Anda di halaman 1dari 16

PROBLEM BASED LEARNING

IDENTIFIKASI PENYEBAB THYPUS DAN DIARE PADA WARGA DESA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sains Dasar BerkelanjutanDiampu


oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Disusun oleh: Kelompok 1/


Offering A
Adhelia Dwi Rachmawati 230341601398
Dewi Tatum Rona Qotrun Nada 230341604651
Lintang Salma Jivanti 230341609629
Reva Aulia Rahmadani 230341600791
Salma Aulia Putri 230341601384
Senja Dewi Farahita 230341604916

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM S1
PENDIDIKAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini,
terutama dosen pengajar Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd., Para Asisten Dosen,
dan Para Anggota kelompok. Makalah penugasan Problem Based Leraning mengenai
penyakit Thypus dan Diare ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains
Dasar Berkelanjutan.

Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis
juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan
lebih baik di kesempatan berikutnya.

Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar


sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi para pembaca maupun bagi penulis
sendiri.

Malang, 21 September 2023

Penulis

i
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II KERANGKA BERPIKIR .................................................................. 3
2.2 Informasi Empiris Fakta ..................................................................... 3
2.2 Kajian Pustaka .................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Demam Tifoid .......................................................... 3
2.2.2 Pengertian Diare ......................................................................... 4
2.3 Hasil Penelitian .................................................................................... 4
2.4 Kesenjangan Antara Harapan dan Kenyataan .................................. 5
2.5 Perumusan Hipotesis........................................................................... 5
2.6 Verifikasi Empiris ............................................................................... 6
2.6.1 Asumsi Penelitian ....................................................................... 6
2.6.2 Rancangan Penelitian ................................................................. 6
2.6.3 Populasi dan Sampel................................................................... 6
2.6.4 Instrumen Penelitian .................................................................. 6
2.6.5 Penetapan Metode Pengumpulan Data ...................................... 6
2.6.6 Pemilihan Cara Analisis Data .................................................... 6
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 7
HASIL DISKUSI............................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran masyarakat mengenai kebersihan makanan merupakan hal yang


perlu diperhatikan, karena makanan atau minuman yang mengandung bahan
tercemar bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau
foodborne illness, yaitu penyakit yang ditularkan melalui makanan.Penyakit
bawaan makanan oleh bakteri umumnyan akan menimbulkan gejala diare.
Penyakit bawaan makanan oleh bakteri dapat berupa intoksifikasi atau infeksi.
Intoksifikasi melalui makanan disebabkan oleh adanya toksin bakteri yang
terbentuk didalam makanan pada saat bakteri bermultiplikasi, sedangkan infeksi
melalui makanan disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui
makanan yang terkontaminasi dan tubuh memberikan reaksi terhadap bakteri
tersebut. Kedua hal ini akan menyebabkan penyakit pada saluran cerna. Bakteri
paling umum yang menyebabkan infeksi melalui makanan adalah Salmonella dan
E. coli.
Bakteri Salmonella menyebabkan penyakit demam tifoid atau yang dikenal
dengan penyakit tifus merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit saluran cerna, dan
beberapa kasus yang tergolong berat menyebabkan adanya gangguan kesadaran.
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri yang bernama bakteri Salmonella
typhi atau yang disingkat dengan bakteri S. typh. Bakteri ini merupakan genus
Salmonella yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang
tercemar.
Bakteri E.coli menyebabkab penyakit diare yang juga di sebabkan karena
makanan tercemar. Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Selain sebagai penyebab kematian, diare juga
menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian serta dapat
menimbulkan kejadian luar biasa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
timbulnya penyakit diare disebabkan oleh bakteri melalui kontaminasi makanan
dan minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita.
Selain itu, faktor yang paling dominan berkontribusi dalam penyakit diare adalah
air, higiene sanitasi makanan, jamban keluarga, dan air (Melvani et al., 2019).
Berdasarkan UU Makanan No.7 tahun 1996, keamanan makanan adalah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan Kesehatan manusia. Oleh sebab itu, pada penelitian ini
dimaksudkan untuk menilai penyebab keberadaan bakteri thypus dan diare yang
dialami oleh warga di salah satu desa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab masyarakat desa terjangkit penyakit thypus dan diare?
2. Bakteri apa yang menimbulkan penyakit thypus dan diare?
3. Bagaimana cara untuk menanggulangi kasus penyakit thypus dan diare yang
di alami oleh warga desa?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi kasus penyebab masyarakat desa terjangkit penyakit thypus
dan diare
2. Menganalisis bakteri yang menimbulkan penyakit thypus dan diare
3. Mengidentifikasi cara penanggulangan kasus penyakit thypus dan diare bagi
warga desa.

