KETOASIDOSIS
DISUSUN OLEH
1. Nanda Sholikha Pratiwi (201501139)
2. Ririn Putri Nova (201501141)
3. Agung Tri Anugrah (201501146)
4. Yuni Fatmala (201501147)
5. Yunita Tri Anggorosari (201501150)
6. Nuris Widya Fitri F. (201501152)
7. Achmad Rifqi Masyihuri (201501173)
8. Dwi Putra Perwira Dani (201501175)
1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi ketoasidosis diabetikum (KAD).
b. Mengetahui etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)
c. Faktor pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD).
d. Mengetahui patofisiologi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
e. Menyebutkan manifestasi klinis ketoasidosis diabetikum (KAD).
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada ketoasidosis diabetikum (KAD).
g. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
h. Mengetahui komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
i. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketoasidosis diabetic merupakan komplikasi akutyang di tandaidengan
perburukan semua gejala diabetes, ketoasidosis diabetikes merupakan keadaanyang
mengancam jiwa dan memerlukan perawatan di rumah sakit agar dapat dilakukan
koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolitnya. (Corwin, 2012)
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan yang mengancam hidup komplikasi dari
diabetes mellitus tipe 1 tergantung insulin dengan criteria diagnostic yaitu glukosa >
250 mg/dl, pH = < 7.3, serum bikarbonat <18 mEq/L, ketoanemia atau ketourinia.
(Urden Linda, 2008).
KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat
pembentukan keton yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan
hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari
KAD murni (American Diabetes Association, 2004). Ketoasidosis diabetikum adalah
merupakan trias dari hiperglikemia, asidosis, dan ketosis yang terlihat terutama pada
pasien dengan diabetes tipe-1. (Samijean Nordmark, 2008).
2.2 Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali
adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan
pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
(Samijean Nordmark,2008)
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari
menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut sering
disalah-artikan sebagai 'akut abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab
utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah
asidosisnya teratasi. Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10%
kasus), dehidrasi dan syok hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan turgor,
hipotensi dan takikardi). Tanda lain adalah napas cepat dan dalam (Kussmaul) yang
merupakan kompensasi hiperventilasi akibat asidosis metabolik, disertai bau aseton
pada napasnya (Mansjoer, 2000).
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.
Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU
Fase I/Gawat :
A. Rehidrasi
1. Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama,
lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
2. Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3. Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4. Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 –
48jam).
5. Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6. Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
7. Monitor keseimbangan cairan
B. Insulin
1. Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
2. Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic
3. Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali
4. Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 mEq/L ³250mg%,
5. Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
6. Infus K (tidak boleh bolus)
a. Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
b. Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
c. Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L
d. Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
C. Infus Bicarbonat
Bila pH 7,1, tidak diberikan antibiotik dosis tinggi
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase II/Maintenance:
a. Cairan maintenance
a) Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b) Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
b. Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
c. Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu
makan,boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.
d. Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
2.8 Komplikasi
1. Pengkajian
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
1. Keluhan utama
Datang dengan keluhan mual muntah, pernafasan kusmaul, hiperglikemia, poliuria, nadi
cepat/lemah, gejala-gejala gastrointestinal.
Penyakit diabetik dikenal sebagai penyakit yang diturunkan (herediter) walaupun gejala tidak
selalu muncul pada setiap keturunan atau timbul sejak kecil (kongenital). Genogram mungkin
diperlukan untuk menguatkan diagnosis.
Biasanya klien mengetahui tentang faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan
obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
Biasanya hilang nafsu makan, mual / muntah, tidak mematuhi diet, peningkattan masukan
glukosa / karbohidrat, Penurunan berat badan lebih dari beberapa hari / minggu, haus,
penggunaan diuretik (Thiazid). Yang ditandai kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan /
distensi abdomen, muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis / manis, bau buah (napas aseton).
3. Pola eliminasi.
Biasanya sebelum sakit pola eleminasi teratur setiap pagi hari namun setelah sakit terjadi
perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), ISSK baru/berulang, Nyeri tekan abdomen, Diare. Yang ditandai urine encer, pucat,
kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria, jika terjadi hipovolemia berat),
urin berkabut, bau busuk (infeksi), Abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare).
