Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EPTM

Epidemiologi Diare
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

Disusun Oleh:
Dinda Putri Wulandari (1320119004)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes RAFLESIA DEPOK
2020
JL. Mahkota Raya 32-B Komplek Pondok Duta 1, Cimanggis, Kota Depok, Jawa
Barat 16451

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan semesta alam,
yang telah memberikan petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan para keluarga serta
sahabatnya. Dan tak lupa kami bersyukur atas tersusunnya makalah ini yang
berjudul “Epidemiologi Diare”.

Terima kasih kepada Ibu Yulia Anggraeni H.P, S.Kep, M.Epid, selaku
dosen maata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular program
studi Kesehatan Masyarakat serta yang telah bersedia membimbing penulis hingga
sekarang. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan
kami dalam penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan berguna khususnya mahasiswa STIKes Raflesia dan semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Depok, 24 September 2020

(Dinda Putri Wulandari)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….……... i
DAFTAR ISI……………………………………………………...…..…………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………..………………… 1
A. Latar Belakang………………………………..………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………..………………………………. 1
C. Tujuan……………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….…….. 3
A. Definisi Diare………...…………………………………………………...……. 3
B. Epidemiologi Diare….……………………………………………………..…… 3
C. Etiologi Diare…………………………………………………………….. 4
D. Patofisiologi Diare……………………………………………………….. 4
E. Klasifikasi Diare..………………………………………………………… 6
F. Pemeriksaan Laboratorium………………………………………………. 7
G. Gejala dan Penyebab Diare………………………………………………. 8
H. Faktor yang memengaruhi Diare…………………………………………. 9
I. Penularan Diare…………………………………………………………... 9
J. Pencegahan Diare………………………………………………………… 9
K. Komplikasi Diare……………………………………………………….. 10
BAB III PENUTUP………………………………………………………...….. 11
A. Kesimpulan...…………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..… 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan penyakit umum yang masih menjadi masalah kesehatan utama pada
anak terutama pada balita di berbagai negara-negara terutama di negara berkembang. Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu
kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair. Penderita diare paling
sering menyerang anak dibawah lima tahun (balita). Berdasarkan data yang diperoleh dari
World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 menyatakan bahwa lebih dari sepertiga
kematian anak secara global disebabkan karena diare sebanyak 35%. United Nations
International Children’s Emergensy Fund (UNICEF)memperkirakan bahwa secara global
diare menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun (Herman, 2009).

Di Indonesia diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita
setelah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Sampai saat ini penyakit diare masih
menjadi masalah masyarakat Indonesia. Prevalensi diare pada balita di Indonesia juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan keseluruhan 14% anak balita mengalami diare.
Prevalensi diare tertinggi terjadi pada anak dengan umur 6-35 bulan, karena pada umur
sekitar 6 bulan anak sudah tidak mendapatkan air susu ibu. Prevalensi diare berdasarkan jenis
kelamin tercatat sebanyak 8.327 penderita laki laki, dan 8054 penderita perempuan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Diare?


2. Apa saja Epidemiologi Diare?
3. Apa saja Etiologi Diare?
4. Apa saja Patofisiologi Diare?
5. Apa saja Klasifikasi Diare?
6. Apa saja pemeriksaan yang harus dilakukan di Laboratorium pada Diare?

1
7. Apa saja gejala dan penyebab Diare?
8. Apa saja faktor yang memengaruhi Diare?
9. Bagaimana penularan Diare?
10. Bagaimana pencegahan Diare?
11. Apa saja komplikasi dari Diare?

C. Tujuan Penulisan

Adapum tujuan Penulisan Makalah adalah


1. Untuk mengetahui definisi Diare
2. Untuk mengetahui Epidemiologi Diare
3. Untuk mengetahui Etiologi Diare
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Diare
5. Untuk mengetahui Klasifikasi Diare
6. Untuk mengetahui pemeriksaan yang harus dilakukan di Laboratorium pada Diare
7. Untuk mengetahui gejala dan penyebab Diare
8. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi Diare
9. Untuk mengetahui penularan Diare
10. Untuk mengetahui pencegahan Diare
11. Untuk mengetahui komplikasi dari Diare

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).