2
BAB II
KERANGKA BERPIKIR
2.1 Informasi Empiris Fakta

Saat kejadian terjadi, masyarakat melakukan aktivitas seperti biasa dalam


acara. Mereka bersuka cita dengan berbagai kegiatan salah satunya adalah saat acara
makan-makan dan makanan dihidangkan. Tidak ada yang terlihat aneh dari makanan
tersebut, masyarakat pun memakannya seperti biasa. Namun dalam jangka waktu yang
dekat, masyarakat mengalami diare yang berlebih sehingga membuat mereka harus
mendapatkan penangan medis. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menganggap adanya
zat atau senyawa yang tidak baik bagi kesehatan dalam makanan dan minuman yang
disajikan baik dari faktor lingkungan maupun kesehatan masyarakat itu sendiri
sehingga menimbulkan bibit penyakit.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Pengertian Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serovar typhi (S typhi). Salmonella enterica serovar
paratyphi A, B, dan C juga dapat menyebabkan infeksi yang disebut
demam paratifoid. Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke dalam
demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar 90% dari demam enterik
adalah demam tifoid (Linson, 2012).
Penyakit sistemik yang bersifat akut atau dapat disebut demam
tifoid, mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang bervariasi dari
ringan berupa demam, lemas serta batuk yang ringan sampai dengan
gejala berat seperti gangguan gastrointestinal sampai dengan gejala
komplikasi (Sucipta, 2015).
Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama
tifus di kalangan masyarakat adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonela typhi yang menyerang saluran pencernaan. Kuman
ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar,
baik saat memasak ataupun melalui tangan dan alat masak yang kurang
bersih. Selanjutnya, kuman itu diserap oleh usus halus yang masuk bersama
makanan, lantas menyebar ke semua organ tubuh, terutama hati dan limpa,
yang berakibat terjadinya pembengkakan dan nyeri. Setalah berada di dalam
usus, kuman tersebut terus menyebar ke dalam peredaran darah dan kelenjar
limfe, terutama usus halus. Dalam dinding usus inilah, kuman itu membuat
luka atau tukak berbentuk lonjong. Kuman Salmonela Typhi yang masuk
ke dalam tubuh juga mengeluarkan toksin (racun) yang dapat menimbulkan
gejala demam pada

3
anak. Itulah sebabnya, penyakit ini disebut juga demam tifoid atau tifus
(Fida & Maya, 2012).

2.2.2 Pengertian Diare


Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk,
konsistensi tinja melembek sampai cair, dan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Amaliah, 2008). Diare
menyerang anak pada tahuntahun pertama kehidupannya. Insi- densi diare
tertinggi pada anak di bawah usia dua tahun, dan akan menurun seiring
bertambahnya usia (Hakim et al., 2013).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau
dalam konsistensi cair dengan frekuensi yang meningkat, umumnya frekuensi
> 3 kali/ hari, atau dengan perkiraan volume tinja > 200gr/hari. Jenis – jenis
diare dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronis. diare akut 31
berlangsung selama kurang dari 2 minggu, sedangkan diare kronis
berlangsung lebih dari 2 minggu. Diare kronis yang diagnosis maupun
terapinya lebih rumit dari diare akut. Bahkan dilaporkan sekitar 20% diare
kronik tetap tidak dapat diketahui penyebabnya walaupun telah dilakukan
pemeriksaan intensif selama 2 – 6 tahun.
Diare pada demam tifoid yang berlangsung beberapa saat tanpa
penanggulangan medis adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik lanjut. Kehilangan
cairan menyebabkan haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan
bikarbonat akan menurunkan pH darah. Penurunan ini akan merangsang
pusat pernapasan, sehingga frekuensi napas lebih cepat dan lebih dalam
(Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam
karbonat agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis
metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standar juga rendah, pCO2
normal, dan base excess sangat negative (Amin, 2015).
2.3 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa faktor yang
memicu terjadinya peristiwa tersebut, yaitu faktor dari lingkungan tempat
diadakannya acara tersebut, faktor yang terkandung dalam bahan makanan tersebut
dan juga faktor dari diri setiap masyarakat itu sendiri. Salah satu faktor yang
ditemukan oleh peneliti dan telah dikonfirmasi oleh dokter adalah adanya indikasi
penyakit tyhpus yang merupakan penyakit akut dan disebabkan oleh bakteri
Salmonella tyhpus. Tyhpus sendiri dapat ditularkan melalui makanan atau

