Oleh:
PSIK E
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan berkahnya penyusun dapat menyelesaikan laporan final
project dengan kasus “Gangguan Eliminasi Bowel 2” ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan selesai sesuai dengan harapan. Laporan ini saya buat
untuk tujuan memenuhi tugas pada mata kuliah Proses Keperawatan dan Berpikir
Kritis.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Anis Ika Nur Rohmah,
M. Kep., Sp.Kep.MB sebagai dosen pengampu mata kuliah Proses Keperawatan
dan Berpikir Kritis yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan laporan ini hingga selesai. Dan juga kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung kami dalam
pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga apa yang ditulis
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
KONSEP TEORI.....................................................................................................1
1.1 Diare..........................................................................................................1
1.1.1 Definisi...............................................................................................1
1.1.2 Etiologi...............................................................................................2
1.1.3 Patofisiologi............................................................................................3
1.2.1 Pengkajian...............................................................................................7
1.2.3 Intervensi..........................................................................................14
1.2.3 Implementasi....................................................................................24
1.2.4 Evaluasi............................................................................................25
BAB II....................................................................................................................26
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................26
BAB III..................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
BAB I
KONSEP TEORI
1.1 Diare
1.1.1 Definisi
Diare adalah kondisi yang ditandai dengan tinja yang encer, cair,
dan seringkali disertai dengan frekuensi buang air besar yang
meningkat. Menurut WHO, diare didefinisikan sebagai buang air besar
tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan tinja yang encer atau cair.
Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Selain sebagai penyebab kematian,
diare juga menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa
menimbulkan kematian serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare
disebabkan oleh bakteri melalui kontaminasi makanan dan minuman
yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita. Selain
itu, faktor yang paling dominan berkontribusi dalam penyakit diare
adalah air, higiene sanitasi makanan, jamban keluarga, dan air
(Melvani et al., 2019).
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa
lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari
4 kali/hari (Selviana et al., 2017). Tingginya angka kejadian diare
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya makanan dan minuman
yang terkontaminasi akibat kebersihan yang buruk, infeksi virus dan
bakteri (Rahmah et al., 2016).
Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya
penyakit diare. Salah satu faktor antara lain adalah sanitasi lingkungan
yang kurang baik, persediaan air yang tidak hiegienis, dan kurangnya
pengetahuan. Selain itu, faktor hygiene perorangan yang kurang baik
1
dapat menyebabkan terjadinya diare seperti kebiasaan cuci tangan
yang buruk, kepemilikan jamban yang tidak sehat (Rahman et al.,
2016).
1.1.2 Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyaknya penyebab antara lain infeksi
(bakteri, parasite, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan
lain-lain. Menurut Worl Gastroenterology Organisation global
guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
bakteri, virus, parasite dan non-infeksi.
Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksi,
kasus ini sering disertai muntah, demam, dan nyeri abdomen. 10%
kasus lainnya disebabkan oleh obat, ingesti zat toksik, iskemia, dan
penyebab lain. Sebagian besar diare infeksi terjadi akibat penularan
oral, yang lebih sering melalui ingesti makanan atau air yang tercemar
patogen dari feses manusia dan hewan. Pada orang yang imunitasnya
baik, microflora residen di feses yang mengandung >500 spesies yang
secara taksonomis berbeda, jarang menjadi sumber diare dan bahkan
berperan menekan pertumbuhan patogen yang berlebihan misalnya
Clostridium difficile. Infeksi akut atau cidera terjadi ketika mikroba
penyebab mengalahkan pertahanan imun dan non imun (asam
lambung, enzim pencernaan, sekresi mucus, peristis, dan flora residen
supresif) mukosa pejamu. Adanya keterkaitan klinis dengan
enteropatogenspesifik dapat memberi petunjuk diagnostik.
Efek samping obat mungkin merupakan penyebab non infeksi
tersering pada diare akut, dan etiologic mungkin ditunjukkan oleh
hubungan waktu antara pemakaian dan gejala. Meskipun banyak obat
dapat menyebabkan diare, sebagian dari yang lebih sering diperkirakan
menjadi penyebab adalah antibiotik, antidisritmia jantung,
antihipertensi, obat antiinflamasi non-steroid (OAINS), antidepresan
tertentu, obat kemoterapi, bronkodilator, antacid pan pencahar. Diare
akut dapat terjadi pada diventikulitis kolon dan penyakit graf-versus-
bost.
