FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta
dorongan dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan seksama. Makalah mengenai “Diare” ini disusun dengan
sistematis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Preskripsi, Program
Studi Farmasi, Fakultas Farmasi , Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-
kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaanya. Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat
untuk rekan-rekan yang membaca terkait penyakit Diare.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................... Error! Bookmark not
defined.
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
5
2.1 Pengertian Diare .............................................................................................. 5
2.2 Epidemiologi dari Diare................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi Penyakit Diare ............................................................................ 6
2.4 Klasifikasi Diare .............................................................................................. 8
2.5 Etiologi Diare .................................................................................................. 9
2.6 Cara Penularan dan Faktor Resiko ................................................................. 11
2.7 Gejala Klinis dari Penyakit Diare ...................................................................
12
2.8 Diagnosis Penyakit Diare ............................................................................... 14
2.9 Komplikasi .................................................................................................... 15
2.10 Pengobatan Penyakit Diare ........................................................................ 28
2.11 Pencegahan Penyakit Diare .......................................................................... 31
BAB III PENUTUP ...............................................................................................
34
3.1 Kesimpulan ............................................................................................36
3.2 Saran ............................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 38
BAB I
PENDAHULUAN
Indikasi
Pengobatan gangguan pencernaan tanpa menyebabkan konstipasi, mual, kram
perut; kontrol diare, termasuk diare pengembara (a to z )
Kontraindikasi
Terhadap Penyakit virus seperti cacar air atau influenza pada pasien <18 thn.. ( a
to z )
Dosis
DEWASA: PO 2 Tablet (262 mg masing-masing) atau 30 ml suspensi q 30
sampai 60 menit prn (maksimal 8 dosis / hari). ANAK 9-12 YR: suspensi PO 1
tablet atau 15 ml q 30 sampai 60 menit prn (maksimal 8 dosis / hari).
ANAK 6-9 YR: tablet PO atau suspensi 10 ml q 30 sampai 60 menit prn
(maksimal 8 dosis / hari).
ANAK 3-6 YR: tablet PO atau suspensi 5 ml q 30 sampai 60 menit prn (maksimal
8 dosis / hari).
ANAK <3 YR: Konsultasikan dengan dokter. ( a to z )
Efek samiping
THT: Tinnitus; perubahan warna lidah. GI: Perubahan warna pada tinja; impaksi
(a to z )
Perhatian
Ibu menyusui tidak boleh mengonsumsi obat ini (ekstreksi lewat asi)( a to z ).
D. Golongan Antibiotik
1. Primadex (A to Z Drug Fact, 2003) co-trimoxazole
a. Komposisi : sulfametoksazole 400mg dan trimethoprim 80mg (ISO vol.45 hal
190)
b. Mencegah proses biosintesa bakteri pada pembentukan asam nukleat dan
protein bersifat bakteriosidal
c. Indikasi : mengobati diare traveler, bakteri Shigellosis enteritis
d. Kontraindikasi : hipersensitif sulfonamide, anak < 2 bulan, megaloblastis
anemia
e. Dosis : sulfa/trime 800/160mg tiap 12 jam selama 5 hari
f. Interaksi : siklosporin, methotrexate, fenitoin, procainamide, sulfonylurea,
warfarin
g. Efek samping : mual, muntah, nyeri perut, pusing, peptic ulcer,
h. Penyimpanan : simpan pada suhu ruangan bebas cahaya matahari langsung
i. Perhatian : pregnancy, anak<2 bulan, AIDS