4
minuman yang terkontaminasi karena penanganan yang tidak bersih atau higienis.
Gejala yang timbul apabila terinfeksi tyhpus yaitu, tubuh akan mengalami demam
tinggi, sakit kepala, imun tubuh melemah, nyeri otot, kehilangan berat badan akibat
nafsu makan yang menurun, diare, dll. Jika tidak segera mendapat penanganan,
maka penyakit tersebut dapat bersifat akut yang kapan saja bisa muncul kembali
apabila imun tubuh sedang melemah.
2.4 Kesenjangan Antara Harapan dan Kenyataan
Masyarakat diharapkan peduli dengan kesehatan diri mereka sendiri dengan
selalu menjaga kebersihan diri mereka, lingkungan mereka dan masyarakat dapat
selalu waspada dalam pemilihan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi
sehingga dapat meminimalisir dampak penyakit yang bisa kapan saja menyerang
tubuh. Namun dalam kenyataannya, masyarakat seakan tidak peduli dengan semua
itu. Mereka tidak membatasi diri mereka dalam mengonsumsi makanan apa saja,
mereka tidak mempedulikan mana yang sekiranya baik bagi tubuh mereka dan
mana juga yang sekiranya dapat membahayakan tubuh mereka. Akibatnya timbul
masalah-masalah kesehatan sebagai dampak dari kebiasaan konsumsi makanan
yang bebas dan kurangnya kepedulian terhadap diri sendiri serta sekitarnya.
2.5 Perumusan Hipotesis
Penyebab diare dan tipes setelah mengonsumsi makanan bisa berasal dari
berbagai faktor dan mikroorganisme patogen. Salah satu penyebab umum diare
adalah kontaminasi makanan oleh bakteri patogen seperti Salmonella, Escherichia
coli (E. coli) yang patogen, dan Campylobacter.
Peneliti merumuskan hipotesis bahwa makanan yang terkontaminasi oleh
bakteri ini dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan setelah dikonsumsi.
Pada kasus yang dialami oleh para warga, kemungkinan pengolahan makanan yang
dimakan belum memenuhi standar kehigienisan. Bisa juga air yang digunakan
untuk memasak dan membuat minuman bukan air yang matang. Sehingga masih
banyak bakteri dan kuman yang hidup di dalamnya. Makanan yang tidak dimasak
dengan baik atau tidak dimasak sampai suhu yang aman mungkin masih
mengandung mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi setelah
dikonsumsi.
Jika makanan tidak disimpan atau ditangani dengan benar misalnya, suhu
penyimpanan yang tidak tepat atau penggunaan bahan baku yang tidak fresh dapat
mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada makanan yang akhirnya
dapat menyebabkan penyakit pencernaan setelah dikonsumsi. Ada juga yang
dinamakan Kontaminasi Silang, hipotesis ini berkaitan dengan kontaminasi silang
dari alat-alat makan, permukaan yang tidak bersih, atau kontak dengan

