Oleh:
KRIS KELANA
2021-01-14901-036
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena
atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yang berjudul “Laporan Pndahuluan Diagnosa Medis CKD Stage 5 on HD
dengan Malnutrisi”. Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka
laporan studi kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
5
6
renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang membawa urine akhir dari
ginjal ke kandung kemih, tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal
dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya
yang rapuh. Posisi ginjal kanan sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena
ginjal kanan tertekan oleh organ hati. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3, sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua
belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
125-150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia
terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma
ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan
jumlah nefron secara bertahap.
Dibawah ini terdapat gambar tentang anatomi fisiologi ginjal:
produk sisa metabolik dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan
elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit,
pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam-basa, sekresi,
metabolisme, dan eksresi hormon serta untuk proses glukoneogenesis.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan
bagian dari ginjal. Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu
filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus.
Dibawah ini adalah gambar sebuah nefron yang memperlihatkan struktur
glomerulus dan tubulus serta perannya dalam pembentukan urine.
urine akan terdorong ke kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan
melalui uretra.
2.1.3 Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronis. Akan tetapi, apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan
fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan gagal ginjal kronik bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal (Muttaqin dan Kumalasari, 2012).
1. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus).
2) Infeksi kuman, pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal.
4) Trauma langsung pada ginjal.
5) Keganasan pada ginjal.
6) Sumbatan; batu, tumor, penyempitan atau striktur.
2. Penyakit umum di luar ginjal :
1) Penyakit sistemik, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dislipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan; TBC paru, sipilis, malaria, hepatitis.
5) Pre eklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan banyak cairan yang.
2.1.4 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease (CKD).
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan Cronoic Renal Failure (CRF),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan pasien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade,
dengan harapan pasien datang/ merasa masih dalam stage-stage awal yaitu 1 dan
2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan
terminology CCT (Clearance Creatinin Test) dengan rumus stage 1 sampai stage
5.
10
Refleks ini mencakup aktivasi susunan saraf simpatis dan peningkatan curah
jantung. Akhirnya, perubahan tersebut merangsang individu yang menderita gagal
ginjal mengalami gagal jantung kongestif sehingga penyakit ginjal kronis menjadi
satu faktor risiko yang terkait dengan penyakit jantung (Corwin, 2013).
Menurut (Muhammad, 2012), perjalanan umum gagal ginjal kronis dapat
dibagi menjadi 4 stadium, yaitu sebagai berikut:
1. Stadium I (Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40%-75%)
Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik dan laju
filtrasi glomerulus 40-50% tetapi, sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi. Pada
tahap ini penderita ini belum merasakan gejala gejala dan pemeriksaan
laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin
serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan
memberikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih yang lama atau
dengan mengadakan test GFR yang teliti.
2. Stadium II (Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20%-50%)
Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal
daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat
dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan
pencegahan pemberian obat-obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal. Bila
langkah-langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita
masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein
dalam diet. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi
kadar normal.
3. Stadium III (Gagal Ginjal (faal ginjal kurang dari 10%)
Pada tahap ini laju filtrasi glomerulus 10-20% normal, BUN dan kreatinin
serum meningkat. Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan
dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-
gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas,
pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan
12
akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Oleh karena itu, penderita
tidak dapat melakukan tugas sehari-hari.
4. Stadium IV End Stage Meal Disease (ESRD)
Stadium akhir timbul pada sekitar 90% dari massa nefron telah hancur. Nilai
GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh.
Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari
karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula menyerang
tubulus ginjal, kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia
dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem
dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal
kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis
Vesikuler
(WOC)
Reaksi Antigen Antibodi Suplai Darah Ginjal Turun Tertimbun Diginjal Retensi Urin
GFR Turun
GGK
B1 B2 B3 B4 B5 B6 Sindrom Uremia
Retensi Na Sekresi eritropoitin Cardiac output Obstruksi Ginjal Sekresi protein terganggu Cardiac output Perforasi
Ospaleimia
PH,bicarbonate,
Tek. Kapiler Perfusi darah ke otak
Produksi Hb turun Fungsi Ginjal Sindrome uremia Perfusi darah
PCO2,PO2 ke jaringan
Turun Menurun
Beban Jantung Perubahan tingkat Gx. Keseimbangan
kesadaran(letargi, GFR Asam Basa Metabolisme
bingung, stupor dan anaerob
Tek. Vena pulmonalis koma), tidur terganggu Pruritis
Oksigen HB Turun Retensi air dan Asam Lambung Naik
natrium Penimbunan
Tek. Kapiler paru Gangguan Perfusi Gangguan
asam laktat
naik Suplai O2 ke otot Jaringan serebral Iritasi Lambung integritas
Edema Paru kulit
Nyeri
Mual, muntah
Resiko perusi retnal Penuunan haluaran
urine
Tidak efektif B6 Intoleransi
Aktivitas
Cardiac output
Hipervolemi
Defisit Nutrisi
Perfusi darah (Suharyanto, 2011)
ke jaringan
Gangguan
13
pertukaran gas
Metabolisme
anaerob
Penimbunan
14
HEMODILISIS
Prosedur Invasif
Pemberian Heparin Kecepatan pengeluaran darah
berlebih tinggi dalam jumlah banyak
Pergeseran termostat di
Penurunan sirkulasi ke
hipotalamus
cerebral
Risiko syok
Hipovolemia
Kekurangan volume cairan Px menggigil
Hipoksia serebral
Hipotermi
Ketidakseimbangan Cairan keluar secara aktif Merangsang pusat mual di
hipotalamus
elektrolit dalam tubuh
Nausea
15
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal, anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim)
serta sisa fungsi ginjal
6. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
7. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
8. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
10.EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11.Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya.