2
Sedangkan, etiologi untuk diare kronik sangat beragam dan tidak
selalu hanya disebabkan oleh kelainan usus. Kelainan yang dapat
menimbulkan diare kronik antara lain kelainan endokrin, kelainan hati,
kelainan pankreas, infeksi keganasan dan lain-lain. Sedangkan
etiologic terbanyak dari diare kronik dinegara-negara berkembang
termasuk Indonesia yaitu infeksi. Hal ini berbeda dengan etiologi
terbanyak dinegara maju yaitu penyakit usus inflamatorik. Walaupun
telah diusahakan secara maksimal diperkirakan sekitar 10-15% pasien
diare kronik tidak dapat ditetapkan etiologinya, mungkin disebabkan
kelainan sekresi atau mekanisme neuoroendokrin yang belum
diketahui (Nikma et all, 2017). Penyebab diare dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus
2. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%),
Vibro cholerue, dan lain-lain
3. Parasit: Entamoeba histolytical (<1%), Giardia lambia,
Crylosoridium (4-11%)
4. Keracunan makanan
5. Malabsorbsi: karbohidrat, lemak, dan dan protein
6. Alergi: makanan, susu sapi
7. Imunodefisiensi: AIDS
1.1.3 Patofisiologi
Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di kolon dengan manifestasi
sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis
berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta
gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis
ditemukan lendir dan atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit
polimakronuklear. Diare juga dapat terjadi akibat lebih dari satu
mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di
usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin
3
yang menyebabkan terjadinya diare. Pada dasarnya, mekanisme diare
akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel
epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan
produksi enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk mengatasi
pertahanan mukosa usus (Amin, 2015).
Dari beberapa faktor yang menyebabkan diare diantaranya karema
fakotr infeksi. Dalam proses ini pertama kalinya yaitu
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan yang berkembang ke
dalam usus dan merusak sel mukosa yang dapat menurunkan usus.
Perubahan yang terjadi dalam kapasitas usus dapat menyebabkan
gangguan fungsi usus dalam penyerapan cairan dan elektrolit. Faktor
lain yaitu malaborpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga menimbulkan pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus
yang meningkatkan 8 rongga usus terjadi diare. Faktor lain pada
makanan yang terjadi pada toksin tidak diserap dengan baik, sehingga
menimbulkan peningkatan dan penurunan peristaltik yang
mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang mengakibatkan
terjadi nya diare (Najah, Hidayatun, 2020).
1.1.4 Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare
yang berlangsung beberapa saat tanpa penanggulangan medis adekuat
dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan tubuh yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan
biokimiawi berupa asidosis metabolik lanjut. Kehilangan cairan
menyebabkan haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan
bikarbonat akan menurunkan pH darah. Penurunan ini akan
merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi napas lebih cepat
dan lebih dalam (Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
4
mengeluarkan asam karbonat agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat
standar juga rendah, pCO2 normal, dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskuler pada hipovolemia berat dapat berupa
renjatan dengan tanda denyut nadi cepat, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, wajah pucat, ujung-ujung
ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kehilangan kalium juga dapat
menimbulkan aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria, bila
tidak segera diatasi akan menyebabkan timbulnya penyakit berupa
nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti gagal ginjal akut. Bila
keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi
pemutusan sirkulasi paru-paru dan dapat menyebabkan edema paru
pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali
(Amin, 2015).
1.1.5 Pathway
Gastroentiritis
5
Diare
Dehidrasi
Kulit disekitar
anus terdapat lecet Adanya rasa mual
dan iritasi dan ingin muntah
Resiko
ketidakseimbangan
Gangguan cairan dan elektrolit Defisit Nutrisi
integritas kulit
6
sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik,
pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten.
Sedangkan pada pasien AIDS yang mengalami diare, kolonskopi
dipertimbangakn karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma
didaerah kolon kanan (Nikma et all, 2017)
7
Kaji dehidrasi pasien yang mengalami diare.
