Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ESSAY

BLOK ENDOCRINE, METABOLISM, and NUTRITION

NAMA : RIZKY PARLINDUNGAN RITONGA


NPM : 2008260082
KETOASIDOSIS DIABETIKUM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022
1. PENDAHULUAN
Pada blok endokrin, metabolisme dan nutrisi kita telah membahas mengenai suatu
penyakit yaitu ketoasidosis diabetikum, jadi penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang
paling serius dari blok yang sudah kita pelajarin sebelumnya. Selanjutnya dengan penyakit
ketoasidosis diabetik dengan komplikasi seperti halnya diabetes serius pada tubuh, karena
penyakit ini memilik sebuah keton atau bisa dikatakan asam darah yang berlebihan. Nah pada
essay kali ini saya akan membahas mengenai penyakit ini.

2. PEMBAHASAN
Jadi pada pengertian ketoasidosis diabetik atau bisa disingkat KAD ini merupakan
salah satu hal bersifat komplikasi paling serius setelah diabetes yang dimana penyakit tidak
terkontrol dengan baik, yang dalam kata artian secara serius mengancam kehidupan, kesehatan,
dan keselamatan tubuh manusia. Ternyata ketoasidosis diabetikum ini dapat berkembang dengan
pesat dalam hitungan beberapa jam atau hari yang dimana langsung mengarah kematian, jika kita
tidak cepat mengatasinya. Adapun beberapa evaluasi dini yang bagus terhadap prognosis pasien
dari penyakit ini dan intervensi yang paling tepat waktu dengan efektif sangat penting untuk
meningkatkan suatu prognosis pasien. Yang awal kali dilakukan kombinasi beberapa variabel
atau karakteristik dengan tujuan digunakan untuk memprediksi prognosis penyakit KAD yang
buruk, serta yang dapat mengalokasikan berupa sumber daya secara hal wajar, yang dimana
tujuan bermanfaat untuk intervensi klasifikasi dini dan juga terhadap pengobatan klinis pasien.
Status pada hidrasi penderita dengan penyakit KAD dan gagal jantung ini dapat kita
dinilai dengan suatu pemeriksaan fisik, contohnya dilihat dari kesadaran, tanda-tanda
vital, capillary reffil time, turgor kulit, tekanan vena jugularis, serta adanya tanda-tanda edema
pada paru. Selanjutnya dengan metode invasif dan juga noninvasif dapat pula menilai kecukupan
cairan pada rehidrasi bagi penderita dengan KAD dan juga gagal jantung. Metode invasif ini
adanya meliputi tekanan antara vena sentral dan tekanan arteri pulmonal, sementara dengan
metode noninvasive itu meliputi ekokardiografi, terus adanya bioimpedance vector analysis atau
BIVA, dan terakhir brain natriuretic peptide atau disingkat BNP. Dengan adanya hal berupa
penilaian status hemodinamik yang paling tepat di unit perawatan intensif, pasien dengan terkena
gagal jantung serta yang mengalami KAD dapat diberikan cairan dalam jumlah yang harus
adekuat sehingga itu menjadi pacuannya terhindar dari dehidrasi ataupun bisa disebut
overhidrasi.
Penyakit ini bisa didefinisikan sebagai nama yaitu trias hiperglikemia, ketonemia, dan
tidak lupa pula asidosis. Pada insidensinya itu akan menjadi sulit ditentukan, berkisar antara
sekitar kurang lebih 4 sampai 6 dengan terakhir 8 episode per 1.000 penderita yang dialami
dengan DM pada bidang studi berbasis populasi di Negara Amerika Serikat. Selanjutnya pada
ketoasidosis diabetik tetap menjadi utama dari kondisi yang mengancam jiwa meskipun sudah
ada kemajuan beberapa dalam hal perawatan bagi penderita DM. Mortalitas akibat adanya KAD
ini pada umumnya itu terjadi pada kisaran kurang lebih 3 sampai 5 hari pertama pada proses
perawatan, oleh karena itu pasien-pasien yang terkena penyakit ini direkomendasikan akan
dirawat di suatu unit perawatan intensif pada waktu 24 sampai 48 jam pertama kalinya.