B. Epidemiologi Diare
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada
orangdewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus
diaremencapai 200 juta hingga 300 juta kasusper tahun. Sekitar 900.000 kasus diare
perluperawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare
per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkaitmortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data
mortalitas nasional melaporkan lebihdari 28.000 kematian akibat diare dalamwaktu 9 tahun,
51% kematian terjadi padalanjut usia. Selain itu, diare masih merupakanpenyebab kematian
anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju (WHO, 2015).
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita. dan nomor
lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period Prevalence diare pada balita di Sumatera
Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di Sumatera Selatan, Palembang merupakan kota dengan
jumlah penderita diare terbanyak yaitu 51.623 kasus. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit
yang selalu ada setiap tahun dan terdapat peningkatan jumlah kasus diare pada balita di
Palembang tahun 2012-2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita (Destri et al, 2010).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun
2000 adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap
tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan
umur balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan
3
minuman yang tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari
penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan
kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003).

C. Etiologi Diare
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi,
malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare. Pada
balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus (Permatasari, 2012).
Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran
toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebakan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011). Penyebab diare sebagian besar
adalah bakteri dan parasit, disamping sebab lain seperti racun, alergi dan dispepsi (Djamhuri,
1994).
1. Virus
Penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus penyebab diare
akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9 pada manusia, Norwalk Virus,
Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small bowel structure virus, Cytomegalovirus.
2. Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC), Enteroaggregative
E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E.coli (EIEC), Enterohemorragic E.coli (EHEC),
Shigella spp., Camphylobacterjejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V.
Cholera 0139, salmonella (non-thypoid).
3. Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli, Cryptosporidium,
Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
4. Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis, Trichuris
trichuria.
5. Non-infeksi
Malabsorbsi, Keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imonodefisiensi, obat dll.

4
D. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare). Selain itumenimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004).
Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare
noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di
kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah. Gejala
klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta gejala dan tanda
dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan lendir dan atau darah,
mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare juga dapat terjadi akibat lebih dari
satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi
bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebakan terjadinya diare.
Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri
pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme
tersebut untuk mengatasi pertahanan mukosa usus (Amin, 2015).
Berdasarkan patofisiologinya, diare dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Osmotic Diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa.
2. Secretory Diarrhoe, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak menyerap air dan
garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi yang terbalik ini dapat
disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-lain.
3. Exudative Diarrhoe, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada colitis ulcerativa,
atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah, dan mukus.

Diare akut dapat menyebabkan terjadinya :

5
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolic dan hypokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-renjatan sebagai
akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan berkurang
sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, peredaran otak dapat terjadi,
kesadaran menurun (sopokorokomatosa) dan bila tidak cepat diobati, dapat
menyebabkan kematian.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah, kadang-kadang orangtua menghentikan pemberian makanan karena takut
bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan tetapi
dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan.
Sebgian akibat Hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan
kejang dan koma (Suharyono, 1991).

E. Klasifikasi Diare
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari 2
minggu. Gejalanya antara lain tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah dan kadang-
kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa jam sampai
beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat
makanan.
2. Diare Kronis
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran tinja yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara
terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit
berat. Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare.
Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare spesifik dan diare
non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau
parasit. Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan (Wijaya, 2010).
Tanda-tanda diare kronik seperti: demam, berat badan menurun, malnutrisi, anemia,
dan meningginya laju endap darah. Demam disertai defense otot perut menunjukan
adanya proses radang pada perut. Diare kronik seperti yang dialami seseorang yang

6
menderita penyakit crohn yang mula-mula dapat berjalan seperti serangan akut dan
sembuh sendiri. Sebaliknya suatu serangan akut seperti diare karena infeksi dapat
menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri dapat diarahkan untuk memebedakan
antara diare akut dengan diare kronik.

Gejala/derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi


dehidrasi dehidrasi ringan/sedang berat
Keadaan Umum Baik, Sadar Gelisah, rewel Lusu, lunglai/tidak
sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ada rasa haus Malas minum
minum rasa haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat

(DEPKES RI, 2011).

F. Pemeriksaan Laboratorium Diare


Pemeriksaan laboratorium pada penyakit diare ialah antara lain meliputi pemeriksaan
tinja, makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas laksmus
dan tablet clinlinitest bila diduga intoleransi gula, bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan
dan uji resistensi, pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat dengan pemeriksaan analisa gas darah,
pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaan elektrolit
terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita
diare yang disertai kejang.
Evaluasi laboratorium pasien diare infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya
leukosit. Kotoran/tinja biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada, dianggap sebagai
inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi . Sampel harus diperiksa sesegera mungkin
karena neutrofil cepat berubah.
Pasien dengan diare berat, deman, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus
diperiksa kimia darah, natrium kalium, klorida ureum, kreatin, analisa gas darah, dan
pemeriksaan darah lengkap (Zein dkk, 2004).