j. Assessment : obat yang telah diminum, alergi obat (sulfonamida), tindakan yang
sudah dilakukan, kebutuhan minum yang sudah diberikan
k. Education : perbanyak minum air putih, minum dengan segelas air putih,
laporkan ke dokter atau tenaga medis lain bila terjadi demam, candidiasis,
pendarahan, lindungi diri cahaya matahari bila terjadi reaksi alergi
E. Lain - lain
1. Entrostop (A to Z Drug Fact, 2003) pectin
a. Komposisi : atapulgit 650 mg dan pectin 50 mg (ISO vol.45 hal 481)
b. Indikasi : pengobatan simptomatis pada diare
c. Kontraindikasi : anak < 3 tahun, digunakan pada penderita demam > 2 hari,
colitis
d. Dosis : 60-120 mL, 45-90 mL
Anak 6-12 tahun : 30-60 mL
Anak 3-5 tahun : 15-30 mL
e. Interaksi : clindamycin, digoxin, penisilin
f. Efek samping : konstipasi, feses keras, kematian pada janin
g. Perhatian : pregnancy, tidak dikosumsi bersama susu
h. Assessment : obat yang telah diminum, alergi obat, keluhan pada perut, feses,
dehidrasi, suhu
i. Education : diminum setelah diare, hubungi dokter bila diare terus berlangsung
selama 2x24 jam, harus sesuai dosis
2. Scopma (A to Z Drug Fact,2003) hyoscine
a. Komposisi : hoisin n-butilbromida (ISO vol.45 hal 476)
b. Inhibitor acetylcolin pada reseptor muskarinik, mengurangi mula, muntah,
mulut kering
c. Indikasi : mencegah mual muntah
d. Kontraindikasi : alergi, glaucoma, anak dengan alergi atropin
e. Dosis : 20 mg tiap 6 jam. Anak 6-12 tahun 10 mg tiap 8 jam (Martindale 36th
p.1735)
f. Interaksi : haloperidol, fenotiazine
g. Efek samping : dermatitis, mulut kering, pandangan kabur
h. Penyimpanan : simpan pada suhu ruangan bebas cahaya langsung
i. Assessment : obat yang sudah diminum, alergi obat, kebiasaan aktifitas
berhubungan dengan pandangan,
j. Education : kurangi alcohol, cegah penggunaan sedative, basahi mulut dengan
lipice, permen atau lainnya
3. Lacto -B
Nama obat
Lacto-B
Komposisi
Per Viable cell lactobacillus acidop hillusbifidobacterium longun, streptococcus
faeelum 1 x 107 CFU/g vit C 10 mg, vit B 0,5 mg, vit B2 0,5 mg, vit B5 0,5 mg,
niacin 2 mg protein 0,02 g, fat 0,1 g/sachet (ISO vol.49)
Indikasi
Pengobatan diare yang tidak rumit, terutama yang disebabkan oleh terapi
antibiotik; membangun kembali flora fisiologis dan bakteri normal dari saluran
usus
(DIH 17th ed)
27
Kontraindikasi
Hipersensitivitas untuk setiap komponen formulasi (DIH 17th ed.)
Dosis
Anak :
1-6 th : 3 sachet per hari
< 1 th : 2 sachet per hari
Dapat digunakan bersama makanan bayi dan susu formula
Efek samping
Perut kembung (DIH 17 th ed.)
Perhatian
Untuk anak yang masih mengkonsumsi ASI silahkan berkonsultasi terlebih
dahulu
4. Zinc
Nama obat
Zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg ( ISO vol. 49)
Indikasi
Suplemen zinc ( DIH )
Kontraindikasi
Akumulasi gangguan ginjal dapat terjadi difailr ginjal akut ( BNF for children )
dosis
Oral : 110 – 220 mg zinc sulfate setara dengan 24 – 50mg zinc / 3 kali / hari ( DIH
)
Efek samping
Gangguan gastrointestinal seperti sakit perut, dispepsia, mual, muntah, iritasi
lambung, gastritis jika dikonsumsi dalam perut kosong ( Martindel 36th )
perhatian
Hati – hati pada penderita ginjal jika mengkonsumsi berlebihan menyebabkan
kerusakan ginjal ( ISO Vol. 49)
5. Pharolit
Dapat dilakukan dengan cara pemberian oral rehidration atau memperbanyak
intake cairan seperti air mineral, sup atau jus buah, dengan
Komposisi
Nacl 3,5g , Na citrate 2,5g , kcl 1,5g , glucose 20g
Iso 48 hal : 406
Indikasi
digunakan untuk penggantian oral elektrolit dan cairan pada pasien dengan
dehidrasi, khususnya yang diasosiasikan dengan diare akut dari berbagai etiologi.
Martindale 36’ 1672
Dosis
Dewasa: 200 sampai 400 ml larutan rehidrasi oral Anak-anak: 200ml
Martindale 36’ 1672
Kontraindikasi
tidak sesuai untuk pasien dengan obstruksi gastrointestinal, gagal ginjal oligurik
atau anurik, atau bila rehidrasi parenteral thera [porf ditandai seperti pada
dehidrasi berat atau muntah yang sulit diatasi.