Pada patofisiologi dan dengan pengakan diagnosis ketoasidosi diabetikum itu terjadi
pertama kalinya karena insulin serta diiringi penderita DM baru, ketidakpatuhan ternyata awal
dari penggunaan insulin atau dengan obat-obataan berupa anti diabetes dan adanya peningkatan
kebutuhan suatu insulin oleh infeksi lainnya. Selanjutnya terhadap defisiensi insulin ini menjadi
menstimulasi peningkatan hormon-hormon dari kontra regulasi contohnya seperti glukagon,
katekolamin, kortisol, serta pada hormon pertumbuhan. Tanpa adanya suatu kemampuan
menggunakan glukosa itu akan akibat awal dari defisiensi insulin, sehingga tubuh memerlukan
sumber energi alternatif. Aktivitas dari lipase meningkat, ternyata menyebabkan pemecahan
berupa jaringan lemak menjadi seperti asam lemak bebas. Komponen berupa asam lemak bebas
ini dengan dikonversi menjadi suatu asetil koenzim A, yang dimana dapat diartikan sebagian
masuk ke dalam bentuk siklus Krebs untuk mengontrol serta memproduksi energi, sementara
pada sisanya itu akan dipecah menjadi berupa keton, nah contohnya itu seperti aseton,
asetoasetat, dan yang terakhir beta-hidroksibutarat. Pada keton ini dapat digunakan sebagai suatu
energi, namun itu akan cepat terakumulasi. Nah glikogen dan protein ini akan dikatabolisasi
untuk membentuk suatu glukosa. Bersama-sama adanya faktor-faktor di atas itu menyebabkan
penyakit seperti hiperglikemia, yang dimana menjadi suatu hal memicu dari adanya diuresis
osmotik, kemudian itu akan mengakibatkan kita menjadi dehidrasi, asidosis metabolik, dan tidak
lupa pula keadaan hyperosmolar.
Terdapat dua faktor pemicu yang paling umum dalam terjadinya penyakit KAD ini,
yaitu terapi pada insulin yang dimana tidak adekuat serta adanya berupa infeksi. Adapun faktor-
faktor pemicu lain di antaranya itu infark miokardium, serangan akut serebrovaskular, emboli
paru, pankreatitis, serta terhadap alcohol.
Pada penyakit ketoasidosis diabetikum ini tenyata memiliki riwayat dari DM 1 yang
dimana adanya kesalahan dosis obat insulin itu sendiri. Adapun ciri-ciri pasien yang mengenai
penyakit ini diantaranya tingkat kesadaran itu dalam keadaan koma atau apatis, dehidrasi yang
berat, adanya kelainan neurologis atau kejang, terdapat hipotensi dan takikardi, bau aseton yang
tercium dari pernafasan pasien, serta timbulnya pernafasan kussmal yang dimana pada
pengertiannya itu pola terhadap pernapasan yang sangat dalam dengan frekuensi normal atau
bisa saja semakin kecil., dan diiringinya sering ditemukan pada penderita penyakit asidosis.
Selanjutnya pada pemeriksaan penunjang itu diantaranya ada pemeriksaan kadar gula
darah hiperglikemi itu sekitar kurang dari 600 mg per dl, urinalisis terdapat keton postif, serta
adanya acidosis dengan kadar pHnya itu kurang 7,3 saja. Adapun tatalaksana dari penyakit ini
airway atau pastikan terlebih dahulu pernafasan jalan lancer, breathing atau berikan suplementasi
oksigen, pemasangan infus ditambahkan dengan hidrasi takaran cairan NaCl 0,9 %,kateter urin
dengan pemantauan cairan, habis itu injeksi insulin, serta yang terakhir itu adalah monitor KGD
sewaktu. Setelah itu pada diagnosis ketoasidosis diabetikum diantaranya yaitu tes darah, tes
urine, rontgen, dan yang terakhir yaitu tes elektrokardiogram (EKG) semua ini harus dipastikan
terlebih dahulu.
Pada komplikasi penderita penyakit ini yaitu diantaranya serangan jantung dan henti
jantung, gagal ginjal, stroke, infeksi dan sepsis, pelebaran lambung akut, pengikisan lapisan
lambung, serta yang terakhir yakni kesulitan bernapas.

3. KESIMPULAN
Jadi pada kesimpulan dari penyakit ketoasidosis diabetikum yaitu suatu komplikasi akut DM
type 1 yang dimana paling serius terjadi pada semua kalangan terutama anak-anak dan
merupakan kondisi yang bersifat gawat darurat dengan berujungnya pada moralitas. Pada
penegakan diagnosis yang tepat serta cepat terus dia disertai tatalaksana sehingga dapat
menyelamatkan nyawa dari pasien yang mengidap KAD ini. Pada angka kematian
keseluruhan untuk mengidap penyakit DKA ini adalah sekitar 0,2 sampai 2%, dengan
adanya berada di daerah tertinggi dari kisaran di negara-negara terutama negara
berkembang. Kehadiran koma pada saat menegakkan diagnosis, hipotermia, dan yang
terakhir oliguria adalah suatu tanda-tanda prognosis yang sangat buruk. Prognosis pasien
yang diobati itu dengan harus baik serta diabetik ketoasidosis sangat baik, terutama pada
pasien yang sangat lebih muda. Adapun prognosis terburuk itu biasanya diamati pada pasien
yang lebih tua atau kisaran umur 40 tahunan dengan penyakit penyerta yang bisa berat
misalnya adanya infark miokard, sepsis, atau yang terakhir yaitu pneumonia, terutama bila
pasien dirawat di luar dari unit perawatan yang bersifat intensif.

4. DAFTAR PUSTAKA
1. Febrianto D, Hindariati E. Tata Laksana Ketoasidosis Diabetik pada Penderita Gagal
Jantung Management of Diabetic Ketoacidosis in Patient with Heart Failure. J
Penyakit Dalam Indones [Internet]. 2021;46(1):46–53.
2. Susanti E, Masita D, Latifah I. Korelasi Glukosa Dan Keton Darah Pada Pasien Unit
Gawat Darurat Dan Rawat Inap Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsau Dr.
Esnawan Antariksa Jakarta. J Ilm Kesehat. 2019;10(2):228–34.
3. Rinawati P, Chanif C. Peningkatan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien Ketoasidosis
Diabetik. Ners Muda. 2020;1(1):50.
4. Maulidiyah N, Indriani SI, Prasenohadi P, Rasmin M. Respiratory Failure in
Pneumonia with Diabetic Ketoacidosis (DKA). J Respirologi Indones.
2018;38(1):57–63.
5. Information A. KESANS : International Journal Of Health and Science e-ISSN :
2808-7178, p-ISSN : 2808-7380 Web :
http://kesans.rifainstitute.com/index.php/kesans/index. 2021;1(2):131–8
6. Laura D, Carrero D, Brito DS. Emergencias Endocrinológicas. 2017;16–21.
7. Dewata DGUB, Novida H, Aryati A. Profile of Diabetic Ketoacidosis Patients At
Regional Public Hospital Dr. Soetomo in 2017. J Berk Epidemiol. 2020;8(3):301.
8. Dhatariya KK. Defining and characterising diabetic ketoacidosis in adults. Diabetes
Res Clin Pract 2019;155:107797.
9. Modi A, Agrawal A, Morgan F. Euglycemic diabetic ketoacidosis: a review. Curr
Diabetes Rev 2017;13:315–21.
10. Cashen K, Petersen T. Diabetic ketoacidosis. Pediatr Rev 2019;40:412–20.
11. Wang YQ, Tian H, Zhang XM, et al. Th role of serum PTX-3 in patients with
acute pancreatitis [J] Heilongjiang Med Pharm. 2019;42(03):19–20.
12. Febrianto D, Hindariati E. Tata Laksana Ketoasidosis Diabetik pada Penderita Gagal
Jantung Management of Diabetic Ketoacidosis in Patient with Heart Failure. J
Penyakit Dalam Indones [Internet]. 2021;46(1):46–53. Available from:
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/273/267

Anda mungkin juga menyukai