i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini,
terutama dosen pengajar Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd., Para Asisten Dosen,
dan Para Anggota kelompok. Makalah penugasan Problem Based Leraning mengenai
penyakit Thypus dan Diare ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains
Dasar Berkelanjutan.
Penulis
i
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II KERANGKA BERPIKIR .................................................................. 3
2.2 Informasi Empiris Fakta ..................................................................... 3
2.2 Kajian Pustaka .................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Demam Tifoid .......................................................... 3
2.2.2 Pengertian Diare ......................................................................... 4
2.3 Hasil Penelitian .................................................................................... 4
2.4 Kesenjangan Antara Harapan dan Kenyataan .................................. 5
2.5 Perumusan Hipotesis........................................................................... 5
2.6 Verifikasi Empiris ............................................................................... 6
2.6.1 Asumsi Penelitian ....................................................................... 6
2.6.2 Rancangan Penelitian ................................................................. 6
2.6.3 Populasi dan Sampel................................................................... 6
2.6.4 Instrumen Penelitian .................................................................. 6
2.6.5 Penetapan Metode Pengumpulan Data ...................................... 6
2.6.6 Pemilihan Cara Analisis Data .................................................... 6
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 7
HASIL DISKUSI............................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab masyarakat desa terjangkit penyakit thypus dan diare?
2. Bakteri apa yang menimbulkan penyakit thypus dan diare?
3. Bagaimana cara untuk menanggulangi kasus penyakit thypus dan diare yang
di alami oleh warga desa?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi kasus penyebab masyarakat desa terjangkit penyakit thypus
dan diare
2. Menganalisis bakteri yang menimbulkan penyakit thypus dan diare
3. Mengidentifikasi cara penanggulangan kasus penyakit thypus dan diare bagi
warga desa.
2
BAB II
KERANGKA BERPIKIR
2.1 Informasi Empiris Fakta
3
anak. Itulah sebabnya, penyakit ini disebut juga demam tifoid atau tifus
(Fida & Maya, 2012).
4
minuman yang terkontaminasi karena penanganan yang tidak bersih atau higienis.
Gejala yang timbul apabila terinfeksi tyhpus yaitu, tubuh akan mengalami demam
tinggi, sakit kepala, imun tubuh melemah, nyeri otot, kehilangan berat badan akibat
nafsu makan yang menurun, diare, dll. Jika tidak segera mendapat penanganan,
maka penyakit tersebut dapat bersifat akut yang kapan saja bisa muncul kembali
apabila imun tubuh sedang melemah.
2.4 Kesenjangan Antara Harapan dan Kenyataan
Masyarakat diharapkan peduli dengan kesehatan diri mereka sendiri dengan
selalu menjaga kebersihan diri mereka, lingkungan mereka dan masyarakat dapat
selalu waspada dalam pemilihan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi
sehingga dapat meminimalisir dampak penyakit yang bisa kapan saja menyerang
tubuh. Namun dalam kenyataannya, masyarakat seakan tidak peduli dengan semua
itu. Mereka tidak membatasi diri mereka dalam mengonsumsi makanan apa saja,
mereka tidak mempedulikan mana yang sekiranya baik bagi tubuh mereka dan
mana juga yang sekiranya dapat membahayakan tubuh mereka. Akibatnya timbul
masalah-masalah kesehatan sebagai dampak dari kebiasaan konsumsi makanan
yang bebas dan kurangnya kepedulian terhadap diri sendiri serta sekitarnya.
2.5 Perumusan Hipotesis
Penyebab diare dan tipes setelah mengonsumsi makanan bisa berasal dari
berbagai faktor dan mikroorganisme patogen. Salah satu penyebab umum diare
adalah kontaminasi makanan oleh bakteri patogen seperti Salmonella, Escherichia
coli (E. coli) yang patogen, dan Campylobacter.
Peneliti merumuskan hipotesis bahwa makanan yang terkontaminasi oleh
bakteri ini dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan setelah dikonsumsi.
Pada kasus yang dialami oleh para warga, kemungkinan pengolahan makanan yang
dimakan belum memenuhi standar kehigienisan. Bisa juga air yang digunakan
untuk memasak dan membuat minuman bukan air yang matang. Sehingga masih
banyak bakteri dan kuman yang hidup di dalamnya. Makanan yang tidak dimasak
dengan baik atau tidak dimasak sampai suhu yang aman mungkin masih
mengandung mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi setelah
dikonsumsi.