Martindale 36’ 1672
Efeksamping
Muntah bisa terjadi setelah mengonsumsi larutan rehidrasi oral
Martindale 36’ 1672
Perhatian
Garam rehidrasi oral atau tablet effervescent harus dilarutkan hanya dengan air
dan pada volume yang ditentukan
Martindale 36’ 1672
tujuan untuk mengembalikan komposisi cairan dan elektrolit tubuh yang
sebelumnya mengalami dehidrasi akibat diare (Berarrdi, et al., 2009).
Diet merupakan prioritas utama dalam penanganan diare. Menghentikan konsumsi
makanan padat dan susu perlu dilakukan. Rehidrasi dan maintenance air dan
elektrolit merupakan terapi utama yang harus dilakukan hingga episode diare
berakhir. Jika pasien kehilangan banyak cairan, rehidrasi harus ditujukan untuk
menggantikan air dan elektrolit untuk komposisi tubuh normal. Sedangkan pada
pasien yang tidak mengalami deplesi volume, pemberian cairan bertujuan untuk
pemeliharaan cairan dan elektrolit. Pemberian cairan parenteral perlu dilakukan
untuk memasok air dan elektrolit jika pasien mengalami muntah dan dehidrasi
berat, selain untuk mencegah terjadinya hipernatremia.
1. minum dan makan secara normal.
2. untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI
3. banyak mengonsumsi garam oralit
4. banyak makan buah dan umbi-umbian, seperti pisang, apel, pear, kentang, dll.
5. sebaiknya hindari makan makanan pedas dan asam serta makanan dan
minuman penyebab terjadinya diare tersebut.
Oral rehydration solution (ORS) atau oralit digunakan pada kasus diare ringan
sampai sedang. Rehidrasi dengan menggunakan ORS harus dilakukan secepatnya
yaitu 3-4 jam untuk menggantikan cairan serta elektrolit yang hilang selama diare
untuk mencegah adanya dehidrasi. Cara kerja dari ORS adalah dengan
menggantikan cairan serta elektrolit tubuh yang hilang karena diare dan muntah,
namun ORS tidak untukmengobati gejala diare (Berarrdi, et al, 2009 ; Nathan,
2010)
ORS mengandung beberapa komponen yaitu Natrium dan kalium yang berfungsi
sebagai pengganti ion essensial, sitrat atau bicarbonate yang berfungsi untuk
memperbaiki keseimbangan asam basa tubuh serta glukosa digunakan sebagai
sebagai carrier pada transport ion natrium dan air untuk melewati mukosa pada
usus halus.Komposisi ORS yang direkomendasikan oleh WHO yaitu adalah
komponen natrium 75 mmol/L dan glukosa 200 mmol/L (Nathan,2010).
Dalam 1 sachet ORS serbuk harus dilarutkan dengan menggunakan 200mL air.
Penting sekali untuk membuat larutan ORS sesuai dengan volume yang
direkomendasikan, sebab apabila terlalu pekat konsentrasinya, maka larutan akan
mengalami hiperosmolar, dan dapat menyebabkan penarikan air pada usus halus
sehingga dapat memperparah diarenya. Larutan ORS yang telah dilarutkan
tersebut sebaiknya digunakan tidak lebih dari 24 jam dan disimpan di dalam
lemari es. Dosis ORS yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah 200-
400 mL diminum tiap setelah buang air besar, atau 2-4 liter selama 4-6 jam
(Nathan,2010).
Cara membuat Oralit (Kementrian Kesehatan R.I, 2011) :
1. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih
2. Sediakan 1 gelas air minum (200 mL)
3. Pastikan oralit dalam keadaan bubuk kering
4. Masukkan 1 bungkus oralit ke dalam air minum di gelas
5. Aduk cairan oralit sampai larut
6. Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam
Berikut adalah beberapa produk ORS :
Dietary management
Saat mengalami diare, umumnya pasien menahan untuk tidak makan
dikarenakan khawatir diare yang dialami akan bertambah parah. Hal tersebut
justru memperparah keadaan pasien, sebab pada saat yang sama pasien juga
mengalami malabsorbsi nutrisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan makan tetap
seperti biasa, namun sedapat mungkin menghindari makanan berlemak dan
makanan dengan kadar gula yang tinggi karena akan dapat menimbulkan diare
osmotik, serta dihindari pula makanan pedas karena akan mengganggu saluran
cerna seperti timbul rasa mulas dan kembung pada perut. Perlu dihindari juga
minuman yang mengandung kafein, karena kafein dapat meningkatkan siklik
AMP sehingga berakibat pada peningkatan sekresi cairan ke saluran cerna, hal ini
dapat memperparah diare. Pasien dianjurkan untuk banyak minum air putih, dan
jika diperlukan dapat disertai pemberian ORS (Blenkinsopp et al., 2009; Berarrdi,
2009).
