FOOT DIABETICUM
Pembimbing :
Oleh:
Andrew Sunarto (150100098)
Dina Ardelia (150100107)
Casvin (150100121)
Nilai :
PIMPINAN SIDANG
CHIEF OF WARDS
dr. Irfan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Foot Diabeticum”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1. Chronic Kidney Disease ..................................................................3
2.1.1 Definisi....................................................................................3
2.1.2 Epidemiologi...........................................................................3
2.1.3 Etiologi....................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi................................................................................4
2.1.5 Patofisiologi.............................................................................5
2.1.6 Gambaran Klinis dan Diagnosis..............................................6
2.1.7 Tatalaksana..............................................................................7
2.1.8 Pencegahan Kondisi Komorbid ..............................................8
2.1.9 Komplikasi...............................................................................8
2.1.10 Prognosis...............................................................................9
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT .................................................................10
BAB 4 FOLLOW UP.......................................................................................24
BAB 5 DISKUSI KASUS................................................................................30
BAB 6 KESIMPULAN....................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34
1
BAB 1
PENDAHULUAN
atau fungsi ginjal yang telah berjalan selama 3 bulan dengan implikasi
kesehatan. CKD pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal, dimana gagal ginjal
merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang ireversibel, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang
orang dewasa di Amerika Serikat memiliki CKD stadium 1 dan 2 dan sebesar
penyebab CKD yang sering adalah nefropati diabetik dan sering merupakan
mana iskemia ginjal kronis akibat penyakit renovaskular pembuluh darah kecil
dan besar yang mungkin kurang diketahui. Nefrosklerosis progresif dari penyakit
vascular adalah korelasi ginjal dari proses yang sama yang mengarah untuk
LISAN
2
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
foot diabeticum.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. EPIDEMIOLOGI
Hasil Riset Kesehatan Dasa (Riskesdas) 2013, populasi umur ≥ 15
tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih
rendah dibandingkan prevalensi PGK di negara-negara lain, juga hasil
penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2006, yang
mendapatkan prevalensi PGK sebesar 12,5%. Hal ini karena Riskesdas
2013 hanya menangkap data orang yang terdiagnosis PGK sedangkan
sebagian besar PGK di Indonesia baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan
akhir.4
Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevalensi meningkat
seiring dengan bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada
kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun.
Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%),
prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat perdesaan (0,3%), tidak
bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh (0,3%),
dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing-
masing 0,3%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah
Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi
Utara masing-masing 0,4 %.4
2.1.3. ETIOLOGI
Berbagai gangguan berhubungan dengan CKD, bisa merupakan
gangguan renal primer seperti glomerulonephritis, pielonefritis atau
merupakan gangguan sekunder yang berhubungan dengan penyakit
sistemik seperti diabetes melitus atau lupus eritematosus. 5 Selain itu juga
dapat dipengaruhi oleh tingginya tekanan darah, kelainan genetik, infeksi,
obat-obatan, dll.6 Etiologi CKD sangat bervariasi antara satu negara dengan
negara lain. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000
mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialysis di Indonesia
seperti pada tabel 2.1.7
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 46,39%
Diabetes Melitus 18,65%
Obstruksi dan Infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab lain 13,65%
2.1.4. KLASIFIKASI
Klasifikasi CKD didasarkan atas dasar derajat (stage) penyakit.
Klasifikasi derajat penyakit dibuat atas dasar Glomerular Filtration Rate
(GFR), yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault dengan hasil
seperti pada tabel 2.2.1
Tabel 2.2 Klasifikasi Chronic Kidney Disease
Derajat Penjelasan GFR (ml/mnt/1.73m2)
2.1.5. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang
mendasari, namun perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama.
Penyakit ini menyebabkan berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya
kompensasi, terjadilah hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang
masih tersisa yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan
growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang diikuti peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron
ini diikuti dengan penurunan fungsi nefron progresif, walaupun penyakit
yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi.1
2.1.6. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi :7
a) Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes
mellitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius,
hipertensi, hiperuricemia,SLE.
b) Sindroma Uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia,
mual,muntah, nokturia, kelebihan volume cairan ( volume
overload ), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c) Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia,
osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik,
gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida)
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :7
a) Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum, dan penurunan GFR yang dihitung
mempergunakan rumus Kockcroft – Gault.
c) Kelainan biokomiawi darah meliputi penurunan kadar
hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau
hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
d) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria,
leukosuria, cast, isosteinuria.