Jika makanan tidak disimpan atau ditangani dengan benar misalnya, suhu
penyimpanan yang tidak tepat atau penggunaan bahan baku yang tidak fresh dapat
mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada makanan yang akhirnya
dapat menyebabkan penyakit pencernaan setelah dikonsumsi. Ada juga yang
dinamakan Kontaminasi Silang, hipotesis ini berkaitan dengan kontaminasi silang
dari alat-alat makan, permukaan yang tidak bersih, atau kontak dengan
5
tangan yang tidak dicuci. Ini dapat menyebabkan transfer patogen ke makanan yang
seharusnya aman. Kemungkinan seseorang terserang penyakit, selain dari faktor
luar juga dipengaruhi oleh faktor internal. Orang dengan sistem kekebalan yang
lemah memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi bakteri, virus, atau parasit setelah
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
2.6 Verifikasi Empiris
2.6.1 Asumsi Penelitian
- Partisipan dalam penelitian akan memberikan informasi yang jujur dan
akurat selama pengumpulan data (wawancara atau kuesioner)
- Sumber kontaminasi dalam makanan dapat berasal dari bakteri, virus,
parasit, atau bahan kimia tertentu yang dapat menyebabkan penyakit
2.6.2 Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap, karena untuk
tempat penelitian dan situasi keadaan yang dialami itu sama.
2.6.3 Populasi dan Sampel
Populasi dan Sampel yang digunakan adalah masyarakat desa tersebut.
2.6.4 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu bisa menggunakan kuesioner
dan wawancara pada masyarakat
2.6.5 Penetapan Metode Pengumpulan Data
Dengan menggunakan tes terhadap para korban dan melakukan observasi
lingkungan.
2.6.6 Pemilihan Cara Analisis Data
1. Pengumpulan data
2. Menyeleksi data
3. Analisis data
4. Interpretasi data
5. Penyimpulan data
6
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa faktor yang
memicu terjadinya peristiwa tersebut, yaitu faktor dari lingkungan tempat
diadakannya acara tersebut, faktor yang terkandung dalam bahan makanan tersebut
dan juga faktor dari diri setiap masyarakat itu sendiri.
Masyarakat diharapkan peduli dengan kesehatan diri mereka sendiri dengan
selalu menjaga kebersihan diri mereka, lingkungan mereka dan masyarakat dapat selalu
waspada dalam pemilihan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi sehingga
dapat meminimalisir dampak penyakit yang bisa kapan saja menyerang tubuh.
Mereka tidak membatasi diri mereka dalam mengonsumsi makanan apa saja,
mereka tidak mempedulikan mana yang sekiranya baik bagi tubuh mereka dan mana
juga yang sekiranya dapat membahayakan tubuh mereka.
Makanan yang tidak dimasak dengan baik atau tidak dimasak sampai suhu yang
aman mungkin masih mengandung mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan
infeksi setelah dikonsumsi.
Jika makanan tidak disimpan atau ditangani dengan benar misalnya, suhu
penyimpanan yang tidak tepat atau penggunaan bahan baku yang tidak fresh dapat
mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada makanan yang akhirnya
dapat menyebabkan penyakit pencernaan setelah dikonsumsi.
7
HASIL DISKUSI
8
kebersihannya, hal tesebut memungkin adanya bakteri Salmonella thypi yang
berkembang di dalam makanan tersebut. Bakteri ini dapat hidup dialam bebas
dan dapat bertahan lama baik pada air, tanah maupun bahan makanan, pada
feses bakteri Salmonella typhi dapat bertahan hidup hingga 1-2 bulan.
9
septic tank. Kebersihan diri manusia juga perlu diperhatikan, seperti
kebersihan pada kuku jari tangan.
Apabila air atau makanan yang telah terkontaminasi bakteri
Salmonella thypi dan E.coli tidak di masak dengan baik, maka bakteri
tersebut masih aktif dalam makanan atau minuman dan masuk kedalam
pencernaan manusia yang dapat menyebabkan diare hingga terjangkit
penyakit thypus.
Salah satu cara memasak air dengan benar yaitu air dimasak atau di
didihkan terlebih dahulu sampai 100 derajat celsius. Air harus dimasak
sampai 100 derajat celsius selama 5-10 menit baru dimatikan
(menyesuaikan seberapa banyak air yang dimasak). Dengan cara ini
kuman akan benar-benar mati.
10
observasi adalah kebersihan dapur maupun kebersihan kepribadian dari
tempat catering hidangan tersebut.
