Anda di halaman 1dari 235

MAKALAH

Pengertian Sejarah dan Ruang Lingkup Sejarah Sebagai


Ilmu dan Peletakan Dasar-Dasar Pengkajian Sejarah
Peradaban Islam

DOSEN :

ALIMUDDIN, S.Pd.I., M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 1
AHMAD HABIBI (90400121067)

NAYLA LESTARI (90400121070)

ZALWA FIQRIANTI ANDINI (90400121076)

KELAS C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kita nanti-nantikan syafa‟atnya di akhirat nanti.

Penulisan makalah dengan judul “Pengertian Sejarah dan Ruang Lingkup Sejarah

Sebagai Ilmu dan Peletekan Dasar-Dasar Pengkajian Sejarah Peradaban Islam” ini diajukan

untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Makalah ini

berisikan tentang informasi mengenai ruang lingkup sejarah sebagai ilmu dan peletekan

dasar-dasar pengkajian sejarah peradaban Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Gowa, 04 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan ............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam ......................................................................... 3

1. Pengertian Sejarah .................................................................................................... 3

2. Pengertian Peradaban dan Kebudayaan ................................................................ 3

3. Pengertian Islam........................................................................................................ 4

4. Pengertian Sejarah Peradaban Islam ...................................................................... 4

B. Ruang Lingkup Kajian Sejarah Peradaban Islam .................................................... 5

1. Unsur dan Wujud dari Kebudayaan atau Peradaban ........................................... 5

2. Islam dan Peradaban ................................................................................................ 6

3. Periodisasi Sejarah Peradaban Islam ...................................................................... 9

4. Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Peradaban Islam ................................. 11

C. Pentingnya Mempelajari Sejarah Peradaban Islam ............................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13

B. Saran ............................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu bisa dijadikan

sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah

“jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan

menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah

kebudayaan Islam di masa dahulu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa

dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi, khususnya

mengenai peradaban-peradaban Islam di masa lalu.

Kedatangan Islam di Nusantara membawa aspek-aspek peradaban

dalam dimensi yang sangat luas, termasuk sistem politik, ekonomi, budaya,

bahasa dan aksara. Mengikuti pendapat Badri Yatim, peradaban sering dipakai

untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni

bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan

kompleks.1 Peradaban Islam adalah peradaban umat Islam yang lahir dari ruh

ajaran Islam dan mewujud dalam berbagai bentuk.

Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam, terutama wujud

idealnya, sehingga aspek-aspek yang dijangkau oleh peradaban Islam pun

meliputi tujuh aspek kebudayaan. Ketujuh aspek tersebut ialah sistem religi,

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm. 2.

1
2

sistem ilmu pengetahuan, organisasi kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem

mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Sementara itu,

kebudayaan Islam lahir dari realisasi semangat tauhid yang bersumber pada

Al-Qur‟an. Jadi, peradaban Islam tidak lain dari hasil manifestasi nilai-nilai

Al-Qur‟an dalam seluruh bidang kehidupan umat Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian sejarah peradaban Islam?

2. Bagaimana ruang lingkup kajian sejarah peradaban Islam?

3. Mengapa Kita harus mempelajari sejarah peradaban Islam?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembahasan pada makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian sejarah peradaban Islam

2. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian sejarah peradaban Islam

3. Untuk mengetahui pentingnya mempelajari sejarah peradaban Islam


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam

1. Pengertian Sejarah
Kata Sejarah sering diucapkan orang, baik di lingkungan
pendidikan maupun di lingkungan pergaulan sehari-hari. Kata Sejarah
berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarah yang berarti „pohon‟ atau
„silsilah‟. Masih dalam bahasa Arab, dikenal istilah syajarah al-nasab
yang artinya „pohon silsilah‟. Adapun sejarah dalam bahasa Inggris
disebut history, sedangkan bahasa Latin dan bahasa Yunani menyebutnya
histor atau istor yang berarti „orang pandai‟.2 Dengan demikian, kata
sejarah berarti sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau. Sejarah dapat
didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada waktu,
ruang, dan ras tertentu yang memiliki beberapa fungsi.

2. Pengertian Peradaban dan Kebudayaan


Kata peradaban dan kebudayaan apabila dilihat dari segi

penggunaannya dalam berbagai bahasa, bisa mengandung makna yang

sama sekaligus makna yang berbeda pula. Dalam bahasa Inggris

dibedakan antara culture (kebudayaan) dan civilization (peradaban); begitu

pula dalam bahasa arab dibedakan antara tsaqảfah (peradaban), hadhảrah

(kemajuan) dan tamaddun (kebudayaan). Dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, kata peradaban berasal dari kata adab yang berarti „sopan‟,

„kesopanan‟, „kehalusan‟, „kebaikan budi pekerti (tingkah laku)‟.

2
C.E. Bosworth. Dinasti-Dinasti Islam. (Bandung: Mizan, 1980). hlm.7.

3
4

Peradaban berarti kemajuan dan kecerdasan yang ada pada suatu bangsa.

Bangsa yang memiliki kecerdasan dan mencapai kemajuan dalam

kehidupan adalah kebudayaan. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa

antara istilah peradaban dan kebudayaan mengandung makna yang sama.

Sementara itu, kata kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti

„pikiran‟ atau „akal budi‟. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang dihasilkan

manusia disebut kebudayaan.

Kebudayaan dalam pengertian umum adalah keseluruhan


kebudayaan, baik yang masih primitif dan dalam proses perkembangan
maupun yang sudah berkembang (maju dan modern). Sementara itu
kebudayaan yang sudah maju biasa disebut perabadan. Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan lebih luas daripada peradaban
dan peradaban bagian dari kebudayaan.

3. Pengertian Islam
Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah kepada
seluruh manusia melalui utusan-Nya, Muhammad. Ajaran Islam terdapat
dalam kitab suci Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah. Keduanya menjadi
pegangan utama bagi penganut Islam dalam menjalani kehidupan. Islam
dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, Islam dalam arti ajaran dasar (Al-
Qur‟an dan Hadist). Kedua, Islam dalam arti hasil penafsiran ulama,
sarjana, dan kaum intelektual muslim terhadap teks-teks ajaran dasar
Islam.

4. Pengertian Sejarah Peradaban Islam


Sejarah peradaban Islam adalah deskripsi kehidupan umat manusia

muslim masa silam yang mengalami kemajuan sebagai hasil cipta, rasa dan

karsa mereka yang dijiwai ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan

menuju suatu kemajuan yang mengangkat harkat dan martabat mereka.


5

Perkembangan peradaban Islam itu, secara internal tidak bisa lepas dari

konsep hablun minallah dan hablun minannas serta konsep ilmu dan

penggunaan akal pikiran yang tercantum dalam Al-Qur‟an. Konsep-konsep

tersebut memotivasi kaum muslimin untuk mengimplementasikan ajaran

Islam, baik dalam kaitan hablun minallah maupun hablun minannas.

B. Ruang Lingkup Kajian Sejarah Peradaban Islam

Sejarah peradaban Islam sebagai ilmu tentu memiliki objek kajian.


Karena sejarah peradaban Islam mengungkapkan fenomena berdasarkan fakta-
fakta tentang perkembangan historis umat Islam dari masa ke masa dalam
segala aspeknya, maka yang menjadi ruang lingkup kajiannya mencakup
perkembangan Islam (perkembangan penganut dan wilayah) pada masa Nabi,
Khulafa Al-Rasyidin, dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah, dinasti
Fathimayah, Dinasti Umayyah II, tiga dinasti besar, perkembangan peradaban
Islam dalam lingkup unsur dan wujud kebudayaan/peradaban (pendidikan,
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, filsafat, arsitektur, militer, ekonomi,
pemikiran, dan pola perilaku) pada masa-masa tersebut, praktik pemerintahan
Islam yang berkembang dalam sejarah, dan perkembangan pemikiran Islam. 3

1. Unsur dan Wujud dari Kebudayaan atau Peradaban


Kebudayaan atau peradaban adalah bukti jejak kehidupan manusia

sebagai potret perkembangan dan kemajuan mereka yang bersumber dari

budidaya untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan hidup mereka

dalam berbagai aspek kehidupan yang memiliki unsur dan wujud.

Unsur kebudayaan, menurut C. Kluckhohn dan Koetjaraningrat,

ada tujuh unsur kebudayaan, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan,

3
Edyar, Busman dan Ilda Hayati. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Pustaka Asatruss,
2009). hlm. 23.
6

sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata

pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, sistem bahasa dan

sistem kesenian. Menurut Melville J. Herskovist, ada empat unsur

kebudayaan yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan sistem

kekuasaan politik.

Selanjutnya kebudayaan atau peradaban sebagai hasil cipta, rasa,

dan karsa manusia mempunyai wujud. Menurut pendapat yang umum,

Widyosiswoyo mengemukakan bahwa wujud kebudayaan ada dua.

Pertama, wujud kebudayaan badaniyah (berwujud material) yang dapat

dilihat, diraba, dipegang, dan dirasa karena bersifat konkret (berbentuk).

Kedua, Wujud kebudayaan rohaniah (nonmaterial) yang hanya dapat

dirasa karena bersifat abstrak (tidak berbentuk) sehingga sulit dipahami.

2. Islam dan Peradaban


a. Hubungan Islam dan Peradaban

Dalam realitas sejarah, kelahiran dan perkembangan Islam di

berbagai kawasan melahirkan peradaban yang disebut peradaban Islam

dan kemunculannya dalam panggung sejarah merupakan cerminan

kemajuan dari kesejarahan Islam. 4

Mengapa ada peradaban Islam? Hal ini tidak lain karena Islam

adalah sistem keyakinan dan tindakan yang didasarkan pada wahyu

Allah dan dijelaskan oleh sabda Rasulullah. Islam sebagai sistem

4
Nasution, Syamrudin. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2018). hlm. 17
7

keyakinan atau kepercayaan, diaktualisasikan menjadi pandangan

hidup pemeluknya melalui pemikiran ulama dalam koridor Islam

dalam arti penafsiran terhadap teks ajaran dasar. Untuk pengamalan

ajaran Islam menghasilkan peradaban, shalat misalnya, memerlukan

mesjid dalam berbagai gaya arsitektur; serta sajadah dan penutup aurat

dalam berbagai motif, bentuk, dan jenis.

b. Sejarah Islam : dari lokal ke global

Islam bersifat inklusif karena untuk seluruh umat manusia

(rahmah li al-‘alamin). Agama ini memang diturunkan di kota Mekkah

(mulanya agama lokal) tetapi karena sifat universalitasnya, agama ini

kemudian dengan cepat menjadi agama dunia yang amat

diperhitungkan.

Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat berpengaruh kepada

terjadinya transformasi dibidang sosial budaya serta menjadikan Islam

tampil sebagai kekuatan kultural dan kekuatan politik.5 Transformasi

tersebut terjadi dalam beberapa periode sebagaimana berikut.

a) Transformasi fase pertama

MasyarakatArab sebelum Islam dikenal sebagai masyarakat

jahiliyah yang berpegang teguh pada nilai-nilai berhala,

perbudakan, diskriminasi, permusuhan dan kezaliman. Melalui

dakwah bi al-sirri dan bi al-jarri serta dakwah melalui surat

kebanyak penguasa, Nabi membebaskan umat manusia dengan

5
C.E. Bosworth. Dinasti-Dinasti Islam. (Bandung: Mizan, 1980). hlm. 20.
8

mencerdaskan mereka. Setelah hijrah ke yatsrib (Madinah), atas

inisiatif beliau dan atas dukungan semua penduduk, beliau

mempersatukan mereka dan membentuk pemerintahan. Hingga

akhir hayat Nabi, seluruh jazirah Arab sudah takluk dibawah

pengaruh Islam.

b) Transformasi Fase Kedua

Setelah Nabi wafat, kepemimpinan beliau dalam urusan

agama dan dunia dilanjutkan oleh Khulafah Al-Rasyidin. Mereka

adalah para pemimpin pemerintahan setelah masa Nabi yang

menerapkan kepemimpinan demokratis dalam Negara berbentuk

republik. Pada periode ini, Islam tetap diperankan sebagai agama

dakwah yang harus diberitakan ke seluruh umat manusia dengan

menyebarkannya hingga keluar jazirah Arab. Proses Islamisasi pun

berlangsung berangsur-angsur dari satu generasi ke generasi

berikutnya secara damai. Selanjutnya, terjadi akulturasi antara

prinsip universal tersebut dan budaya lokal yang pada akhirnya

melahirkan peradaban Islam.

c) Transformasi Fase Ketiga

Transformasi pada fase ini terfokus pada pembangunan

peradaban di bidang ilmu pengetahuan, seni, filsafat, ekonomi,

serta teknologi sehingga dunia Islam menjadi pusat peradaban

dunia yang tersebar di berbagai wilayah. Pertama, penerjemahan

buku-buku ilmu pengetahuan, sastra, dan filsafat kedalam bahasa


9

Arab. Kedua, dari usaha penerjemahan itu terjadi kemajuan di

bidang filsafat yang ditandai dengan lahirnya beberapa filsuf

muslim dan karya tulis mereka. Ketiga, lahirnya pusat-pusat

keilmuan.

3. Periodisasi Sejarah Peradaban Islam


Nourouzzaman Shiddiqi membagi perjalanan sejarah peradaban Islam

ke dalam 3 periode besar.

1) Periode Klasik; diawali dengan Rasulullah yang mulai berdakwah

sampai dinasti Abbasiyah runtuh (656 H/1258 M).

2) Periode Pertengahan; dimulai sejak runtuhnya dinasti Abbasiyah

hingga abad XI hijriyah (abad XVII M). Periode ini dicirikan dengan

terjadinya disintegrasi kekuasaan politik, dimana dinasti besar dan

kecil saling bermusuhan.

3) Periode Modern; sejak abad ke XII Hijriyah (abad XVIII M) sampai

sekarang. Cirinya umat Islam tidak lagi memiliki kekuasaan poilitik

yang disegani. Turki Utsmani tidak kuasa mempertahankan kekuasaan

yang luas dibagi bagi oleh Inggris, Prancis, dan Rusia.

Adapun menurut A. Hasymi, periode sejarah peradaban Islam

dibagi oleh para ahli sejarah kebudayaan Islam menjadi 9 periode.

1) Masa permulaan Islam; diawali sejak Islam diturunkan pada 17

Ramadhan 12 tahun sebelum Hijriah (610 M) sampai tahun 41 Hijriah

(661 M).
10

2) Masa dinasti Umayyah; dari 41 Hijriah (661 M) sampai tahun 132

Hijriah (750 M).

3) Masa dinasti Abbasiyah I; dari 132 Hijriah (750 M) sampai 232

Hijriah (847 M).

4) Masa dinasti Abbasiyah II; dari 232 Hijriah (847 M) sampai 334

Hijriah (946 M).

5) Masa dinasti Abbasiyah III; dari 334 Hijriah (946 M) sampai 467

Hijriah (1075 M).

6) Masa dinasti Abbasiyah IV; dari 467 Hijriah (1075 M) sampai 656

Hijriah (1261 M).

7) Masa dinasti Mughal; dari 656 Hijriah (1261 M) sampai 925 Hijriah

(1520 M).

8) Masa dinasti Utsmaniyah; dari 925 Hijriah (1520 M) sampai 1213

Hijriah (1801 M).

9) Masa kebangkitan baru; dari 1213 Hijriah (1801 M) sampai abad XX.

Pembagian tersebut berdasarkan keberadaan suatu pemerintahan

dan masa pemerintahannya. Sementara itu, Harun Nasution membagi

sejarah peradaban Islam kedalam 3 periode sebagaimana berikut.

1) Periode Klasik (650-1280 M) merupakan zaman kemajuan yang dibagi

menjadi 2 fase, yaitu a). Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan

(650-1000 M); dan b). Fase disintegrasi (1000-1250 M) pada fase

disintegrasi, kekuasaan politik Islam mulai pecah yang ditandai dengan


11

kemunculan dinasti-dinasti kecil sehingga dunia Islam menjadi lemah

dan mudah dihancurkan oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 M.

2) Periode Pertengahan (1250-1800 M) dibagi menjadi 2 fase. Pertama,

fase kemunduran (1250-1500 M). Pada periode ini disintegrasi dan

desentralisasi semakin tajam. Pertentangan antara Sunni dan Syiah

serta Arab dan Persia sangat marak terjadi. Kedua, fase 3 dinasti besar

(1500-1800 M) yang ditandai dengan zaman kemajuan (1500-1700 M)

dan zaman kemunduran (1700-1800 M). 3 dinasti besar yang dimaksud

adalah Turki Utsmani di turki, dinasti safawi di Persia dan dinasti

mughal di India. Masing-masing dinasti menunjukkan kemajuan

peradaban dibidang politik, militer, arsitektur dan ilmu pengetahuan

(terutama di Persia).

3) Periode Modern (1800 M- sekarang) merupakan zaman kebangkitan

umat Islam. Periode ini ditandai dengan wilayah-wilayah Islam yang

memerdekakan diri dari penjajahan barat. Selain menyatakan diri

sebagai negara yang berdaulat, dari wilayah-wilayah tersebut muncul

pembaruan pemikiran Islam.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Peradaban Islam


1) Terjadinya Asimilasi

2) Kemajemukan dalam Pemerintahan dan politik

3) Stabilitas Politik dan Ekonomi

4) Maraknya Gerakan Penerjemah


12

5) Tingginya Semangat Belajar dan Menggali Ilmu Pengetahuan 6

C. Pentingnya Mempelajari Sejarah Peradaban Islam

1) Untuk mendapatkan informasi mengenai asal usul Khazanah serta

kebudayaan dan kekayaan serta keahlian di bidang-bidang tertentu lainnya

yang pernah diraih oleh umat Islam pada masa terdahulu, serta dapat

mengambil ibrah atau pelajaran dari kejadian-kejadian dan perjuangannya.

2) Untuk membentuk watak dan kepribadian Umat

3) Agar dapat memilah dan memilih mana aspek pelajaran yang dapat dan

perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu, mengambil mana

pelajaran yang baik dan tidak baik.

4) Mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan mengenai

masa lalu yang dapat digunakan nantinya untuk memahami dan

menjelaskan perkembangan serta perubahan masyarakat serta keragaman

sosial budaya Islam dimasa yang akan datang.

5) Mengambil pelajaran dari berbagai keberhasilan dan kegagalan pada masa

lalu.7

6
Headquarter. Faktor-Faktor Pendorong Kemajuan Peradaban Islam Pada Abad
Pertengahan. (Jakarta: Widya Wicara, 2021. https://widyawicara.com/article/read/faktor-faktor-
pendorong-kemajuan-peradaban-islam-pada-abad-pertengahan (05 Maret 2022).
7
Sjanu, Asna. Manfaat Mempelajari Sejarah kebudayaan Islam. (Jakarta: Kompasiana,
2017). https://www.kompasiana.com/asna/58ecf1406523bd9d6ddaea59/manfaat-mempelajari-
sejarah-kebudayaan-islam (05 Maret 2021).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sejarah peradaban Islam adalah deskripsi kehidupan umat manusia muslim

masa silam yang mengalami kemajuan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa

mereka yang dijiwai ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan menuju

suatu kemajuan yang mengangkat harkat dan martabat mereka.