5
tangan yang tidak dicuci. Ini dapat menyebabkan transfer patogen ke makanan yang
seharusnya aman. Kemungkinan seseorang terserang penyakit, selain dari faktor
luar juga dipengaruhi oleh faktor internal. Orang dengan sistem kekebalan yang
lemah memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi bakteri, virus, atau parasit setelah
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
2.6 Verifikasi Empiris
2.6.1 Asumsi Penelitian
- Partisipan dalam penelitian akan memberikan informasi yang jujur dan
akurat selama pengumpulan data (wawancara atau kuesioner)
- Sumber kontaminasi dalam makanan dapat berasal dari bakteri, virus,
parasit, atau bahan kimia tertentu yang dapat menyebabkan penyakit
2.6.2 Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap, karena untuk
tempat penelitian dan situasi keadaan yang dialami itu sama.
2.6.3 Populasi dan Sampel
Populasi dan Sampel yang digunakan adalah masyarakat desa tersebut.
2.6.4 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu bisa menggunakan kuesioner
dan wawancara pada masyarakat
2.6.5 Penetapan Metode Pengumpulan Data
Dengan menggunakan tes terhadap para korban dan melakukan observasi
lingkungan.
2.6.6 Pemilihan Cara Analisis Data
1. Pengumpulan data
2. Menyeleksi data
3. Analisis data
4. Interpretasi data
5. Penyimpulan data

6
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa faktor yang
memicu terjadinya peristiwa tersebut, yaitu faktor dari lingkungan tempat
diadakannya acara tersebut, faktor yang terkandung dalam bahan makanan tersebut
dan juga faktor dari diri setiap masyarakat itu sendiri.
Masyarakat diharapkan peduli dengan kesehatan diri mereka sendiri dengan
selalu menjaga kebersihan diri mereka, lingkungan mereka dan masyarakat dapat selalu
waspada dalam pemilihan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi sehingga
dapat meminimalisir dampak penyakit yang bisa kapan saja menyerang tubuh.
Mereka tidak membatasi diri mereka dalam mengonsumsi makanan apa saja,
mereka tidak mempedulikan mana yang sekiranya baik bagi tubuh mereka dan mana
juga yang sekiranya dapat membahayakan tubuh mereka.
Makanan yang tidak dimasak dengan baik atau tidak dimasak sampai suhu yang
aman mungkin masih mengandung mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan
infeksi setelah dikonsumsi.
Jika makanan tidak disimpan atau ditangani dengan benar misalnya, suhu
penyimpanan yang tidak tepat atau penggunaan bahan baku yang tidak fresh dapat
mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada makanan yang akhirnya
dapat menyebabkan penyakit pencernaan setelah dikonsumsi.

7
HASIL DISKUSI

Pada suatu ketika di suatu Kecamatan terjadi peristiwa yang menghebohkan.


Seluruh masyarakat diundang di kantor Kecamatan diundang pada acara syukuran
atas kemenangan dalam Lomba Kebersihan Lingkungan.
Dalam acara tersebut diadakan acara makan bersama. Hidangan yang
disediakan ialah nasi kotak dengan lauk: soto ayam, telur, dadar jagung dan kerupuk;
sedangkan minuman yang disediakan ialah es campur. Seluruh masyarakat yang hadir
menikmati makanan dan minuman tersebut dengan suka cita. Akan tetapi keesokan
harinya sebagian besar masyarakat yang menikmati makanan dan minuman tersebut
terserang diare. Hasil diagnosis menyatakan bahwa mereka diduga menderita penyakit
Typhus.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Jelaskan langkah-langkah observasi yang harus dilakukan secara runut!
2. Pihak-pihak mana sajakah yang perlu diminta keterangan yang berkaitan
dengan peristiwa tersebut?
3. Data apa saja yang perlu dikumpulkan untuk menjelaskan terjadinya peristiwa
tersebut? Jelaskan!
4. Jelaskan kronologi kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut!

Jawaban hasil diskusi:


1. Langkah-langkah observasi yang harus dilakukan adalah dengan:
a. Mengambil sampel korban
Mewawancarai beberapa korban mengenai apa saja gejala-gejala yang
muncul dan berapa jarak waktu antara setelah korban mengonsumsi hidangan
di acara tersebut dengan gejala yang mulai dirasakan para korban setelah
mengonsumsi hidangan yang di sediakan panitia dan berapa banyak korban
yang merasakan gejala-gejala yang sama dan terjangkit penyakit Thypus.
b. Menganalisis kebersihan tempat
Setelah mengetahui mengenai gejala yang di rasakan oleh para korban,
peneliti melakukan observasi ke tempat dilaksanakan nya acara tersebut. Peneliti
melakukan analisis kebersihan tempat, seperti analisis jarak tempat hidangan
dengan tempat sampah, analisis genangan air disekitar area hidangan maupun di
area sekitar acara berlangsung karena genangan air tersebut dapat menimbulkan
munculnya mikroorganisme maupun lalat yang dapat mengontaminasi makanan.
Apabila area hidangan kurang terpantau

