Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBANGUNAN PERADABAN ISLAM

Kelompok 2 :

Yesi triana
Syifa munadiyas
Nurhedi
Miftakhul ilmi

PRODI D III FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA

Jl. Islamic Raya, Klp. Dua, Kec. Klp. Dua, Kabupaten Tangerang, Banten 15811

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ” PEMBANGUNAN PERADABAN
ISLAM “
Makalah ini berisikan informasi tentang definisi keperawatan menurut Virginia
Henderson” atau yang lebih khususnya membahas model keperawatan Virginia Henderson,
serta konsep utama teori Henderson. Diharapkan makalahini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang definisi keperawatan menurut Virginia Henderson.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin

Tangerang, 1 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….……….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..….….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………........1
1.1 Latar Belakang……………………………………………..……………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
1.3 Tujuan…………………………………...……………………………………....…1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….....…2
2.1 Definisi Sejarah Peradaban Islam………………………………………….…...…2
2.2 Dasar Dan Pola Pembentukan Peradaban Khusus………………………..……….4
2.3 Periodisasi Sejarah Peradaban Islam……………………………...……………….8
2.4 Teknik Penulisan Sejarah………………………………………………………...11
2.5 Metodologi SPI…………………………………………………………………..11
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metodologi SPI…………………………………….12
BAB III PENUTUP…………………………..………………………………………....….13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….....13
3.2 Saran………………………………………………………………...……………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah merupakan cerita kehidupan masa lalu yang dapat diketahui dari sumber-
sumber tertentu. SPI sendiri membahas tentang sejarah perkembangan agama islam dari
mulai awal penyebaranya oleh Nabi Muhammad SAW sampai pada zaman kita yang
sekarang ini, yang mana dalam penyebaranya menggunakan metodologi. Oleh karena itu,
penyusun bermaksud untuk membahas tentang sejarah peradaban islam dan metodologi yang
digunakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Sejarah Peradaban Islam ?


2. Apa dasar dan pola pembentukan peradaban khusus ?
3. Bagaimana pembagian periodisasi SPI ?
4. Bagaimana teknik penulisan sejarah ?
5. Metodologi seperti apa yang digunakan dalam studi SPI ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan metodologi yang digunakan
dalam studi SPI ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud Sejarah Peradaban Islam


2. Mengetahui dasar dan pola pembentukan peradaban khusus
3. Mengetahui bagaimana pembagian periodisasi SPI
4. Mengetahui teknik penulisan sejarah
5. Mengetahui metodologi yang digunakan dalam studi SPI
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metodologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sejarah Peradaban Islam

Dalam bahasa Inggris, sejarah disebut history yang artinya masa yang telah lampau.
Dalam hal ini masa lampau umat manusia. Oleh karena itu, sejarah tentu saja
membahas kegiatan manusia di masa lampau. Bahkan kata history ini berawal dari
kata benda istor dalam bahasa Yunani berarti orang pandai atau bijaksana. Hal ini
karena dalam catatan sejarah peristiwa dan kisah yang terjadi dapat diambil ibrahnya
sehingga manusia tidak melakukan kesalahan lagi dalam kehidupannya,

Dalam bahasa Arab sejarah ini dipadankan dengan istilah sajaratun, artinya pohon.
Kalau kita melihat gambar silsilah raja-raja, secara pintas akan tampak seperti gambar
sebuah pohon. Oleh karena itu, sejarah dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja,
yang berarti merupakan peristiwa pemerintahan dan keluarga raja yang sudah lampau.
Ada juga yang menyebutkannya dalam bahasa Arab yaitu Tarikh yaitu suatu cabang
ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai Peristiwa

Adapun Definisi sejarah menurut pendapat beberapa ahli yang dapat dipaparkan
adalah sebagai berikut:

a) Menurut Ibnu Khaldun

Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia,
tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak- watak masyarakat itu, seperti
keliaran, keramah tamahan dan solidaritet golongan, tentang revolusi-revolusi dan
pemberontakan-pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain
dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara, dengan tingkat
bermacam-macam, tentang bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik
untuk mencapai penghidupannya, maupun dalam bermacam- macam cabang ilmu
pengetahuan dan pertukangan, dan pada umumnya tentang segala perubahan yang
terjadi kedalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri
b) Menurut Bauer

Sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan dan dengan
penglihatan yang simpatik menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadi
perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya. Melihat
dampaknya pada masa-masa berikutnya atau yang berhubungan dengan kualitas
mereka yang khas dan berkonsentrasi pada perubahan-perubahan yang temporer dan
di dalam hubungan terhadap yang tidak dapat diproduksi kembali.