12.Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a. Laju endap darah
b. Urin
1)Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
2)Warna: Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /
nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
3)Berat Jenis: Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
4)Osmolalitas: Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
18
memiliki gagal ginjal, justru bisa memperparah kondisi penyakit ini. Nah, pola
makan yang sering kali dianjurkan bagi pasien gagal ginjal adalah diet rendah
protein. Diet rendah protein adalah pola makan yang membatasi protein dari
makanan atau konsumsi sehari-hari. Pada diet ini, asupan proteinnya lebih rendah
dari kebutuhan normal. Diet rendah protein diberikan kepada seseorang yang
mengalami penurunan fungsi ginjal menahun atau penyakit gagal ginjal kronis.
Tujuan diet ini menurut Kementerian Kesehatan adalah mencukupi kebutuhan zat
gizi agar sesuai dengan fungsi ginjal, mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit, memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut, serta menjaga
stamina agar pasien dapat beraktivitas normal.
Membatasi asupan protein pada pasien gagal ginjal bukan tanpa sebab.
Protein yang Anda konsumsi akan dicerna dan dipecah menjadi asam amino oleh
tubuh dengan bantuan enzim. Pencernaan protein ini akan dimulai dari lambung
kemudian usus. Asam amino yang dicerna oleh tubuh akan lantas dibawa oleh
aliran darah dan dikirim ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Tubuh
sendiri membutuhkan jumlah asam amino yang berbeda-beda, tergantung jenis
asam aminonya. Protein yang telah selesai dicerna akan diproses oleh ginjal dan
dibuang jika tidak diperlukan lagi. Zat pembuangan hasil pencernaan protein yang
dikeluarkan oleh ginjal adalah urea pada urine (air kencing). Semakin banyak
protein dicerna tubuh, semakin banyak pula asam amino yang disaring oleh ginjal
dan membuat ginjal Anda bekerja lebih keras. Terutama jika Anda adalah pasien
gagal ginjal kronis yang ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Ini
alasannya kenapa pasien gagal ginjal harus membatasi asupan protein.
Asupan protein yang dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal harus berbeda
dengan orang yang tidak memiliki masalah gangguan ginjal.
Menurut Kementerian Kesehatan, asupan protein dalam satu hari yang
direkomendasikan untuk pasien gagal ginjal adalah 0,6 gram per kilogram berat
badan. Dari rekomendasi tersebut, usahakan agar 60 persennya berasal dari
protein hewani yang memiliki nilai biologis tinggi. Misalnya telur dan daging
ayam, daging sapi, ikan, dan susu. Bahkan telur disebut sebagai sumber protein
yang sempurna karena mempunyai kandungan asam amino yang persis seperti
asam amino yang ada di tubuh.
20
1.4.2Diagnosa Keperawatan
29
1.4.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Diagnosa 1 Tingkat nyeri (L.08066 Hal. 145) Manajemen nyeri (I.08238 Hal.201)
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :
berhubungan selama 1x7 jam diharapkan nyeri pada Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan agen pasien berkurang dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
pencedera fisik hasil : Identifikasi skala nyeri
(D.0077 Hal. 172) Keluhan nyeri menurun (Skor 5) Identifikasi respon nyeri nonverbal
Meringis menurun (Skor 5) Identifikasi factor yang memperingan dan memperberat
Gelisah menurun (Skor 5) nyeri
Kesulitan tidur menurun (Skor 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Frekuensi nadi membaik (Skor 5) Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
Tekanan darah membaik (Skor 5) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Pola napas membaik (Skor 5) pasien
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Terapeutik :
Fasilitasi istirahat tidur
Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (missal:
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan).
Beri tekni non farmakologis untuk meredakan nyeri
(aromaterapi, terapi pijat, hypnosis, biofeedback, teknik
imajinasi terbimbimbing, teknik tarik napas dalam dan
kompres hangat/dingin)
31
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
32
1.4.4Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan
untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi
keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal,
dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi
harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi.
1.4.5Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor kealpaan yg
terjadi slm tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
43
DAFTAR PUSTAKA