Biasanya sebelum sakit klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa (bekerja, berolahraga,
melakukan hal mandiri) namun setelah sakit klien mengalami penurunan aktivitas, lemah,
letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus otot menurun, letargi / disorientasi, koma,
penurunan kekuatan otot
Klien mengalami gangguan istirahat / tidur, takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat
atau aktifitas.
Adanya kekhawatiran karena adanya nyeri pada daerah abdomen (mungkin parah).
Biasanya Klien gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila bisa menyesuaikan tidak akan
menjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya.
Biasanya rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita.
Biasanya timbul stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi. Yang ditandai ansietas, peka rangsang.
d. Tekanan darah biasanya hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri) =
(normal : sistolik = 90-120 dan diastolic =60-79 mmHg).
2. Head To Toe
a. Tulang tengkorak
b. Wajah
c. Rambut
d. Kulit kepala
e. Mata (penglihatan):
a) Inspeksi
Penglihatan kabur
Amati letak kesimetrisan mata, gerakan mata, lapang pandang, & visus
Amati kelopak mata (palpebra)èLebar fisura palpebra, edema, warna, lesi, keadaan &
arah bulu mata, kemampuan mengatup.
Amati reaksi pupil thdp cahaya. N= isokor. Bila mengecil disebut miosis, melebar
disebut midriasis, sangat kecil disebut pin point.
Inspeksi gerakan mata : amati adakah nistagmus, strabismus : cek fungsi 6 otot mata.
b) Palpasi
f. Hidung (penciuman)
a) Inspeksi :
Pernafasan cepat
Terdapat secret.
b) Palpasi :
g. Telinga (pendengaran)
a) Inspeksi
Reflek cahaya politzer : tarik daun telinga ke atas & belakang (dewasa); ke bawah
(anak-anak)èmembran timpani utuh atau tidak.
b) Palpasi
Jaringan lunak, jaringan keras, tulang mastoid. Bila ada peradangan akan terasa nyeri.
a) Inspeksi
Faring : radang
Tonsil : ukuran
Uvula: simetris
i. Tenggorokan :
a) Inspeksi :
Detritus (-)
b) Palpasi :
j. Leher
a) Inspeksi
b) Palpasi
Pemeriksaan kaku kuduk/ tengkuk ciri adanya rangsang /iritasi meningeal akibat
perdarahan/ peradangan sub arachnoid.
a. Pemeriksaan paru:
Palpasi : Bentuk normalnya tidak ada kreptasi, tidak ada nyeri tekan, vocal
fremitus kanan dan kiri sama.
Perkusi : Tidak ada pembesaran dinding dada sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler atau tidak, suara nafas tambahan tidak ada, ronci
(-), wheezing (-)
b. Pemeriksaan jantung
Perkusi :
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, dan tidak ada
murmur.
3. Pemeriksaan abdomen
2 Diagnosa
3 Intervensi
Intervensi
NOC
Fluid balance
Hydration
Intake
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
4) Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
NIC
Fluid management
2) Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ) jika diperlukan
Hypovelemia Management
4) Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan
Intervensi
NOC
Nutritional status :
Intake
Nutritional status : nutrient intake
Weigh control
Kriteria Hasil :
NIC
Nutrition Management
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
4) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Nutrition Monitoring
Intervensi
NOC
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
NIC
Airway management
1) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Oxygen Therapy:
Intervensi
NOC
Endurance
Consentrasion
Energy conservation
Kriteria Hasil :
3) Kecemasan menurun
6) Istirahat cukup
NIC
Energy Management
Intervensi
NOC
Kriteria Hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3) Pasien dan keluarga mampu mejelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
NIC
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi dengan cara yang tepat
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
10) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau di indikasikan
ASUHAN KEPERAWATAN
Trigger Case
Seorang wanita 69 tahun datang ke RS dengan keluhan rasa haus yang meningkat,
demam menggigil sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak, mual, muntah, nafsu
makan menurun, lemas, tidak dapat beraktivitas, dan BB pasien menurun drastis dari 60
kg menjadi 48 kg. Sekitar 3 minggu yang lalu pasien tertusuk kawat pada telapak kaki