c) Menurut Zidi Gazalba

Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk
sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta tersebut dengan
tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang
telah berlalu itu.

d) Menurut Brenheim

Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki dan menceritakan fakta-fakta di dalam waktu
temporer dan di dalam hubungan dengan perkembangan umat manusia dalam aktifitas
mereka (baik individu maupun kolektif) sebagai makhluk sosial di dalam hubungan
sebab akibat.
Sejarah memiliki dua konsep. Konsep pertama, sejarah dengan pengertiannya
(serangkaian peristiwa masa lampau) yang dapat memberikan pemahaman akan arti
obyektif tentang masa lampau, adapun konsep kedua, (keseluruhan pengalaman
manusia), yaitu sejarah menunjukkan maknanya yang subyektif, sebab masa lampau
itu telah menjadi sebuah kisah atau cerita.
Sedangkan yang dimaksud dengan peradaban adalah semua yang dilakukan,
dipikirkan dan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan manusia
berupa kumpulan pengaruh tertulis yang bersumber dari akal manusia atau cerita atau
kesenian tertulisPeradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab Al-Hadharah Al-
Islamiyyah. Kata dalam bahasa Arab ini sering kita terjemahkan kedalam bahasa
Indonesia dengan kebudayaan Islam. Di Indonesia seringkali disinonimkan dua kata
antara "kebudayaan dan peradaban".
Kesimpulannya sejarah peradaban islam diartikan sebagai keseluruhan peristiwa yang
terjadi pada masa lampau yang bersumber dari cerita atau kesenian, di dalamnya
terdapat perkembangan atau kemajuan kebudayaan islam yang terjadi melalui
periodesasi tertentu sesuai dengan perkembangannya.

2.2 Dasar Dan Pola Pembentukan Peradaban Khusus


Dasar-dasar Peradaban Islam pertama kali ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Tujuannya adalah untuk memperkokoh masyarakat dan negara baru itu. Beliau
meletakan dasar-dasar tersebut pada saat Beliau berada di Yastrib atau yang sekarang
kita kenal dengan nama Madinah. Tidak seperti pada saat di Mekah, di Madinah Allah
SWT banyak menurunkan wahyu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.
Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, tidak hanya sebagai kepala agama, tetapi
juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, pada diri Nabi terkumul dua kekuasaan,
kekuasaan spiritual dan kekuasaan sekuler. Beliau menjadi kepala negara bukanlah
atas penunjukan dan bukan pula atas dasar hak turun-temurun. Beliau menjadi rasul
secara otomatis menjadi kepala negara.
Dasar-dasar Peradaban Islam tersebut adalah :
1. Pembangunan Masjid
Masjid merupakan hal yang paling fundamental yang pertama beliau lakukan. Masjid
tidak hanyak menjadi tempat sholat bagi umat muslim, tetapi juga sebagai sarana
penting untuk mempersatuakan kaum mulimin dan mempertalikan jiwa mereka, di
samping tempat merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa
Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Allah SWT berfirman:

۟ ‫ق َأن تَقُوم فِي ِه ۚ فِي ِه ر َجا ٌل يُ ِحبُّونَ َأن يَتَطَهَّر‬


ُّ‫ُوا ۚ َوٱهَّلل ُ ي ُِحب‬ َ ‫ْج ٌد ُأس‬
ُّ ‫ِّس َعلَى ٱلتَّ ْق َو ٰى ِم ْن َأ َّو ِل يَوْ ٍم َأ َح‬ ِ ‫اَل تَقُ ْم فِي ِه َأبَدًا ۚ لَّ َمس‬
ِ َ
َ‫ْٱل ُمطَّه ِِّرين‬
: Terjemahannya
“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya.” (Q.S. At-Taubah: 108)
Masjid merupakan pusat pembinaan, memakmurkan umat, membimbing umat taat
beribadah, dan menuntuk umat memperbaiki kehidupan lingkungan. Berbagai
masalah umat Islam, dimusyawarahakan melalui masjid. Seperti kalau ada persoalan
keluarga, melatih prajurit dan melepas pasukan ke medan perang, menerima tamu
asing dari luar daerah, dan bahkan penginapan bagi musyafir dan perawatan bagi
pejuang-pejuang yang luka di medan perang pun di masjid.
Pada zaman nabi, masjid digunakan untuk mensucikan jiwa kaum muslimin,
mengajarkan Al Qur’an dan Al Hikmah, bermusyawarah untuk menyelesaikan
berbagai macam persoalan kaum muslim pada zaman tersebut, membina sikap dasar
kaum muslimin terhadap perang yang berbeda agama atau ras, hingga upaya-upaya
meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid. Pada zamannya masjid dijadikan
simbol persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak nabi mendirikan masjid
pertama, fungsi masjid masih kokoh dan orisinil sebagai pusat peribadatan dan
peradaban. Pada dasarnya, sekolah-sekolah dan universitas-universitas pun kemudian
bermunculan justru dari masjid. Sebagai salah satu contoh adalah Masjid Al Azhar di
Kairo, Mesir. Masjid ini sangat dikenal luas oleh kaum muslimin Indonesia. Masjid
ini mampu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan
pengentasan kemiskinan pun merupakan program nyata yang secara kontinyu
dilaksanakan masjid ini.
Jadi, Keberadaan masjid dapat dikatakan sebagai lambang dari komunitas muslim di
suatu daerah. Di mana pun kita berada, apabila terdapat penduduk muslim yang
bermukim di tempat tertentu, sudah barang tentu kita dapati masjid atau paling tidak
musholla. Karena sumber peradaban Islam terletak pada keberadaan masjid. Sebagai
umat muslim, kita hendaknya dapat memakmurkan masjid dengan melakukan
berbagai aktivitas yang memiliki nilai-nilai keagamaan.
2. Ukuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha fulanun
shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut
Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu
sama lain dengan ikatan aqidah.
Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari
Mekah ke Madinah, dan Anshar, penduduk madinah yang sudah masuk Islam dan ikut
membantu kaum muhajirin tersebut. Dengan demikian diharapkan, setiap muslim
merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan
Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang
paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan
hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan
Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang
dijatuhkan Allah atas orang-orang yang kufur terhadap risalah-Nya dan menyimpang
dari ayat-ayat-Nya. Sebagaimana Allah SWT  berfirman:

َ ‫خَذنَا ِم ْيثَاقَهُ ْم فَنَسُوْ ا َحظًّا ِّم َّما ُذ ِّكرُوْ ا بِ ٖ ۖه فَا َ ْغ َر ْينَا بَ ْينَهُ ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬
‫ض ۤا َء اِ ٰلى يَوْ ِم ْالقِ ٰي َم ِة‬ ْ َ‫َص ٰ ٓرى ا‬ ٰ ‫و ِمنَ الَّ ِذ ْينَ قَالُ ْٓوا اِنَّا ن‬
َ‫يَصْ نَعُوْ ن‬ ‫ۗ َو َسوْ فَ يُنَبُِّئهُ ُم هّٰللا ُ بِ َما َكانُوْ ا‬
Terjemahannya :
“Dan di antara orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya kami ini orang-orang
Nasrani”, ada yang telah Kami ambil pelajaran dari mereka, tetapi mereka (sengaja)
melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannnya; maka
Kami rimbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat.
Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa  yang selalu mereka
kerjakan.” (Q.S. Al-Ma’idah: 14)[12]
Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta,
yaitu Itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri
sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain.
Ia rela haus demi puasnya orang lain. Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela
bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya
demi selamatnya orang lain.
Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama
manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain.
Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit, bahasa, iklim,
dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling
dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.
Manusia sebagai mahluk sosial tentunya tidak bisa lepas dari kebutuhan akan orang
lain. Rasulullah sangat memahaami akan hal itu dengan melakukan hal di atas. Tidak
hanya terbatas kepada kaum Muhajirin dengan kaum Anshar semata. Persaudaraan ini
adalah persaudaraan atas dasar agama yang menganggap siapa saya di muka bumi ini,
selama dia adalah seorang muslim, dia adalah keluarga kita dan kita harus membantu
mereka.
Terlebih dalam halnya keluarga kita seperti orang tua, paman, kakek dan lainnya,
Islam memerintakan agar anak mematuhi orang tuanya, menghormatinya dan
memuliakannya. Islam memerintahkan saudara yang lebih muda agar menghormati
saudara yang lebih tua, dan saudara yang lebih tua agar berkasih sayang dan lemah
lembut terhadap saudara yang lebih kecil. Seperti inilah kedalaman hubungan dalam
sanak keluarga. Oleh karena itu Islam mengajarkan kita, umat muslim, untuk
menyambung hubungan dengan mereka, mengunjugi mereka, dan memberikan
bantuan kepada mereka.
3. Hubungan dengan non-Islam
Saat menjadi kepala negara di kota Madinah, selain orang-orang Arab Islam, juga
terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut
agama nenek moyang mereka. Stabilitas warga sangatlah penting di situasi seperti ini.
Beliau, Rasulullah, mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam
yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas
dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak-hak tertentu dalam bidang
politik dan keagamaan. Kemerdekaan setiap golongan pun terjamin dan mereka
bersama-sama saling menjaga dan berkewajiban menjaga negeri Madinah dari
ancaman ataupun serangan dari luar.
Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala pemerintahan
karena sejauh meyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan
kepada beliau. Dalam bidang sosial, dia juga meletakan dasar persamaan antara
sesama manusia. Perjanjian ini, dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering
disebut dengan Konstitusi Madinah.
Dari catatan sejarah ini dapat kita pahami bahwa Rasulullah mengajarakan kepada
kita umat muslim untuk selalu menjalin hubungan yang harmonis meskipun terhadap
orang yang dapat dianggap non-muslim. Hal ini lah yang harus kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam bergaul, dan beraktivitas. Karena lingkungan kita ini
merupakan lingkungan yang plural, yang terdiri dari berbagai komunitas, dan Islam
juga mengajarkan setiap umatnya untuk memiliki sifat toleransi. Dalam konteks
toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan
dalam agama” Janganlah memaksakan kehendak kita terhadap orang lain. Tetapi kita
juga harus dapat menjaga diri agar tidak terseret terlalu dalam ke dalam komunitas
mereka. Dengan kata lain, kita dituntut untuk dapat menempatkan diri, bukan malah
menyesuaikan diri.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi
adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian
sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang
mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua
agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling
menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan
keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut,
yaitu antara lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan,
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan,
3. Kelemah lembutan karena kemudahan,
4. Muka yang ceria karena kegembiraan,
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan,
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian,
7. Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah tanpa basa basi,
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa
keberatan.
Jadi, toleransi dalam Islam adalah hal yang otentik. Artinya tidak asing lagi dan
bahkan telah ada sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang hidup, maka toleransi di
dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk
mempraktikkannya secara konsisten.
Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam
keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok
agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah atau
interaksi sosial. Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar.
Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan
menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa
merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya.

