Anda di halaman 1dari 22

BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI DAN TINJAUAN TEORITIS

1). Gambaran Umum Instansi

a. Sejarah Rumah Sakit Sentra Medika Cisalak Depok

Rumah Sakit Sentra Medika adalah Rumah Sakit Swasta yang berlokasi di

JL.Raya Bogor KM 33 Cisalak-Depok, yang diresmikan pada tanggal 27

Mei 2000. Saat ini Rumah Sakit Sentra Medika memiliki fasilitas rawat

dengan kapasitas 100 tempat tidur. Dalam pengembangannya, akan

ditingkatkan lagi dengan kapasitas 300 tempat tidur.

Visi rumah sakit Sentra Medika adalah “ Menjadikan rumah sakit rujukan

dengan memberikan pelayanan yang optimal”. Adapun Misi Rumah sakit

Sentra Medika adalah “Memberikan pelayanan kesehatan yang

professional, informative, dan dengan senyum dilingkungan yang bersih

dan nyaman kepada masyarakat dengan biaya yang terjangkau”.

Rumah sakit Sentra Medika berperan sebagai pusat rujukan dari Rumah

Sakit lain di Cisalak, Cimanggis, Cibubur, Cibubur, Cibinong, dan Depok.

Karena kelengkapan sarana & prasarana seperti CT-Scan, ICU, NICU,

Hemodialisa, Mammografi, MCU, UGD, GILUT, THT, MATA, USG,

ICU, NICU, dan Fisiotheraphy.

6
7

Medical Check Up, pelayanan 24 jam seperti UGD ( Unit Gawat Darurat ),

Instalasi Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Ambulance dan 4 kamar

operasi sentral. Unit kebidanan dan penyakit kandungan dilengkapi dengan

USG biasa dan USG Transvaginal, dan unit fertilitas. Unit Penyakit

Jantung dilengkapi dengan Echocardiography, Treadmil, EKG, Unit

Penyakit Syaraf dilengkapi dengan EEG ( Electro Encephalo Graphy),

Unit Onkologi dilengkapi dengan Mammografi untuk mendeteksi dini

kanker payudara, Patologi anatomi untuk mendeteksi secara mikroskopis

dan mencegah tumbuhnya tumor dan kanker dengan stadium lanjut.

Rumah Sakit ini menyediakan Pelayanan Rawat Inap ( Dalam memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginan pasien, tersedia ruang

perawatan yang terdiri dari kamar Super VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas

III.
8

b. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA

DirekturUtama
PT. Sentra Medika Sejahtera

Direktur

SekretarisDirektur

Wadir Yan
Jang Medis

SekretarisMedis

Ka. Bid
Keperawatan

Ka. Sie
Keperawatan

Ka. RuPu Ka. RuPu Ka. Ru. Pu Ka. Ru. Pu Ka.RuPu Ka. RuPu

(LT.4) 12 (LT. 4) (LT. 3) (LT.2) Wing A Wing B

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana


9

2. Tinjauan Teoritis

1. Gambaran Umum Kasus

a. Definisi

Typhoid Fever adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh

Salmonella enterica serovar typhi. Salmonella enterica serovar

paratyphi A, B, dan C juga dapat menyebabkan infeksi yang

disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan paratifoid termasuk

ke dalam demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar 90%

dari demam enterik adalah demam tifoid. ( Nelwan, 2012).

b. Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri salmonella typhi, basil gram

negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak

menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia

melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama

infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat

sedang sakit atau sedang dalam pemulihan. Salmonella typhi

biasanya ditularkan oleh unggas yang terkontaminasi, daging merah,

telur, dan susu yang tidak dipasteurisasi.


10

c. Patflow Typhoid Fever

Typhoid Fever

Demam typhoid adalah


penyakit infeksi bakteri hebat
yang diawali diselaput lendir
usus dan jika tidak diobati,
secara progesif menyerbu Hipertermi Ketidakseimbangan Nutrisi
jaringan diseluruh tubuh.
(Tambayong, 2000;143)
Proses infeksi Organ pencernaan terkontaminasi
dengan bakteri Salmonella Enterica
Serovar Typhi.

Dehidrasi
Mual dan muntah

Penatalaksanaan medis : Implementasi :


Omeprazol 1x1 vial O : Mengobservasi TTV
Paracetamol 3x1 tablet N : - Manganjurkan makan sedikit tetapi sering
dan menghindari makanan pedas.
E : Mengajarkan klien teknik relaksasi
C : Mengkolaborasikan dengan dokter dalam
memberi obat
- Omeprazole 1x1 vial
- Paracetamol 3x1 tablet
- IVFD RL

Evaluasi
S : Klien mengatakan sudah tidak merasa mual dan muntah
O : - Klien tampak sudah tidak merasa nyeri pada daerah
lambung
- Hasil TTV : TD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,1 °C

A : Masalah sudah teratasi


P : Intervensi dihentikan
11

d. Tanda dan Gejala

Gejala demam tifoid mirip flu adanya diare atau sembelit, sakit perut.

Gejala yang timbul bervariasi. Pada minggu pertama, keluhan dan gejala

serupa dengan penyakit akut pada umumnya, yitu demam, nyeri kepala, pusing,

nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, dan

batuk.(Marlane, 2008)

Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit

normal, bisa menurut atau meningkat. Jumlah trombosit normal atau menurun

(trombositopenia). (Mansjoer et, al 2008)

e. Pemeriksaan Penunjang

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam tifoid bertujuan

menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah

terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan

penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan

desinfeksi pakaian, feses dan urine untuk mencegah penularan.

Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia

klinik, imunorologi (pemeriksaan widal), dan tinja.


12

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada Typhoid Fever menurut Suratun dan Lusianah (2010)

pengobatan/penatalaksanaan pada penderita Typhoid Fever adalah sebagai

berikut :

1. Pemberian antibiotika, anti radang pada inflamasi dan anti piretik.

1) Pemberian antibiotika :

a) Amoksilin 100 mg/hari, oral selama 10 hari.

b) Coftrimoxazol 6 mg/hari, oral dibagi menjadi 2 dosis selama 10

hari.

c) Ceftriazone 80 mg/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari.

2) Anti radang (antiinflamasi) Kortikosteroid diberikan pada kasus berat

dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/hari IV, dibagi

menjadi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

3) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol

4) Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.

2. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan

dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap mulai dari bubur

saring, bubur kasar, hingga nasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja

usus sehingga resiko perforasi usus lebih tinggi.


13

2. Anatomi Fisiologi

Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan

mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan

(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim zat cair yang

terbentang dari mulut sampai anus. Saluran pencernaan pada manusia terdiri

dari beberapa organ berturut-turut dimulai dari mulut (covum oris),

kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum), usus

besar (colon), dan anus.


14

a. Mulut

Di dalam rongga mulut, makanan dicerna, baik secara mekanik maupun

kimiawi. Fungsi utama rongga mulut adalah untuk melayani sebagai

pintu masuk dari saluran pencernaan dan untuk memulai proses

pencernaan dengan air liur dan tenaga penggerak dari pencernaan bolus

ke faring. Bagian-bagian mulut adalah sebagai berikut :

1) Mulut adalah dua struktur seluler dan otot yang membentuk pintu

masuk ke mulut. Bibir menandai transisi dari kulit membran

mukosa lembab, dan merupakan struktur berdaging sangat

vaskular yang menjaga pintu masuk ke rongga mulut.

2) Rongga mulut dibatasi oleh beberapa struktur. Rongga mulut

tetap basah oleh sekresi dari kelenjar ludah submaksilaris dan

sublingual yang terletak di dasar mulut dibawah lidah.

3) Palatum atau langit-langit membentuk permukaan atas anatomi

mulut. Palatum terdiri dari dua bagian, langit-langit keras didepan

rongga mulut dan langit-langit lunak kearah belakang. Langit-

langit yang keras dibuat kaku oleh tulang di dekatnya, sedangkan

langit-langit lunak tidak.


15

4) Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya

seperti corong, yang besar dibagian atas dan sempit di bagian

bawah.

b. Kerongkongan

Kerongkongan (esofagus) adalah saluran penghubung antara rongga

mulut dengan lambung. Kerongkongan berfungsi sebagai jalan bagi

makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Otot

kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga

mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan kerongkongan

ini disebut gerak peristaltik. Gerak peristaltik merupakan gerakan

kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan masuk ke

dalam lambung.
16

c. Lambung

Lambung (ventrikulus) adalah kantung besar yang terletak di sebelah

kiri rongga perut sebagai tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan.

Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas (kardiak), bagian

tengah yang membulat (fundus), dan bagian bawah (pilorus). Kardiak

berdekatan dengan hati dan berhubungan dengan kerongkongan,

sedangkan pylorus berhubungan langsung dengan usus dua belas jari.

Di bagian ujung kardiak dan pilorus terdapat klep atau sfingter yang

mengatur masuk dan keluarnya makanan. Dinding lambung terdiri dari

mukosa, submukosa, muskularis, serosa. Mukosa adalah lapisan dimana

sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim, asam

lambung, dan hormon. Submukosa adalah lapisan dimana pembuluh

darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan

oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap,

urea, dan karbondioksida dari sel-sel tersebut. Muskularis adalah

lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan

ini dibagi menjadi tiga lapisan otot, yaitu otot melingkar, memanjang,
17

menyerong. Kontraksi dari ketiga otot tersebut mengakibatkan gerak

peristaltik. Gerak peristaltik menyebabkan makanan didalam lambung

seperti diaduk-aduk. Hal ini menyebabkan makanan didalam lambung

berbentuk seperti bubur. Serosa adalah lapisan terluar yang berfungsi

sebagai lapisan pelindung lambung. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan

cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara lambung

dengan anggota tubuh lainnya. Dinding lambung mengandung sel-sel

kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan yang

menghasilkan getah lambung. Getah lambung mengandung air lendir,

asam lambung, enzim renin, enzim pepsinogen. Getah lambung bersifat

asam karena banyak mengandung asam lambung. Asam lambung

berfungsi membunuh kuman atau bakteri yang masuk bersama

makanan dan juga berfungsi untuk mengaktifkan enzim pepsinogen

menjadi pepsin. Enzim pepsin berfungsi memecah protein menjadi

pepton dan preteosa. Enzim renin berfungsi menggumpalkan protein

susu (kasein) yang terdapat dalam susu. Adanya enzim renin dan pepsin

menunjukan bahwa di dalam lambung terjadi proses pencernaan

kimiawi.
18

d. Usus Halus

Usus Halus (intestinum) adalah tempat penyerapan sari makanan dari

tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang. Usus halus

terdiri dari usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), usus

penyerapan (ileum). Usus dua belas jari adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong

(jejenum) dengan panjang antara 25-38 cm. Usus Kosong (jejenum)

adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari

(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada usia dewasa, panjang

seluruh usus halus adalah 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus

kosong. Permukaan dalam usus kosong berupa membrane mucus dan

terdapat jonjot usus (vili) yang memperluas permukaan dari usus. Usus

Penyerapan (ileum) adalah bagian terakhir pada usus halus. Ileum

memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi

menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Dinding usus halus

mengandung getah yang mengandung enzim-enzim, yaitu Maltase

(mengubah maltosa menjadi glukosa), Laktase (mengubah laktosa


19

menjadi glukosa dan glaktosa), Sukrase (mengubah sukrosa menjadi

glukosa dan fruktosa), Tripsin (mengubah pepton menjadi asam amino),

Enterokinase (mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin).

e. Usus Besar

Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia Coli. Bakteri ini

membantu dalam proses pembusukan sisa makanan menjadi feses.

Selain membusukkan sisa makanan, bakteri Escherichia Coli juga

menghasilkan vitamin K. vitamin K berperan penting dalam proses

pembekuan darah. Sisa makanan dalam usus besar yang masuk banyak

mengandung air. Tubuh sendiri memerlukan air, oleh karena itu

sebagian besar air diserap kembali ke usus besar. Penyerapan kembali

air merupakan fungsi penting dari usus besar. Usus besar terdiri dari

bagian yang naik yaitu mulai dari usus buntu (apendiks), bagian

mendatar, bagian menurun, dan berakhir pada anus. Perjalanan

makanan sampai di usus besar dapat mencapai antara empat sampai

lima jam. Namun, di usus besar makanan dapat disimpan sampai 24

jam. Di dalam usus besar, feses di dorong secara teratur dan lambat
20

oleh gerakan peristaltik menuju ke rektum (poros usus). Gerakan

peristaltik ini dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar).

f. Anus

Anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum

dibuang lewat anus, feses ditampung telebih dahulu pada bagian

rectum. Apabila feses siap dibuang, maka otot spinkter rectum

mengatur pembukaan dan penutupan anus. Ada dua jenis otot spinkter

yang menyusun rectum, yaitu otot polos dan otot lurik. Proses buang air

besar dilakukan dengan sadar, yaitu dengan kontraksi otot dinding perut

yang diikuti dengan mengendurnya otot sfingter anus dan kontraksi

kolon serta rektum. Akibatnya feses dapat terdorong keluar anus.


21

3. Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian

1. Identitas klien

meliputi nama, umur, tanggal lahir, suku/kewarganegaraan,

pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, status perkawinan, tanggal

masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis, No Medical Record, serta

penanggung jawab.

2. Riwayat Keperawatan

a) Keluhan Utama : Keluhan yang paling dirasakan sekali oleh klien

pada saat dikaji atau masalah-masalah yang dirasakan oleh klien.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang : Apakah yang dirasakan klien pada

saat sekarang.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu : Apakah sebelumnya klien pernah

mengalami penyakit yang sama atau penyakit turunan dan

menular.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak adanya penyakit turunan

yang menjadi faktor (pencetus).

e) Riwayat Spiritual : Keyakinan dan harapan klien terhadap

kesembuhan penyakitnya dan gangguan dalam menjalankan

ibadah.
22

3. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Menggambarkan tentang jumlah, kualitas abnormalis, dengan bantuan

atau mandiri antara dirumah atau dirumah sakit. Terdiri dari : Nutrisi,

Eliminasi, Istirahat tidur, Aktivitas, dan Latihan, Personal Hygiene,

dll.

4. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Pada saat dikaji keadaan umum kesadaran

Compos Mentis (kesadaran normal dan mampu menjawab semua

pertanyaan) atau tidak.

2) Compos Mentis : Pada saat dikaji nilai GCS 15.

3) Tinggi Badan

4) Berat Badan

5) Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu.

6) Pemeriksaan Head to Toe

Perawat melakukan pemeriksaan head to toe meliputi :

a. Daerah kepala yaitu distribusi rambut, keadaan kulit kepala,

dan wajah.

b. Daerah mata yaitu posisi mata, kelopak mata, sklera mata,

konjungtiva, lensa mata, pupil mata serta fungsi ketajaman

mata.

c. Daerah telinga yaitu daun telinga, kondisi telinga, pada

telinga apakah ada cairan atau tidak, dan perasaan keadaan

telinga, kondisi pendengaran.


23

d. Hidung yaitu keadaan hidung, ketajaman penciuman,, nyeri

atau tidak pada bagian hidung.

e. Mulut dan faring yaitu kondisi bibir, mukosa bibir, lidah,

saliva, langit-langit mulut, faring, leher serta kelenjar tiroid.

f. Dada yaitu bentuk dada, bunyi nafas, frekuensi pernapasan,

irama pernapasan.

g. Abdomen yaitu keadaan kulit, apakah ada benjolan atau

nyeri pada perut.

h. Genetalia kondisi labia, klitoris, dibagian pulva saat ditekan

ada nyeri atau tidak termasuk kondisi bersih atau tidak

dibagian genetalia.

i. Ekstremitas atas yaitu kondisi bentuk ekstremitas atas

normal atu tidak, ROM nya aktif atau tidak, apakah terdapat

fraktur atau tidak, dan apakah kontraktur.

j. Tugor kulit yaitu kondisi tugor kulit, keadaan kulit, keadaan

rambut, serta elestisitas kulit.

5. Analisa Data

kemampuan dalam mengembangkan berfikir rasional sesuai dengan

latar belakang ilmu pengetahuan dengan mengumpulkan data pasien

dan dikelompokkan berdasarkan kriteria permasalahannya.


24

6. Diagnosa keperawatan

penilaian klinis mengenai pengalaman/respon individu, keluarga, atau

komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau potensial.

Diagnosa keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat akuntabel

(NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), 2012)

Diagnosa yang mungkin timbul pada Typhoid Fever menurut

NANDA adalah :

- Ketidakseimbangan nutrisi

- Hipertermi

7. Tujuan dan kriteria diagnosa keperawatan

a. Tujuan : diharapkan rasa nyaman dan pemenuhan kebutuhan

nutrisi terpenuhi.

b. Kriteria Hasil yaitu :

1) kepala tidak pusing

2) Nafsu makan meningkat

3) TTV dalam batas normal yaitu suhu 36 – 37°C, TD :

110/70 mmHg, RR :18 – 20/menit, Nadi:80 – 100x/menit


25

8. Intervensi

tahap perencanaan memebri kesempatan kepada perawat, klien,

keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana

tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien.

Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau buku tertulis yang

menggambarkan secara tepat rencana keperawatan yang dilakukan

terhadap klien sesuai kebutuhannya berdasarkan diagnosa

keperawatan. (Asmadi, 2008)

Intervensi dilakukan dengan menggunakan rumus ONEC : O

(observasi), N (Nursing atau tindakan keperawatan), E (Education), C

(Colaboration).

Intervensi Keperawatan :

- Observasi TTV

- Anjurkan klien makan sedikit demi sedikit tetapi sering

- Anjurkan klien untuk menghindari makanan pedas


26

9. Implementasi

tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam

bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada

tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi efektif,

kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling

bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotorik, kemampuan

melakukan observasi sistematis, kemampuan evaluasi. (Asmadi, 2008)

Implementasi dilakukan sesuai dengan rumus ONEC : O (observasi),

N (Nursing atau tindakan keperawatan), E (Education), C

(Colaboration).

10. Evaluasi

Tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah

membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi

keperawatan pada klien Typhoid Fever. Evaluasi adalah tindakan

intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah tercapai. Tujuan evaluasi adalah melihat

kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang dilaksanakan dengan

mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. (Nursalam, 2011)


27

Evaluasi ditentukan berdasarkan SOAP, dengan mencantumkan

tanggal dan jam dilakukannya evaluasi. Ada 2 komponen untuk

mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu :

a) Evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari proses

keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan

keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan untuk

membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Evaluasi ini

terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang ditentukan

tercapai.

b) Evaluasi sumatif adalah perubahan perilaku atau status

kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Type

eveluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan

secara paripurna.

Anda mungkin juga menyukai