Observasi penampilan umum dan warna kulit. Pada
dehidrasi ringan, pasien dapat tampak normal. Pada
dehidrasi sedang, mata mengalami penurunan
produksi air mata atau lingkar mata cekung. Membran
mukosa juga dapat kering. Status mental dapat
diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat,
yang dibuktikan dengan lesu atau letargi.
Auskultasi
Auskultasi bising usus untuk mengkaji adanya bising
usus hipoaktif atau hiperaktif. Bising usus hipoaktif
untuk mengindikasikan obstruksi atau peritonitis.
Bising usus hiperaktif dapat mengindikasikan
diare/gastroenteritis.
Perkusi
Perhatikan adanya abnormalitas. Adanya
abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare
akut atau kronik dapat mengindikasikan proses
patologi.
Palpasi
Nyeri pada abdomen kuadran bawah dapat berkaitan
dengan gastroenteritis. Nyeri pantul atau nyeri tidak
ditemukan saat palpasi, jika ditemukan, hal ini dapat
mengindikasikan apendisitis atau peritonitis.
1.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017)
8
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada kasus diare
menurut PPNI (2017) sebagai berikut:
1. Diare (D.0020)
Definisi: Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
berbentuk.
Penyebab:
- Fisiologis
a. Inflamasi gastrointestinal
b. Iritasi gastrointestinal
c. Proses infeksi
d. Malabsorpsi
- Psikologis
a. Kecemasan
b. Tingkat stress tinggi
- Situasional
a. Terpapar kontaminan
b. Terpapar toksin
c. Penyalahgunaan laksatif
d. Penyalahgunaan zat
e. Program pengobatan (mis. Agen tiroid, analgesik,
pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan
antibiotik)
f. Perubahan air dan makanan
g. Bakteri pada air
9
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif Objektif
1. Urgency 1. Frekuensi peristaltik
2. Nyeri/kram abdomen meningkat
2. Bising usus hiperaktif
2. Hipovelemia (D.0023)
Definisi: penurunan volume cairan intravaskuler,
interstisiel, dan/atau intraseluler.
Penyebab:
- Kehilangan cairan aktif
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Kekurangan intake cairan
- Evaporasi
10
1. Merasa lemah 1. Pengisian vena menurun
2. Mengeluh haus 2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
11
(tidak tersedia) 1. Kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit
12
makan 2. Otot pengunyah lemah
2. Kram/nyeri abdomen 3. Otot menelan lemah
3. Nafsu makan menurun 4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare
6. Ansietas
Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif
individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab:
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
13
- Disfungsi system keluarga
- Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
- Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak
lahir)
- Penyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin polutan,
dan lain-lain)
- Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan 2. Tampak tegang
akibat dari kondisi yang 3. Sulit tidur
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
14
1.2.3 Intervensi
Terapeutik:
1. Berikan asupan cairan oral (mis.
15
larutan garam gula, oralit,
pedialyte, renalyte)
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena (mis.
ringer asetat, ringer laktat), Jika
perlu
4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk
kultur, Jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan makan makanan porsi
kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis. loperamide,
difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic atau spasmolitik
(mis. papaverin, ekstrak
belladona, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis. atapulgit,
smektit, kaolin-pektin)
16
2. Hipovelemia Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola
penurunan volume cairan intravaskuler
Tindakan:
Observasi:
1. Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat,
haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik:
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
17
NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
Terapeutik:
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring
2. Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
4. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
5. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
18
pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
19
penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
1. Lakukan oral hygienis sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antlemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
20
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Terapeutik:
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen> 94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urin untuk
menilai reproduksi urin, jika
perlu
5. Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
21
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab/faktor resiko
syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
22
mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas
(verbal dan nonverbal)
Terapeutik:
1. Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat
ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
23
bersama pasien, Jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengelihatan
untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
1.2.3 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah proses penerapan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah direncanakan kepada
pasien atau individu yang membutuhkan perawatan. Implementasi
keperawatan melibatkan tindakan nyata oleh perawat dalam
memberikan perawatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
pasien. Perawat melakukan tindakan yang telah direncanakan, seperti
memberikan obat, melakukan prosedur medis, memberikan
pendidikan kesehatan, dan memberikan dukungan emosional kepada
klien. Selama implementasi, perawat juga memantau respon klien
terhadap perawatan yang diberikan.