2.11 Pencegahan Penyakit Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah :
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal
oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
32
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau
cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi
dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan
organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui
secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan
zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare
yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI,
yaitu:
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau
lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan
baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-
buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang
wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai
dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
7. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi
tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu
berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari yang dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit
yang abnormal dalam usus. Diare juga didefinisikan sebagai inflamasi pada
membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare,
muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Di negara maju diperkirakan
insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih
dari itu. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun Penyebab utama disentri di Indonesia adalah
Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba
histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadangkadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli ( EIEC). Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi
menjadi diare inflamasi dan noninflamasi. Diare akibat gangguan pada usus besar
frekuensinya lebih sering, lebih teratur, dengan volume yang kecil, dan sering
disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan feses berdarah/mucoid juga
sering terjadi. Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu gangguan pada proses absorpsi atau
sekresi. Menurut mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguan absorpsi
yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi.
Diare juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak
dan balita. Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi,
tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau
pengobatan yang diberikan. Komplikasi paling penting walaupun jarang
diantaranya yaitu: hipernatremia, hiponatremia, demam, edema/overhidrasi,
asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, malabsorpsi
glukosa, muntah, gagal ginjal.
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat. . Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari
kuman, akan terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus
keracunan makanan, biasanya gejala diare seperti muntah akan terlihat lebih
dominan dibandingkan diarenya sendiri. Demam juga mungkin menyertai
diareyang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu, adanya perlukaan di mukosa usus
akan menyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja sehingga diperlukan
pencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi diare.
Nyeri perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat
percepatan gerakan usus maupun yang melukai mukosa usus. Untuk pengobatan
farmakologis dapat digunakan golongan obat pengubah konsistensi tinja
(polycarbophil, attapulgite, kaolin-pectin, arang aktif), anti motilitas (Lorepamide
HCl, Diphenoxylate HCl/Atropine Sulfate), obat antisekretorik (bismuth
subsalisilat), dan golongan obat lain (primadex, entrostop, scopma). Sedangkan
untuk pengobatan secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara pemberian
oral rehidration atau memperbanyak intake cairan seperti air mineral, sup atau jus
buah, dengan tujuan untuk mengembalikan komposisi cairan dan elektrolit tubuh
yang sebelumnya mengalami dehidrasi akibat diare. Pencegahan dapat dilakukan
dengan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI pada bayi, menggunakan
air bersih yang cukup, rajin mencuci tangan, menggunakan jamban yang baik,
memberi imunisasi campak pada anak, serta melakukan pengelolaan sampah yang
baik
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca
dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya
dan dapat di pertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Lukman Zulkifli. 2015. Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ vol. 42 no. 7.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Berardi, R.R., et al. 2009. Handbook of Nonprescription Drugs : An Interactive
Approach to Self Care 16th Edition. Washington DC : American
Pharmascist Association
Blenkinsopp A, Paxton P. Symptoms in the Pharmacy: A Guide to the
Management
of Common Illness. 6th Ed. 2009, Blackwell Science Ltd.
Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry
NK,
et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New
York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the
Management of
Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.
Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM,
Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI ;1996. 451-57.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan Volume 2 Triwulan 2. Jakarta: Redaksi Datinkes
Departemen Kesehatan
Nathan, A, 2010. Non-prescription Medicines. USA: Pharmaceutical Press.
Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa.
Dalam:
Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment
in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian
Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.
Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea).
Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi
Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik
Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press, 2002. 34 – 40
Sweetman, Seon C, dkk.2009. Martindale The Complete drug Reference 36thed.
USA
: Pharmaceutical Press
Tatro, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparison
Thielman NM, Guerrant RL. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J Med
2004;350:1:
38-47