8
kebersihannya, hal tesebut memungkin adanya bakteri Salmonella thypi yang
berkembang di dalam makanan tersebut. Bakteri ini dapat hidup dialam bebas
dan dapat bertahan lama baik pada air, tanah maupun bahan makanan, pada
feses bakteri Salmonella typhi dapat bertahan hidup hingga 1-2 bulan.

c. Hasil pemeriksaan sampel fases


Melakukan analisis data dari laboratorium mengenai pemeriksaan
sampel fases korban. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium
mengidentifikasi adanya bakteri Salmonella thypi, maka dapat dinyatakan
bahwa korban mengalami gejala diare dan terjangkit penyakit thypus
disebabkan oleh makanan, minuman, ataupun air yang terkontaminasi.

d. Menganalisis pembuatan Es Campur


 Jarak tempat mengambil air sumur dan septic tank rumah tangga
Jarak 10 meter antara tangki septic (septic tank) dan sumur yang
fungsi nya agar air sumur tidak terkontaminasi dengan air tangki septic oleh
bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan..
Hanya, dalam kenyataannya jarak 10 meter, terutama pada rumah-
rumah padat penduduk atau perumahan type RSS, jarak sejauh itu sangat
sulit diperoleh. Bisa saja terjadi antara sumur dan tangki septic di suatu
rumah berjarak 10 meter, tetapi dengan tangki septic tetangga sebelah
jaraknya kurang dari 10 meter. Hal tersebut memungkinkan muncul nya
bakteri E-coli patogen (bersifat anaerob) yang biasanya mempunyai usia
harapan hidup selama tiga hari. Sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah
berkisar 3 meter per hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam tanah di pulau
jawa 3 meter/hari), sehingga jarak ideal antara tangki septic dengan sumur
sejauh 3 meter per hari x 3 hari = 9 meter.
Alasan dibuat jarak 10 meter karena dari hasil perhitungan, jarak
tempuh bakteri selama 3 hari hanya 9 meter. Adapun angka 10 meter
setelah ditambah satu meter sebagai jarak pengaman.
Jadi, apabila jarak antara sumur tempat mengambil air dengan septic
tank kurang dari 10 meter, maka kemungkinan terbesar air tersebut
terkontaminasi bakteri dari septic tank.
 Proses pemasakan air
Kondisi air juga dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
dalam kontaminasi E.coli. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan
air minum atau menggunakan air bersih yang telah dimasak (Kepmenkes
RI, 2003).
Escheria coli ini dapat menyebabkan penyakit diare pada manusia,
penyebab umumnya adalah disebabkan oleh makanan atau minuman yang
tidak terjaga kebersihannya, salah satunya akibat jarak sumur dengan

9
septic tank. Kebersihan diri manusia juga perlu diperhatikan, seperti
kebersihan pada kuku jari tangan.
Apabila air atau makanan yang telah terkontaminasi bakteri
Salmonella thypi dan E.coli tidak di masak dengan baik, maka bakteri
tersebut masih aktif dalam makanan atau minuman dan masuk kedalam
pencernaan manusia yang dapat menyebabkan diare hingga terjangkit
penyakit thypus.
Salah satu cara memasak air dengan benar yaitu air dimasak atau di
didihkan terlebih dahulu sampai 100 derajat celsius. Air harus dimasak
sampai 100 derajat celsius selama 5-10 menit baru dimatikan
(menyesuaikan seberapa banyak air yang dimasak). Dengan cara ini
kuman akan benar-benar mati.