2.3 Periodisasi Sejarah Peradaban Islam

Peradaban Islam adalah landasan historis yang mengkaji tentang keseluruhan


kebudayaan dalam suatu periodisasi sejarah. Periodisasi sejarah sangat berhubungan
dengan konteks ruang dan waktu yang sangat berpengaruh pada hasil karya, Ide dan
gagasan di masa yang lalu. Oleh karena itu dikalangan sejarawan terdapat perbedaan
tentang saat dimulainya sejarah islam. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut
dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, sebagian sejarawan berpendapat bahwa
sejarah islam dimulai sejak Nabi SAW diangkat menjadi rasul. Menurut pendapat ini,
selama 13 tahun Nabi Muhammad SAW tinggal di Mekkah, telah lahir masyarakat
muslim meskipun belum berdaulat. Kedua, sebagian sejarawan berpendapat bahwa
sejarah umat islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah karena
masyarakat muslim baru berdaulat ketika Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah.
Karena Nabi Muhammad SAW yang tinggal di Madinah, tidak hanya sebagai rasul,
tetapi juga merangkap sebagai pemimpin atau kepala Negara berdasarkan konstitusi
yang disebut Piagam Madinah. Disamping banyaknya perbedaan mengenai sejarah
umat Islam ini maka para sejarawan juga berbeda dalam menentukan fase dalam
periodisasi Islam, salah satu contoh:
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution Periodisasi sejarah Islam terbagi pada 3 periode:

1. Periode Klasik (650 - 1250 M)

Pada periode ini, disebut juga sebagai masa keemasan di dalam sejarah islam. Sebagai
masa keemasan, masa ini sering dijadikan tolak ukur dan rujukan keteladanan. Masa
Nabi SAW yang hanya berlangsung kurang lebih 23 tahun. Pada periode klasik, arab
sangat menonjol karena memang Islam hadir di sana. Pada masa klasik telah terwujud
kesatuan budaya islam di bawah naungan Islam dengan bahasa arab. Pada masa ini
Islam meliputi dua masa kemajuan yaitu masa Rasululah SAW, khulafaurrasyidin,
bani umaiyah dan masa-masa permulaan daulah Abbasiyah. Masa itu merupakan
masa perluasan wilayah yang dimulai oleh khulafaurrasyidin dilanjutkan Bani
Umaiyah dan mencapai keemasan pada masa bani Abbasiyah yang membuat islam
menjadi negara besar. Di masa ini peradaban Islam tumbuh menjadi peradaban baru.
Dan sisi perkembangan ilmu telah berkembang kajian-kajian teologi pada masa kini.
Pada awal islam pengaruh helenisme dan juga filsafat Yunani terhadap tradisi
keilmuan Islam sudah sangat kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itupun
terus mewarnai perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.
2. Periode Pertengahan (1250 - 1800 M)