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien
dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana didiagnosis
secara non invasive tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini
bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis dan
mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal indikasi
kontra dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil
(contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali,
infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas.7
2.1.7. TATALAKSANA
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan
dengan stadium penyakit pasien tersebut. Perencanaan tatalaksana pasien
CKD dapat dilihat pada tabel 2.3.7
Observasi, kontrol
1 ≥90
tekanan darah
Observasi, kontrol
2 60-89 tekanan darah dan faktor
risiko
Observasi, kontrol
3 30-59 tekanan darah dan faktor
risiko
2.1.9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita CKD adalah
anemia. Anemia terjadi pada 80-90% pasien CKD. Anemia ini disebabkan
karena defisiensi dari eritropoietin. Defisiensi besi, kehilangan darah atau
masa hidup darah yang pendek sehingga mengakibatkan hemolisisi,
defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik dan
proses inflamasi yang aku mapun kronik merupakan pencetus terjadinya
anemia. Komplikasi pasien CKD menurut derajatnya dapat dilihat pada
tabel 2.4.7
1 ≥90
-Anemia
-Hiperfosfatemia
3 30-59
-Hipokalcemia
-Hipertensi
-Malnutrisi
4 15-29 -Asidosis Metabolik
-Dislipidemia
-Gagal Jantung
5 <15
-Uremia
2.1.10. PROGNOSIS
Pasien CKD umumnya mengalami kehilangan fungsi ginjal yang
progresif dan berisiko mengalami end-stage renal disease (ESRD). Tingkat
progresifitas tergantung pada usia, diagnosis yang mendasarinya,
keberhasilan implementasi tindakan pencegahan sekunder, dan masing-
masing pasien. Inisiasi terapi penggantian ginjal kronis yang tepat waktu
sangat penting untuk mencegah komplikasi uremik dari CKD yang dapat
menyebabkan morbiditas dan kematian yang signifikan.8
BAB 3
LAPORAN KASUS
dr. Husni
ANAMNESA PRIBADI
Umur : 65 tahun
Suku : Batak
Telaah : Os mengeluhkan sesak napas dialami sejak 3 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Sesak napas tidak dipengaruhi oleh aktivitas maupun cuaca. Sesak napas
bersifat hilang timbul. Os tidur dengan 2-3 bantal untuk mengurangi sesak nafas
yang dikeluhkan. Riwayat terbangun karena sesak napas pada malam hari tidak
dijumpai. Os juga mengeluhkan batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.
Keluhan batuk berdarah tidak dikeluhkan. Keluhan batuk berkurang pada posisi
duduk, dan bertambah pada posisi berbaring.
Mual dan muntah dialami os selama 3 hari. Mual dan muntah dirasakan ± 2 kali
dalam sehari. Os memuntahkan apa yang dimakan dan diminum. Keluhan muntah
darah tidak dijumpai. Os juga mengeluhkan penurunan nafsu makan, lemas, dan
nyeri ulu hati. Riwayat os menggunakan obat antiemesis dan obat penghilang
nyeri tidak ditemukan.
Temperatur : 36,5 ⁰C
Keadaan Gizi :
BW = BB / (TB-100) x 100%
= 94,9%
Berat Badan : 56 kg
Tinggi Badan : 159 cm
IMT : 22,15 kg/m2
KEPALA
LEHER
Leher : simetris,
Trakea : medial, pembesaran KGB (-), Struma (-), TVJ : R-2 cm H2O, Kaku
kuduk (-), lain-lain (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris Fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan
jkparu
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri, kesan normal
Iktus kordis : Teraba di ICS V
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Paru Hati R/A : Relatif ICS 5, absolute ICS 6
Peranjakan : ± 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS II LMCS
Batas kiri jantung : ICS VI 1cm lateral LMCS
Batas kanan jantung : ICS VII LMC dextra
Auskultasi
Paru
Suara Pernafasan : Vesikuler di kedua lapangan paru
Suara Tambahan : Ronki ( - ) , Wheezing ( - )