e. Menganalisis pembuatan hidangan makanan


 Menganalisis pembuatan kuah soto
Soto merupakan hidangan yang berkuah. Tentu saja cara mendidihkan
kuah soto sama hal nya dengan memasak air yang di gunakan dalam
pembuatan es campur. Apabila tidak di didihkan sesuai dengan ketentuan
atau hingga tidak mendidih, maka dapat dikatakan bahwa kuah tetsebut
tidak matang. Hal tersebut menyebabkan bakteri yang ada pada makanan
tersebut masih aktif, hal ini juga dapat menyebabkan diare.
 Menganalisis ayam sebagai kondimen dalam soto
Ayam yang baik di konsumsi oleh manusia adalah ayam yang dapat
dikatakan fresh, dapat dilihat dari cara menyembelih nya dan bagaimana
cara penyimpanan nya. Apabila yang digunakan adalah ayam tiren (mati
kemaren), maka banyak kemungkinan bahwa ayam tersebut mengandung
banyak bakteri.
Ayam tiren sangat berbahaya apabila di konsumsi dan masuk kedalam
pemcernaan manusia, karena kita tidak mengetahui pasti apa penyebab
ayam tersebut mati, bisa jadi karena keracunan dan apabila di konsumsi, zat
yang ada dalam racun tersebut masih aktif masuk kedalam pencernaan
manusia. Dan kemungkinan lainnya adalah ayam tersebut mati karena
terjangkit penyakit/virus ungags, tentu saja bakteri yang ada dalam ayam
tersebut masih aktif walaupun makhluk hidup nya sudah mati.

f. Menganalisis kebersihan dapur


kebersihan dapur juga penting di perhatikan, penyebab adanya bakteri
tersebut karena kurang nya kebersihan dari tempat maupun pribadi kita sendiri.
Apabila tempat pengadaaan acara dapat dikatakan bersih dan aman dari
organisme yang dapat mengontaminasi makanan, maka yang perlu kita

10
observasi adalah kebersihan dapur maupun kebersihan kepribadian dari
tempat catering hidangan tersebut.

2. Pihak-pihak yang perlu diminta keterangan yang berkaitan dengan peristiwa


tersebut adalah: Pihak korban, pihak panitia, pihak catering, dan pihak rumah
sakit.

3. Data yang perlu di kumpulkan untuk menjelaskan terjadinya peristiwa


tersebut, yaitu:
 Data kondisi korban:
jumlah korban yang fases nya mengandung bakteri Salmonella thypi dan
E.coli
 Data masakan:
-kondisi kematangan air yang digunakan untuk memasak kuah soto
-ayam yang digunakan sebagai kondimen soto apakah ayam fresh atau
ayam tiren
-kebersihan dapur dan pihak yang memasak hidangan apakah sudah sesuai
atau layak di anggap bersih
-pengelolaan masakan apakah sudah mengikuti standard makanan yang
baik dan boleh di konsumsi manusia.
 Data minuman:
-jarak antara pengambilan air di sumur dengan septic tank harus sesuai
-kondisi kematangan air yang akan di campur dengan sirup maupun es
batu yang di gunakan dalam pembuatan es campur harus sesuai standar
air minum, apakah air tersebut di masak hingga mendidih atau hanya
sampai suhu hangat saja.
 Data kebersihan tempat acara:
-memastikan jarak antara tempat hidangan dengan tempat sampah
-memastikan jauh dari genangan air
-memastikan meja dan peralatan makan bisa dikatakan bersih atau tidak.
 Data validasi pihak catering:
-memastikan keamanan dan kebersihan bahan masakan yang di kelola
-memastikan seluruh pihak catering yang terkait memiliki Kesehatan
yang cukup dan tidak menyebarkan bakteri atau virus
-kondisi kebersihan dapur dan area sekitar masakan

4. Kronologi yang memungkinkan terjadinya peristiwa:


a. Kemungkinan kesalahan dari pihak catering:
 Panitia memesan catering makanan serta minuman sebagai hidangan di
acara Desa.