Pada periode pertengahan muncul tiga kerajaan besar Islam yang mewakili tiga
kawasan budaya, yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan
kerajaan Mughal di India. Kerajaan-kerajaan islam yang lain, meski juga ada yang
cukup besar, tetapi jauh lebih lemah. dibandingkan dengan tiga kerajaan ini, bahkan
berada dalam pengaruh salah satu diantaranya. Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang
berdiriseperempat abad setelah berdirinya Kerajaan Safawi, jadi diantar ketiga
kerajaan besar tersebut Kerajaan Mughal inilah yang termuda, walaupun kerajaan ini
bukanlah kerajaan Islam yang pertama di anak benua India. Pada periode
pertengahan, pembahasan yang paling banyak mendapat tempat adalah percaturan
politik di pusat Islam dan peradaban yang dibina oleh dinasti-dinasti yang kebetulan
berhasil memegang hegemoni politik, serta tiga kerajaan besar Islam (Usmani,
Safawi, dan Mughal) dan peradaban yang dibinanya. Pada periode ini terjadi dua
masa pada tiga kerajaan besar (Turki Utsmani, daulah Shafawiyah, dan Daulah
Mongoliyah) di India yakni mengalami kemajuan pada tahun 1500 - 1700 M, dan
mengalami kemunduran pada tahun 1700-1800 M.
3. Periode Modern (1800 - sampai sekarang)

Pada masa ini telah terbentuk sistem masyarakat muslim yang bersifat global.
Masing-masing dibangun berdasarkan interaksi antara institusi Negara Islam.
Keagamaan dan institusi Komunal Timur Tengah dengan institusi sosial dan cultural
setempat, dan setiap interaksi melahirkan tipe kemasyarakat Islam yang berbeda-beda.
Meskipun setiap masyarakat bersifat khas (unique), namun diantara mereka terdapat
kemiripan bentuk dan antar mereka dipertalikan oleh beberapa hubungan politik dan
keagamaan dan oleh persamaan nilai-nilai cultural. Dengan demikian mereka
membentuk Islam yang bersifat global (mendunia). Hal ini tentu berbeda dengan buku
Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam yang membagi sbb:
1. Masa Kemajuan Islam (650-100 M)
2. Masa disintegrasi (1000 - 1250 M)
3. Islam di Spanyol dan pengaruhnya terhadap Renaisans di Eropa
4. Masa Kemunduran
5. Masa tiga Kerajaan Besar (1500-1800M)
6. Kemunduran tiga Kerajaan Besar (1700-1800 M)
7. Penjajahan Barat atas dunia Islam dan perjuangan kemerdekaan Negara-negara Islam
8. Kedatangan Islam di Indonesia dan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Melihat gambaran di atas masih banyak lagi fase-fase lain yang ditulis kalangan
sejarawan namun periode-periode ini sudah dapat memberi batasan terhadap
pemahaman kita pada sejarah islam. Pada pembahasan kali ini hanya akan dibatasi
pada masa klasik yaitu mulai dari zaman Kota Mekkah sebelum menjadi Islam sekitar
abad ke 6 M sampai abad ke-12 M dan zaman pertengahan di awal abad ke 13 - 15 M
serta pada zaman modern pada abad ke 15 - 18 M atau sampai zaman sekarangan ini
karena pembahasan SPI diikat oleh ruang dan waktu maka kajiannya dapat fleksibel
untuk melihat proses peristiwa di era dulu dengan memandang di era sekarang.