2. Ruang lingkup kajiannya mencakup perkembangan Islam (perkembangan

penganut dan wilayah) pada masa Nabi, Khulafa Al-Rasyidin, dinasti

Umayyah, dinasti Abbasiyah, dinasti Fathimayah, Dinasti Umayyah II,

tiga dinasti besar, perkembangan peradaban Islam dalam lingkup unsur

dan wujud kebudayaan/peradaban (pendidikan, ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, filsafat, arsitektur, militer, ekonomi, pemikiran, dan pola

perilaku) pada masa-masa tersebut, praktik pemerintahan Islam yang

berkembang dalam sejarah, dan perkembangan pemikiran Islam.

3. Pentingnya mempelajari sejarah peradaban Islam adalah untuk

mendapatkan informasi mengenai asal usul Khazanah serta kebudayaan

dan kekayaan serta keahlian di bidang-bidang tertentu lainnya yang pernah

diraih oleh umat Islam pada masa terdahulu, serta dapat mengambil ibrah

atau pelajaran dari kejadian-kejadian dan perjuangannya.

13
14

B. Saran

Setelah penulis memaparkan kesimpulan diatas, selanjutnya penulis akan

memberikan saran yang berkaitan dengan sejarah peradaban Islam. Penulis

memiliki saran, diantaranya:

1. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap banyak orang-orang yang lebih

mengetahui mengenai sejarah peradaban Islam, karena penulis masih sering

menemukan bahwa orang-orang tidak mengetahui bahwa Islam juga memiliki

sejarah peradaban dari masa ke masa dan jauh sebelum Islam masuk ke

Indonesia.

2. Penulis berharap, banyak buku-buku yang membahas khusus mengenai

peradaban atau kebudayaan Islam secara lengkap, karena selama ini bahasan

mengenai peradaban Islam hanya sedikit dibahas dalam buku-buku sejarah.

Kalaupun ada buku yang membahas secara khusus mengenai sejarah

peradaban Islam ini, itu merupakan buku terbitan lama (tua) yang sangat sulit

untuk didapatkan. Buku-buku tua tersebut, rata-rata tidak dicetak ulang lagi.

3. Penulis berharap, mahasiswa (i) mampu mempelajari mengenai sejarah dan

ruang lingkup sejarah sebagai ilmu dan peletakan dasar-dasar pengkajian

sejarah peradaban Islam secara intensif dan lebih luas.

4. Penulis juga berharap, ada peneliti yang mampu melengkapi kekurangan dari

makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

C.E. Bosworth. Dinasti-Dinasti Islam. Bandung: Mizan, 1980.

Edyar, Busman dan Ilda Hayati. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka
Asatruss, 2009.

Headquarter. Faktor-Faktor Pendorong Kemajuan Peradaban Islam Pada Abad

Pertengahan. Jakarta: Widya Wicara, 2021. Dari

https://widyawicara.com/article/read/faktor-faktor-pendorong-kemajuan-

peradaban-islam-pada-abad-pertengahan diakses pada 05 Maret 2022

pukul 14.40.

Nasution, Syamrudin. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2018.

Sjanu, Asna. Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:

Kompasiana, 2017. Dari

https://www.kompasiana.com/asna/58ecf1406523bd9d6ddaea59/manfaat-

mempelajari-sejarah-kebudayaan-islam diakses pada 05 Maret 2022 pukul

14.46.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2003.

15
PERTANYAAN

1. Baso Ahmad Fajar (90400121074)

Pada masa siapa peradaban Islam mencapai kejayaan?

Jawab: Catatan sejarah menunjukkan bahwa peradaban Islam pernah

mencapai kejayaan pada masa kerajaan Bani Abbasiyah yang berpusat

di Baghdad Irak, kerajaan Bani Fatimiyah di Kairo Mesir, dan kerajaan

Bani Umayyah di Cordova Spanyol.

2. Nurfadillah Annisa Arifin (90400121099)

Kapan sejarah peradaban Islam disebut mengalami kemunduran?

Jawab: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M. Hum., memaparkan bahwa pada

umumnya sejarahwan menunjukkan bahwa fase kemunduran

berlangsung 1250-1500 M yang selama zaman ini desentralisasi dan

disintegrasi pada masa sebelumnya (1000-1250 M).

3. Arinil Ichsani Rahman (90400121085)

Siapa pihak yang terlibat dan strategi apa yang dilakukan untuk

kemajuan peradaban Islam?

Jawab: Peradaban Islam semakin maju dengan perpindahan kekuasaan dari

dinasti Bani Umayyah ke Dinasti Bani Abbasiyyah. Pusat kota

kerajaan Bani Abbasiyyah terletak di Baghdad menggantikan kota

Damaskus pada masa Dinasti Umayyah. Perpindahan ibu kota kerajaan

ini dilakukan oleh Khalifah Al-Manshur (754-775 M). pada tahun 775

M kepemimpinan Al-Manshur digantikan oleh Khalifah Al-Mahdi


(775-785 M). pada zaman ini perekonomian Negara mulai meningkat

dengan berkembangnya bidang pertanian dan pertambangan.

4. Multazam Ramadhan Mukhtar (90400121087)

Seperti apa kontribusi keluarga dalam mengembangkan peradaban

Islam?

Jawab: Pendidikan intelektual harus dilakukan dalam keluarga sejak dini,

karena peradaban masa depan umat amat bergantung kepada kapasitas

intelektual mereka. Anggota keluarga harus memiliki kecerdasan yang

memadai, sebab mereka harus bersaing dengan beraneka kebudayaan

sebagai konsekuensi logis globalisasi informasi. Pendidikan sosial

bermaksud menumbuhkan kepribadian sosial anggota keluarga, agar

mereka memiliki kemampuan bersosialisasi dan menebarkan

kontribusi positif bagi upaya perbaikan masyarakat. Pendidikan sosial

memunculkan solidaritas sosial yang pada gilirannya akan

mengoptimalkan peran sosial seluruh anggota keluarga.

5. Nurul Zhafira (90400121069)

Bagaimana cara para sejarawan menetapkan periodisasi peradaban

Islam?

Jawab: Cara para sejarawan menetapkan periodisasi peradaban Islam itu

berbeda-beda tergantung dari perspektif masing-masing. Sejarah itu

bersifat subjektif dan sudut pandang setiap orang berbeda-beda

sehingga menimbulkan penilaian yang berbeda. Oleh karena itu,

terdapat perbedaan cara para sejarawan menetapkan periodisasi


peradaban Islam karena cara berpikir dan sudut pandang yang

berbeda.
BIODATA PENULIS

1. Nama : Ahmad Habibi


NIM : 90400121067
Jurusan : Akuntansi - C
Tempat/tanggal lahir : Maros, 15 Agustus 2003
Alamat : Dusun Kajuara, Desa Uludaya, Kec. Mallawa
Motto : Rahasia keberhasilan adalah kerja keras dan
belajar dari kegagalan.

2. Nama : Nayla Lestari


NIM : 90400121070
Jurusan : Akuntansi - C
Tempat/tanggal lahir : Kumai, 02 Maret 2004
Alamat : Tanah Lemo kec. Bonto Bahari Kab. Bulukumba
Motto : Genggamlah dunia sebelum dunia
menggenggammu.
3. Nama : Zalwa Fiqrianti Andini
NIM : 90400121076
Jurusan : Akuntansi - C
Tempat/tanggal lahir : Ternate, 07 Oktober 2003
Alamat : Perumnas Sudiang Kec. Biringkanaya, Makassar
Motto : Jangan hanya menunggu, tapi ciptakan waktumu
sendiri.
MAKALAH

ARAB SEBELUM ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Alimuddin, S.Pd.i.,M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

Multazam Ramadhan Mukhtar (90400121087)

A. Dwy Juasnita (90400121083)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita curahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Arab
Sebelum Islam”. Tak lupa juga shalawat serta salam kita kirimkankepada baginda
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, nabi yang telah membawa umatnya
dari alam kegelapan, menuju alam yang terang benderang, dan juga merupakan suri
tauladan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Alimuddin,


S.Pd.i.,M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, karena telah
memberi bimbingan maupun dukungan dalam pembuatan makalah ini, sehingga
dapat berjalan dengan lancar.

Makalah ini telah kami buat semaksimal mungkin, dangan bantuan dari
berbagai pihak. Namun, kami menyadari bahwa ada banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Maka, kami selaku penulis sangat mengharapkan saran
atau kritikan dari para pembaca agar pada pembuatan makalah selanjutnya, kami
dapat membuatnya dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan memberi manfaat bagi para pembaca.

Gowa, 04 Maret 2022

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Geografiz Jaziah Arab ...................................................................................................... 3
B. Sistem Sosial Bangsa Arab ........................................................................................... 5
C. Sifat Bangsa Arab......................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN ................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemahaman konteks masyarakat sebelum kedatangan Islam, memiliki peran


penting setidaknya sebagai wahana kita memahami bahwa hadirnya Islam
memberikan kontribusi signifikan dalam kehidupan. Meskipun dalam beberapa hal
ajaran-ajaran Islam memiliki kesinambungan dengan ajaran yang diturunkan kepada
nabi sebelumnya, namun bisa dipastikan bahwa ajaran Islam memiliki kontribusi
yang penting dalam membangun peradaban manusia. Pendeknya, diantara poin
penting mempelajari kondisi Arab pra Islam , kita memiliki wawasan yang luas
sehingga mampu mendeskripsikan secara mudah tatkala muncul pertanyaan apa
bedanya yang terjadi di Arab sebelum dan setelah kedatangan Islam.

Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa jahiliyyah.
Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab
khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan
area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup berkabilah. Mereka berada
dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan kegelapan dan
kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai
kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan
dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan
kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga datang Islam di
tengah-tengah mereka.

Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali
tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai
bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah misalnya pada waktu itu

1
2

merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya
yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan penghubung jalur
perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria. Rentetan peristiwa yang
melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji.
Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia yang terlepas dari konteks
historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu peristiwa dengan
peristiwa lainnya terdapat hubungan yang erat dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra Islam. 1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana geografis jazirah arab ?

2. Mengapa sistem sistem sosial bangsa arab ?

3. Apa saja sifat bangsa arab ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui geografis jazirah arab

2. Untuk mengetahui sistem sosial bangsa arab

3. Untuk mengetahui sifat sifat bangsa arab

1
Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UIN-Maliki
Press), hlm 59
BAB II

PEMBAHASAN

A. Geografis Jazirah Arab


Sebelum Islam datang kondisi geografis Jazirah Arab tidaklah seperti
sekarang ini. Dahulu, kawasan Jazirah Arab sebagian besar tanahnya berupa
hamparan gurun pasir yang disebut Badiyat Asy-Sya’in, Perbukitan batu
dinamakan Arabia Petraea, hingga Arabia Felix, atau bumi hijau. Kondisi
geografis Jazirah Arab seperti demikian sebelum Islam datang, hingga akhirnya
daerah tersebut sering dikenal dengan sebutan tanah gundul, padang pasir,
hingga tanah gersang. Sebutan dan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu
kepada Jazirah Arab. Arab menurut bahasa berarti, tanah gundul, padang pasir,
gersang, dan tiada air, maupun tanaman.

para ahli bumi zaman dahulu seperti Deodore, Strab, dan Ptolemeus
membagi Jazirah Arab berdasar karakter tanahnya atas tiga bagian yaitu:
Pertama, diberi nama Arabia Petraea, yaitu daerah-daerah yang berbukit-bukit
batu memanjang dari Semenanjung Sinai, Pakistan yang sejajar dengan Laut
Merah. Pegunungan batu membujur Laut Merah di bagian utara Midran
mencapai ketinggian 3000 meter, sedang bagian selatan berada di puncak
Gunung Jabal Nabi Syu’aib mencapai 4000 meter. Adapun pegunungan batu di
As-Sarah, Hijaz mencapai 3.300 meter lebih. 2

Kedua, wilayah yang sebagian besar terdiri gurun pasir yang dinamakan
Arabian Desertae. Sedangkan Steppe adalah daratan yang melingkari
pegunungan, dan ditutupi oleh pasir yang di bawahnya mengandung air. Di
daerah Steppe atau Darah, terdapat mata air yang bisa dijadikan tanah pertanian,

2
TIMES.ID. Kondisi geografis jazirah arab sebelum islam datang. [Suryati ningsih 04
november 2020] https://ibtimes.id/kondisi-geografis-jazirah-arab-sebelum-islam-datang/

3
4

dan ladang-ladang tempat orang Arab menggembalakan ternaknya. Tanah


pertanian dan ladang tempat menggembala ternak tersebut disebut Wadi atau
Oasis. Di daerah Wadi inilah nantinya 3dibangun desa-desa untuk dijadikan
sebagai tempat tinggal sementara bagi orang-orang Arab yang nomaden itu.
Wadi-wadi ini menjadi tempat persinggahan para pedagang dan jemaah haji.
Beberapa wadi yang terkenal, yaitu: wadi Sirhan, Wadi Rummah, Wadi Dawasir,
dan Wadi Aflaj yang terdapat sebuah waduk. Baca Juga Naskah Digital
Tuntunan Salat dari Kampung Situ Gede Ketiga, Arab Felix, yang dalam bahasa
Arab disebut Al-Bilad As- Sai’dah, atau sering disebut juga Al-Ardi Ar-Khadira’
(bumi hijau). Dinamakan Al-Ardi Ar-Khadira’ (bumi hijau) karena banyaknya
pepohonan dan rerumputan tumbuh dengan subur. Arabia Felix terletak di bagian
selatan Semenanjung Arab, yang terbentang dari Yaman sampai ke Oman.
Kawasan ini disebut sering mendapat curahan hujan tinggi hingga membuat
daerah tersebut subur. Sana’a sebagai ibukota Yaman terletak pada ketinggian
2000 meter dari permukaan laut yang disebut juga sebagai salah satu kota
terkaya dan terindah di sepanjang Semenanjung Arabia.

Kehidupan bangsa arab sebelum diutusnya Muhammad SAW sebagai nabi


dan rasul terkenal dengan zaman jahiliyah artinya zaman kebodohan atau
kegelapan. Pada zaman jahiliyah itu yang berkuasa adalah para pemimpin suku.
Keadaan mereka yang bersuku-suku sangat fanatic terhadap sukunya
menyebabkan mereka berselisih paham dan bahkan sering terjadi permusuhan
peperangan, karena alasan membela suku.agama yang mereka anut pada masa
pra islam adalah menyembah berhalah. 4

3
TIMES.ID. Kondisi geografis jazirah arab sebelum islam datang. [Suryati ningsih 04
november 2020] https://ibtimes.id/kondisi-geografis-jazirah-arab-sebelum-islam-datang/

4
Cholil Umam, Sejarah Kebudayaan Islam MiKelas 3, (sidoarjo: Duta Aksara, 2004) hlm 8
5

B. Sistem Sosial Bangsa Arab


Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ditulis Masudul
Hasan dalam History of Islam. Buku tersebut menceritakan, masyarakat Arab
mengalami kemerosotan moral. Minuman keras, judi, cabul, dan seks bebas
adalah hal biasa. "Kaum wanita di perlakukan seperti barang bergerak yang
dapat di jual atau dibeli. Para penyair mendendangkan
keburukan moral dengan penuh kebanggaan. Jika ada yang meninggal, maka
anak mewarisi ibu tiri dan barang lainnya," tulis buku tersebut. Anak bahkan
bisa menikahi ibu tiri mereka. Yang lebih parah, anak perempuan yang baru
lahir akan dicekik atau dikubur hidup-hidup. Selain itu, perbudakan adalah hal
wajar dengan majikan yang berkuasa penuh hingga hidup mati.
Dengan kondisi tersebut, mereka yang kaya hidup bergelimang harta
sedangkan yang miskin semakin kekurangan. Jurang pemisah antara
masyarakat kaya dan miskin terasa makin dalam dan jauh. Masyarakat kaya
dapat mengeksploitas yang lebih miskin. "Kondisi Masyarakat Arab Sebelum
Kedatangan Islam. Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ini
berubah usai kedatangan Rasulullah SAW, yang membawa ajaran Islam dari
Allah SWT. Namun Islam sejatinya tidak mengubah seluruh tatanan dan nilai
yang dianut masyarakat Arab. Repository yang mengutip The Makkan
Crubicle karya Zakaria Bashier menyatakan, Islam mengarahkan nilai-nilai
masyarakat Arab hingga sesuai syariat. Nilai yang baik dipertahankan meski
cara dan tujuan mencapainya diubah. Tentunya tradisi dan kebiasaan buruk
yang tidak sesuai ajaran Islam dihapus. Misalnya membunuh anak perempuan
baru lahir, seks bebas, berjudi, dan merendahkan wanita. Perubahan dilakukan
meski membutuhkan pengorbanan dan waktu yang tidak sebentar.5

5
Detiknews, By Rosmha Widiyani. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Kedatangan Islam, ada
di masa jahiliyah. https://news.detik.com/berita/d-5699736/kondisi-masyarakat-arab-sebelum
kedatangan-islam-ada-di-masa-jahiliah di akses pada 28 agustus 2021 pukul 07.01 WIB
6

Manusia pada zaman itu hidup dengan sangat sengsara, mereka


dirampas kehormatannya, dijadikan budak dan diperlakukan sangat tidak baik
terutama pada kaum wanita, mereka juga merupakan orang yang suka
berselisih dan bertengkar, di zaman ini juga banyak sekali terjadi peperanagan
dan masyarakat Arab sama sekali tidak mengenal apa itu membaca dan
menulis. Pada zaman ini masyarakat Jahiliyyah juga identik dengan kondisi
sosial yang sangat buruk, banyak pertumpahan darah, perbuatan yang keji
seperti jika seorang perempuan memiliki anak perempuan maka akan dikubur
hidup-hidup karena malu. Mereka menganggap anak perempuan itu membawa
kemiskinan dan kesengsaraan, jika seandainya anak perempuan itu lolos dan
tidak dibunuh, maka anak perempuan itu akan hidup dalam kehinaan. Tidak
hanya anak perempuan, anak laki-laki pun juga banyak yang dibunuh karena
mereka takut miskin karena mempunyai seorang anak. Hal inilah yang
menyebabkan kebudayaan bangsa Arab tidak maju.
Sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. masyarakat Arab pada
zaman ini menganut agama atau kepercayaan salah satunya yaitu agama
watsaniyah, agama watsaniya yaitu agama yang menyekutukan Allah dengan
menyembah aushab (batu yang dibuat menjadi patung) dan ashaam (semua
patung yang terbuat dari selain batu), mereka berdoa dan meminta
pertolongan dari batu tersebut. Mereka menganggap batu-batu tersebut suci
dan mereka percaya bahwa batu-batu tersebut dapat mengabulkan permintaan
mereka. Awal mula dari penyembahan berhala adalah ketika kebiasaan orang
yang keluar dari kota Makkah lalu mereka mengambil batu di sekitar Kabah
lalu mereka akan mensucikan batu tersebut untuk disembah. Ada beberapa
kepercayaan lainnya seperti menyembah binatang, bulan, pohon dan
sebagainya. Setelah itu terjadi penyimpangan diatara mereka yang
menyebabkan masuknya banyak kepercayaan lain seperti Yahudi dan masehi
yang masuk melalui jalur perdagangan.
7

Kondisi sosial pada Zaman ini memiliki beberapa kelas masyarakat


yang kondisinya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keluarga
dikalangan bangsawan sangat diprioritaskan dan mereka memiliki otoritas dan
pendapat yang harus didengar. Berbeda dengan keluarga dikalangan bawah,
mereka tidak memiliki hak apapun, mereka hanya menjadi budak. Para wanita
pada zaman ini sama sekali tidak diperlakukan dengan baik, mereka hanya
menjadi budak laki-laki yang tugasnya hanya melayani para laki-laki. Banyak
perempuan yang diperjual belikan atau bahkan banyak yang menjadi pelacur.
Pada zaman ini perempuan sangatlah dibenci, seperti yang dijelaskan diatas
jika ada seorang bayi perempuan lahir mereka akan membunuhnya demi
menutupi aib keluarga. Banyak wanita yang hidup dengan suami yang
memiliki banyak istri. Banyak juga wanita yang menjadi pelacur, bagi
sebagian golongan yahudi menganggap ayah seorang wanita memperjual
belikan putrinya.