11
 Pihak catering menerima pemesanan dalam jumlah yang lumayanbanyak,
karena tidak ingin rugimemungkin kan terjadinya pemberian sedikit
pemotongan harga (diskon) kepada pihak panitia. Sebab tidak ingin rugi,
sehingga pihak catering ‘mungkin’ kurang memerhatikan keamanan dari
bahan masakan yang dibeli dari pasar
 Bahan-bahan masakan yang dibeli, misal nya ayam yang kurang fresh atau
ayam tiren yang tidak terjaga kebersihannya, jagung yang kurang fresh atau
hasil sortiran, telur ayam imitasi atau hasil suntikan, dan sirup untuk es
campur yang mungkin dibeli dengan harga murah tentunya berpengaruh
juga terhadap kualitasnya.
 Air yang digunakan untuk memasak olahan makanan dan minuman yang
seharusnya menggunakan air isi ulang, diganti menggunakan air sumur.
Apabila bahan- bahan yang di beli berkualitas semuanya, maka yang harus
di perhatikan adalah dari cara pengelolaan nya, kemungkinan yang terjadi
adalah:
 Memasak kuah soto tidak sampai mendidih, dan ayam yang sudah dibeli
tidak dicuci Kembali
 Pembuatan es campur menggunakan air mentah atau tidak mendidih
hingga matang, hal tersebut dijadikan hal yang normal bagi pihak catering
 Kebersihan di dapur tidak di pantau, jadi memengaruhi atau
mengontaminasi makanan yang sudah matang dan siap di antar
 Kebersihan dari orang yang memasak maupun tim catering yang
mengantarkan makanan tersebut tidak di perhatikan, misalnya mencicipi
makanan dengan menggunakan jari, padahal jika di perhatikan kuku
tersebut kotor dan mengenai masakan
 Pihak catering tidak memerhatikan keamanan pengantaran, misalnya tidak
di tutup dengan rapat dan aman yang memungkin di tengah perjalanan
terkontaminasi bakteri dan memungkinkan ketika ada sesorang yang
ngobrol kemudian air liurnya sedikit mengenai kearah makanan atau
hidangan yang lain. Atau kemungkinan lainnya panitia tidak menyadari
adanya serangga yang hinggap pada makanan tersebut.

b. Kemungkinan kesalahan dari pihak panitia:


 Persiapan mengenai sarana dan prasarana yang di sediakan dan di tempat
kan oleh panitia tidak memperhatikan segi keamanan bagi hidangan yang
akan disajikan
 Panitia hanya memperhatikan lokasi acara tanpa memperhatikan area
sekitarnya, misal nya meja tempat menyajikan hidangan dekat dengan
tong sampah, yang memungkinkan adanya lalat yang membawa bakteri
hinggap pada hidangan tersebut.

12
 Panitia tidak menyediakan tempat mencuci tangan yang memerhatikan
jarakanya dengan meja hidangan, agar tidak ada air tergenang yang
menyebabkan banyak serangga yang dapat hinggap pada hidangan
 Akibat tidak adanya tempat cuci tangan, mungkin sebagian tamu desa
mencicipi makanan nya dengan menggunakan tangan, yang memungkin
tangan tersebut tidak bersih dan dapat menyebarkan bakteri ke dalam
pencernaan nya.
 Selanjutnya, setelah adanya peristiwa kurangnya pengawasan dari pihak
catering ataupun pihak panitia, selang beberapa jam atau di kemudian hari
nya, beberapa warga mulai meraskan gejala diare, muntah-muntah, pusing,
dan nyeri perut.
 Setelah merasakan gejala tersebut, beberapa orang pergi ke rumah sakit
untuk memeriksakan nya
 Karena terdapat lebih dari satu orang yang mengalami gejala tersebut, dan
ketika mendapat pertanyaan dari dokter makanan apa yang terakhir di
konsumsi, para warga tersebut memberikan pernyataan setelah memakan
hidangan dari acara tasyakuran desa
 Dokter pun bertindak untuk mengecek sampel fases dari beberapa orang,
dan hasilnya terdapat bakteri Salmonella dan E.coli
 Tindakan selanjutnya para warga mendapat arahan mengenai pentingnya
kebersihan diri dan lingkungan sekitar dan tentunya mendapat penanganan
seperti obat untuk diare dan mendapatkan penanganan khusus bagi warga
yang terserang penyakit thypus.
 Selanjutnya, dokter memberi surat untuk diberikan kepada panitia yang
melampirkan data beberapa warga yang terjangkit gejala dan sakit yang
sama, agar pihak panitia bisa mengevaluasi kembali
 Apabila pihak panitia sudah merasa sarana dan prasarana yang diberikan
telah mematuhi prosedur keamanan dari segi kesehatan dan kebersihan,
maka surat tersebut dan di sampaikan kepada pihak catering agar dapat
mengevaluasi kembali bagaimana prosedur kesehatan dan keamanan
untuk sajian hidangan.

13

Anda mungkin juga menyukai