2.4 Teknik Penulisan Sejarah


Penulisan sejarah (historiografi) mengalami perkembangan. Pada awalnya, sejarah
identik dengan politik bahkan Sir John Seeley sebagaimana dikutip Mark M. Kurg
mengatakan "History is Past Politics" dan politik adalah sejarah masa kini. Persepsi
ini terbentuk karena kenyataan bahwa sampai beberapa waktu yang lalu sejarah masih
dianggap / diperlakukan sebagai sejarah raja-raja, sejarah timbul atau tenggelamnya
para penguasa, sejarah naik dan turunnya dinasti-dinasti, sejarah bangun dan
runtuhnya rezim-rezim politik dan sebagainya. Tidak mengherankan apabila sejarah
politik dan sejarah peperangan sangat menonjol dalam historiografi konvensional.
Tradisi penulisan sejarah selama berabad-abad menunjukkan kecenderungan ini. Pada
umumnya, karya sejarah menonjolkan proses peristiwa perpolitikan dan aktivitas
tokoh politik.

2.5 Metodologi SPI


Definisi metode sejarah adalah seperangkat kaidah yang membantu peneliti dalam
meneliti dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Metode sejarah mempunyai
peran penting dalam penelitian sejarah kerena tanpa metode, penulisan sejarah tidak
akan efektif. Oleh karena itu, kita perlu mengikuti aturan dan metode sejarah yang
benar karena tanpa hal tersebut penelitian tidak akan dianggap valid. Adapun metode
yang digunakan antara lain:

1. Heuristik (pengumpulan sumber), adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengumpulkan sumber-sumber atau jejak - jejak sejarah.
2. Kritik sumber, yaitu kegiatan meneliti sumber-sumber agar dapat diketahui bahwa
sumber tersebut autentik atau tidak. Dibagi menjadi dua :
 Kritik intern, suatu usaha yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah
sumber tersebut kredibel atau tidak.
 Kritik ekstem, kegiatan yang dilakukan sejarawan untuk melihat sumber yang
didapatkan autentik atau tidak.
3. Interpretasi (penafsiran), usaha yang dilakukan sejarawan untuk melihat kembali
sumber-sumber yang didapatkan, telah diuji autentisitasnya dan saling berhubungan
antara satu dan yang lainnya.
4. Historiografi, menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang
didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk
tertulis.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metodologi SPI

 Kelebihan

 Tidak terlalu melibatkan peneliti secara fisik

 Tidak ada kekhawatiran terjadinya interaksi antara peneliti dengan subjek

 Mudah dalam mencari sumber data Dapat mencari data secara lebih tuntas dalam
menggali informasi dalam proses penelitian

 Sumber data sudah dinyatakan secara difinitif baik nama pengarang, tempat, dan
waktu

 Kekurangan

 Metode sejarah banyak menggantungkan diri pada data yang diamati oleh orang lain
di masa lampau Metode tersebut mencari data secara lebih tuntas serta menggali
informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan atau dikutip dalam bahasa acuan yang
standart.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah peradaban islam diartikan sebagai keseluruhan peristiwa yang terjadi pada
masa lampau yang bersumber dari cerita atau kesenian, di dalamnya terdapat
perkembangan atau kemajuan kebudayaan islam yang terjadi melalui periodesasi
tertentu sesuai dengan perkembangannya. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan
tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan peradaban lebih berkaitan
Manifestasi- manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis. Kebudayaan lebih
direfiesasikan dalam seni, sastra, religi, dan moral. Sedangkan peradaban terefleksi
dalam politik, ekonomi dan teknologi

Periode sejarah peradaban islam secara umum terbagi menjadi :

 Priode klasik

 Priode petengahan

 Periode modern

Metodologi dalam keilmuan sejarah yaitu:

 Heuristik

 Kritik sumber

 Interpretasi Historiografi

Yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.


3.2 Saran

Belajar dari masa lalu merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan. Dari uraian di atas
kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus berusaha
DAFTAR ISI

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999, hlm.
Ibid., hlm. 2.
Admin. 2009. Pengerjian Sejarah Peradaban
Islam. http://hitsuke.blogspot.com/2009/03/pengertian-sejarah-peradaban-islam.html. (Online
10 Oktober 2011)
Badri Yatim, op. cit., hlm. 25.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek, jilid I, Jakarta: UI Pers, 1985, hlm.
101.
Badri Yatim, op. cit., hlm. 26.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Jumanatul ‘Ali, Seuntai Mutiara
Yang Maha Luhur, Bandung: CV. Penerbit Jumanatul ‘Ali-Art, 2004, hlm. 205.
Abujamin Roham, Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup, Jakarta: Media Da’wah, 1997,
hlm. 86.
Abujamin Roham, op. cit., hlm. 87.
Aditya Lukman Pradana, 2011,  Fungsi Lain Dari
Masjid, http://ensikloditya.blogspot.com/2011/01/fungsi-lain-dari-masjid-masjid-
sebagai.html.

Anda mungkin juga menyukai