1.2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan perkembangan kesehatan pasien dapat
dilihat dari hasil pengkajian klien yang tujuannya adalah
24
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut:
Daftar tujuan-tujuan pasien
Lakukan pengkajian untuk melihat apakah pasien dapat
melakukan sesuatu
Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien
Diskusikan dengan pasien apakah tujuan dapat tercapai atau
tidak (Aini, 2018)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
I. IDENTITAS
25
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Margo
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
No. RM :-
Tanggal MRS :-
Tanggal Pengkajian :-
26
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
27
- Gangguan Tidur
- Upaya Mengatasi
gangguan tidur
- Apakah mudah
terbangun
- Jika terbangun berapa
menit bsa tertidur lagi
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
Pola Kebersihan Diri (PH)
- Frekuensi mandi
- Frekuensi mencuci
rambut
- Frekuensi gososk gigi
- Keadaan kuku
- Melakukan
mandiri/dibantu
Aktivitas Lain Px berkebun seminggu
Aktivitas apa yang dilakukan sekali dan tidak berolahraga
klien untuk mengatasi waktu
luang?
2. Riwayat Psikologi
Px merasa khawatir
3. Riwayat Sosial
-
4. Riwayat Spiritual
-
28
A. Gambaran diri : px adalah wanita yang aktif
B. Identitas diri :
C. Peran : px merupakan seorang ibu
D. Ideal diri :
E. Harga diri :
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
b. Hidung
c. Mulut
d. Telinga
e. Keluhan lain:
29
5. Pemeriksaan Thoraks/Dada
a. Pemeriksaan Paru
b. Pemeriksaan Jantung
6. Pemeriksaan Abdomen
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
30
Antimetik (pengganti kalium)
2. Terapi:
Terapi intravena (+pengganti kalium)
TTD PERAWAT
31
lembek atau cair, bising
DO: usus hiperaktif
- Defekasi lebih dari
3x dalam 24 jam
- Feses lembek atau
cair
- Bising usus
hiperaktif
- kerusakan lapisan
kulit
- perdarahan
- kemerahan
32
- Menunjukkan
presepsi yang kliru
terhadap masalah
33
2.3 Perencanaan Keperawatan (Luaran&Intervensi)
Ha
Diagnosa Hari/
No. LUARAN INTERVENSI ri/ Implementasi Evaluasi Ttd.
Keperawatan Tgl
Tgl
1. Diare b.d inflamasi Setelah dilakukan Manajemen diare 1. Mengidentifikasi S : Px
gastrointestinal d.d intervensi keperawatan Observasi: penyebab diare mengatakan diare
defekasi lebih dari 3x selama 1x24 jam, maka 1. Identifikasi 2. Megidentifikasi sudah membaik
dalam 24 jam, feses eliminasi fekal membaik
penyebab diare riwayat pemberian O:
lembek atau cair, dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi riwayat makanan pada 1. Kontrol
bising usus hiperaktif 1. Kontrol
pemberian makanan pasien pengeluaran
pengeluaran
3. Monitor jumlah 3. Memonitor jumlah feses cukup
feses meningkat
pengeluaran diare peneluaran diare meningkat
(5)
4. Monitor keamanan selama 24 jam 2. Keluhan
2. Keluhan
penyimpanan 4. Memonitor defekasi
defekasi lama
makanan keamanan lama dan
dan sulit
Terapeutik penyimpanan sulit cukup
menurun (5)
5. Berikan asupan makanan yang di menurun
3. Mengejan saat
cairan oral konsumsi pasien 3. Mengejan
defekasi
6. Berikan cairan 5. Memberikan asupan saat defekasi
menurun (5)
intravena oral pasien cukup
34
4. Frekuensi BAB Edukasi 6. Memberikan menurun
membaik (5) 7. Anjurkan makanan cairan intravena 4. Frekuensi
porsi kecil dan jika tidak bisa BAB cukup
sering secara diberikan asupan membaik
bertahap oral A : Masalah
Kolaborasi 7. Menganjurkan teratasi
8. Kolaborasi makan denga porsi P : Intervensi
pemberian obat
kecil dan dihentikan
antispamodic /
seringsecara
spasmolitik (mis.
bertahap
Papaverin, ekstrak
8. Mengkolaborasika
belladonna,
mebeverine) n pemberian obat
antispaodic /
spasmolitik (mis.