7
G. Gejala dan Penyebab Diare
1. Diare Akut :
No. Gejala Penyebab
1. Diare tidak berdarah, gejala Infeksi (enteropatigenicdan enterotoksigenicE.coli,
penyakit sistemik cryptosporidium, giardia, virus).
2. Diare berdarah, gejala penyakit Infeksi (shigella, campylobacter, enteroinvasif dan
sistemik enterohemoragik, E.coli, salmonella, yersinia,
E.histolistica), penyakit radang usus besar, colitis
iskemik, colitis dan pseudomembranosa.
3. Diare berdarah, tanpa gejala Infeksi prokitis ulseratif, prokitis radiasi, dan
sistemik karsinoma rektosigmamoid.
4. Diare tidak berdarah, tanda gejala Infeksi atau keracunan makanan (seperti disebutkan
sistemik sebelumnya), sindrom usus besar yang mudah
teriritasi, impaksi fektal, obat-obatan (antasida,
antibiotika, NSAID, kolsisin, kuinidin, digitalis,
metildopa, hidratazin, laktosa).

2. Diare Kronis:
No. Gejala Penyebab
1. Diare tidak berdarah Sindrom iritasi usus besar, intoleransi laktosa, obat-
obatan (antasida, antibiotika, NSAID, kolsisin,
kuinidin, digitalis, metildopa, Hidratazin, laktosa),
giardiasis, penyalahgunaan laktasif, impaksi fekal.
2. Diare Inflamatorik atau berdarah Kolitis ulseratif, penyakit crohn, penyakit
diverticular, kolera, pankreatik, sindrom zollinger-
alison, karsinoma medulla karsinoid, alkohol,
penyalahgunaan laktasif, idiopatik.
3. Diare Osmotik Intoleransi laktosa, magnesium sulfat, fosfat, manitol,
sorbitol, defisien sidisakaridase, malabsorbsi
glukosa-galaktosa herediter atau malabsorbsi fruktosa
herediter.

8
4. Diare yang berhubungan dengan Diabetes, tirotoksinosis, penyakit addison, AIDS,
penyakit sistemik defisiensi niasin dan seng, leukemia, pseudo
obstruktif.

H. Faktor Yang Memengaruhi Diare


Menurut Suharyono (2008), faktor yang mempengaruhi diare yaitu :
1. Faktor Gizi
2. Faktor Sosial Ekonomi
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Makananyang terkontaminasi pada masa sapih
5. Faktor Pendidikan

I. Penularan Diare
Menurut departemen Kesehatan RI (2005), kuman penyebab diare biasanya menyebar
melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Beberap perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya dire yaitu: tidak memberikan
ASI secara penuh 4-6 bulanpada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan
makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci
tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi
anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi yang benar.

J. Pencegahan Diare
Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu penting:
a. Sebelum makan.
b. Sesudah buang air besar (BAB).
c. Sebelum menyentuh balita anda.
d. Setalah membersihkan balita anda setelah buang air besar.
e. Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan makan untuk siapapun.

9
2. Mengkonsumsiair yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui proses
pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu, proses klorinasi.
3. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya ditempatkan ditempat
yang sudah sesuai, supaya makanan anda tidak dicemari oleh serangan (lalat, kecoa,
kutu, dll).
4. Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, sebaiknya anda
meggunakan WC/jamban yang bertangki septik atau memiliki sepiteng
(Ihramsulthan.com, 2010).

K. Komplikasi Diare
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai
berikut:
1. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena kehilangan cairan (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbundalam tubuh, terjadinya penimbunan
asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak–anak.
4. Gangguan Gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh
makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan

10
susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar
yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada
orangdewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus
diaremencapai 200 juta hingga 300 juta kasusper tahun. Sekitar 900.000 kasus diare
perluperawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare
per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkaitmortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data
mortalitas nasional melaporkan lebihdari 28.000 kematian akibat diare dalamwaktu 9 tahun,
51% kematian terjadi padalanjut usia.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/374/9/KTI.pdf

http://eprints.umm.ac.id/42562/3/jiptummpp-gdl-estilistia-50148-3-babii.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai