Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Obat-Obatan Diare”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Medisinal
(ABKK 3405)

Dosen Pengampu :

Dra. Hj. Leny, M.Si.

Disusun Oleh :

Misna Yulianti (2110120220012)

Nova Astuti (2110120320006)

Rut Dwi Huriani (2110120120014)

Kolompok : 14

Kelas A2 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
APRIL 2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Yang telah memberikan kemampuan dan kelancaran sehingga makalah yang
berjudul “Obat-obatan Diare” dapat diselesaikan dengan baik. Adapun
dibuatnya Makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Kimia Medisinal, dengan
harapan dapat menambah wawasan dan juga ilmu bagi para pembaca tentang
kimia, khususnya kimia Medisinal. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala hormat dan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Leny, M.Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia
Medisinal
2. Semua pihak yang telah membantu makalah ini

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan. Maka dari itu penyusun menyampaikan permohonan
maaf dan berharap pembaca dapat memberikan kritik dan juga saran yang
bersifat membangun yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk
perbaikan dimasa mendatang. Penyusun juga berharap agar makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Banjarmasin, 5 April 2023

Kelompok 14

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pencegahan dan Tindakan Umum pada Diare...............................................3
2.2 Pengobatan Diare...........................................................................................4
2.3 Obat Obat Diare..............................................................................................9
2.4 Penggolongan Obat Diare dan Antidiare......................................................12
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
3.1Kesimpulan....................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

II
III
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
pada bayi dan anak balita. Diare, membuang air besar sebanyak tiga kali atau
lebih dalam satu hari dengan konsistensi cair. Diare saat ini masih menjadi
masalah yang sulit untuk ditangani. Angka kematian yang dirilis UNICF
menunjukkan bahwa, secara global sekitar 2.000 anak di bawah usia lima
tahun meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Berdasarkan jumlah
tersebut sebagian besar pada usia anak dengan tinggkat kematian 1800 anak
per hari karena, kurangnya air bersih, sanitasi dan kebersihan dasar.
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu inflammatory
diarrhea dan noninflammatory diarrhea (Ludiana & Wati, 2022).
Inflammatory diarrhea memiliki ciri khas dengan adanya peningkatan suhu
tubuh dan diare berdarah (disentri) yang menunjukan adanya kerusakan pada
jaringan usus besar yang disebabkan oleh invasi (salmonella dll) atau sebagai
toksin. Faktor risiko utama diare pada anak diantaranya adalah faktor
lingkungan, faktor ibu, faktor anak dan faktor sosiodemografi. lingkungan
banyak yang berperan yaitu sarana air bersih, saluran pembuangan air limbah,
jamban, keadaan rumah dan tempat pembuangan sampah. Faktor ibu memiliki
aspek yang bermakna untuk pencegahan diare seperti perilaku hidup bersih
yang umum seperti cuci tangan sebelum memberikan makan pada anak.
Faktor risiko dari anak yaitu gizi. Faktor sosiodemografi yaitu kejadian diare
sering muncul pada balita dengan keluarga yang status ekonomi nya rendah.
(Adisasmito, 2016).
Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya Menurut catatan WHO
tahun 2007, penyakit diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun.
Menurut data WHO pada tahun 2013, diare merupakan penyakit kedua yang

1
menyebabkan kematian pada anak-anak balita (bawah lima tahun). Anak-anak
yang mengalami kekurangan gizi atau sistem imun yang kurang baik seperti
pada orang dengan HIV sangat rentan terserang penyakit diare. Diare sudah
membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar orang diare yang
meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi atau kehilangan cairan dalam
jumlah yang besar. Di dunia, terdapat 1,7 miliar kasus diare yang terjadi setiap
tahunnya.
Sedangkan di Indonesia, angka kematian bayi dan anak di bawah lima
tahun hampir sepertiganya (25,0% – 30,0%) disebabkan oleh penyakit diare.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada anak.
Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat
(Wibowo, dkk, 2002). Peran masyarakat dengan angka kejadian Diare sangat
diperlukan dalam melakukan sosialisasi dan edukasi atau penyuluhan tentang
kejadian Diare kepada seluruh masyarakat. (Nurhaedah dkk, 2022).

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, dapat disajikan ruusan
masalah sebagai beriku:
1. Pencegahan dan tindakan umum
2. Pengobatan
3. Obat-obatan diare
4. Penggolongan diare

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pencegahan dan tindakan umum pada diare
2. Untuk mengetahui pengobatan diare
3. Untuk mengetahui obat-obatan diare
4. Untuk mengetahui penggolongan diare

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pencegahan dan Tindakan Umum pada Diare


Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga
seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan
dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya
sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu
minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam jiwa bila tanpa
perawatan. Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti
disentri, kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom
kronis seperti penyakit Crohn. Diare adalah pengeluaran feses yang tidak
normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak
normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buangair besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar(Dewi,
2010:91).

Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan


dan kematian karena diare mengikuti manajemen utama diare yang
disosialisasikan oleh DepKes dan IDAI, yaitu “Lima Langkah Tuntaskan
Diare” (LINTAS DIARE) yang mencakup: (1) Oralit formula baru (2)
Pemberian zink selama 10 hari (3) Melanjutkan pemberian ASI dan makanan
(4) Pemberian antibiotik selektif sesuai indikasi dan (5) Konseling ibu. Untuk
diare yang disebabkan oleh rotavirus (tinja tanpa darah, muntah dan dehidrasi
berat, diare berat, demam), tentu saja antibiotik tidak diberikan.

Diare dapat menyebar dan menginfeksi anak melalui empat faktor, yaitu
food (makanan), feces (tinja), fly (udara), dan finger (tangan).Oleh karena itu,
untuk mencegah agar penyakit ini tidak menyebar dan menular, cara yang

3
paling praktis adalah memutuskan rantai penularan tersebut. Faktor kebersihan
menjadi faktor yang penting untuk menghindari anak dari penyakit diare (Fida
dan Maya (2012: 318).Masih terdapatnya ibu balita yang berpengetahuan
tentang diare dalam kategori kurang menuntut peran serta petugas kesehatan,
khususnya bidan untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang diare
kepada ibu balita. Dengan memberikan informasi kesehatan tentang cara-cara
mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari
penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
hal tersebut. menyediakan air minum yang bersih, menjaga kebersihan
perorangan, membiasakan mencuci tangan sebelum makan, buang air besar
pada tempatnya, menyediakan tempat pembungan sampah yang memadai,
memberantas lalat dan menjaga kebersihan lingkungan.

2.2 Pengobatan Diare


Berikut ini merupakan langkah untuk pengobatan yang terkena diare

A. Pengobatan diare untuk orang dewasa


1. Pengobatan oralit

Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa
komplikasi, dan kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa
pengobatan. Tidak jarang penderita mencari pengobatan sendiri atau
mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang dijual bebas.
Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut
sudah lebih dari 24 jam belum ada perbaikan dalam frekwensi buang
air besar ataupun jumlah feses yang dikeluarkan.Prinsip pengobatan
adalah menghilangkan kausa diare dengan memberikan antimikroba
yang sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid replacement
dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration
Solution(ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula
diperlukan obat simtomatik untuk menyetop atau mengurangi

4
frekwensi diare. Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare
akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses
rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka
diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai
dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan
laboratorium rutin. Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare
berat, suhu tubuh > 38,50 C, adanya darah dan/atau lender pada feses,
ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan diare persisten yang
belum mendapat antibiotik.13 Dalam praktek sehari-hari acapkali
dokter langsung memberikan antibiotik/antimikroba secara empiris.
Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada diare akut dewasa
seperti terlihat pada table berikut ini:

Tabel : Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada


Diare Akut

Indikasi Pemberian Pilihan Antibiotik


Antibiotik
Demam (suhu oral Kuinolon 3 – 5 hari
>38,50 C), bloody Kotrimoksazole 3 – 5 hari
stools,leukosit,
laktoferin,
hemoccult, sindroma
disentri
Traveler’s diarrhea Kuinolon 1 – 5 hari
Diare persisten Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari
(kemungkinan
Giardiasis)
Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari Kuinolon
selama 3 hari

5
Intestinal Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon
Salmonellosis selama 7 hari
Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry
ETEC Terapi sebagai Traveler’s diarrhea
EIEC Terapi sebagai Shigellosis
EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery
Yersiniosi Umumnya dapat di terapi sebagai febrile
dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV
1 g/6 jam selama 5 hari
Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.
Atau Tinidazole 2 g single dose atau
Quinacine 3 x 100 mg selama 7 hari
Ingtestinal Metronidazole 3 x 750 mg 5 – 10 hari +
Amebiasis pengobatan kista untuk mencegah relaps:
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari
atau Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari
atau Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10
hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau
immunocompromised : Paromomycin 3 x
500 selama 7 hari
Isosporiosis Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari

2. Terapi Supportif/Simtomatik

Selama periode diare, dibutuhkan intake kalori yang cukup bagi


penderita yang berguna untuk energi dan membantu pemulihan
enterosit yang rusak (Dupont 1997). Obat-obatan yang bersifat

6
antimotiliti tidak dianjurkan pada diare dengan sindroma disentri yang
disertai demam. Beberapa golongan obat yang bersifat simtomatik
pada diare akut dapat diberikan dengan pertimbangan klinis yang
matang terhadap costeffective. Kontroversial seputar obat simtomatik
tetap ada, meskipun uji klinis telah banyak dilakukan dengan hasil
yang beragam pula, tergantung jenis diarenya dan terapi kombinasi
yang diberikan. Pada prinsipnya, obat simtomatik bekerja dengan
mengurangi volume feses dan frekwensi diare ataupun menyerap air.

Beberapa obat seperti Loperamid, Difenoksilat, Kaolin, Pektin, Tannin


albuminat, Aluminium silikat, Attapulgite, dan Diosmectite banyak
beredar bahkan dijual bebas (Wingate, et al., 2001). Obat-obat
Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak
digunakan untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan
flora usus. Namun berbagai hasil uji klinis belum dapat
merekomendasikan obat ini untuk diare akut secara umum. Probiotik
meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium, Streptokokus spp, yeast
(Saccaromyces boulardi),dan lainnya.

B. Pengobatan diare untuk anak-anak

Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah kelompok


anak usia balita. Pada usia ini, anak mulai mendapat makanan tambahan
seperti makanan pendamping dan susu formula, sehingga kemungkinan
termakan makanan yang sudah terkontaminasi oleh agen penyebab
penyakit diare menjadi lebih besar (Hiswani, 2003). Selain itu beberapa
faktor yang dapat memicu kerentanan terhadap diare pada bayi dan anak-
anak, antara lain: pemberian ASI kurang dari 2 tahun, kekurangan gizi,
imunodefisiensi, imunosupresi, faktor lingkungan dan faktor prilaku
(Adisasmito, 2007). Resiko akibat diare dapat dikurangi dengan terapi
yang tepat. Terapi pertama bagi penderita diare akut tanpa dehidrasi, dan

7
dehidrasi ringan- sedang adalah dengan pemberian CRO (cairan rehidrasi
oral). Berikut ini pegobatan unutk anak yang terkena diare:

1. Pemberian CRO yang tepat dengan jumlah yang memadai merupakan


modal yang utama mencegah dehidrasi. Terapi lain yang dapat
diberikan adalah adsorben (attapulgit dan pektin), dan antiemetik
(metoklopramid, domperidon, dan ondansentron). Pemberian antibiotik
hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti diare yang
terindikasi infeksi patogen serta diare pada bayi dan anak dengan
keadaan immunocompro- mised (Gunawan, 2007).

2. Penggunaan Zink pada Pasien Diare, UNICEF pada tahun 2004


merekomendasikan penggunaan zink sebagai bagian dari
penatalaksanaan pengobatan diare. Hingga akhirnya setelah
dilakukannya penelitian di berbagai negara, zink dimasukkan dalam
daftar obat esensial oleh WHO. Dalam penatalaksaan pengobatan diare
akut, zink mampu mengurangi durasi episode diare hingga sebesar 25
%. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian zink mampu
menurunkan volume kadar diare.

3. Terapi ondansentron juga terbukti mampu mengurangi gejala mual dan


muntah pada pasien diare akut anak yang disertai mual dan muntah.
(Cheng2011) melaporkan bahwa pemberian ondansentron pada pasien
diare akut anak berusia 6 bulan sampai 12 bulan mampu mengurangi
mual dan muntah yang menyertai diare. Dosis yang dianjurkan pada
pasien diare akut anak ini, yaitu anak dengan berat badan 8 kg - 15 kg
diberikan 2 mg, berat badan 15 kg -30 kg diberikan 4 kg, dan berat
badan lebih dari 30 kg diberikan 6 mg – 8 mg.

4. Penggunaan Antipiretik pada Pasien Diare. Selain berfungsi sebagai


antipiretik, parasetamol juga berfungsi sebagai analgesik. Antipiretik

8
merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan demam yang
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh pasien. Gejala demam pada
penderita diare akut anak umum terjadi dan biasa disebabkan oleh
aktivitas invasif patogen. Oleh karena itu pemberian antipiretik
merupakan hal tepat dilakukan untuk menurunkan gejala demam pada
penderita diare akut anak.

5. Penggunaan Antasida dan H2 Blocker pada Pasien Diare, Pemberian


antisida pada penderita diare akut tidak berkorelasi secara langsung.
Akan tetapi pada penderita diare akut yang disertai oleh gejala magg
dan peningkatan volume asam lambung, pemberian antasida
merupakan pilihan yang tepat diberikan pada pasien. diketahui
penggunaan H2 Blocker dalam penelitian ini sebanyak 11 pasien
(23,91%). Ranitidin berfungsi untuk menghambat sekresi asam
lambung. Pemberian obat ini merupakan pilihan yang tepat untuk
mengobati pasien diare akut anak yang disertai oleh gejala magg,
peningkatan asam lambung, mual dan muntah. Ranitidin adalah suatu
histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan
untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah
36 – 94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6 – 8 jam. Ranitidin di
absorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma
dicapai 2 – 3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak
dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida.

2.3 Obat Obat Diare


Obat diare merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi atau
mengobati penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri atau kuman,cacing
virus, atau keracunan makanan. Berikut ii beberapa obat -obat diare :

9
1. Probiotik

Gambar : Obat Probiotik


Sumber : https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/probiostim-10-kapsul

Probiotik Merupakan”bahan makanan yang menguntungkan bagi


hostnya atau inang nya” yang dengan selektif merangsang pertumbuhan
dan aktivitas dari sejumlah bakteri yang ada di usus besar, lalu dengan
demikian dapat meningkatkan kesehatan hostnya.” Komposisi dari
probiotik merupakan bakteri hidup baik yang membantu nutrisi di saluran
“gastrointestinal”dan memberikan pertahanan untuk melawan 6 bakteri
pathogen.”Manfaat dari probiotik adalah sebagai pertahanan mukosa,
fungsi proteksi dan pertahanan imunitas saluran cerna seperti misalnya
lapisan epitel, lapisan mukus, peristaltik, dan deskuamasi epitel, serta
sekresi imunoglobulin A (IgA),”sangat berpengaruh terhadap perlekatan
kuman patogen dan juga untuk modulasi sistem imun lokal dan sistemik

10
2. Oralit

Gambar : Obat Oralit


Sumber : https://www.farmaku.com/product/oralit

Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan


timbulnya dehidrasi. Sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat
sebaik-nya diberi minuman Oralit.”Oralit yang menurut WHO mempunyai
komposisi campuran Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa dan
Natrium Bikarbonat atau Natrium Sitrat sekarang dijual dengan berbagai
merek dagang seperti Cymatrolit, Eltolit, Ottolyte, Kritallyte dan Aqualite
mengandung komposisi yang sama.

3. Zink

11
Gambar : Obat Zink
Sumber : https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/zinc-20-mg-10-tablet
Prinsip kerja terapi Zink yaitu pada dasarnya bekerja di dalam otak
dimana Zink mengikat protein. Zink merupakan suatu komponen dari beberapa
system”enzim yang berfungsi di dalam sintesa protein, transport
karbondioksida” ,serta memberikan efek positif terhadap penyembuhan diare
dan pertumbuhan anak. Zink sebagai salah satu senyawa esensial yang
mempunyai fungsi penting didalam tubuh manusia”Menurut Depkes RI tahun
2011,” di antarnya adalah sebagai kofaktor lebih dari 100 metaloenzim untuk
sintesis DNA, integritas seluler, berperan dalam metabolisme tulang dan hati

2.4 Penggolongan Obat Diare dan Antidiare


Berikut ini merupakan penggolongan obat diare yaitu sebagai berikut :

A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri


penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan
furazolidon.
1. Racecordil Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak
menyebabkan konstipasi. mempunyai indeks terapeutik yang
tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf
pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di
Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.

12
2. Loperamide Loperamide merupakan golongan opioid yang
bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna
dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat
diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek
konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah
kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi
terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi
3. Nifuroxazide Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki
efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella
dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas
aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran
pencernaan. Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare
yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis
spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak
maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite Dioctahedral smectite (DS), suatu
aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro
telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan
menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah
sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang
diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan
integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi
rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang
dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak
waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti
derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik
(atropine, ekstrak belladonna)

13
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya
asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth
dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada
permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun
(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya
berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka- lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin,
pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah
apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium

C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot


yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain
papaverin dan oksifenonium.