Papaverin, ekstrak
belladonna,
mebeverine)
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit 1. Mengidentifikasi S : Px
kulit dan jaringan b.d intervensi keperawatan Observasi: penyebab gangguan mengatakan mulai
35
kekurangan volume selama 1x24 jam, maka 1. Identifikasi integritas kulit membaik karena
cairan d.d kerusakan integritas kulit dan penyebab 2. Membersihkan terus dipantau
jaringan dan lapisan jaringan meningkat gangguan perineal dengan oleh perawat
kulit, nyeri, dengan kriteria hasil: air hangat,
integritas kulit terkait integritas
perdarahan, 1. Hidrasi
Terapeutik terutama saat kulit dengan
kemerahan meningkat (5)
2. Bersihkan perineal masa diare masih menggunakan
2. Kerusakan berlanjut
dengan air hngat, sabun non-alkali
jaringan menurun
terutama selama 3. Menganjurkan O:
(5)
periode diare pasien untuk 1. Hidrasi
3. Kerusakan kulit
Edukasi menggunakan cukup
menurun (5)
3. Anjurkan pelembab agar mrningkat
4. Pedarahan
menggunakan elasitas kulit bisa 2. Kerusakan
menurun (5)
pelembab sembuh jaringan
5. Kemerahan
4. Anjurkan 4. Menganjurkan cukup
menurun (5)
meningkatkan untuk menurun
36
4. Pedarahan
cukup
menurun
5. Kemerahan
cukup
menurun
A : Masalah
teratasi
P : Hentikan
Intervensi
3. Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan 1. Mengidentifikasi S : Px
pengetahuan b.d intervensi keperawatan Observasi: faktor-faktor yang mengatakan telah
kurang terpapar selama 1x24 jam, maka 1. Identifikasi faktor- dapat diberikan edukasi
tingkat pengetahuan
informasi d.d faktor yang dapat meningkatkan dan oleh perawat
meningkat dengan
menunjukkan meningkatkan dan menurunkan tentang
kritereia hasil:
perilaku tidak menurunkan motivasi perilaku penyimpanan
1. Kemampuan
sesuai anjuran, motivasi perilaku hidup bersih dan yang benar dari
menggambarkan
menunjukkan hidup bersih dan sehat makanan yang
pengalaman
persepsi yang sebelumnya sehat 2. Menyediakan dimasak dan
37
keliru terhadap meningkat (5) Terapiutik: materi dan media mentah
masalah 2. Perilaku sesuai 2. Sediakan materi pendidikan O:
anjuran dan media kesehatan pada 1. Kemampu
meningkat (5) pendidikan pasien an
3. Persepsi yang kesehatan 3. Menjadwalkan menggamb
keliru terhadap
3. Jadwalkan pendidikan arkan
masalah menurun
pendidikan kesehatan sesuai pengalama
(5)
kesehatan sesuai kesepakatan n
kesepakatan dengan pasien sebelumny
Edukasi: 4. Menjelaskan a
4. Jelaskan resiko faktor resiko yang 2. Perilaku
yang dapat dapat sesuai
mempengaruhi mempengaruhi anjuran
kesehatan kesehatan meningkat
5. Ajarkan perilaku 5. Mengajarkan 3. Persepsi
hidup sehat periaku hidup yang keliru
6. sehat terhadap
masalah
menurun
38
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
39
BAB III
40
Pada tahap akhir, yaitu evaluasi menetapkan apakah intervensi akan
dilanjutkan atau dihentikan. Sesuai masalah dalam kasus, pasien diizinkan untuk
pulang setelah gejalanya teratasi. Pasien mengatakan bahawa ia merasa lebih baik
karena kadar cairan dan elektrolitnya kembali normal serta tidak ada komplikasi
lebih lanjut.
41
DAFTAR PUSTAKA
42