KETOASIDOSIS METABOLIK
Oleh:
M. Adib Farhan 2240312119
Afrilla Syafnita 2240312057
Maria Nurlita 2240312053
Preseptor:
dr. Fadrian, Sp.PD-KPTI, FINASIM
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “Ketoasidosis Metabolik”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fadrian, Sp.PD-
KPTI, FINASIM selaku preseptor. Penulis mengucapkan terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Sampul depan....................................................................................................1
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan...........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Batasan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................5
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
DM per tahun.3 Sumber lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6 – 8/1000
pasien DM pertahun.8 KAD dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari
100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data
komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden KAD di Indonesia tidak
sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM tipe1 yang rendah. Laporan
insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama
pada pasien DM tipe 2.3
Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada
banyak senter, beberapa sumber lain menyebutkan 5 – 10% 6, 2 – 10%8, atau 9 –
10%3, sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka
kematian dapat mencapai 25 – 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada
beberapa keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard
akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang tinggi, dan
uremia. Kematian pada pasien KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan
diagnosis cepat, pengobatan yang tepat dan rasional sesuai dengan
patofisiologinya. Pada pasien kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih
sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.8
KAD umumnya ditandai dengan gejala hiperglikemia (poliuria, polidipsia,
polifagia), mual muntah, perubahan status mental, dehidrasi, pernafasan kusmaul,
dan sebagainya. Prinsip penatalaksanaan pada KAD dengan pemberian cairan
untuk rehidrasi, koreksi hiperglikemia dan ketidakseimbangan elektrolit, serta
mengatasi penyakit dasarnya.9
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat KAD adalah hipoglikemia,
asidosis persisten, hipokalemia, dan edema serebri. Komplikasi edema serebri
umumnya terjadi 4-12 jam setelah terapi dimulai, meski dapat pula terjadi
sebelum diberi terapi, atau timbul lebih lambat. Keluhan dan gejala edema serebri
bervariasi meliputi nyeri kepala, penurunan atau perburukan bertahap dari tingkat
kesadaran, perlambatan denyut nadi yang tidak sesuai, dan peningkatan tekanan
darah. Terapi edema serebri harus dimulai segera setelah dicurigai. Pemberian
cairan harus dikurangi. Manitol dilaporkan memiliki manfaat pada beberapa
laporan kasus, meskipun responsnya kurang efektif jika terlambat diberikan.
Manitol intravena diberikan dengan dosis 0,25-1 gram/kg selama 20 menit pada
5
pasien dengan gejala edema serebri sebelum ancaman gagal napas. Dapat diulang
setelah dua jam jika tidak ada respons awal. NaCl hipertonik (3%) 5-10 ml/kg
selama 30 menit dapat menjadi alternatif. Mungkin diperlukan intubasi dan
ventilasi. Prognosis KAD baik bila tidak ada komplikasi dan penanganan
dilakukan dengan cepat dan tepat.10
hasil tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur, termasuk buku
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai
tanda dan gejala asidosis (pH darah < 7,3 dan bikarbonat darah < 15 mEq/ L) dan
plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ mL) dan
2.2 Etiologi
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan oleh dihentikannya pemberian
katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan, serta pada pasien yang baru
menderita DM tipe 1 (sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita
oleh hati dan ginjal, serta gangguan penggunaan glukosa perifer dengan akibat
Pada pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali
lebih dari 50% kasus KAD.8 Pada infeksi akan terjadi peningkatan sekresi kortisol
dan glukagon sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang bermakna.
7
infark miokard, trauma, pheochromocytoma, obat yang mempengaruhi
terapi insulin yang inadekuat. Faktor lain yang juga diketahui sebagai pencetus
2.3 Epidemiologi
Insiden KAD menurut data komunitas di Amerika Serikat sebesar 8/1000
umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien DM per tahun. 3 Sumber lain
dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per
Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada
10%3, sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka
kematian dapat mencapai 25 – 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada
beberapa keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard
akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang tinggi, dan
uremia.8
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi klinis
8
2.7 Diagnosis
2.8 Tatalaksana
2.9 Prognosis
9
BAB 3
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11