Masyarakat Arab sebelum Islam sebenarnya sudah mengenal tradisi


menulis puisi. Mereka bersyair dan mengubah sayir dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari mereka, sehingga munculah semboyan Asy-syi'ru
Diwanul Arab yang berarti puisi adalah rumah bagi bangsa Arab. Mereka
menganggap puisi-puisi yang mereka tulis tersebut merupakan bentuk dari
peradaban dan warisan bangsa Arab. Di samping kentalnya budaya menulis
dan berpuisi bangsa Arab ternyata hal tersebut tidak dibarengi dengan kondisi
perilaku mereka yang baik, karena itulah zaman ini disebut zaman jahiliyah.
Sebenarnya zaman Jahiliyyah bukan hanya sekedar zaman sebelum datangnya
ajaran Nabi Muhammad SAW, tetapi zaman Jahilliyah yang sebenarnya
berkaitan dengan masalah moral masyarakat pada saat itu, dimana masyarakat
pada saat itu sama sekali tidak memiliki pegangan hidup yang baik sebagai
petunjuk. Pada masa Arab pra islam tindakan mereka sama sekali tidak
manusiawi, muali banyaknya peperangan dan pembunuhan hal itu
8

menyebabkan hilangnya ketauhidan bangsa Arab karena tidak adanya


figur seorang pemimpin yang mengayomi semua umat.6
C. Sifat bangsa arab
Orang-orang Arab sebelum Islam masuk dikenal sebagai masyarakat jahiliyah
(berada dalam kebodohan karena menyembah berhala dan sombong). Namun,
di luar itu, ternyata orang-orang Arab masih memiliki sifat-sifat mulia.
Pernyataan ini disampaikan Dr Raghib as-Sarjani dalam Shifat al-Arab wa
Akhlaquhum. Sifat-sifat ini, di antaranya
 kejujuran. Dahulu orang-orang Arab enggan untuk berbohong. Dan
sifat ini pula yang melekat kepada Rasulullah SAW dan para
sahabatnya Abu Bakar Ash shiddiq.
 murah hati. Masyarakat Arab terbiasa untuk menghormati tamu
dengan penyambutan dan makanan yang baik dan mereka biasa
menyalakan api di malam hari. Salah satu tokoh Arab yang dikenal
karena kemurahan hatinya adalah Hatim At-Thai.
 adil. Meski perbudakan masih terjadi, masyarakat pada umumnya
tidak ada pengorbanan jika tidak bersalah. Mereka juga hidup bebas
dan menolak ketidakadilan.
 bertetangga dengan baik. Masyarakat Arab memegang teguh untuk
memenuhi hak-hak tetangga. Terutama, saling melindungi dan tolong
menolong di antara mereka. Dengan memenuhi hak tetangga maka
sama seperti menjaga kemuliaan.
 kesabaran. Kondisi kehidupan orang Arab di Jazirah Arab sangat keras
dan inilah yang memberi mereka kekuatan dan kesabaran untuk
menanggung berbagai kesulitan yang mungkin mereka hadapi, seperti
kelaparan, perjalanan jauh, dan lainnya.

6
Kompasiana. By Via Melinda Devi. Kondisi sosial dan kebudayaan masyarakat arab pra
islam. https://www.kompasiana.com/via82252/5fffa5068ede48303f7dddc4/kondisi-sosial-dan-
kebudayaan-masyarakat-arab-pra-islam di akses 14 januari 2021 pada pukul 09.19
9

 keberanian. Keberanian adalah karakteristik naluriah di setiap orang


Arab, karena orang Arab memiliki kekuatan untuk mendorongnya
berperang tanpa rasa takut, dan untuk mendukung yang tertindas tanpa
ragu-ragu.
 loyalitas. Selain jujur, masyarakat Arab juga terkenal loyal. Orang
Arab biasa menepati sumpah mereka, memuji yang setia, dan
mencemarkan nama baiknya, dan menolak berkhianat atau tidak
menetapi janji. 7

7
REPUBLIKA.co.id. by Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah. 7 sifat mulia
yang dimiliki masyarakat arab sebekum islam https://www.republika.co.id/berita/qnvf62320/7-sifat-
mulia-ini-dimiliki-masyarakat-arab-sebelum-islam di akses 02 februari 2021 pada pukul 05.30
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sebelum islam datang kondisi geografis jazirah arab tidaklah seperti
sekarang ini. Kawasan jazirah arab sebagian besar tanahnya berupa
hamparan gurun pasir yang disebut badiyat Asy- Sya’in, perbukitan
batu dinamakan Arabia petrea, hingga Arabia filex, atau bumi hijau.
Jazirah arab adalahnama lain dari semenanjung Arabia, sebuah
semenanjung yang terletak di benua asia bagian barat. Istilah jazirah
arab secara harfiah berarti pulau arab dalam bahasa arab.
2. Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ditulis Masudul
Hasan dalam History of Islam. Buku tersebut menceritakan,
masyarakat Arab mengalami kemerosotan moral. Minuman keras,
judi, cabul, dan seks bebas adalah hal biasa. "Kaum wanita di
perlakukan seperti barang bergerak yang dapat di jual atau dibeli.
Para penyair mendendangkan keburukan moral dengan penuh
kebanggaan. Jika ada yang meninggal, maka anak mewarisi ibu tiri
dan barang lainnya,". Anak bahkan bisa menikahi ibu tiri mereka.
Yang lebih parah, anak perempuan yang baru lahir akan dicekik atau
dikubur hidup-hidup. Selain itu, perbudakan adalah hal wajar dengan
majikan yang berkuasa penuh hingga hidup mati.
3. Orang-orang Arab sebelum Islam masuk dikenal sebagai masyarakat
jahiliyah (berada dalam kebodohan karena menyembah berhala dan
sombong). Namun, di luar itu, ternyata orang-orang Arab masih
memiliki sifat-sifat mulia. Pernyataan ini disampaikan Dr Raghib as-
Sarjani dalam Shifat al-Arab wa Akhlaquhum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam


(Malang: UIN-Maliki Press),

TIMES.ID. Kondisi geografis jazirah arab sebelum islam datang. [Suryati


ningsih 04 november 2020] https://ibtimes.id/kondisi-geografis-jazirah-arab-sebelum-
islam-datang/

Cholil Umam, Sejarah Kebudayaan Islam MiKelas 3, (sidoarjo: Duta Aksara,


2004)

Detiknews, By Rosmha Widiyani. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum


Kedatangan Islam, ada di masa jahiliyah. https://news.detik.com/berita/d-
5699736/kondisi-masyarakat-arab-sebelum kedatangan-islam-ada-di-masa-jahiliah di
akses pada 28 agustus 2021 pukul 07.01 WIB

Kompasiana. By Via Melinda Devi. Kondisi sosial dan kebudayaan


masyarakat arab pra islam.
https://www.kompasiana.com/via82252/5fffa5068ede48303f7dddc4/kondisi-sosial-
dan-kebudayaan-masyarakat-arab-pra-islam di akses 14 januari 2021 pada pukul
09.19

REPUBLIKA.co.id. by Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih


Nashrullah. 7 sifat mulia yang dimiliki masyarakat arab sebekum islam
https://www.republika.co.id/berita/qnvf62320/7-sifat-mulia-ini-dimiliki-masyarakat-
arab-sebelum-islam di akses 02 februari 2021 pada pukul 05.30

11
12

PERTANYAAN

1. Nurfadillah Annisa Arifin (90400121083)


Mengapa harus menggunakan nama bapak bukan nama ibu?
Jawaban:
Karena nasab atau garis keturunan seorang anak berasal darisang ayah.
Karena diakhirat Allah akan memanggil nama nama setiap muslim diikuti
dengan nama ayahya, seperti menambahkan bin untuk laki laki dan binti
untuk anak perempuan

2. Ashraf Reza Pahlevi (90400121073)


Mengapa pada masa itu mereka menyembah berhala?
Jawaban:
Alasan bangsa arab menyembah berhala adalah karena irang arab percaya
bahwa berhala ini dapat menjadi prantara dalam doa mereka kepada Allah dan
dapat membantu mengabulkan permintaan mereka, dengan kata lain mereka
menyembah berhala karena ingin ada tuhan yang Nampak dan dekat pada
mereka. Walaupun itu dibuat dari tangan mereka sendiri

3. Nursyamsi Palinrungi (90400121088)


Apakah ada cara-cara khusus yang dilakukan mereka dalam bertani dan
berternak? Secara dilihat kondisi alam sekitarnya tidak mendukung.
Jawaban:
Dengan cara memilih bibit yang cocok ditananam di musim panas yaitu
dengan menanam buah kurma dan berternak sambil menggiring ternak mereka
menuju daerah curah hujan tinggi atau kepadang rumput.

4. Mengapa orang orang arab sebelum islam berpindah pindah tempat


Jawaban:
13

Karena bangsa arab hidup berpindah pindah yaitu karena tanahnya terdiri atas
gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan

5. Bagaiama kondisi sosial budaya orang arab sebelum datangnya islam?


Jawaban:
Kondisi sosial masyarakat arab sebelum islam datangnya islam yaitu
menganggap melahirkan anak perempuan adalah sebuah aib keluarga
sehingga mereka membunuh anak perempuan dengan hidup hidup dan
banyaknya perjudian.
SEJARAH PERADABAN ISLAM

“BIOGRAFI NABI MUHAMMAD SAW”

Oleh ( Kelompok 3 ) :

❖ NUR FADILLAH ANNISA ARIFIN (90400121099)

❖ ILFA DAMAYANTI (90400121081)

❖ TRI ERLIANTI MUS (90400121097)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.adapun tema dari makalah ini
adalah Biografi Nabi Muhammad SAW Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

PENULIS

Gowa, 6 MARET 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ……………………………………………………………4


B. Rumusan masalah ………………………………………………………...4
C. Tujuan …………………………………………………………………….5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Silsilah Nabi Muhammad SAW ………………………………………….6


B. Istri-istri dan Putra Putri Nabi Muhammad SAW ………………………..8
C. Sifat sifat Nabi Muhammad SAW ………………………………………10

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………...14
B. Saran …………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama kali menerapkan Islam
secara total. Ia mendapat bimbingan dan pengarahan langsung dari Allah melalui
wahyu-Nya. Makà, tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui dan memahami
Islam selain Nabi Muhammad SAW. Karena itu beliaulah satu-satunya yang pantas
menjadi teladan dan panutan orang-orang yang mengharap rahmat Allah pada hari
akhir serta bagi mereka yang ingin melaksanakan kewajiban Islamnya dengan benar.1

Namun sekarang ini banyak umat Islam (terutama generasi muda), bahkan
anak-anak yang masih dibawah umur, mengidolakan bahkan hingga meniru perilaku
tokoh-tokoh populer tertentu. Ada kalanya, umat memang mengidolakan tokoh-tokoh
yang memiliki prestasi positif; misalnya atlet, ilmuwan, dai, atau seniman. Tetapi
sering pula kita melihat bahwa tokoh-tokoh yang dijadikan panutan tersebut adalah
manusia-manusia yang sesungguhnya memiliki perilaku yang jauh dari konsepsi
islami.

Bangsa kita yang mayoritas muslim, kerap mengingkari ketauladanan


Rasulullah Muhammad Saw. Menurut kami terjadinya krisis keteladanan,
dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap Rasulullah serta kurangnya mengenal
sifat-sifat rasul.

1
“Biografi Nabi Muhammad, Manusia Teragung Sepanjang Masa,” accessed June 24, 2022,
https://kalam.sindonews.com/berita/1313232/70/biografi-nabi-muhammad-manusia-teragung-
sepanjang-masa.

4
B. Rumusan Masalah

1. Silsilah Nabi Muhammad SAW ?


2. Istri istri dan putra putri Nabi Muhammad SAW ?
3. Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW ?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui silsilah Nabi Muhammad SAW
2. Mengetahui istri istri dan putra putri Nabi Muhammad SAW
3. Mengetahui sifat-sifat Nabi Muhammad SAW

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Silsilah Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW lahir dari keturunan bangsawan kabilah Quraisy. Beliau
mempunyai silsilah yang jelas, sebagaimana layakya keluarga Arab terhormat pada
masa itu. Beliau sendiri menyatakan bahwa keturunannya adalah keturunan pilihan
diantara kabilah- kabilah Arab, yaitu keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dari
keturunan Ismail terpilih Kinanah, dari keturunan Kinanah terpilih Quraisy, dari
keturunan Quraisy terpilih Hasyim dan dari keturunan Hasyimlah beliau lahir.2

Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul-Muththalib (nama aslinya Syaibah), bin


Hasyim, bin Abdu Manaf (nama aslinya Al-Mughirah), bin Qushay, bin Kilab, bin
Murrah, bin Ka'b, bin Lu'ay, bin Ghalib, bin Fihr (nama aslinya Quraisy dan menjadi
cikal bakal nama kabilah), bin Malik, bin An-Nadhr (nama aslinya Qais), bin
Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah (nama aslinya Amir), bin Ilyas, bin Mudhar,
bin Nizar, bin Ma'ad, bin Adnan. bin Add bin Humaisi', bin Salaman, bin Aush, bin
Bauz, bin Qimwal, bin Ubay, bin Awwam, bin Nasyid, bin Haza, bin Baldas, bin
Yadlaf, bin Thabikh, bin jahim, bin Nahisy, bin Makhy, bin Aidh, bin Abqar, bin
Ubaid, bin Ad-Da'a, bin Harridan, bin Sinbar, bin Yatsriby, bin Yahzan, bin Yalhan,
bin Ar'awy, bin Aidh, bin Daisyan, bin Aishar, bin Afnad, bin Aiham, bin Muqshir,
bin Nahits, bin Zarih, bin Sumay, bin Muzay, bin Iwadhah, bin Aram, bin Qaidar, bin
Isma'il Alaihi-Salam, bin Ibrahim Alaihi-Salam bin Tarih (nama aslinya Azar), bin
Nahur, bin Saru' atau Sarugh, bin Ra'u, bin Falakh, bin Aibar, bin Syalakh, bin
Arfakhsyad, bin Sam, bin Nuh Alaihi-Salam, bin Lamk, bin Mutwashyalakh, bin
Akhnukh atau ldris Alaihis-Salam, bin Yard, bin Mahla'il bin Qainan, bin Yanisya,

2
“Biografi Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat,” kumparan, accessed June 24, 2022,
https://kumparan.com/berita-hari-ini/biografi-nabi-muhammad-saw-dari-lahir-hingga-wafat-
1vhKYRr5gEt.

6
bin Syits Alaihi-Salam, bin Adam Alaihis-Salam. Ibunya bernama Aminah binti
Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah.

Abdullah adalah putra kesayangan Abd. Al-Mutthalib. Dia kawin dengan


Aminah binti Wahab pada usia sekitar 24 tahun. Keduanya adalah pasangan yang
serasi, pemuda tampan dan gadis jelita. Abd. Al-Mutthalib dan Wahab menurunkan
keluarga yang terpandangan di kalangan kabilah-kabilah Arab. Kurang lebih 3 bulan
setelah pernikahannya, Abdullah berangkat ke Negeri Syria untuk berdagang. Pada
waktu itu Aminah telah memperlihatkan tanda-tanda kehamilah. Dalam perjalanan
pulang di kota Yastrib mendadak Abdullah jatuh sakit dan akhirnya meninggal.

Aminah melahirkan Nabi pada tanggal 12 Rabiul awal bertepatan dengan 20


April, 571 tahun setelah kelahiran Nabi Isa as. Pada hari ketujuh setelah kelahiran
Rasulullah, kakeknya menyembelih hewan kurban untuknya dan mengundang
seluruh suku quraisy. Di tengah menikmati jamuan itu, mereka bertanya, “Wahai
Abdul Mutthalib, kau beri nama siapa (anak itu)? “ Jawab Abdul Mutthalib, “ Aku
memberinya nama Muhammad. “Mereka bertanya lagi,

“Mengapa engkau lebih memilih nama itu ketimbang menamainya dengan salah
satu nama leluhurnya?” Dia menjawab, “ (Karena) aku ingin Allah yang di langit
memujinya dan semua manusia yang ada di muka bumi ini memujinya pula.

Ibunya sendiri meninggal ketika usianya baru enam tahun di Abwa, sebuah
tempat diantara Mekah dan Madinah. Kemudian dikebumikan di Abwa. Ceritanya,
ibu dan anak itu sedang dalam perjalanan kunjungan kepada keluarga dari garis
ibunya. Muhammad selanjutnya diasuh kakeknya, Abdul Mutthalib. Sebelum
meninggal, kakeknya berpesan kepada Abu Thalib, pamannya, untuk meneruskan
pengasuhannya. Saat itu usia Muhammad delapan tahun. Abu Thalib adalah orang
yang sangat kekurangan dalam harta benda, namun ia tetap tidak khawatir untuk
mengasuh Nabi Muhammad.

7
Pada usia 25 tahun, Rasulullah saw memimpin kafilah dagang ke Syam
membawa dagangan Khadijah ra. Di Mekah ia baru dikenal sebagai al-Amin, dan
itulah yang menjadi alasan ia menikah dengan Khadijah ra.3

B. Istri Istri dan putra putri Nabi Muhammad SAW


1. Khadijah binti Khuwailid
Beliau wanita pertama yang menjadi istri pertama Nabi saw, dan Nabi
tidak pernah menikah lagi sampai beliau wafat. Dari Khadijah, Nabi
Muhammad memiliki anak sebanyak 7 orang yakni:
a. Al-Kasim
b. Abdullah
c. Ibrahim
d. Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan
e. Zainab, isteri Abdul Ash bin Rabi’
f. Ummu Kalsum, isteri Utsman bin Affan setelah Rukaiyah wafat
g. Fatimah, isteri Ali bin ABi Thalib
Anak-anak beliau yang laki-laki semuanya meninggal selagi jaman
jahiliyah, tetapi yang wanita, semuanya mendapat dan memeluk agama
Islam dan semuanya selamat berhijrah ke Madinah. Khadijah meninggal
pada saat usianya 65 tahun.4
2. Saudah binti Zam’ah
Saudah binti Zam’ah, adalah temasuk perempuan generasi pertama yang
memeluk Islam. Bersama suami sebelumnya, Saudah ikut hijrah ke
Habasyah yang kedua. Tak lama setelah kembali ke Mekah, suaminya
meninggal. Rasulullah lalu menikahinya. Saudah meninggal di Madinah
pada akhir masa kekhalifaan Umar.
3. Aisyah binti Abu Bakar
3
“Biografi Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat.”
4
“13 Nama Istri Nabi Muhammad SAW Yang Perlu Parents Ketahui,” accessed June 24, 2022,
https://id.theasianparent.com/nama-istri-nabi-muhammad.

8
Aisyah adalah istri Nabi yang dinikahi ketika usianya baru 6 tahun, tetapi
baru akad saja. Ia satu-satunya istri Rasulullah yang perawan. Ia adalah
orang yang paling memahami Al-Qur’an. Aisyah sendiri meninggal pada
bulan Ramadhan tahun ke-58 hijrah. Pada saat itu usianya 65 tahun.5
4. Hafshah binti Umar
Rasulullah menikahinya pada bulan sya’ban, tiga puluh bulan sebelum
hijrah. Saat itu usianya baru 21 tahun. Dan meninggal juga pada bulan
sya’ban 45 tahun setelah hijrah, di Madinah.
5. Ummu Salamah
Rasulullah menikahinya pada tahun ke-4 hijriah ketika usianya 27 tahun.
Ummu Salamah adalah istri Rasulullah yang meninggal paling belakangan
keika berusia 86 tahun. Ia adalah perempuan yang cerdas dan pandai.
6. Zainab binti Khuzaimah
Rasulullah menikahinya ketika berusia 29 tahun, pada bulan ramadhan, 30
bulan setelah hijrah, Zainab meninggal mendahului nabi dan dialah orang
yang direkomedasikan Ummu Salamah sebagai gantinya.
7. Juwairiyah binti Al-Harits
Juwairiyah merupakan tahanan perang, yang kemudian dibebaskan dan
dinikahi oleh Rasulullah. Pada saat dinikahi ia berusia 25 tahun. Ia
meninggal pada tahun ke-50 hijriah pada usia 70 tahun.
8. Ummu Habibah Rumlah binti Abi Sufyan
Ketika masih di Habasyah, Rasulullah mengirim Amru ibn Umayyah
untuk menemui Najasy agar menikahkannya dengan Ummu Habibah.
Ummu Habibah meninggal pada tahun ke-44 hijriah
9. Zainab binti Jahsyin

5
“Mengenal Istri Nabi Muhammad SAW, Hanya Aisyah Yang Gadis Lainnya Janda,” accessed June 24,
2022, https://news.detik.com/berita/d-5086900/mengenal-istri-nabi-muhammad-saw-hanya-aisyah-
yang-gadis-lainnya-janda.

9
Rasulullah menikahinya pada tahun ke-3 hijriah, di Madinah. Saat itu
Zainab berusia 35 tahun. Sebelum dinikahi, Muhammad pernah
menikahkannya dengan Zaid ibn Haritsah, anak angkatnya. Namun
kemudian Allah membatalkan aturan bahwa mantan istri anak angkat tidak
boleh dinikahi dengan perintah-Nya kepada Rasulullah untuk
menikahinya.
10. Shafiyah binti Huyay
Rasulullah menawannya pada perang Khaibar, kemudian dibebaskan dan
dinikahinya. Shafiyah sendiri meninggal pada tahun ke-50 hijriah.
11. Maimunah binti Al-Harits al-Hilaliyah
Ia adalah perempuan terakhir yang dinikahi Rasulullah, yakni ketika
Rasulullah sedang menjalankan umrah Qadha pada tahun ke-8 hijriah. Ia
meninggal di rumah tempat ia dinikahi Rasulullah pada tahun ke-61
hijriah.
C. Sifat-Sifat Nabi Muhammad Saw
Menurut para teolog, esensi kenabian atau sifat-sifat wajib nabi adalah Sidiq
(benar), amanah, tabliq, cerdas.6
1. Sidiq (kebenaran)
Kejujuran atau kebenaran adalah dasar utama dari kenabian. Tidak ada
kebohongan atau tipuan yang pernah terdengar dari mereka, entah itu
secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Nabi pasti diberkahi
dengan kejujuran, karena Allah berkehendak agar setiap orang menjadi
benar dan menjunjung kebenaran.
Rasulullah dikenal sebagai orang yang benar dan jujur bahkan sebelum
Islam datang. Penduduk Mekah, bahkan kaum Kafir sekalipun
menyebutnya Al-Amin (yang dapat dipercaya). Bahkan musuh-musuhnya

6
“4 Sifat Nabi Muhammad yang Patut Diteladani,” suara.com, December 2, 2021,
https://www.suara.com/news/2021/12/02/142524/4-sifat-nabi-muhammad-yang-patut-diteladani.

10
tidak menuduhnya bohong setelah dia menyatakan kenabiannya, sebab tak
ada yang pernah mendengar ia berbohong.
Kebenaran adalah poros kenabian. Tak mungkin tidak, sebab jika seorang
Nabi bohong. Maka Allah berfirman:
Jika dia (Muhammad mengada-adakan sebagian perkataan (berbohong)
atas nama Kami, niscaya kami pegang dia pada tangan kanannya.
Kemudian kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada
seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi dari pemotong urat nadi
itu (Q.S 69: 45-47)
2. Amanah (dapat dipercaya)
Sebelum dan sesudah kemunculan Islam, musuh-musuh Nabi saw
sekalipun mengenal beliau sebagai orang yang terpercaya dan amanah.
Bahkan setelah menyatakan dirinya sebagai Nabi, para musuh beliau tetap
menitipkan barang-barang berharga mereka kepadanya. Mereka sama
sekali tidak khawatir beliau akan menyitanya atau menggunakannya demi
kepentingan Islam
3. Tabligh
Nabi-nabi diutus untuk menyampaikan risalah dan untuk menerangi jalan
menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Seorang nabi secara total
mengabdikan diri pada misinya dan karena itu merupakan altruis (orang
yang tidak mementingkan diri sendiri) yang hidup demi kebahagiaan dan
kebaikan orang lain. Para Nabi ditugaskan untuk menyampaikan risalah
Ilahi. Mereka melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, dengan sabar
menghadapi bencana bahkan penyiksaan, memenuhi tanggu jawab
mereka, dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah. Rasulullah
menyeru kepada semua penduduk Mekah, baik secara terang-terangan
maupun sembunyi-sembunyi.
4. Fatanah (Cerdas)

11
Cerdas adalah atribut penting lainnya dari kenabian. Dalam konteks ini,
kecerdasan ini mengandung makna khusus : suatu perpaduan dari
kekuatan penalaran, kecerdasan, intelegensi, penilaian yang sehat, dan
kebijaksanaan yang jauh melebihi kemampuan manusia biasa melalui
kekuatan pemahaman yang tinggi. Ia mencakup dan memadukan semua
kemampuan manusia, entah itu dari hati, jiwa atau pikiran.
Selain itu, ada pula sifat-sifat mustahil bagi nabi,7 diantaranya :
1. Kidzib (dusta)
Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih oleh Allah SWT
sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan dari Allah
SWT sehngga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap rasul benar
ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh
manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul
mementingkan umatnya.
2. Khiyaanah (berkhianat atau curang)
Tidak mungkin seorang rasul berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-
tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat terhadap
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah termasuk orang yang
munafik, rasul tidak mungkin menjadi seorang yang munafik.
3. Kitmaan (menyembunyikan)
Semua ajaran yang disampaikan oleh para rasul kepada umatnya tidak ada
yang pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan
difahami dengan akal fikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya
seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
4. Balaadah (bodoh)
Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak mungkin
seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh, maka ia tidak akan dapat

7
“4 Sifat Wajib Bagi Rasul Beserta Artinya yang Harus Diyakini dan Diteladani, Masya Allah!,” June 9,
2021, https://www.orami.co.id/magazine/sifat-wajib-bagi-rasul.

12
mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki sifat
bodoh.

13
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nabi lahir pada tanggal 12 Rabiul awal bertepatan dengan 20 April, 571 tahun
setelah kelahiran Nabi Isa as dan merupakan anak dari pasangan Abdullah dan
Aminah. Rasulullah memiliki nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul-
Muththalib, bin Hasyim, bin Abdu Manaf, bin Qushay, bin Kilab, bin Murrah, bin
Ka'b, bin Lu'ay, bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin An-Nadhr, bin Kinanah, bin
Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma'ad, bin Adnan.
bin Add bin Humaisi', bin Salaman, bin Aush, bin Bauz, bin Qimwal, bin Ubay, bin
Awwam, bin Nasyid, bin Haza, bin Baldas, bin Yadlaf, bin Thabikh, bin jahim, bin
Nahisy, bin Makhy, bin Aidh, bin Abqar, bin Ubaid, bin Ad-Da'a, bin Harridan, bin
Sinbar, bin Yatsriby, bin Yahzan, bin Yalhan, bin Ar'awy, bin Aidh, bin Daisyan, bin
Aishar, bin Afnad, bin Aiham, bin Muqshir, bin Nahits, bin Zarih, bin Sumay, bin
Muzay, bin Iwadhah, bin Aram, bin Qaidar, bin Isma'il Alaihi-Salam, bin Ibrahim
Alaihi-Salam bin Tarih, bin Nahur, bin Saru' atau Sarugh, bin Ra'u, bin Falakh, bin
Aibar, bin Syalakh, bin
Arfakhsyad, bin Sam, bin Nuh Alaihi-Salam, bin Lamk, bin Mutwashyalakh,
bin Akhnukh atau ldris Alaihis-Salam, bin Yard, bin Mahla'il bin Qainan, bin
Yanisya, bin Syits Alaihi-Salam, bin Adam Alaihis-Salam. Ia memiliki 11 orang istri
dan 8 orang anak.
Nabi memiliki sifat-sifat wajib seperti Shidiq, Amanah, Tabliq, Fatanah. Dan
sifat mustahil seperti Kidzib, Khinayaah, Kitman, Balaadah. Itulah sebabnya kita
wajib meneladani dan menjadikan Rasulullah sebagai contoh dalam segala aspek
kehidupan.
B. Saran
Dari makalah ini penulis berharap kepada pembaca, agar bisa mengetahui
silsilah dan sifat- sifat yang dimiliki oleh Rasulullah dalam rangka meningkatkan
keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, selain itu dapat memberikan kritik dan

14
saran dalam pembahasan makalah ini. Agar makalah ini menjadi lebih baik dan dapat
digunakan sebagai bahan penambahan wawasan dan pengetahuan yang lebih
bermanfaat untuk orang lain.

Soal Tanya Jawab


1. Mengapa Nabi Muhammad mempunyai banyak istri?
Jawab= Karna Allah memerntahkan beliau menikahi banyak wanita agar
sunah yang tidak tampak kecuali di rumah,bisa diriwayatkan secara
utuh.para istri Rasulullah berperan meriwatkan sunnah beliau ketika di
luar rumah.dan untuk menundukkan hati kabilah kabilah besar agar
meeka memeluk islam.dan untuk menolong janda janda dan anak yatim
untuk berjuang di jalan allah
2. Mengapa Nabi Muhammad harus di asuh oleh siti Halimah? Dan berapa
lama?
Jawab= karena Halimah mau menyusui Muhammad karena tidak mau
pulang tanpa membawa bayi susuan.Halima berkata”Demi Allah aku
akan mendatangi bayi yatim itu dan akan membawanya pulang” setelah
berniat karena Allah SWT,Halima Assadiyah kemudian mengambil
Muhammad untuk di susui dan mendapatkan keajaiban.dan diasuh
selama 4 tahun.
3. Siapakah istri Nabi Muhammad yang dia sayangi?
Jawab= Istri Nabi Muhammad yang dia sayangi adalah Aisyah,dia
merupakan satu satunya istri yang dinikahi oleh nabi dalam keadaan
masih gadis atau perawan.Aisyah merupakan istri yang pandai,lembut
dan hangat,sosok sederhana,pemberani dan taat kepada suami
4. Kenapa Nabi Muhammad tidak pernah adzan?
Jawab= karena beliau sudah banyak di subukkan dengan urusanyang
lebih penting dan bernilai lebih besar bagi umatnya.dan adanya lafas
adzan yang bersifat kesaksian.

15
5. Mengapa masyarakat madinah menerima rasul sebagai nabi dari pada
masyarakat mekkah?
Jawab= Bentuk penerimaan masyarakat madinah terhadap nabi tidak
hanya sekedar mengimani ddalam hati dan kata. Lebih dari itu mereka
memberikan bentuk tindakan nyata berupa pemberian bantuan. Yakni
pada tahun 622 M masyarakat madinah meminta nabi untuk berhujrah
dari makkah. Penduduk madinah merupakan penduduk multi
kultural.terdiri dari berbagai suku asal usul.agama dan sebagainya.

16
DAFTAR PUSTAKA
(4 Sifat Wajib Bagi Rasul Beserta Artinya yang Harus Diyakini dan Diteladani,
Masya Allah!, 2021)

(4 Sifat Nabi Muhammad yang Patut Diteladani, 2021)

(13 Nama Istri Nabi Muhammad SAW Yang Perlu Parents Ketahui, n.d.)

(Biografi Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat, n.d.)

(Mengenal 13 Istri Nabi Muhammad Dan Kisahnya. Patut Dijadikan Teladan Setiap
Perempuan! | Rumah123.Com, n.d.)

(Muhammad - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, n.d.)

17
MAKALAH

DAKWAH NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI

WASALLAM DI MAKKAH

BAGIAN 1

OLEH:

KELOMPOK 4

1. NURUL ZHAFIRA (90400121069)

2. FIKA FRANSISKA (90400121089)

JURUSAN AKUNTANSI KELAS C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita curahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul “Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Makkah

Bagian 1”. Tak lupa juga shalawat serta salam kita kirimkan kepada baginda Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, nabi yang telah membawa umatnya dari

alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, dan juga merupakan suri

tauladan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Alimuddin,

S.Pd.I., M.Pd.I., selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam,

karena telah memberi bimbingan maupun dukungan dalam pembuatan makalah ini,

sehingga dapat berjalan dengan lancar.

Makalah ini telah penulis buat semaksimal mungkin, dangan bantuan dari

berbagai pihak. Namun, penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan yang

terdapat dalam makalah ini. Maka, penulis sangat mengharapkan saran atau kritikan

dari para pembaca agar pada pembuatan makalah selanjutnya, penulis dapat

membuatnya dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan memberi manfaat bagi para pembaca.

Samata, 4 Maret 2022

Kelompok 4 .

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Landasan Teori ............................................................................................... 3

B. Substansi Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Periode Makkah .............................................................................................. 3

C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ................ 6

D. Dukungan dan Tantangan yang Dihadapi Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam ............................................................................................ 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 12

A. Simpulan ....................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

LAMPIRAN ........................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum masuknya Islam, sebagian besar masyarakat Arab

merupakan penyembah berhala dan menjadikan Ka’bah sebagai pusat

peribadatan mereka. Sehubungan dengan masih kuatnya keyakinan dan

tradisi yang dianut oleh penduduk Makkah saat itu, maka sulit bagi Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan risalah Islam dan

mengajak mereka berhenti menyembah berhala. Ajaran Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak dengan mudah dapat diterima, bahkan

ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy.

Para pemahat dan penjual patung juga merasa bahwa datangnya

Islam dapat menghalangi mata pencaharian mereka. Reaksi dari kaum

Quraisy dan kondisi yang belum memungkinkan membuat Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melakukan dakwah secara

sembunyi-sembunyi. Setelah beberapa lama melakukannya secara

sembunyi-sembunyi, turunlah perintah atau firman dari Allah Subhanahu

Wa Ta’ala untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.1

Banyaknya tantangan yang dialami Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam dalam berdakwah menyebabkan timbulnya strategi-

1 Achiriah dan Laila Rohani, “Sejarah Peradaban Islam”. (Medan: Perdana Publishing,
2018), 34-37.

1
2

strategi dakwah yang perlu dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam untuk senantiasa menyampaikan risalah-Nya. Bedasarkan

penjelasan tersebut, penulis tertarik dengan substansi, strategi, dukungan,

dan tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam ketika berdakwah di Makkah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana substansi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam periode Makkah?

2. Bagaimana strategi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam ketika berdakwah di Makkah?

3. Bagaimana dukungan dan tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui substansi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam periode Makkah.

2. Untuk mengetahui strategi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam ketika berdakwah di Makkah.

3. Untuk mengetahui dukungan dan tantangan yang dihadapi Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dakwah, merupakan bentuk

masdar da’a, yad’u, da’wah, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Kata

dakwah juga berarti doa (al-du’a’), yakni harapan, permohonan kepada Allah

atau seruan (al-nida). Kata dakwah dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

berarti penyiaran atau propaganda. Penyiaran agama dan pengembangannya di

kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan

ajaran agama.2

Definisi dakwah menurut Syaikh Muhammad Abduh mengatakan

bahwa dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari

kemungkaran adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim. Dengan

demikian, dakwah adalah suatu kegiatan baik secara lisan maupun tulisan yang

bersifat mengajak, menyeru dan merangkul manusia untuk melaksanakan

kebaikan-kebaikan, perintah dalam ajaran Islam dan ketaatan kepada Allah

serta mencegah mengerjakan segala larangan-Nya.

B. Substansi Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Periode

Makkah

Substansi-substansi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam periode Makkah adalah sebagai berikut.

2
Mohammad Arif, “Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah”, Jurnal Asketik – Jurnal
Agama dan Perubahan Sosial, Vol. 2 No. 1 (2018), 5.

3
4

1. Kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Wahyu

Pertama

Menurut beberapa riwayat yang sahih, Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pertama kali diangkat menjadi rasul pada

malam hari tanggal 17 Ramadan saat usianya 40 tahun. Malaikat Jibril

datang untuk membacakan wahyu pertama yaitu Qs. Al-Alaq ayat 1-5.3

Kemudian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

menerima ayat-ayat al-Qur’an secara berangsur-angsur dalam jangka

waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian

faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat al-Qur’an turun

disertai oleh Asbabun Nuzul.4

2. Ajaran-Ajaran Pokok Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di

Makkah

a) Aqidah

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus oleh

Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk membawa ajaran tauhid. Ia

menyampaikan kepada kaum Quraisy bahwa Allah Subhanahu Wa

Ta’ala adalah Maha Pencipta. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa

Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu, sedangkan manusia lemah

tak berdaya. Selanjutnya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam juga mengajarkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala

3 Abdul Syukur al-Azizi, “Sejarah Terlengkap Peradaban Islam”. (Sumenep: Noktah, 2017),
25.
4 Mubasyaroh, “Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW Pada Periode Makkah”,
At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 3 No. 2 (Desember, 2015), 391.
5

Maha Mengetahui. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengajarkan

manusia berbagai macam ilmu pengetahuan yang tidak diketahuinya

dan cara memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan

tersebut. Ajaran keimanan merupakan ajaran utama yang

diembankan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam

yang bersumber kepada wahyu-wahyu Ilahi.

b) Akhlak Mulia

Dalam hal akhlak, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam tampil sebagai teladan yang baik. Sebelum menjadi nabi,

ia telah tampil sebagai sosok yang jujur hingga diberi gelar oleh

masyarakat sebagai al-Amin (yang dapat dipercaya). Selain itu, Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan sosok yang

gemar menolong dan meringankan beban orang lain. Ia juga

membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan serta

persahabatan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

merupakan sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan

memuliakan tamu. Selain itu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam juga tampil sebagai sosok yang berani dalam membela

kebenaran, teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajak

agar bersikap dan berperilaku yang tidak terpuji yang dilakukan

masyarakat Arab seperti berjudi, meminum minuman keras (khamr),

berzina, membunuh, dan kebiasaan buruk lainnya untuk


6

ditinggalkan. Selain karena pribadi Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam dengan akhlaknya yang luhur, ajaran untuk

memperbaiki akhlak juga bersumber dari Allah Subhanahu Wa

Ta’ala.

C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Tujuan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada

periode Makkah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya

di bidang agama, moral, dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini

kebenaran kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan

ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Strategi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam

berusaha mencapai tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi Selama 3-4 Tahun

Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajak orang-orang yang

berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat

dekatnya untuk masuk Islam. Orang-orang yang telah memenuhi seruan

dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut adalah:

Khadijah binti Khuwailid, Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu

Bakar Ash-Shiddiq, dan Ummu Aiman.

Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah hingga beberapa orang

kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah: Abdul


7

Amar dari Bani Zuhrah, Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris, Utsman

bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abu Waqqas, dan Thalhah bin

Ubaidillah.

Orang-orang yang masuk Islam pada masa dakwah secara

sembunyi-sembunyi disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam

generasi awal).5

2. Dakwah Secara Terang-Terangan

Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari

kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah

Subhanahu Wa Ta’ala agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-

terangan. Wahyu tersebut adalah Qs. Asy-Syu’ara’ [26]: 214-216.

Tahap-tahap dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:

a) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim untuk

menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau

banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari

kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi

merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu

Thalib, dan Zaid bin Haritsah.

b) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengumpulkan

para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat

tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa. Pada

5 Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam. (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau), 34.
8

periode dakwah secara terang-terangan ini juga terdapat beberapa

menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy,

yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab. Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan seruan

dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Makkah. Sejarah

mencatat bahwa penduduk di luar kota Makkah yang masuk Islam

antara lain: Abu Zar Al-Giffari dan Tufail bin Amr Ad-Dausi.

Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus

dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,

sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya

lebih banyak lagi. Di antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr,

pimpinan kaum Salamah. Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada gelombang

ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan

Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan

pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan

membela Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Selain itu,

mereka memohon kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.6

D. Dukungan dan Tantangan yang Dihadapi Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam

6 Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam. (Pekanbaru: Asa Riau),


37-38.
9

Di samping menerapkan beberapa strategi, terdapat juga beberapa

dukungan dan tantangan yang diperoleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam dalam mengembangkan dakwah Islam.

1. Dukungan yang Diperoleh Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi

Wasallam

a) Adanya dorongan, kasih sayang, ketulusan dan bantuan dana yang

besar dari istrinya, Ummul Mukminin Khadjiah al-Kubra.

b) Adanya kontribusi dan motivasi dari Abu Bakar yang merupakan

tokoh masyarakat berpengaruh serta disegani.

c) Orang-orang di luar Jazirah Arab terus menerus membicarakan

tentang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka

semakin penasaran dengan sosoknya hingga akhirnya nama rasul

tersebar di seluruh penjuru Arab.

d) Pengaruh kuat yang dimiliki Abu Thalib di kalangan Quraisy,

sehingga mempermudah urusan dakwah dan memberikan

perlindungan kepadanya.

e) Adanya perlindungan dari Abu Thalib kepada Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari marabahaya yang dapat

mengancam keselamatannya.

f) Sikap raja Habasyah tersebut turut membantu pelarian para sahabat

untuk menyelamatkan diri dari upaya tindasan orang-orang

Quraisy, sehingga raja tidak menyetujui permintaan dari Quraisy


10

untuk mengekstradisi kaum muslimin yang hijrah untuk kembali ke

Makkah.

g) Memiliki sahabat-sahabat yang cerdas dan jujur.

h) Para keluarga dari kalangan Bani Hasyim, Bani Abdul Muththalib,

Bani Abdul Manaf bersedia bersama-sama melindungi nabi.

i) Pernikahan nabi dengan Saudah binti Zam’ah yang turut menemani,

menghibur, dan mendukungnya saat-saat tahun kesedihan.

j) Ketegaran nabi tercermin dari kata-kata yang terbalut dalam doanya

saat menghadapi masa-masa sulit ketika menerima perlakuan kasar

dan bengis di Thaif.

k) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki sifat yang

baik dan akhlak yang terpuji. 7

2. Tantangan yang Dihadapi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam

Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mulai

melancarkan kegiatan dakwahnya secara terang-terangan di tengah-

tengah tempat kafir Quraisy berkumpul dan mengajak mereka untuk

masuk Islam, orang-orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam

semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam. Lalu, kaum kafir Quraisy menghambat dan

7 M. Fathir Ma’ruf Nurasykim, “Strategi Rasulullah Dalam Pengembangan Dakwah Pada


Periode Mekkah”, Jurnal at-Taujih – Bimbingan dan Konseling Islam. Vol. 2 No 1 (Juni, 2019), 120.
11

menghalangi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

melalui berbagai cara, di antaranya:

a) Penghinaan, ancaman, dan siksaan terhadap Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

b) Penghinaan, ancaman, dan siksaan terhadap pengikut Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

c) Bujukan harta, kedudukan, dan wanita.

d) Membujuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk

bertukar sesembahan.

e) Membujuk dan memprovokasi Abu Thalib.

f) Memprovokasi masyarakat Makkah.

g) Pengasingan dan pemboikotan Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

h) Mempengaruhi pimpinan negara-negara tetangga untuk menolak

kehadiran Islam.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik kesimpulan yang

dicantumkan sebagai berikut.

1. Substansi-substansi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam periode Makkah berkaitan dengan kerasulan Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan ajaran-ajaran pokok Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang berfokus pada aqidah dan akhlak

mulia. Substansi dakwah ini bertujuan mengajarkan tauhid, sebagai

rahmatan lil alamin, dan menyempurnakan akhlak manusia serta

menjadikannya mulia dan bermanfaat.

2. Dalam berdakwah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

menerapkan dua strategi, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi selama

3-4 tahun dan dakwah secara terang-terangan. Tujuannya adalah agar

masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral,

dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan ajaran Islam yang

disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-

hari.

3. Di samping menerapkan beberapa strategi, terdapat juga beberapa

dukungan yang semakin mendorong keberhasilan dakwah Nabi

12
13

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun, Beliau juga

menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan dakwah Islam.

B. Saran

Sebagai umat Islam, sudah sepantasnya kita mencontoh dan meneladani

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam upaya meraih

kesuksesan. Untuk itu, diperlukan sikap tangguh dan pantang menyerah

sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam ketika berjuang mengembangkan ajaran Islam.


14

DAFTAR PUSTAKA

Achiriah dan Laila Rohani. (2018). Sejarah Peradaban Islam. Medan:

Perdana Publishing.

Al-Azizi, Abdul Syukur. 2017. Sejarah Terlengkap Peradaban Islam.

Sumenep: Noktah.

Arif, Mohammad. (2018). Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah. Jurnal

Asketik – Jurnal Agama dan Perubahan Sosial, 2(1), 5. Diakses 4 Maret 2022, dari

IAIN Kediri.

Mubasyaroh. (2015). Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah

Muhammad SAW Pada Periode Makkah. At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi

Penyiaran Islam, 3(2), 391. Diakses 4 Maret 2022, dari STAIN Kudus.

Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru:

Yayasan Pustaka Riau.

Nasution, Syamruddin. 2017. Sejarah Perkembangan Peradaban Islam.

Pekanbaru: Asa Riau.

Nurasykim, M. Fathir Ma’ruf. (2019). Strategi Rasulullah Dalam

Pengembangan Dakwah Pada Periode Mekkah. Jurnal at-Taujih – Bimbingan dan

Konseling Islam, 2(1), 120. Diakses 4 Maret 2022, dari UIN Ar-Raniry.
LAMPIRAN

SESI 1

➢ Pertanyaan ke-1 oleh Amelia Lestari

Apa yang ditekankan pada dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

Wasallam periode Makkah?

Jawaban:

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menekankan 2 hal dalam

dakwahnya pada periode Makkah, yaitu aqidah dan akhlak mulia. Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus oleh Allah Subhanahu Wa

Ta'ala untuk membawa ajaran tauhid. Ajaran tauhid atau keimanan merupakan

ajaran utama yang diembankan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

Wasallam yang bersumber kepada wahyu-wahyu Ilahi. Ia menyampaikan

kepada kaum Quraisy bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Maha

Pencipta. Selain itu, dalam hal akhlak Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam tampil sebagai teladan yang baik. Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam merupakan sosok yang gemar menolong dan meringankan

beban orang lain. Beliau merupakan sosok yang sopan, lembut, menghormati

setiap orang, dan memuliakan tamu. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam juga tampil sebagai sosok yang berani dalam membela kebenaran,

teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah. Sikap Beliau ini menjadi salah

satu bentuk dakwahnya kepada masyarakat Makkah.

(Dijawab oleh Nurul Zhafira)

15
16

➢ Pertanyaan ke-2 oleh Mustika Aulia

Apa alasan dan tujuan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam

secara diam-diam?

Jawaban:

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berdakwah secara diam-diam

dengan alasan karena pada saat itu sebagian besar masyarakat Makkah

menentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam. Pada saat itu juga kekuataan umat Islam masih kurang. Selain itu,

banyak ancaman yang dilakukan oleh orang kafir Quraisy terhadap Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan pengikutnya. Dakwah secara

diam-diam ini bertujuan sebagai dasar awal bangunan agung Islam dapat

berdiri tegak, karena hal yang kecil akan menghasilkan sesuatu yang besar.

(Dijawab oleh Nurul Zhafira)

➢ Pertanyaan ke-3 oleh Tri Erlianti Mus

Kesulitan apa saja yang dihadapi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

Wasallam ketika berdakwah di Makkah?

Jawaban:

Kesulitan yang dihadapi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

berasal dari kaum kafir Quraisy yang menghambat dan menghalangi dakwah

Beliau dengan berbagai cara, di antaranya:

- Penghinaan, ancaman, dan siksaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam dan pengikutnya.


17

- Bujukan harta, kedudukan, dan wanita.

- Membujuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk bertukar

sesembahan.

- Membujuk dan memprovokasi Abu Thalib.

- Memprovokasi masyarakat Makkah.

- Pengasingan dan pemboikotan Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

- Mempengaruhi pimpinan negara-negara tetangga untuk menolak

kehadiran Islam.

(Dijawab oleh Fika Fransiska)

SESI 2

➢ Pertanyaan ke-1 oleh Zalwa Fiqrianti Andini

Bagaimana cara melewati tantangan dakwah secara sembunyi-sembunyi dan

secara terang-terangan?

Jawaban:

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melewati tantangan dakwah

yang dihadapi dengan bersikap sabar terhadap segala kebencian yang ditujukan

kepadanya. Selain itu, Beliau juga memperoleh dukungan dari keluarga dan

kerabat dekatnya, seperti Khadijah, Abu Bakar As-Shiddiq, Ali Imran, dan

masih banyak lagi yang membuat Beliau lebih kuat dalam berdakwah.

(Dijawab oleh Nurul Zhafira)


18

➢ Pertanyaan ke-2 oleh Mufti Lutfi

Sebutkan 3 kabilah besar yang merupakan kelompok Yahudi yang telah

berbaur dengan orang Arab namun tetap fanatik dengan ajarannya!

Jawaban:

1. Bani Qainuqa

2. Bani Nadhir

3. Bani Quraidhah/Quraizhah

(Dijawab oleh Nurul Zhafira)

➢ Pertanyaan ke-3 oleh Afriyani

Apa alasan kaum Quraisy menolak ajaran Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam?

Jawaban:

• Salah satu sebab kaum Quraisy menolak ajaran Islam adalah perasaan

sombong dan tinggi hati mengikuti kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala

dan Rasul-Nya. Sebab itu, mereka mengambil sikap oposisi dan

menentang ajaran-Nya.

(Dijawab oleh Fika Fransiska)

• Alasan kaum Quraisy menolak ajaran Islam:

- takut pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki menghilang;

- khawatir status ekonomi dan sosialnya memudar;

- Islam bertentangan dengan agama nenek moyang;

- adanya perasaan iri, dengki, dan angkuh; serta


19

- tidak percaya dengan ajaran dan konsep dalam Islam.

(Dijawab oleh Muhammad Achsan Maulana)


TUGAS MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
“Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah bagian 2”

OLEH:
KELOMPOK 5

1. ST NURJANNAH (90400121098)
2. SEFTRIASA ALFADILLA AMRAN (90400121082)
3. MUHAMMAD ACHSAN MAULANA (90400121095)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR 2021

1
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmatnya sehinga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Penyusunan
makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alimuddin, S.Pd.I.,


M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang bisa
kami pelajari melalui penulisan dalam makalah ini.

Makalah berjudul “Dakwah Nabi Muhammad SAW di mekah bagian 2”


disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah peradaban islam. Selain itu,
makalah ini juga diharapkan bisa memberikan ilmu pengetahuan mengenai
sejarah.

Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap apa yang


sudah kami teliti bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika ada kritik dan saran
terkait ide tulisan maupun penyusunannya, kami akan menerimanya dengan
senang hati.

Samata,07 Maret 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4

A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 4


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 5
C. TUJUAN .............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6

A. Peristiwa Israj’ dan Mi’raj ................................................................. 6


B. Kemajuan Yang Dicapai Nabi Muhammad SAW Di Mekah ............. 8
C. Hikmah Dakwah Nabi Muhammad SAW Di Mekah .......................... 10

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 12

A. KESIMPULAN .................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi akhir zaman, penutup para Nabi.
Lahir tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau 13 April tahun 571 M.
Sedangkan menurut ahli sejarah bernama Mahmud Basya al-Falaki, Nabi
Muhammad lahir bertepatan pada tanggal 9 Rabiul Awwal tanggal 20 April tahun
571 M. Beliau diutus menjadi Rasul setelah bertahannuf atau bertahanus di Gua
Hira selama 6 bulan lamanya, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan turunlah
wahyu yang pertama sebagai penegas diutusnya Nabi sebagai Rasul yaitu QS. Al
Alaq ayat 1-5.
Dengan badan menggigil dan demam, Nabi pulang ke rumah dengan
disambut tergopoh-gopoh oleh Khadijah R.A yang segera menyelimuti beliau.
Nabi menceritakan segala keadaan yang dialaminya kepada Khadijah. Kejadian
ini segera dilaporkan kepada paman Khadijah yang bernama Waraqah bin Naufal,
ia adalah orang yang masih memegang teguh dan Taurat. Ia menjelaskan bahwa
tanda dan keadaan tersebut menguatkan bahwa yang dialami Muhammad adalah
tanda kenabian. Hal ini dipertegas lagi dengan turunnya wahyu kedua yaitu QS.
Al Mudassir: 1-7 yang menyatakan bahwa beliau bukan hanya seorang Nabi tetapi
seorang Rasul.
Beliau diangkat menjadi Rasul pada umurnya yang mendekati separuh
abad, tepatnya pada umur 40 tahun. Beliau mengahabiskan sisa hidupnya untuk
berdakwah menegakkan Tauhid dan syariat Islam. Beliau berdakwah dengan
seluruh jiwa raganya, dengan begitu banyak halangan dan rintangan yang beliau
hadapi, beliau berhasil melaksanakan misi dakwahnya dengan sukses dan penuh
dengan hikmah ketauladanan. Dakwah Nabi Muhammad dibagi atas dua priode,
yakni priode Makkah dan priode Madinah, beliau berdakwah pertama kali di
Makkah selama hampir 10 tahun lamanya.
Di priode Makkah ini, dakwah Nabi Muhammad kepada masyarakat
Makkah lebih terfokus pada peningkatan kualias aqidah atau ketauhidan, dan
mengajak mereka untuk meninggalakan segala bentuk peribadatan yang

4
menyembah selain Tuhan yang Maha Esa sahaja yaitu Allah. Berikut ini prioritas
dakwah Nabi Muhammad pada masyarakat Makkah, yaitu:

1. Ketauhidan
2. Menjelaskan adanya kehidupa setelah mati
3. Merubah perilaku jahiliyah masyarakat Makkah
4. Menegakkan HAM dan menghapus kasta

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Terjadinya Peristiwa Israj’ dan Mi’raj pada periode Dakwah Di


Mekah?
2. Seperti Apa Kemajuan Yang dicapai Nabi Muhammad SAW setelah berdakwah
di Mekah?
3. Hikmah Dakwah Nabi Muhammad SAW Di Mekah?

C. TUJUAN

Dalam Pembuatan makalah ini terdapat beberapa tujuan yaitu:

1. Mengetahui Sejarah Dari dakwa Nabi Muhammad SAW di Mekah.


2. Memperdalam pengetahuan terkait apa saja yang menjadi kemajuan
Masyarakat Arab setelah dakwah.
3. Mengetahui Hikmah Yang dapat diambil dari Dakwah Nabi Muhammad SAW
di Mekah.

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Peristiwa Israj’ dan Mi’raj

Isra’ merupakan kisah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di


Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem. Sedangkan Mi’raj merupakan kisah
perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul
Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah di hadirat Allah SWT.

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum


Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi
dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu
antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi
pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Pada suatu malam tanggal 27 Rajab, Allah S.W.T memberikan wahyu


kepada Malaikat Jibril A.S., "Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam ini
dan engkau 'Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini." Malaikat
Jibril A.S. bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai ?. Allah S.W.T
berfirman, maksudnya, "Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke Syurga
dan ambillah buraq dan teruskan pergi kepada Muhammad dengan buraq itu."

Nabi Muhammad merasa bahagia pada waktu itu karena beliau dapat
mengendarai buraq. Jibril memegang tali kekang sementara Mikail memegang
pelana. Israfil memegang kain pelana. Buraq bergerak di angkasa dalam sekejap
mata. Tidak berapa lama Nabi menunggang Buraq, sampailah beliau dan Jibril ke
suatu tempat yang banyak pohon kurmanya. Jibril berkata, “ Ya Muhammad,
turun dan berdoalah kepada Allah di tempat ini. Nabi disuruh oleh Jibril agar
melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat”. Kepada Nabi, Malaikat Jibril menjelaskan,
"Tahukah engkau bahwa engkau shalat di Thaibah (Madinah) dan disitulah
engkau kelak berhijrah".

6
Kemudian perjalanan dilanjutkan. Di suatu tempat Jibril menyuruh Nabi
SAW turun untuk shalat sunnah 2 rakaat. "Inilah Thuur Sina, tempat Musa
bercakap-cakap langsung dengan Tuhannya" kata Jibril. Perjalanan dilanjutkan
kembali dan untuk ketiga kalinya Jibril memerintahkan untuk berhenti disuatu
tempat dan menyuruh melakukan shalat sunnah 2 rakaat lagi. Setelah selesai
sholat berkatalah Jibril kepada Nabi SAW. "Tahukah engkau dimana engkau
sholat kali ini?" Engkau sholat di Baitul Lahm, tempat Isa A.S. dilahirkan".
Perjalanan diteruskan lagi. Dalam perjalanan ke Baitul Maqdis, Nabi diperlihatkan
dengan berbagai pemandangan simbolik. Setiap kali melihatnya, Jibril
menerangkan hakikat sebenarnya peristiwa tersebut.

Selepas menyaksikan berbagai pemandangan simbolik itu, akhirnya


sampailah mereka di Baitul Maqdis. Kemudian Nabi mengikatkan buraq itu
sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Nabi Muhammad kemudian
memasuki puing-puing kuil Sulaiman. Di sana telah menanti satu jemaah. Beliau
menemukan kuil itu penuh dengan malaikat yang menantikannya. Lalu juga
dilihatnya arwah para Nabi sejak nabi Adam as. sampai dengan nabi Isa as.. Nabi
Muhammad bertanya kepada Jibril siapa mereka.

Jibril menjawab, “Mereka adalah saudaramu diantara para nabi dan


malaikat ini adalah para pemimpin seluruh malaikat di surga.” Jibril kemudian
berkata, “Ya, Muhammad, orang paling mulia dalam pandangan Allah, memimpin
sholat.” Oleh Jibril Nabi Muhammad dikedepankan untuk menjadi Imam untuk
shalat berjamaah. Nabi kemudian menjadi imam sholat berjamaah sebanyak dua
rakaat. Seluruh nabi dan malaikat mengikutinya.

Setelah selesai sholat bersama para Nabi, Beliau keluar dari Masjidil
Aqsha, kemudian Nabi s.a.w. berkata kepada Jibril: Wahai Jibril aku merasa haus.
Kemudian beliau didatangi dengan semangkuk arak dan semangkuk susu oleh
Jibril A.S. Nabi Muhammad memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: “Engkau telah
memilih fitrah.” "Benar, engkau telah memilih air susu adalah lambang kesucian

7
dan seandainya engkau mengambil minuman keras niscaya akan tersesatlah
engkau dan umat engkau."

Firman Allah: "Sesungguhnya telah Ku-kurangkan untuk umatmu itu lima


waktu sholat." Sholat yang tadinya diwajibkan 50 kali sehari itu dikurangi
menjadi 45 kali saja. Nabi Muhammad s.a.w kemudian kembali menemui Nabi
Musa. Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada Nabi Musa, "Sesungguhnya Allah
sudah mengurangkan untukku lima waktu solat." kata Musa, "umatmu tidak
sanggup menunaikannya sebanyak itu, karena itu kembalilah kepada Tuhanmu
mintalah keringanan". Nabi kemudian berulang-ulang pulang pergi antara Tuhan
dengan Musa. Sehingga akhirnya Allah swt berfirman" Wahai Muhammad!
Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap sholat
fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, berarti lima
waktu sholat fardu sama dengan lima puluh sholat fardu. Begitu juga siapa yang
berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat
baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan
baginya. Sebaliknya siapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak
melakukannya, niscaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia
melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya.

Pada waktu Nabi Muhammad s.a.w akan berpisah dengan Jibril pada
Subuh Isra' di Dzi Thuwa, suatu tempat dipinggir kota Mekkah, Nabi Muhammad
s.a.w bersabda: "Ya Jibril, kaumku akan mendustakan aku". Jibril menjawab:
"Abu Bakar akan membenarkan engkau dan dialah Ash Shiddiq." Setelah Nabi
Muhammad s.a.w turun dari buroq, maka terangkatlah Buraq ke langit dan terus
ke syurga.

B. Kemajuan Yang Dicapai Nabi Muhammad SAW Di Mekah

Rasulullah SAW berdakwah di Mekkah pada mulanya secara sembunyi-


sembunyi selama tiga tahun.[6] Beliau memulai dakwahnya hanya kepada

8
keluarga dan sahabat-sahabat terdekat saja,[7] baru setelah itu atas wahyu Allah
beliau berdakwah secara terang-terangan.

Sejarah membuktikan begitu banyak hasil dan kemajuan yang dicapai


Rasulullah ketika berdakwah di Mekkah, diantaranya yang paling terlihat adalah
semakin banyaknya orang masuk islam baik dari dalam maupun dari luar kota
Mekkah. Perkembangan besar juga terlihat setelah peristiwa Israa dan Mi’raj
dimana sejumlah penduduk Yastrib yang berhaji ke Mekkah dan masuk islam
secara bergelombang.[8] Para Sejarawan islam juga mencatat beberapa kemajuan
penting dalam dakwah Rasulullah, diantaranya :

1. Dalam Bidang Akidah


Masyarakat Jahiliyyah ketika itu meyakini adanya banyak tuhan (politeisme).
Kemudian berkat perjuangan Rasulullah SAW, mereka mentauhidkan Allah dan
mengimani adanya Allah dzat yang Maha Esa.

2. Dalam Bidang Hukum


Sebelumnya bangsa Jahiliyyah sama sekali tidak mengenal hukum. Yang kuat
menindas yang lemah, maka dengan perjuangan Rasulullah, mereka menjadi
masyarakat yang taat dan patuh kepada hukum.

3. Dalam Bidang Akhlak (Moral)


Masyarakat Jahiliyyah pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat
yang sama sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, gemar berjudi, minum
khamar, dan berzina. Namun, dengan berkat perjuangan Rasulullah SAW, mereka
menjadi orang-orang yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang
dilakukan oleh Rasulullah ini sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia.

9
Pada periode Mekkah, Rasulullah juga mampu membangun persatuan dan
persaudaraan sesama muslim dan non-muslim. Beliau juga sempat membangun
satu mesjid sebagai pusat dakwah islam ketika itu.

C. Hikmah Dakwah Nabi Muhammad SAW Di Mekah

Apa saja hikmah yang dapat kita ambil dari dakwah Nabi Muhammad
SAW periode Mekkah? - Tentu banyak sekali hikmah yang terdapat pada dakwah
Rasulullah itu, Ibrah yang diperoleh dari sejarah dakwah Rasulullah SAW pada
periode Makkah, antara lain sebagai berikut.

1. Menyadari bahwa melalui kesabaran dan keuletan dalam berjuang menegakkan


agama Allah pasti akan mendapat pertolongan Allah Swt.
2. Memahami bahwa tugas seorang Rasul hanya sekadar menyampaikan risalah
dari Allah Swt. Seorang Rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah), bahkan
kepada keluarga atau orang yang sangat dicintainya.
3. Memahami bahwa Allah Swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih
menjadi utusan atau Rasul-Nya (QS. al-Ḥajj [22]: 75 dan al-Baqarah [2]: 214).
4. Memahami bahwa Nabi Muhammad SAW., sangat bijaksana, pandai
menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa
menimbulkan kebosanan (QS. an-Nahl [16]: 125).
5. Meneladani Nabi Muhammad SAW. yang bergelar Uswatun Hasanah. Artinya,
tingkah laku dan amal perbuatan Rasulullah SAW. sehari-hari adalah teladan yang
baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya.
6. Melalui dakwah Nabi Muhammad SAW, umat manusia, khususnya umat Islam
mendapatkan informasi mengenai agama yang diridai Allah.
7. Melalui dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW., memberikan pemahaman
tentang hak dan persamaan derajat antara kaum perempuan dan laki-laki.
8. Islam menegakkan ajaran persamaan derajat di antara manusia dan pemberantas
perbudakan.

10
9. Melalui penghapusan perbudakan, maka manusia statusnya sama di hadapan
Allah.

11
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ketika menginjak usia 40 tahun, tepatnya malam 17 Ramadhan atau 6


Agustus 610 M, di waktu Muhammad SAW. sedang berkontemplasi di Gua Hira,
Malaikat Jibril datang membawa wahyu dan menyuruh Muhammad SAW. untuk
membacanya, yaitu surat Al’Alaq ayat 1-5.

Rasulullah SAW adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan


mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama
Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun
beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang
imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke
seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih
1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut. Bahasan di
seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk
pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni
Muhammad SAW.

Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah
SAW. Begitu cepat berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para
pemimpin dan pembesar Quraisy. Mereka takut bahwa kedudukan mereka yang
semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi tersaingi dengan kekuatan
Islam. Menurut pendapat mereka, tunduk kepada Rasulullah berarti sama dengan
tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga
Muhammad, yaitu bani Abdul Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy terhadap
dakwah Rasulullah SAW.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://abang-sahar.blogspot.com/2012/11/dakwah-rasulullah-periode-mekah.htm
http://ari2abdillah.wordpress.com/2007/06/25/dakwah-periode-mekah/
http://akuadalahakuyangbaru.blog.com/2009/06/20/strategi-dakwah-rasulullah/
http://ahmadmushawwir.blogspot.com/2010/11/substansi-dan-strategi-
dakwah.html

13
MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MADINAH BAGIAN I

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

AMELIA LESTARI

9040012075

ANDI RESKI ANANDA PUTRI

90400121072

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Dakwah Nabi
Muhammad SAW Di Madinah Bagian I " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban


Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alimuddin S. Pd. I., M.


Pd. selaku dosen Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 26 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Hijrahnya Nabi Muhammad SAW Ke Madinah............................. 3


B. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah .............................. 4
C. Piagam Madinah ........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 8
B. Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbeda dengan sebagian agama yang menandai hari kelahiran
atau kematian pendiri mereka sebagai titik awal, Islam tidak memberikan
banyak perhatian pada hari kelahiran Muhammad. Namun peristiwa
Hijrah-lah yang menempati posisi terpenting dalam sejarah Islam sehingga
digunakan sebagai tonggak sejarah dimulainya babakan baru dunia Islam,
proses migrasi Muhammad dan Abu Bakar kemudian diikuti para shahabat
lainnya dari kota Makkah ke Madinah.
Kata hijrah berarti pemutusan hubungan, Makna hijrah juga bukan
sekedar upaya melepaskan diri dari cobaan dan cemoohan semata, tetapi di
samping makna itu hijrah juga dimaksudkan sebagai batu loncatan untuk
mendirikan sebuah masyarakat baru di negeri yang aman, juga memiliki
makna penegasan mengenai posisi Muhammad dan pengikutnya, dengan
era sebelumnya. Sebelum hijrah Muhammad adalah seorang pendakwah
dengan pengikut individual, setelah Hijrah beliau adalah tempat
masyarakat untuk mendapatkan lebih dari sekedar spiritulitas-teologis
tetapi juga pemimpin politik-sosial bukan sekedar spiritual-teologis. Hijrah
juga menunjukkan terbentuknya ummah sehingga Islam bukan sekedar
cita-cita individual namun sudah bersifat komunal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah ?
2. Apa saja strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah ?
3. Apa yang dimaksud dengan piagam Madinah ?
C. Tujuan
Berdasarkan uraian dari rumusan masalah, maka dapat dirumuskan
tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu :

1
1. Untuk mengetahui proses hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke
Madinah.
2. Untuk mengetahui berbagai strategi dakwah Nabi Muhammad SAW
di Madinah.
3. Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan piagam
Madinah dan isi dari piagam Madinah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Hijrahnya Nabi Muhammad SAW Ke Madinah


Allah memilih Madinah sebagai tempat Hijrah kaum muslimin,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa
nabi bersabda: “Tempat hijrah kalian sudah diperlihatkan kepadaku. Aku
telah melihat tanah beragam dan ditumbuhi pohon kurma berada diantara
dua gunung yang berupa dua Harrab.” (HR Bukhari dan Muslim). Seizin
Rasulullah saw kaum muslimin dari Mekah dan berbagai daerah lainnya
berbondong-bondong hijrah ke Madinah dengan keyakinan dan
kepercayaan diri yang mantapStrategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di
Madinah.1
Keduanya singgah di Gua Tsur, arah selatan Makkah untuk
menghindar dari pengejaran orang kafir Quraisy Mereka bersembunyi di
situ selama tiga malam dan putera puteri Abu Bakar, Abdullah, Aisyah,
dan Asma’ serta sahayanya Amir bin Fuhairah mengirim makanan setiap
malam kepada mereka dan menyampaikan kabar pergunjingan orang
Makkah tentang Rasulullah.
Pada malam ketiga mereka keluar dari persembunyiannya dan
melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib bergerak ke arah barat menuju laut
merah melawati jalan yang tidak biasa dilewati qabilah dagang ketika itu.
Setelah tujuh hari dalam perjalanan Nabi Muhammad s.a.w, dan Abu
Bakar sampai di Quba. Ketika tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya
sekitar 10 Km dari Yatsrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Ia
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi
membangun sebuah mesjid yang pertama kali dibangunnya yang dikenal
dengan masjid Quba. Tak lama kemudian Ali menggabungkan diri dengan
Nabi setelah menyelesaikan segala urusannya di Makkah, sementara itu

1
Ali Syarfiati. 2012. Rasulullah saw Sejak Hijrah Hingga Wafat. Jakarta : PT Pustaka Hidayah

3
penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangan mereka, akhirnya yang
mereka tunggu itu datang mereka sambut dengan penuh sukacita.
Pada hari Jum’at 12 Rabiulawwal 13 Kenabian / 24 September 622
M, Nabi meninggalkan Quba, di tengah perjalanan di perkampungan Bani
Salim, Nabi melaksanakan shalat Jum’at pertama di dalam sejarah Islam.
Sesudah melaksanakan shalat Jum’at, Nabi melanjutkan perjalanan
menuju Yatsrib dan disambut oleh Bani Najjar. Sementara itu, penduduk
Yatsrib telah lama menunggu-nunggu kedatangan Nabi.
Begitu Rasulullah tiba di kota Yatsrib ini beliau melepaskan tali
kekang untanya dan membiarkannya berjalan sekehendaknya. Unta itu
berhenti di sebidang kebun korma milik dua anak yatim bernama Sahl dan
Suhail yang diasuh oleh Abu Ayyub. Kebun itu dijual dan di atasnya
dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak itu nama kota Yatsrib
ditukar menjadi “Madinatun Nabi”, tetapi dalam kehidupan sehari-hari
biasa disebut “Madinah” saja.2
B. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah
1. Membangun Masjid
Tujuan Nabi Muhammad Saw. membangun masjid di Madinah
adalah sebagai berikut:
a. Tempat beribadah.
b. Tempat menuntut ilmu dan bermusyawarah.
c. Pembinaan Moral dan akhlak.
d. Masjid adalah simbol yang memiliki makna yang sangat
penting bagi Islam. Masjid melambangkan hubungan erat
antara jamaah (manusia) dengan Allah Swt. hubungan yang
selalu diperbaharui seiring berjalannya waktu, dan berlangsung
siang dan malam.
2. Mempersaudarakan Sesama Umat Muslim
Persaudaraan antara kaum Muslim Muhajirin dan Anshar telah
dibina Rasulullah Saw. atas dasar rasa persaudaraan yang sempurna.

2
Syamruddin Nasution, SEJARAH PERADABAN ISLAM (Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau 2013)

4
Hal tersebut dapat dilihat dari perjanjian antara kaum Muslim
Muhajirin dan Muslim Anshar hingga setiap orang bergerak dengan
semangat dan jiwa kemasyarakatan serta bekerja untuk kemaslahatan
dan cita-cita masyarakat.
Adanya persaudaraan seperti itu diharapkan dapat melenyapkan
fanatisme kesukuan ala Jahiliyah dan tak ada semangat pengabdian
selain kepada agama Islam. Runtuhlah sudah semua bentuk perbedaan
yang didasarkan pada asal keturunan, warna kulit dan asal usul
kedaerahan atau kebangsaan. Mundur dan majunya seseorang
tergantung pada kepribadiannya sendiri dan pada ketaqwaannya
kepada Allah Swt. Perasaan mengutamakan kepentingan bersama dan
suka duka bersama sungguh-sungguh bersenyawa dengan semangat
persaudaraan, sehingga masyarakat yang baru terbentuk itu penuh
dengan teladan mulia.
3. Membentuk Piagam Madinah

Piagam Madinah mencerminkan keinginan kaum Muslim untuk


bekerja sama dengan orang-orang Yahudi, dengan maksud untuk
menjamin ketentraman di seluruh Madinah, sekaligus mencegah kaum
Musyrik dan pihak-pihak lain yang hendak menimbulkan kerusakan.
Dalam piagam tersebut, kebebasan beragama benar-benar dijamin
sehingga di dalamnya tidak tersirat maksud untuk menyerang suatu
kelompok atau menindas kaum lemah. Bahkan menunjukkan
kewajiban semua pihak yang berjanji agar menolong orang yang
mendapat perlakuan dzalim, menjaga dan memelihara hubungan baik
dengan tetangga, melindungi dan memelihara hak-hak individu dan
hak-hak masyarakat. Kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi sepakat
untuk mempertahankan Madinah dari serangan musuh.

4. Dakwah Melalui Perang

Dari berbagai peperangan yang terjadi, peneliti menganalisis fungsi


perang yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. di Madinah, yaitu:

5
a. Peperangan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. Beserta
para sahabatnya adalah murni berperang di jalan Allah Swt.
b. Peperangan dilakukan untuk menyebarkan ajaran Islam bagi
mereka yang memerangi kaum Muslim.
c. Menunjukkan kepada kaum Quraisy, bahwa kaum Muslim,
telah kuat dalam bidang militer.
d. Peperangan yang dilakukan, semata-mata hanya untuk
mempertahankan harkat dan martabat kaum Muslim.
e. Peperangan dilakukan untuk menyebarkan ajaran Islam. 3
C. Piagam Madinah
Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari tiga
kelompok, yaitu bangsa Arab muslim, bangsa Arab non-muslim dan orang
Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan antara tiga kelompok itu, Nabi
mengadakan perjanjian dalam piagam yang disebut “Piagam Madinah”,
yang isinya antara lain:
Pertama, Semua kelompok yang menandatangani piagam
merupakan suatu bangsa. Kedua, Bila salah satu kelompok diserang
musuh, maka kelompok lain wajib untuk membelanya. Ketiga, Masing-
masing kelompok tidak dibenarkan membuat perjanjian dalam bentuk
apapun dengan orang Quraisy. Keempat, Masing-masing kelompok bebas
menjalankan ajaran agamanya tanpa campur tangan kelompok lain.
Kelima, Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-
Muslim, ataupun bangsa Yahudi, saling bantu membantu moril dan
materiil. Keenam, Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk
Madinah dan dia menyelesaikan masalah yang timbul antar kelompok. 4
Berdasarkan konstitusi di atas, dapat diketahui bahwa Nabi telah
membentuk negara Islam di Madinah dan Rasulullah menjadi kepala
pemerintahannya yang mempunyai otoritas untuk menyelesaikan segala
masalah yang timbul berdasarkan konsitusi. Oleh karena itu di Madinah
3
Nur Syam (2014), Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Kementerian Agama Republik Indonesia
4
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung: Rosda Bandung, 1988), h. 131-
132

6
Nabi Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja sebagai Rasul agama,
tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi
terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. 5
Pesatnya perkembangan Islam di Madinah, mendorong pemimpin
Quraisy Makkah dan musuh-musuh Islam lainnya meningkatkan
permusuhan mereka terhadap Islam. Untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi sebagai kepala negara mengatur
siasat dan membentuk pasukan perang. Umat Islam pun pada tahun ke-2
Hijriah telah diizinkan berperang dengan dua alasan : (1) Untuk
mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya, dan (2) Menjaga
keselamatan dalam penyebaran Islam dan mempertahankannya dari orang-
orang yang menghalanginya.6

5
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1985), h. 101
6
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), h. 28-
29.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada waktu itu perlawanan dari kaum musyrik pada umat Islam
sangatlah merajalela. Karena hal ini, Rasulullah SAW menyuruh para
sahabat agar berhijrah ke Madinah. Satu demi satu para sahabat Rasulullah
berangkat hijah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Mereka
meninggalkan tanah kelahiran mereka, rumah tempat tinggal, dan segala
apa yang dicintainya demi menegakkan agama Islam.
Allah memilih Madinah sebagai tempat Hijrah kaum muslimin,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa
nabi bersabda: “Tempat hijrah kalian sudah diperlihatkan kepadaku. Aku
telah melihat tanah beragam dan ditumbuhi pohon kurma berada diantara
dua gunung yang berupa dua Harrab.” (HR Bukhari dan Muslim). Seizin
Rasulullah saw kaum muslimin dari Mekah dan berbagai daerah lainnya
berbondong-bondong hijrah ke Madinah dengan keyakinan dan
kepercayaan diri yang mantap.
Segera setelah mendapat perintah hijrah dari Allah Swt. Rasulullah
menemui sahabatnya Abu Bakar agar mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam perjalanan. Nabi juga menemui Ali dan meminta
kepadanya agar tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang
berencana membunuhnya. Senin malam Selasa itu, Nabi ditemani Abu
Bakar dalam perjalanan menuju Yatsrib. Keduanya singgah di Gua Tsur,
arah selatan Makkah untuk menghindar dari pengejaran orang kafir
Quraisy.
Strategi dakwah Rasulullah di Madinah berubah setelah menerima
berbagai gangguan dan siksaan dari kafir Quraisy Makkah. Rasulullah pun
berpikir untuk mengubah strategi dakwahnya. Nabi Muhammad
memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk berhijrah secara sembunyi-
sembunyi menuju Madinah. Adapun strategi -strategi dakwah yang

8
dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah membangun masjid,
mempersaudarakan sesama umat muslim, membentuk piagam madinah
dan dakwah melalui perang.
Nabi Muhammad membuat sebuah perjanjian damai dengan
masyarakat Yahudi dan non-muslim Madinah. Perjanjian itu dikenal
dengan sebutan Piagam Madinah yang berisi pernyataan bahwa para warga
muslim dan non-muslim di Yatsrib (Madinah) adalah satu bangsa, dan
orang Yahudi dan Nasrani, serta non-muslim lainnya akan dilindungi dari
segala bentuk penistaan dan gangguan.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari
kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali Syarfiati (2012). Rasulullah saw Sejak Hijrah Hingga Wafat. Jakarta : PT
Pustaka Hidayah.

