THYPUS ABDOMINALIS
Dosen Pengampu: Ns.Febriana, M.Kep.,Sp.MB
Di Susun Oleh:
Argita Agneswara (2211101003)
Inka Dwi Agustin (2211101011)
Nabilla Syahyudin (2211101019)
Septi Wulandari (2211101027)
Assalamualiakum wr.wb
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Walaikumsalam wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
• Mengetahui definisi dari Thypus Abdominalis
• Mengetahui etiologi definisi dari Thypus Abdominalis
• Mengetahui etiologi dari Thypus Abdominalis
• Mengetahui manifestasi klinis dari Thypus Abdominalis
• Mengetahui patofisiologi dan pathway dari Thypus Abdominalis
• Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Thypus Abdominalis
• Mengetahui penatalaksana dari Thypus Abdominalis
• Mengetahui komplikasi dari Thypus Abdominalis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3. Manifestasi Klinis Thypus Abdominalis
Manifestasi klinis Thypus Abdominalis yang disebabkan oleh S. Paratyphi lebih ringan dari pada
Salmonella Typhi. Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-14
hari. Masa awal penyakit, tanda dan gejala penyakit berupa anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian
depan, nyeri otot, lidah kotor (putih ditengah dan tepi lidah kemerahan, kadang disertai tremor lidah),
nyeri perut sehingga dapat tidak terdiagnosis karena gejala mirip dengan penyakit lainnya.
Gambaran klinis Thypus Abdominalis terbagi atas 4 fase yaitu:
1. Minggu pertama (awal terinfeksi), setelah masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit berupa thypus
tinggi berkisar 39°C hingga 40°C, sakit kepala dan pusing, pegal pada otot, mual, muntah, batuk,
nadi meningkat, denyut lemah, perut kembung (distensi abdomen). dapat terjadi diare atau
konstipasi, lidah kotor, epistaksis. Pada akhir minggu pertama lebih sering terjadi diare, namun
demikian biasanya diare lebih sering terjadi pada anak- anak sedangkan konstipasi lebih sering
terjadi pada orang dewasa. Bercak-bercak merah yang berupa makulapapula disebut roseolae
karena adanya trombus emboli basil pada kulit terjadi pada hari ke 7 dan berlangsung 3-5 hari dan
kemudian menghilang. Penderita Abdominalis di Indonesia jarang menunjukkan adanya roseolae
dan umumnya dapat terlihat dengan jelas pada berkulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran
2-4 mm, berkelompok, timbul pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan
memucat bila ditekan.
2. Minggu kedua, suhu badan tetap tinggi, bradikardi relatif, terjadi gangguan pendengaran, lidah
tampak kering dan merah mengkilat. Diare lebih sering, perhatikan adanya darah di feses karena
perforasi usus, terdapat hepatomegali dan splenomegali.
3. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Jika keadaan semakin memburuk, dengan
terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi
dan inkontinensia urin, perdarahan dari usus. meteorismus, timpani dan nyeri abdomen. Jika denyut
nadi meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, pertanda terjadinya perforasi usus.
Sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar bernafas dan nadi menurun menunjukkan terjadinya
perdarahan. Degenerasi miokard merupakan penyebab umum kematian penderita Thypus
Abdominalis pada minggu ketiga.
4
4. Minggu keempat, merupakan stadium penyembuhan, pada awal minggu keempat dapat dijumpai
adanya pneumonia lobaris atau tromboflebitis vena femoralis (Suratun, 2010)
5
Pathway
6
2.5. Pemeriksaan Diagnostik Thypus Abdominalis
1. Pemeriksaan darah tepi
a. Eritrosit: Kemungkinan terdapat anemia karena terjadi gangguan absorpsife di usus halus karena
adanya inflamasi, hambatan pembentukan critrosit dalam sumsum tulang atau adanya perforasi
usus.
b. Leukopenia polimorfonuklear (PMN) dengan jumlah lekosit antara 3000- 4000/mm', dan jarang
terjadi kadar lekosit <3000/mm. Leukopenia terjadi sebagai akibat penghancuran lekosit oleh
endotoksin dan hilangnya eosinofil dari darah tepi (eosinofilia). Namun dapat juga terjadi
lekositosis, limfositosis relatif pada hari ke sepuluh thypus, dan peningkatan laju endap darah.
c. Trombositopenia, biasanya terjadi pada minggu pertama (defresi fungsi sumsum tulang dan
limpa)
2. Pemeriksaan urin, didapatkan proteinuria ringan (<2 gr/liter) dan lekosit dalam urine).
3. Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena terjadi perdarahan usus dan
perforasi. Biakan tinja untuk menemukan salmonella dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta
biakan urin pada minggu ketiga dan keempat
4. Pemeriksaan bakteriologis, diagnosis pasti bila dijumpai kuman Salmonella pada biakan darah tinja,
urine, cairan empedu atau sumsum tulang
5. Pemeriksaan serologis yakni pemeriksaan widal. Test widal merupakan reaksi aglutinasi antara
antigen dan antibody (aglutinin). Selain itu test widal (O dan H aglutinin) mulai positif pada hari
kesepuluh dan titer akan semakin meningkat sampai berakhimya penyakit.
6. Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat Thypus Abdominalis (Suratun, 2010)
7
Di Indonesia Klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan
Typus Abdominalis. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg perharidapat diberikan peroral
atau intervena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas thypus.
• Tiampenikol
Dosis dan efektivitas Tiampenikol pada Thypus Abdominalis hampir sama dengan
Klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia aplastik lebih rendah dari
Klorampenikol. Dosis 4 x 500 mg diberikan sampai hari ke 5 dan ke 6 bebas thypus.
• Kotrimoksazol
Dosis untuk orang dewasa 2 x 2 tablet dan diberikan selama 2 minggu
• Ampicilin dan Amoksisilin
Kemampuan obat ini untuk menurunkan Thypus lebih rendah dibandingkan dengan
Klorampenikol, dosis diberikan 50-150 mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.
• Seflosporin generasi ke tiga
Hingga saat ini golongan Safelosforin generasi ke tiga yang terbukti efektif untuk
Thypus Abdominalis adalah Sefalosforin, dosis yang dianjurkan adalah 3-4 gram dalam
dektrose 100cc diberikan selama jam perinfus sekali sehari selama 3 hingga 5 hari.
(Wijaya, 2013)
b. Non medis
1. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah
haring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makanan, minuman, mandi, buang air
kecil dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur. pakaian, dan perlengkapan yang dipakai.
Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta hygiene
perorangan tetap, perlu diperhatikan dan dijaga.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit Thypus
Abdominalis, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Dimasa lampau penderita
Thypus Abdominalis diberi bubur sering, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan
akhirnya diberi nasi, yang perubahan dict disebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien.
8
Pemberian bubur sering tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran
cerna atau perporasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat bahwa usus harus dini yaitu nasi
dengan lauk pauk rendan selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan
dengan aman pada penderita Thypus Abdominalis.
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
THYPUS ABDOMINALIS
3.1. Pengkajian
a. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.registrasi,
status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
b. Keluhan Utama
Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung. nafsu makan menurun,
panas, dan demam.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Typhoid adalah demam. anoreksia, mual, diare,
perasaan tidak enak di perut, pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),
gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dan dirawat dengan yang sama, atau
apakah menderita penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pemah menderita yang sama atau sakit yang
lainnya.
f. Pola fungsi kesehatan
• Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mual, muntah selama sakit, lidah kotor, dan
terasa pahit waktu makan sehingga dapat memepengaruhi status nutrisi berubah karena
terjadi gangguan pada usus halus.
• Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada
perutnya, mual, muntah, kadang diare. Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan
suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
• Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
10
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.
• Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan
mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
• Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas yang
meninggi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.
• Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan memengaruhi pengetahuan dan
kemampuan dalam merawat diri.
• Pola persepsi dan konsep diri
Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
• Pola penanggulangan stress
Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
g. Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk
mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
• Tanda-tanda vital dan keadaan umum
TD. Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien/kondisi pasien. Disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya
penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah,
panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
• Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
• Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
11
• Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
• Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan
tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
• Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
• Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa
mengalami penurunan (kurang dari normal). N½ -1 cc/kg BB/jam.
• Sistem muskuloskeletal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
• Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.
• Sistem persyarafan
Apakah kesadam itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit
thypoid
12
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meradakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Kolaborasi pemberian analgatik jika perlu
Hipertemia Peningkatan suhu tubuh (hipe rtermia) b.d proses infeksi sal monella typhi
• Identifikasi penyebab hipertermia (mis,dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
inukubator)
• Monitor suhu tubuh
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakian
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebihan)
• Lakukan pendingin eksternal (mis, selimut hipotermia atau kompres dingin dahi, dada, abdomen,
aksila)
• Berikan oksigen, jika perlu
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
13
3.4 Implementasi keperawatan
Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dari fasilitas yang dimiliki.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, tetapi evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan
apakah realistik dapat dicapai dan efektif.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi, yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala thypus lebih dari 7 hari,
gangguan kesadaran dan saluran pencernaan. Thypus Abdominalis adalah sebuah penyakit infeksi pada
usus yang menimbulkan gejala- gejala sistematik yang disebabkan oleh "Salmonella Typhosa", atau
Salmonella Paratyphi A, B dan C Penularan terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Sumber infeksi terutama Carrier" ini mungkin penderita yang sedang sakit ("Carrier
akut"), "Carrier" menahun yang terus mengeluarkan kuman atau "Carrier" pasif yaitu mereka yang
mengeluarkan kuman melalui eksketa tetapi tak pernah sakit, penyakit ini endemik di Indonesia
4.2 Saran
Kesehatan adalah harta yang penting dalam kehidupan kita, maka itu selayaknya kita menjaga
kesehatan dari kerusakan dan penyakit.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andra Saferi. W dan Yessie maria P 2013. KMB 2: Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta: Nuha Medika.
Butcher, HK. 2013. Nursing Interventions Classification, Ed.6. Jakarta
Friedman.2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek Edisi ke 5. Jakarta: EGC
16