11
Pihak catering menerima pemesanan dalam jumlah yang lumayanbanyak,
karena tidak ingin rugimemungkin kan terjadinya pemberian sedikit
pemotongan harga (diskon) kepada pihak panitia. Sebab tidak ingin rugi,
sehingga pihak catering ‘mungkin’ kurang memerhatikan keamanan dari
bahan masakan yang dibeli dari pasar
Bahan-bahan masakan yang dibeli, misal nya ayam yang kurang fresh atau
ayam tiren yang tidak terjaga kebersihannya, jagung yang kurang fresh atau
hasil sortiran, telur ayam imitasi atau hasil suntikan, dan sirup untuk es
campur yang mungkin dibeli dengan harga murah tentunya berpengaruh
juga terhadap kualitasnya.
Air yang digunakan untuk memasak olahan makanan dan minuman yang
seharusnya menggunakan air isi ulang, diganti menggunakan air sumur.
Apabila bahan- bahan yang di beli berkualitas semuanya, maka yang harus
di perhatikan adalah dari cara pengelolaan nya, kemungkinan yang terjadi
adalah:
Memasak kuah soto tidak sampai mendidih, dan ayam yang sudah dibeli
tidak dicuci Kembali
Pembuatan es campur menggunakan air mentah atau tidak mendidih
hingga matang, hal tersebut dijadikan hal yang normal bagi pihak catering
Kebersihan di dapur tidak di pantau, jadi memengaruhi atau
mengontaminasi makanan yang sudah matang dan siap di antar
Kebersihan dari orang yang memasak maupun tim catering yang
mengantarkan makanan tersebut tidak di perhatikan, misalnya mencicipi
makanan dengan menggunakan jari, padahal jika di perhatikan kuku
tersebut kotor dan mengenai masakan
Pihak catering tidak memerhatikan keamanan pengantaran, misalnya tidak
di tutup dengan rapat dan aman yang memungkin di tengah perjalanan
terkontaminasi bakteri dan memungkinkan ketika ada sesorang yang
ngobrol kemudian air liurnya sedikit mengenai kearah makanan atau
hidangan yang lain. Atau kemungkinan lainnya panitia tidak menyadari
adanya serangga yang hinggap pada makanan tersebut.
12
Panitia tidak menyediakan tempat mencuci tangan yang memerhatikan
jarakanya dengan meja hidangan, agar tidak ada air tergenang yang
menyebabkan banyak serangga yang dapat hinggap pada hidangan
Akibat tidak adanya tempat cuci tangan, mungkin sebagian tamu desa
mencicipi makanan nya dengan menggunakan tangan, yang memungkin
tangan tersebut tidak bersih dan dapat menyebarkan bakteri ke dalam
pencernaan nya.
Selanjutnya, setelah adanya peristiwa kurangnya pengawasan dari pihak
catering ataupun pihak panitia, selang beberapa jam atau di kemudian hari
nya, beberapa warga mulai meraskan gejala diare, muntah-muntah, pusing,
dan nyeri perut.
Setelah merasakan gejala tersebut, beberapa orang pergi ke rumah sakit
untuk memeriksakan nya
Karena terdapat lebih dari satu orang yang mengalami gejala tersebut, dan
ketika mendapat pertanyaan dari dokter makanan apa yang terakhir di
konsumsi, para warga tersebut memberikan pernyataan setelah memakan
hidangan dari acara tasyakuran desa
Dokter pun bertindak untuk mengecek sampel fases dari beberapa orang,
dan hasilnya terdapat bakteri Salmonella dan E.coli
Tindakan selanjutnya para warga mendapat arahan mengenai pentingnya
kebersihan diri dan lingkungan sekitar dan tentunya mendapat penanganan
seperti obat untuk diare dan mendapatkan penanganan khusus bagi warga
yang terserang penyakit thypus.
Selanjutnya, dokter memberi surat untuk diberikan kepada panitia yang
melampirkan data beberapa warga yang terjangkit gejala dan sakit yang
sama, agar pihak panitia bisa mengevaluasi kembali
Apabila pihak panitia sudah merasa sarana dan prasarana yang diberikan
telah mematuhi prosedur keamanan dari segi kesehatan dan kebersihan,
maka surat tersebut dan di sampaikan kepada pihak catering agar dapat
mengevaluasi kembali bagaimana prosedur kesehatan dan keamanan
untuk sajian hidangan.
13