Harun Nasution (1985), Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Pres.

Hasan Ibrahim Hasan (1989), Sejarah dan Kebudayaan Islam Yogyakarta: Kota
Kembang.

Nur Syam (2014), Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Kementerian Agama


Republik Indonesia .

Syamruddin Nasution (2013), Sejarah Peradaban Islam . Pekanbaru : Yayasan


Pusaka Riau.

Syed Mahmudunnasir (1988), Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosda


Bandung
LAMPIRAN

PERTANYAAN KELOMPOK :

1. AFRIAYANI
Apakah dengan adanya piagam madinah dapat mewujudkan keamanan di
madinah ?
Jawab :
Bisa karena Melaui piagam inilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memperkenalkan sistem kehidupan yang harmonis dan damai bagi
masyarakat Madinah yang majemuk nan plural
2. ASHRAF REZA PAHLEFI
Selain tempat beribadah pada zaman rasulullah masjid berfungsi sebagai
apa ?
Jawab :
Ali Mustafa menyebutkan lima fungsi Masjid di zaman Rasulullah SAW,
yakni berfungsi sebagai tempat ibadah dan pembelajaran. Selain itu,
Masjid juga berfungsi sebagai tempat musyawarah, merawat orang sakit,
dan asrama.
3. NAYLA LESTARI
Apakah kedudukan piagam madinah itu dapat di jadikan sebagai konstitusi
sebuah Negara ?
Jawab :
Secara keseluruhan Piagam Madinah telah memenuhi syarat sebuah
konstitusi negara. Di samping itu, Piagam Madinah dapat diterima sebagai
sumber inspirasi untuk membangun masyarakat yang pluralistik, memiliki
relevansi yang kuat dengan perkembangan masyarakat internasional dan
menjadi pandangan hidup modern berbagai negara di dunia. Piagam
Madinah dapat juga disebut sebagai konstitusi suatu negara, sebab piagam
madina telah memuat prinsip-prinsip minimal suatu pemberintahan yang
bersifat fundamental
SEJARAH PERADABAN ISLAM

“DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MADINAH BAGIAN II”

DI

OLEH :

➢ NUR AZIZAH ( 90400121090 )


➢ ASTRI SURIANTO ( 90400121080 )
➢ MUSTIKA AULIA ( 90400121084 )

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam, dengan judul "Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah Bagian II".
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Makassar, 6 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Perang yang dihadapi Nabi Muhammad SAW ............................................................... 6
B. Tantangan Dakwah yang dihadapi Nabi Muhammad SAW ........................................... 7
C. Kemajuan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di Madinah ......................................... 9

BAB III.................................................................................................................................... 12

PENUTUP............................................................................................................................... 12
D. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia
dan akhirat. Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling banyak
mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan kawasan yang
luas, yang di dalamnya terdapat kemajemukan rasial dan budaya.
Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang plural, baik agama, suku, budaya,
dan ekonomi. Sebelum kedatangan Nabi, masyarakat Madinah selalu diliputi konflik
antar sesama suku, dan masyarakat Madinah telah lama mengalami perang saudara
klimaksnya terjadi pada peperangan Bu’ats pada tahun 618 M di mana hampir semua
suku-suku Arab di Madinah terlibat di dalamnya, demikian juga suku-suku. Yahudi,
semuanya bersekutu dengan kelompoknya masing-masing. Maka sangat menakjubkan
sekali jika Rasulullah SAW telah berhasil mengubah kota Madinah sebagai awal mula
terbentuknya negara muslim. Mengingat Madinah tidak hanya terdiri dari beberapa
kepercayaan, namun dari beberapa kepercayaan itu terbagi atas beberapa suku.
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam melakukan dakwahnya untuk merubah
masyarakat menjadi pemeluk agama Islam rahmatan lil-alamin, khususnya di Madinah
tidak lepas dari penerapan metode dakwah yang digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui proses dakwah
Nabi Muhammad SAW di Madinah. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul:
Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah Bagian II.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka pokok permasalahan dalam


makalah ini adalah:
1. Apa saja Perang yang dihadapi Nabi Muhammad SAW ?
2. Apa saja Tantangan Dakwah yang dihadapi Nabi Muhammad SAW ?
3. Bagaimana Kemajuan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di Madinah ?
C. Tujuan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, dalam penulisan
makalah ini mengandung beberapa tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Perang yang dihadapi Nabi Muhammad SAW
2. Untuk mengetahui Tantangan Dakwah yang dihadapi Nabi Muhammad SAW
3. Untuk mengetahui Kemajuan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di Madinah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perang yang dihadapi Nabi Muhammad SAW

1. Perang Badar
Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan tahun kedua
Hijriah. Dinamakan perang badar karena terjadi dekat dengan desa Badar. Perang
ini melibatkan 314 pasukan umat Islam yang melawan lebih dari 1.000 orang dari
kaum Quraisy. Peperangan di menangkan oleh pihak muslimin, dan korban dari
pihak kafir sebanyak 70 orang sedangkan dari pihak muslim 15 syuhadah.

2. Perang Uhud
Perang Uhud terjadi pada pertengahan bulan sa’ban tahun ke-3 Hijriah,
bertempat di kaki bukit Uhud. Karena kekalahan pada perang badar, tentara kafir
menyiapkan 3.000 orang, sedangkan tentara muslim menyiapkan 1.000 orang.
Perang ini dimenangkan oleh pasukan kafir karena pasukan muslimin tidak
mematuhi perintah Rasulullah. Dalam perang ini syuhadah yang gugur sebanyak 70
orang, dan puluhan lainnya luka-luka.

3. Perang Khandak
Perang Khandak terjadi pada bulan syawal Tahunke-5 Hijriah, bertempat di
sebleh utara kota Madinah. Perang ini terjadi antara Yahudi dan Muslimin. Perang
ini dinamai perang Khandak karena tentara muslim memilih bertahan di dalam kota
Madinah namun membuat pertahanan dengan membangun parit mengelilingi kota.

4. Perang Bani Quraizah


Perang Bani Quraizah terjadi karena adanya salah satu pihak yang melanggar
perjanjian, yaitu Bani Quraizah. Mereka merupakan kaum Yahudi yang
perkampungannoya dekat dengan Madinah. Perang ini dimenangkan oleh pihak
muslim, mesksipun keputusan dipilih oleh pihak musuh sendiri, yaitu dengan
mengangkat pemimpin dari pemuka suku Aus.
B. Tantangan Dakwah yang dihadapi Nabi Muhammad SAW

1. Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Rasulullah Saw


Rasulullah dihina sebagai orang gila, tukang sihir, anak celaka dan lain-lain
dengan sebutan penghinaan. Suatu saat Rasul pernah dilempari kotoran domba,
rumah beliau juga dilempari sampah dan kotoran. Untuk mencelakakan beliau,
pernah diletakkan duri yang tajam di depan rumahnya, juga tindakan-tindakan lain
yang sangat menyakitkan.

2. Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Pengikut Rasulullah Saw


Misalnya penghinaan dan penyiksaan yang ditimpakan kepada Bilal oleh
majikannya. Ia dijemur di tengah terik matahari sambil dilempari batu. Tidak puas,
majikannya pun mencambuknya dan menimpakan batu yang besar di tubuh Bilal.
Bilal kemudian diselamatkan oleh Abu Bakar dengan cara dibelinya dari
majikannya dengan harga yang sangat tinggi. Contoh lain penyiksaan keji yang
dilakukan kafir Quraisy adalah siksaan yang ditimpakan kepada Ayah dan ibu
Ammar bin Yasir, mereka dibunuh dan bahkan ditusuk jantungnya oleh Abu Jahal.
Sahabat lainnya yang mendapatkan perlakuan sama adalah Zamirah yang matanya
dicungkil hingga buta. Kekejian mereka juga menyebabkan Hibab terbelah
tubuhnya karena ditarik oleh dua ekor unta yang berlawanan arah.

3. Bujukan Harta, Kedudukan dan Wanita


Langkah ini dilakukan oleh kafir Quraisy dengan mengutus Utbah bin Rabi’ah
untuk membujuk Rasulullah Saw. dengan harta dengan janji berapapun Nabi
meminta maka akan diberikan. Bahkan mereka membujuknya untuk menjadikan
Nabi sebagai raja dan diiming-imingi wanita-wanita yang tercantik di seluruh Arab
asalkan Rasulullah menghentikan kegiatannya menyebarkan agama Islam. Namun
semuanya ditolak oleh Rasulullah.

4. Membujuk Nabi untuk Bertukar Sesembahan


Kafir Quraisy menawarkan kepada NabiMuhammad Saw untuk saling bertukar
sesembahan. Dimana mereka meminta Nabi untuk menyembah tuhan Latta dan
Uzza dalam beberapa hari, untuk kemudian mereka bersedia menyembah Allah.
Namun usaha ini ditolak Nabi melalui Firman Allah Swt dalam QS Al-Kafirun
[109] : 1-3.

5. Membujuk dan Memprovokasi Abu Thalib


Tindakan langsung terhadap Nabi selalu menghadapi kegagalan, maka kafir
Quraisy mulai beralih untuk mempengaruhi dan membujuk paman Nabi (Abu
Thalib) agar memerintahkan Nabi berhenti berdakwah. Mereka memprovokasi
dengan memberikan ganti Rasulullah dengan seorang pemuda yang gagah dan
ganteng, dengan syarat Abu Thalib tidak menghalangi mereka membunuh Nabi.
Namun usaha mereka ditolak mentah-mentah oleh Abu Thalib. Provokasi lainya
adalah membujuk Abu Thalib dengan pernyataan bahwa Nabi telah membawa
ajaran yang bertentangan dengan ajaran para pendahulu dan nenek moyang bangsa
Arab. Taktik ini juga gagal. Bahkan Nabi mengatakan: “Senadainya matahari di
letakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti
menyampaikan dakwah sehingga berhasil atau aku mati karenanya”.

6. Pengasingan dan Pemboikotan Bani Hasyim dan Bani Muthallib


Upaya ini merupakan upaya yang sangat menyengsarakan kaum Muslimin.
Kafir Quraisy melarang siapapun untuk bertinteraksi dengan bani Hasyim dan Bani
Mutahllib, melakukan transaksi jual beli, menikahi atau dinikahi, menengok yang
sakit atau menolong mereka. Pemboikotan ini dituliskan dalam selembar
pengemuman yang ditempelkan di pintu gerbang masuk Ka’bah, sehingga semua
orang tahu dengan ancaman berat bagi mereka yang melanggarnya.

7. Mempengaruhi pimpinan negara-negara tetangga untuk menolak kehadiran


Islam/orangIslam.
Ini dilakukan misalnya ketika sebagian sahabat Nabi hijrah ke Habsyi. Kafir
Quraisy datang menghadap raja mereka yang beragama Nasrani dan menjelaskan
tentang ajaran Islam dengan tidak benar. Namun, ketika dikonfrontir dengan umat
Islam yang dijurubicarai Ja’far, akhirnya mereka kalah dan raja Habysi memberikan
jamainan keamanan kepada umat Islam untuk hidup tentram di negaranya.
C. Kemajuan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di Madinah

Di kota Madinah ini keadaan Nabi dan umat Islam mengalami perubahan yang
cukup besar, Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang
memungkinkan bagi Nabi Muhammad Saw., untuk meneruskan dakwahnya,
menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau di
Mekkah mereka sebelumnya merupakan umat lemah yang tertindas, di Madinah
mereka mempunyai kedudukan yang baik dan menjadi umat yang kuat dan dapat berdiri
sendiri. Nabi Muhammad Saw., menjadi kepala dalam masyarakat yang baru dibentuk,
dan dikemudian hari akhirnya menjadi sebuah Negara. Dengan adanya kekuasaan di
tangan Nabi, Islam pun lebih mudah disebarkan. Dalam rangka memperkokoh
masyarakat dan negara baru maka, Nabi Muhammad Saw., segera meletakkan dasar-
dasar kehidupan bermasyarakat. Adapun dasar-dasar tersebut adalah:
1. Mendirikan Masjid Nabawi
Nabi Muhammad Saw., mendirikan masjid sebagai tempat peribadatan dan
pertemuan yang diberi nama masjid “Nabawi”. Fungsi masjid ini selain sebagai
tempat untuk melaksanakan salat, juga sebagai sarana mempersatukan kaum
Muslimin, dan tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang
dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dalam pembangunan masjid ini nabi ikut serta, bahkan mengangkat dan
memindahkan batu-batu dengan tangannya sendiri. Saat itu, masjid dihadapkan ke
Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat
dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri nabi dibuat disamping masjid.
Tatkala pembangunan selesai, nabi memasuki pernikahan dengan Aisyah pada
bulan syawal. Sejak saat itulah, Yatsrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau
Madinah al- Munawwarah.
2. Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin
Nabi mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar, penduduk Madinah
yang sudah masuk Islam. Dengan demikian diharapkan, setiap Muslim merasa
terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah
Saw., ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan mereka berdasarkan agama untuk menggantikan persaudaraan
berdasarkan darah atau kabilah. Dengan demikian tidak ada jurang pemisah antara
golongan yang kaya dengan yang miskin, maupun golongan yang kuat dengan yang
lemah. Sehingga jumlah dan kekuatan umat Islam semakin hari semakin bertambah
besar dan kuat. Tidak mudah untuk dikalahkan oleh suku dari golongan manapun
juga. Persaudaraan ini tampak nyata dan dibuktikan dalam kehidupan mereka
seperti orang yang kaya atau mempunyai harta berlebih maka ia memberikan
kepada yang membutuhkan. Bagi yang beristri lebih dari satu, dua, tiga, dan
seterusnya, mereka memberikan kepada yang membutuhkan. Disinilah letak gotong
royong yang sangat kuat antara mereka. Hal ini selaras dengan bunyi ayat Al-Qur'an
yang artinya: bergotong-royonglah kalian dalam perbuatan baik dan taqwa. Dan
Janganlah kalian bergotong-royong dalam keburukan dan dosa.

3. Perjanjian untuk saling membantu antara Muslim dan Non-Muslim


Di Madinah, di samping terdapat orang-orang Arab Islam, juga ada golongan
masyarakat Yahudi (Bani Nadzir, Bani Quraidzah, Bani Qainuqa’) dan orang-orang
Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas
masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad Saw., mengadakan ikatan
perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama
orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan
masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.
Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban
mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Dalam perjanjian itu jelas
disebutkan bahwa Rasulullah Saw., menjadi kepala pemerintah karena sejauh
menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepadanya.
Dalam bidang sosial, Rasulullah Saw., juga meletakkan dasar persamaan antara
sesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang sering
disebut dengan Konstitusi Madinah (Piagam Madinah).

4. Peletakkan asas-asas politik, ekonomi dan sosial


Proses pelatakan yang dilakukan oleh nabi pada masyarakat Islam di Yatrsib
adalah sebagai berikut: pertama, mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah dengan
maksud untuk membentuk masyarakat yang tertib, maju dan berperadaban. Kedua,
membangun masjid sebagai tempat ibadah, sarana mempersatukan umat dan
membahas masalah-masalah yang dihadapi (musyawarah). Ketiga, membentuk
Mu’akhat (persaudaraan) antara Muhajirin dan Anshar dengan harapan dapat
mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Keempat,
membentuk persahabatan dengan pihak-pihat lain yang tidak beragama Islam.
Kelima, membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan
yang dilakukan oleh musuh. Menurut Nurkholis Madjid sebagaimana dikutip oleh
Dedi Supriyadi bahwa, agenda politik kerasulan telah diletakannya yakni dengan
bertindak sebagai utusan Allah, kepala negara, komandan tentara, dan pemimpin
masyarakat. Semua yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw., di kota hijrah itu
merupakan refleksi dari ide yang terkandung dalam perkataan Arab Madinah, yang
secara etimilogis berarti tempat peradaban. Di kota inilah Nabi Saw., membangun
peradaban manusia yang luar biasa. Madinah dalam arti tersebut sama dengan
hadarah dan tsaqafah (peradaban dan kebudayaan). Selanjutnya menurut Munawir
Syadzali seperti dikutip oleh Dedi Supriyadi bahwa, dasar- dasar kenegaraan yang
terdapat dalam Piagam Madinah adalah sebagai berikut: pertama, umat Islam
merupakan satu komunitas meskipun berasal dari suku yang beragam. Kedua,
hubungan antara sesama komunitas Islam dengan komunitas-komunitas lain
didasarkan atas prinsip-prinsip: a. Bertetangga yang baik, b. Saling bantu dalam
mengadapi musuh bersama, c. Membela mereka yang dianiaya, d. Saling
menasihati, dan e. Menghormati kebebasan beragama.
BAB III
PENUTUP

D. Kesimpulan

Bertitik tolak dari peletakan dasar masyarakat Islam di Madinah, maka


terjadilah perubahan sosial yang sangat dramatik dalam sejarah kehidupan manusia.
Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad Saw., dengan ajarannya memberi suasana
yang kondusif bagi timbulnya peradaban manusia dalam segala bidang. Diantara
perubahan yang terjadi dibawah oleh Nabi Muhammad Saw, antara lain: Pertama dari
segi agama, Bangsa Arab yang semula menyembah berhala berubah menganut agama
Islam yang setia. Mereka berbondong-bondong masuk agama Islam secara suka rela
tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Kedua, dari segi kemasyarakatan yang awalnya
terkenal sebagai masyarakat yang tidak mengenal perikemanusian (jahiliyyah),
misalnya membunuh, meminum minuman keras, berjudi, perbudakan, tidak
menghargai martabat wanita. Akhinya berubah menjadi bangsa yang disiplin terhadap
nilai-nilai kemanusiaan sehingga tidak lagi terlihat eksploitasi wanita, dan perbudakan,
perjudian, meminum minuman keras. Ketiga dari segi politik, masyarakat Arab tidak
lagi sebagai bangsa yang bercerai-berai karena kesukuan, tetapi berkat ajaran Islam
berubah menjadi bangsa yang besar, bersatu dibawah bendera Islam. Sehingga dalam
tempo yang relatif singkat Bangsa Arab berubah menjadi bangsa besar yang dikagumi
oleh bangsa lainnya.
MAKALAH
MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKR ASH-SHIDDIQ
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu Alimuddin,.S.pd.i.,M.pd

