelah atau lesu dan haus meningkat
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menderita penyakit DM tipe 1 sejak 3 tahun yang lalu. Pola
makan dan pola hidup pasien juga tidak dijaga dengan baik. Riwayat
pengobatan dengan insulin tidak terkontrol, pengobatan menggunakan
lontus dan novorapid.
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Adanya riwayat keluarga pasien yang menderita Diabetes Militus
Terapi Medis
Cara
Nama obat Efek
pemberia Frekuensi Indikasi
& dosis samping
n
Cairan IV NaCL 0,9% 28 TPM Mengatasi dehidrasi Sakit kepala
isotonic
ekstraseluler,
PerOral Bicnat 100 1 x/hari untuk mengatasi
meq asidosis metabolik,
urine yang terlalu
asam,
Parenteral Insulin 1 x/hari untuk menurunkan
novorapid 20 gula darah 10-20
unit 0,5-1 menit setelah
u/kgbb/hari. disuntikkan
kedalam tubuh
Insulin 1x/hari untuk kontrol gula
Glargine 100 darah pada pasien
IU 0.2 – 0.4 diabetes.
unit/kg
3.1.4 Analisa Data
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
15 Oktober DS Asidosis Resiko Perfusi
2020 Pasien mengeluh sakit kepala edema otak Serebral Tidak
Pukul 08.00 DO Efektif
TD 150/90 mmHg
Suhu 38C, Nadi 100x/menit
Pasien tampak gelisah
Tingkat kesadaran menurun
15 Oktober DS Penurunan Pola Napas
2020 Pasien mengatakan sesak napas kemampuan Tidak Efektif
Pukul 08.00 tiba tiba bernapas
DO
Pasien terlihat kesulitan bernafas
Irama pernafasan irreguler
RR 40 x/menit
AGD pH 6.93%
pCO2 52 mmHg
pO2 124 mmHg
15 Oktober DS Resistensi Ketidakstabilan
2020 Pasien mengeluh lelah atau lesu Insulin kadar glukosa
Pukul 08.00 dan haus meningkat darah
DO
Pengisian Kapiler >3 detik
Akral teraba dingin
Hari pertama :
GDS : 458 mg/dl
GDS : 320 mg/dl
Hari kedua :
GDS : 170mg/dl
GDS :250 mg/dl
Hari ketiga
GDS : 200 mg/dl
GDS : 280 mg/dl
Tes urin pH : 6,0
aseton : +3
reduksi +2
Base axcess -29,4 mmol/L.
Kolaborasi Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian - Untuk membantu
bronkodilator, ekspektoran, melegakan pernapasan
mukolitik. pasien
2. (D.0005) Pola napas Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok (1.02068) Pencegahan syok (1.02068)
tidak efektif b.d keperwatan sealama 3x24 jam Observasi Observasi
penurunan kemampuan pola napas membaik - Monitoring status - Untuk mengetahui staus
bernapas Kriteria Hasil: kardiopulmonal kardiopulmonal
- Ventilasi semenit - Monitoring status oksigenasi - Untuk mengetahui status
meningkat (oksimetri nadi,AGD) oksigenasi
- Kapasitas vital Teraupetik Teraupetik
meningkat - Berikan oksigen untuk - Untuk mempertahankan
- Dispnea menurun mempertahankan saturasi saturasi oksigen
- Frekuensi napas oksigen >94% - Untuk mencegah reaksi
membaik - Lakukan skin test alergi
- Kedalaman napas Edukasi Edukasi
membaik - Jelaskan penyebab/faktor - Agar mengetahui
risiko syok penyebab/faktor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala - Untuk mengetahui tandan
awal syok dan gejala syok
Kolaborasi
Kolaborasi - Untuk mempertahankan
- Kolaborasi pemberian IV, kebutuhan cairan pasien
Jika perlu
3. (D.0027) Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia (1.03115) Manajemen hiperglikemia
Kadar Glukosa Darah keperwatan sealama 3x24 jam Observasi (1.03115)
berhubungan dengan Ketidakstabilan kadar glukosa - Identifikasi kemungkinan Observasi
resistensi insulin darah meningkat penyebab hiperglikemia - Untuk mengetahui
Kriteria hasil : - Identifikasi situasi yang penyebab hiperglikemia
- Keluhan lapar menurun menyebabkan kebutuhan - Untuk mengetahui
- Lelah/lesu menurun insulin meningkat kebutuhan penyebab insulin
- Rasa haus menurun - Monitor kadar gula darah meningkat
- Kadar glukosa dalam - Monitor tanda dan gejala - Untuk mengetahui
darah membaik hipoglikemia peningkatan gula darah
- Kadar glukosa dalam - Monitor intake dan output - Untuk mengetahui tanda
urine membaik cairan dan gejala hiperglikemia
- Monitor keton urine, kadar - Untuk mengetahui cairan
analisa gas darah, elektrolit, tubuh pasien
tekanan darah ortostik dan - Untuk mengetahui
frekuensi nadi bagaimana kondisi fisik
Teraupetik pasien.
- Berikan asupan cairan oral Teraupetik
Edukasi - Untuk memenuhi kebutuhan
- Anjurkan menghindari cairan pasien
olahraga saat kadar glukosa Edukasi
darah lebih dari 250mg/dL - Untuk menghindari
- Anjurkan monitor kadar meningkatnya kebutuhan
glukosa darah insulin
- Untuk mengontrol kadar
Kolaborasi glukosa darah.
- Kolaborasi pemberian insulin Kolaborasi
jika perlu - Untuk memberi kebutuhan
- Kolaborasi pemberian cairan insulin px
IV, jika perlu - Untuk menjaga kestabilan
cairan px
3.3 Implementasi Keperawatan