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah diastolik (-), lain-lain (-)
Heart rate : 90x/menit, reguler, intensitas: cukup
(a.radialis)
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan =kiri, kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara Pernafasan = vesikular
Suara Tambahan = Ronki ( - ) , Wheezing ( - )
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung/usus : tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)
Lain-lain :(-)
Palpasi
Dinding abdomen : Soepel, nyeri tekan epigastrium ( + )
HATI
Pembesaran :(-)
Permukaan :(-)
Pinggir :(-)
Ukuran :(-)
Nyeri Tekan :(-)
LIMFA
Pembesaran : Schuffner ( - ), Haecket ( - )
GINJAL
Ballotement :(-)
TUMOR :(-)
PERKUSI
Pekak Hati :(-)
Pekak Beralih :(-)
AUSKULTASI
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain : (-)
PINGGANG
Nyeri ketuk Sudut KostoVertebra Kiri/Kanan ( + )
SUPRAPUBIK
Nyeri tekan suprapubik ( - )
INGUINAL :(-)
GENITALIA LUAR : Perempuan
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT)
Perineum :Tidak dilakukan pemeriksaan
Spincter Ani :Tidak dilakukan pemeriksaan
Ampula :Tidak dilakukan pemeriksaan
Mukosa :Tidak dilakukan pemeriksaan
Sarung tangan :Tidak dilakukan pemeriksaan
Tanggal : 08/03/2019
RESUME
ANAMNESA Keluhan utama : Dipsnoe
Telaah : - Hal ini dialami 3 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Sesak napas bersifat hilang
timbul. Os tidur dengan 2-3 bantal untuk
mengurangi sesak nafas yang dikeluhkan. Os
juga mengeluhkan batuk berdahak dengan
dahak berwarna putih. Keluhan batuk
berdarah tidak dikeluhkan. Keluhan batuk
berkurang pada posisi duduk, dan bertambah
pada posisi berbaring.
Keadaan Gizi :
Nadi : 90x/mnt
Pernafasan : 23 x/mnt
Temperatur : 36,5 °C
Kepala
Thoraks
Auskultasi:
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Perkusi : timpani
Auskultasi : normoperistaltik
Hitung Jenis:
Eosinofil: 0,7%
Basofil: 0,2%
Neutofil : 83,7%
Limfosit: 12,1%
Monosit: 3,3%
Metabolisme karbohidrat :
GDS : 123 mg/dL
BUN : 38 mg/dL
Ureum : 81 mg/dL
Kreatinin : 4,23 mg/dL
Elektrolit :
Natrium : 136 mEq/L
Kalium : 4,7 mEq/L
RADIOLOGI Kesan :
Kardiomegali
- Tirah baring
- Diet ginjal 1800 kkal, 36 gr protein
Farmakologis :
2. Foto thoraks
3. Cek Laboratorium
4. Urinalisa
BAB 4
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
11 Maret Sama seperti di Sama seperti di atas Sama seperti di atas Telah dila
2019 atas USG ginja
(Nefrologi) saluran ke
dengan ha
sesuai gam
Chronic R
Parenchym
Disease, A
Pielonefri
Nefrolitia
sinistra
R/
Echocard
y
R/
Menunggu
echocardi
y
R/
- USG abdome
- Acc rawat ber
Sucralfat s
3xC.I
R/
- Echocardiog
(15/03/2019)
BAB 5
DISKUSI
TEORI PASIEN
Definisi
Keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum Sesak napas tidak dipengaruhi
masuk Rumah Sakit.,dijumpai mual dan oleh aktivitas maupun cuaca.
muntah selama 3 hari. Mual dan muntah Sesak napas bersifat hilang
dirasakan ± 2 kali dalam sehari. Os memiliki timbul. Os memuntahkan apa
riwayat hipertensi yang tidak rutin dikontrol. yang dimakan dan diminum.
Os juga memiliki riwayat maag. Os juga Tekanan darah tertinggi os berupa
memiliki riwayat asam urat yang tidak rutin 290 mmHg (sistole).
dikontrol.
Diagnosis
A. Anamnesis A. Anamnesis
Dari anamnesis sangat penting Dari anamnesis sangat penting
diperhatikan : diperhatikan :
Penyakit yang mendasari Keluhan : Sesak
Sindroma uremia napas, sudah 3
Gejala komplikasi hari, mual
B. Pemeriksaan Fisik muntah sudah 3
Sesuai dengan penyakit hari.
yang mendasari Riwayat
B. Pemeriksaan Fisik
TD 160/100
mmHg
Nyeri tekan
epigastrium (+)
C. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Leu/Tromb:
8,4/10050/207.000
Observasi,
kontrol
tekanan
3 30-59
darah dan
faktor
risiko
Persiapan
untuk
4 15-29 terapi
pengganti
ginjal
Terapi
5 <15 pengganti
ginjal
BAB 6
KESIMPULAN