kiri, luka pasien tidak kunjung sembuh, menjadi bengkak dan bernanah. Pasien
mempunyai riwayat penyakit DM tipe II, pasien berobat tidak terkontrol, saat dilakukan
pemeriksaan fisik kesadaran composmentis, TD:130/90 mmHg, N: 90x/menit, S: 37°C,
RR: 22x/menit, hasil labolatorium di dapatkan SGOT, SPGT dan GDA meningkat,
Dokter mendiagnosa Ketoasidosis Deabetikum
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Rasa haus yang berlebihan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam menggigil sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak, mual, muntah,
nafsu makan menurun, lemas, tidak dapat beraktivitas, dan BB pasien menurun
drastis.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menderita DM tipe II tidak terkontrol
d. Riwayat Penyakit Keluarga
e. Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa dan tidak ada riwayat DM tipe II
f. Pemetiksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : Perkembangan simetris, adanya nafas kusmaul, dada simetris,
retraksi dada (-)
Palpasi : Tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus kanan dan
kiri sama
Perkusi : Tidak ada pembesaran dinding dada sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Nafas vasikuler, Ronchi (-), Wheezing (-)
2) B2 (Blood)
Inspeksi : mukosa bibir kering, ictus cordis tidak terlihat S: 37°C
Palpasi : ictus cordis teraba di SI 5, N : 90x/menit, CRT < 2 detik
Perkusi : batas jantung tidak melebar
Auskultasi: BJ I-II tunggal, TD : 130/90 mmHg
3) B3 (Brain)
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 4,5,6
4) B4 (Bladder)
Polidipsi, poliuria, terpasang kateter, bewarna kuning pucat
5) B5 (Bowel)
Inspeksi : polifagia, bentuk flat dan simetris, adanya distensi abdominal, BB
menurun dari 60 kg menjadi 48 kg
Auskultasi : peningkatan bising usus (> 20x/menit)
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdapat bunyi pekak
6) B6 (Bone)
Akrar hangat, edema (+), terdapat pus, eritema.
g. Pemeriksaan Labolatorium
Leukosit : 27,2 x10³/µL
Trombosit : 581 x10³/µL
SGOT : 134 U/L
SGPT : 83 U/L
pH : 7.339
pCO2 : 24,6 mmHg
Natrium : 131mmol/L
Kalium : 4,38 mmol/L
Klorida : 91 mmol/L
GDA : 453 mg/dl
2. Analisa Data
Poliuri
Dehidrasi
DS : Peningkatan glukagon Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan nafsu nutrisi kurang dari
makan berkurang. Hiperglikemi kebutuhan tubuh
DO :
BB sebelum sakit 60 Hiperosmolaritas
kg
BB setelah sakit 48 Rasa lapar
kg
Polifagi
2. Terapi Medis
Inf. RL 30 tpm
Inf. NaCl dengan Novorapid 3 IU/jam 30 tpm
Inj. Novorapid
Inj. Lantus
Inj. Omeprazole
Inj. Ondansentron
Metronidazole 500 mg
Inj. Ceftriaxone
3. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan haus, mukosa bibir kering
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan kurang
asupan makanan
4. Intervensi
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
Fluid management
8) Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ) jika diperlukan
Hypovelemia Management
8) Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan
Nutrition Management
13) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
14) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )
Nutrition Monitoring
5. Implementasi
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
Fluid management
Hypovelemia Management
4) Memberikan cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan
Nutrition Management
2) Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
4) Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Nutrition Monitoring
6. Evaluasi
S (Subjektif) : Data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara)
O (Objektif) : Data objektif yang berasal dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik.
kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, Corwin. 2012. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Medika
Urden, Linda., Stacy, Kathleen. 2008. Priorities In Critical Care Nursing. Canada: Mosby
Elsevier
Doengoes, Marilynn G. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3. Jakarta: EGC
Hackley, D. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC\
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Stillwell, Susan B. (2011). Pedoman keperawatan kritis. Jakarta: EGC
Sudoyono, Aru W. (2006). Buku Ajar Penyakit Dalam jilid III. Jakarta: FKUI