Berikut ini merupakan penggolongan obat Antidiare sebagai berikut :

1. Kemoterapeutika, untuk terapi kausal yakni memberantas bakteri


penyebab diare, cont: antibiotika, sulfonamida, dan senyawa kinolon
2. Obstipansia; untuk terapi simtomatis yang menghentikan diare dengan
beberapa cara yaitu:
a. zat-zat penekan perilstatik: akan memperlambat gerakan perilstatik
pada usus sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air
& elektrolit pada mukosa usus, cont: Loperamida (derivat petidin),
Atropin, Ekstrak Belladona
b. adstrigensia, akan menciutkan selaput lendir usus, cont: tanin, garam-
garam bismut, aluminium c.adsorbensia; akan menyerap zat-zat
beracun yang dihasilkan bakteri ataupun dari makanan (cont: karbo
adsorben), dan menutupi selaput lendir usus dan luka-luka dengan
suatu lapisan pelindung (cont; kaolin, pektin, garam bismut,
aluminium).
3. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
mengakibatkan nyeri perut pada diare

14
BAB III

PENUTUP
3.1Kesimpulan
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan
kematian pada bayi dan anak balita. Diare, membuang air besar sebanyak
tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan konsistensi cair. Pengobatan
diare untuk orang dewasa yaitu Pengobatan oralit, Terapi
Supportif/Simtomatik, sedangkan Pengobatan diare untuk anak-anak yaitu
Pemberian CRO, Penggunaan Zink, Terapi ondansentron, Penggunaan
Antipiretik, dan Penggunaan Antasida. Terdapat tiga obat obat diare yaitu :
obat probiotik, obat oralit, dan obat zink. Penggolongan obat diare dibagi
menjadi dua yaitu obat diare dan obat antidiare.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah yang penulis buat ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca, yang dimana dalam makalah ini penulis
menyajikan dengan runtut dan jelas materi tentang obat- obat diare. Yang
dimana dengan materi tersebut kami sebagai penulis berharap setelah para
pembaca membaca makalah ini, dapat menambah wawasan dan tertarik
untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai materi kimia medisinal tentang

15
oabt obat diare. Kami sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila penulis keliru dalam penulisan dalam pembuatan makalah ini. Dan
kami ucapkan selamat membaca dan semoga berkesan dengan isi
dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Cesario Ludiana, & Yuliana Ratna Wati. (2022). Gambaran Pengetahuan
tentang Penyakit Tuberkulosis Paru pada Keluarga Penderita di Puskesmas
X. Jurnal Riset Kedokteran, 107–116. https://doi.org/10.29313/jrk.vi.1511.

Adisasmito WB. (2016). Faktor risiko diare pada bayi dan balita di indonesia:
Systematic review penelitian akademik bidang kesehatan masyarakat.
Available from :
https://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/Ricky-faktor-resiko-
diare-padabayi-dan-balita.pdf

Adisasmito, W., (2007). Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia:
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat,
Makara Kesehatan, 11 (1) : 1-10

Cheng, A., (2011). Emergency department use of oral ondansetron for acute
gastroenteritisrelated vomiting in infants and children, Pediatri Child
Health, 16 (3) : 177-179

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.

16
DuPont HL (1997). Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American
Journal of Gastroenterology, Vol.92, No.11, November 1997.

Farhani.N.F, Suwendar & Yurniani. U. (2020). STUDI LITERATUR


RASIONALITAS PEROUNAAN OBAT BARE PADA PADEN
PEDIATRI. Jurnal ilmiah Vol 6, No 2, Prosiding Farmasi

Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D- Medika.

Gunawan, S., 2007, Peran Probiotik pada Diare Akut Anak, Ebers Papyrus, 13 (3)
: 113- 123

Hiswani, 2003 Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat yang
Kejadiannya Sangat Erat dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan,
http://library.usu.ac. id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf., diak- ses 15-11-
2012

Kemenkes RI.(2011). Buletin Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Kenenkes RI.

Nurhaedah, N., Pannyiwi, R., & Suprapto, S. (2022). Community Participation


with Diarrhea Incidence Rate. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
11(2), 403-409. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i2.799Vol 11 No 2
(2022).

Pratihno, i. (2020). Review jurnal penggunaan obat antidiare pada pasien anak.

Wibowo, dkk, (2002), Faktor Resiko Kejadian Diare Berdarah pada Balita di
Kabupaten Sleman, Tesis, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta

Wingate D, Phillips SP, Lewis SJ, et al .(2001). Guidelines for adults on self-
medication for the treatment of acute diarrhoea, Aliment Pharmacol Ther,
2001: 15;771-82. 13.

17

Anda mungkin juga menyukai