Disusun Oleh :
Alifah Hanif Syakirah 90400121092
Mufti Lutfi 90400121094

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah -subhana wataallah- yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Makalah yang berjudul Masa Kekhalifahan Abu Bakr Ash Shiddiq ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Dosen pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Masa
Kekhalifahan Abu Bakr Ash Shiddiq bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Alimuddin,
S.Pd.i.,M.Pd.I, selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 03 Maret 2022

Kelompok 8

1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN.................................................................................................. 3

LATAR BELAKANG ......................................................................................... 3

A. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 3

B. TUJUAN PENULISAN................................................................................ 4

BAB II .................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Biografi Singkat Abu Bakr Ash Shiddiq ...................................................... 5

B. Proses Kepemimpinan Abu Bakr ................................................................. 6

C. Kemajuan yang dicapai Abu Bakr dimasa Khalifahan ................................ 7

D. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Abu Bakar ............................................. 8

E. Tantangan yang dihadapi Abu Bakr dimasa Khalifahan............................ 10

F. Wafatnya Abu Bakr ................................................................................... 12

BAB III ................................................................................................................. 13

KESIMPULAN.................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Selama kehidupannya, Nabi Muhammad –shallalahu alaihi wasssalam- telah
menjalankan perannya sebagai Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wassalam-
pembuat hukum, pimpinan agama, hakim, komandan pasukan dan kepala
pemerintahan. Setelah wafatnya Rasulullah -shallallahu alahi wassalam- Abu
Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah -
shallallahu alaihi wassalam- , beliau menggantikan Rasulullah -
shallallahu alaihi wassalam- sebagai pemimpin umat Islam bukan sebagai
pengganti ke-Rasulannya. Abu bakar adalah seorang sahabat yang sangat dekat
dengan Rasulullah, sehingga semua yang disampaikan Rasulullah selalu
dibenarkan oleh Abu Bakar secara tegas tanpa keragu-raguan. Abu Bakar juga
senantiasa menemani Rasulullah -shallalahu alaihi wassalam- dalam berdakwah dan
membantu segala keperluan dalam berdakwah. Sebagai khalifah pertama, Abu
Bakar memiliki tanggung jawab besar dalam menyelamatkan Islam
sepeninggal Rasulullah. Yang mana sepeninggal Rasulullah b a n y a k u m a t
y a n g m e l e n c e n g d ar i a j a r a n y an g t e l ah d i a j a r k a n R as u l u l l a h
sebelumnya. Abu bakar juga meneruskan perjuangan Rasulullah dalam
menegakkan panji-panji Islam.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Proses Kepemimpinan Khalifah Abu Bakr Ash Shiddiq
2. Kemajuan yang dicapai masa Khalifah Abu Bakr Ash Shiddiq
3. Tantangan yang di hadapi masa Abu Bakr Ash Shiddiq

3
B. TUJUAN PENULISAN
Mengacu pada rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan
dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan Abu Bakar dalam
pemerintahannya.
2. Untuk mengetahui tantangan dalam pemerintahan Abu Bakar Ash-Siddiq

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Abu Bakr Ash Shiddiq


Abu Bakr Ash Shiddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hirah,
Dia merupakan Khalifah pertama dari Khulafa’ur Rasyidin, beliau juga sahabat
Rasulullah yang terdekat dan termasuk di antar orang orang yang pertama masuk
Islam (As-sabiqun Al awwalun). Nama asli dari adalah Abdul Ka’bah bin Abu
Quhafah Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin
Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al- Qurasyi at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan
Rasulullah -shallalu alaihi wassalam- pada kakeknya, Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.1
Abu Bakr kecil bernama Abdul Ka’bah. Dan gelar Abu Bakr di berikan oleh
Rasulullah karena ia orang yang paling cepat masuk Islam, sedangkan gelar Ash
Shiddiq yang berarti “amat membenarkan” adalah gelar yang diberikan kepadanya
karena ia amat segera membenarkan Rasulullah -shallallahu alaihi wassalam- dalam
berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa Isra’ Mi’raj.
Adapun ciri fisik dan karakter Abu Bakr Ash Shiddiq yang di terangkan
oleh Aisyah -radhiyallahu anha- Aisyah mengatakan. “beliau berkulit putih, kurus,
kedua pelipisnya tipis, pinggal yang kecil, wajahnya selalu berkeringat, htam
matanya, bekening lebar, memiliki urat tangan yang tampak menonjol, dan selalu
mewarnai jenggotnya dengan daun pacar (hinai) maupun daun pohon al-Katm”.
Sedangkan dengan karakter Abu Bakr, Beliau terkenal dengan kebaikan,
keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam
keadaan genting, murah hati, penyabar, memilki azimah keingan yang kuat), faqih,
paling mengetahui garis keturunan (nasab) Arab dan berita berita tentang merka,
sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’

1 Haekal, M. H. (2012, 10 08). Abu Bakar As-Siddiq (Sebuah Biografi Dan Studi Analisis Tentang Permulaan Sejarah
Islam Sepeninggal Nabi). Retrieved from mrc.cikal: https://mrc.cikal.co.id/index.php?p=show_detail&id=19345

5
dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa apa
yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah 2

B. Proses Kepemimpinan Abu Bakr


Abu Bakr memangku jabatan Khalifah berdasarkan pilihan yang
berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani sa’idah, memenuhi tata
cara perundingan yang dikenal dunia medorn saat ini. Kaum Anshar menekankan
pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Sa’ad ibn Ubadah. Kaum
Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan calon Abu
Ubaidah ibnu Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali ibn Abi
Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam Islam, juga sebagai
menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik. Melalui
perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah
kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah. Proses pengangkatan Abu
Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama, menunjukkan betapa seriusnya
masalah suksesi kepemimpinan dalam masyarakat Islam pada saat itu dikarenakan
kepemimpinan suku-suku Arab didasarkan pada sistem senioritas dan prestasi,
tidak diwariskan secara turun temurun.
Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau berpidato. Dalam
pidatonya itu dijelaskannya siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Inilah
kutipan beberapa prinsip-prinsip yang diucapkan dalam pidatonya, antara lain
beliau berkata : “ Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan
urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku
menjalankan tugasku dengan baik, ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka
betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku
dapat mengambil hak daripadanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya
pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah

2 Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama. (2021, 12 29). Retrieved from Kompas:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/100000579/biografi-abu-bakar-sahabat-rasulullah-yang-paling-
utama?page=all

6
kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bilamana
aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku.3
C. Kemajuan yang dicapai Abu Bakr dimasa Khalifahan
Di masa awal pemerintahan Abu Bakar, diwarnai dengan berbagai
kekacauan dan pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya
orang-orang yang mengaku diri sebagai nabi (nabi palsu), pemberontakan dari
beberapa kabilah Arab dan banyaknya orang-orang yang ingkar membayar zakat
merupakan tantangan dari negara yang baru berdiri.
Adanya orang murtad disebabkan karena mereka belum memahami benar
tentang Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, atau mereka masuk Islam
karena terpaksa. Sehingga begitu Rasulullah -shallallahu alaihi wassalam- wafat,
mereka langsung kembali kepada agama semula. Karena mereka beranggapan ,
bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah pimpinannya Nabi Muhammad
-shallallahu alaihi wassalam- wafat.
Golongan yang tidak mau membayar zakat banyak timbul dari kabilah yang
tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gatfan, Bani Bakar dll. Mereka beranggapan
bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad -shallallahu alaihi
wassalam- dan setelah beliau wafat maka tidak lagi wajib membayar zakat.
Orang yang mengaku sebagai nabi sebenarnya sudah ada pada hari-hari terakhir
kehidupan Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wassalam- , walaupun mereka
masih sembunyi-sembunyi. Dari kekacauan yang muncul di awal pemerintahan
tersebut, Abu Bakar bekerja keras untuk menumpasnya. Untuk menumpas
kelompok-kelompok tersebut di atas, Abu Bakar bermusyawarah dengan para
sahabat dan kaum Muslimin menentukan apa tindakan yang harus diambil
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.4

3 Nasir, M. (2017, Oktober 07). Proses Pemilihan Khalifah Masa Khulafa’ al Rasyidin. Retrieved from nasirsalo:
http://nasirsalo.blogspot.com/2017/10/proses-pemilihan-khalifah-masa-khulafa.html

4 R, F. A. (2021, Oktober 26). Abu Bakar Ash Shiddiq, Khalifah Pertama Umat Islam. Retrieved from orami:
https://www.orami.co.id/magazine/abu-bakar-ash-shiddiq

7
Di dalam kesulitan yang memuncak inilah terlihat kebesaran jiwa dan
ketabahan hati Abu Bakar. Dengan tegas dinyatakannya, bahwa beliau akan
memerangi semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, baik yang
murtad, yang mengaku Nabi palsu, maupun yang enggan membayar zakat, sehingga
semuanya kembali kepada kebenaran. Setelah bermusyawarah Abu Bakar
menugaskan antara lain kepada : Usamah bin Zaid, Khalid bin Walid, Amr bin Ash,
Yazid bin Abu Sofyan untuk memerangi golongan tersebut. Setelah berbagai
macam gejolak dan kekacauan dapat ditangani secara tuntas, maka Abu Bakar
selalu berusaha untuk melakukan berbagai langkah demi kemajuan umat Islam.

D. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Abu Bakar


Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama
kurang lebih dua tahun, antara lain:
1. Perbaikan sosial (masyarakat)
2. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam
3. Pengumpulan ayat-ayat Al Qur'an
4. Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam
5. Meningkatkan kesejahteraan umat.
Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para
penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan
membayar zakat).5
Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah
Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang
dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan
Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan dengan tujuan untuk
memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa, yaitu Persia dan

5 Nasir, M. (2017, Oktober 07). Proses Pemilihan Khalifah Masa Khulafa’ al Rasyidin. Retrieved from nasirsalo:
http://nasirsalo.blogspot.com/2017/10/proses-pemilihan-khalifah-masa-khulafa.html

8
Bizantium. Untuk ekspansi ke Irak dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan ke
Suriah dipimpin tiga panglima yaitu : Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan dan
Surahbil bin Hasanah.
Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur'an
adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan
Al Qur'an setelah para sahabat yang hafal Al Qur'an banyak yang gugur dalam
peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu.
Alasan lain karena ayat-ayat Al Qur'an banyak berserakan ada yang ditulis pada
daun, kulit kayu, tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak dan
hilang.
Atas usul Umar bin Khattab tersebut pada awalnya Abu Bakar agak berat
melaksanakan tugas tersebut, karena belum pemah dilaksanakan pada masa Nabi
Muhammad -shallallahu alaihi wassalam- . Namun karena alasan Umar yang
rasional yaitu banyaknya sahabat penghafal Al Qur'an yang gugur di medan
pertempuran dan dikhawatirkan akan habis seluruhnya, akhirnya Abu Bakar
menyetujuinya, dan selanjutnya menugaskan kepada Zaid bin Sabit, penulis wahyu
pada masa Rasulullah -shallallahu alaihi wassalam- , untuk mengerjakan tugas
pengumpulan itu.
Kemajuan yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam,
Abu Bakar senantiasa meneladani perilaku rasulullah -shallalu alaihi wassalam-
Bahwa prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan seperti yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wassalam- selalu dipraktekkannya. Ia
sangat memperhatikan keadaan rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka
yang kesulitan. Terhadap sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.
Sahabat yang telah menduduki jabatan pada masa Nabi Muhammad -
shallallahu alaihi wassalam- tetap dibiarkan pada jabatannya, sedangkan sahabat
lain yang belum mendapatkan jabatan dalam pemerintahan juga diangkat
berdasarkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Sedangkan kemajuan yang
dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan umum, Abu Bakar membentuk lembaga
"Baitul Mal", semacam kas negara atau lembaga keuangan. Pengelolaannya
diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat Nabi -shalalallahu alaihi wassalam- yang

9
digelari "amin al-ummah" (kepercayaan umat). Selain itu didirikan pula lembaga
peradilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin Khattab .
Kebijaksanaan lain yang ditempuh Abu Bakar membagi sama rata hasil
rampasan perang (ghanimah). Dalam hal ini ia berbeda pendapat dengan Umar bin
Khattab yang menginginkan pembagian dilakukan berdasarkan jasa tiap-tiap
sahabat. Alasan yang dikemukakan Abu Bakar adalah semua perjuangan yang
dilakukan atas nama Islam adalah akan mendapat balasan pahala dan Allah -
subhana wataala- di akhirat. Karena itulah biarlah mereka mendapat bagian yang
sama.
E. Tantangan yang dihadapi Abu Bakr dimasa Khalifahan
Abu Bakar dengan masa pemerintahannya yang amat singkat ( kurang lebih
dua tahun ) telah berhasil mengatasi tantangan-tantangan dalam negeri Madinah
yang baru tumbuh itu, dan juga menyiapkan jalan bagi perkembangan dan perluasan
Islam di Semenanjung Arabia.
Tantangan - tantangan yang dihadapi oleh khalifah abu bakar siddiq:
Disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada
pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wasallam.-.
Mereka berasal dari suku Hijaz dan Najd. Mereka menganggap bahwa perjanjian
yang dibuat dengan Nabi Muhammad -shallalahu alaihi wassalam- , dengan
sendirinya batal setelah Nabi -Shallallahu ‘Alaihi wasallam- wafat. Beberapa
diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara
utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni
penyembahan berhala.
Mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan
mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar
menyelesaikan persoalan tersebut dengan “Perang Riddah” dengan panglima yang
berjasa dalam Perang Riddah.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun dari tahun 632 sejak kematian
Muhammad hingga tahun 634 M. Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu
Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang
sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu

10
Bakar memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga
menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium. Abu Bakar meninggal saat
berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya.
Kekuasaan yang dijalankan Abu Bakar bersifat sentral yaitu kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan
roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-
sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar mengirim
kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai
wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan
empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul ‘Ash, Yazid ibn Abi
Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang
masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid
diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia
sampai ke Syria.
Dalam “Perang Riddah ”, Abu Bakar mengirim 11 pasukan perang dengan
11 daerah tujuan. Mereka antara lain, pasukan Khalid bin Walid ditugaskan
menundukkan Thulaiha Al-Asadi, pasukan ‘Amer bin Ash ditugaskan di
Qudhla’ah. Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman dan Khalid bin Said
ditugaskan ke Syam.
Dalam Perang Riddah, peperangan terbesar ialah memerangi “Ibnu Habib
Al Hanafi ” yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah
si pembohong), yang menyatakan dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi
Muhammad -shallallahu alaihi wassalam- . Musailamah dapat dikalahkan pada
pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.6

6 Ikhwan, W. (2021, Maret 04). Tantangan Kepemimpinan Abu Bakar. Retrieved from daaruttauhiid:
https://www.daaruttauhiid.org/tantangan-kepemimpinan-abu-bakar/

11
F. Wafatnya Abu Bakr
Persoalan besar yang sempat diselesaikan Abu Bakar sebelum wafat adalah
menetapkan calon khalifah yang akan menggantikannya. Dengan demikian ia telah
mempersempit peluang bagi timbulnya pertikaian di antara umat Islam mengenai
jabatan khalifah. Dalam menetapkan calon penggantinya Abu Bakar tidak memilih
anak atau kerabatnya yang terdekat, melainkan memilih orang lain yang secara
objektif dinilai mampu mengemban amanah dan tugas sebagai khalifah, yaitu
sahabat Umar bin Khattab. Pilihan tersebut tidak diputuskannya sendiri, tetapi
dimusyawarahkannya terlebih dahulu dengan sahabat-sahabat besar. Setelah
disepakati , barulah ia mengumumkan calon khalifah itu.
Abu Bakr jatuh sakit dalam musim panas tahun 634 M, dan selama 15 hari
dia terbaring di tempat tidur. Khalifah ingin seksli menyelesaikan masalah
penggantian dan mencalonkan rakyatnya ke dalam suatu perang saudara. Meskipun
dari pengalamannya Abu Bakr benar-benar yakin bahwa tidak ada seorang pun
kecuali Umar bin Khattab yang dapat mengambil tanggung jawab kekhalifahan
yang berat itu, karena masih masih ingin menggembleng pendapat umum, dia
bermusyawarah dengan para sahabat yang terpandang.

Thabari menulis bahwa Abu Bakr naik ke atas balkon rumahnya dengan
berbicara kepada orang banyak yang berkerumunan di bawah: “Apakah kalian akan
menerima orang yang saya calonkan sebagai pengganti saya?” kata Khalifah. “Saya
bersumpah bahwa saya melakukan yang terbaik dalam menentukan hal ini, dan saya
telah memilih Umar bin Khattab sebagai pengganti saya. Dengarkanlah saya, dan
ikutilah keinginan-keinganan saya”. Mereka semua serempak bertakata, “Kami
telah mendengar anda dan kami menaati anda”. Kemudian Abu Bakr memanggil
Utsman dan mendiktekan teks perintah yang menunjuk Umar bin Khattab sebagai
penggatinya. Kemudian abu Bakr meninggal hari senin tanggal 23 Agustus 634 M.
Sholat jenazah dipimpin oleh Umar bin Khattab, dan dia dikuburkan dirumah
Aisyah di samping makan Rasulullah -shallallahu alaihi wassalam- . Dia berusia 63

12
tahun Ketika meninggal dunia, dan kekhalifahannya berlangsung selama 2 tahun 3
bulan 11 hari. 7

BAB III

KESIMPULAN

Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan
kerusuhan oleh kaum riddah yang demikian luasnya dan memulihkan kembali
ketertiban dan keamanan diseluruh semenanjung Arabia. Selanjutkan
membebaskan lembah Mesopotamia yang didiami suku-suku Arab. Disamping itu,
Jasa beliau yang amat besar bagi kepentingan agama Islam adalah beliau
memerintahkan mengumpulkan naskah-naskah setiap ayat-ayat Al-Qur’an dari
simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris) yang pernah ditunjuk oleh Nabi
Muhammad -shallallahu alaihi wassalam- pada masa hidupnya, dan menyimpan
keseluruhan naskah di rumah janda Nabi -shallallahu alaihi wassalam- , yakni Siti
Hafshah.
Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-
tiang agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan
Khalifah Abu Bakar berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut
merupakan waktu yang paling singkat bila dibandingkan dengan kepemimpinan
Khalifah-Khalifah penerusnya.

7 Fauzi, A. (2022, Januari 19). Kisah Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Sang Khalifah Pertama yang Tegas dan Berani.
Retrieved from akurat: https://akurat.co/kisah-wafatnya-abu-bakar-ash-shiddiq-sang-khalifah-pertama-yang-
tegas-dan-berani

13
DAFTAR PUSTAKA
Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama. (2021, 12 29).
Retrieved from Kompas:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/100000579/biografi-abu-
bakar-sahabat-rasulullah-yang-paling-utama?page=all
Fauzi, A. (2022, Januari 19). Kisah Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Sang
Khalifah Pertama yang Tegas dan Berani. Retrieved from akurat:
https://akurat.co/kisah-wafatnya-abu-bakar-ash-shiddiq-sang-khalifah-
pertama-yang-tegas-dan-berani
Haekal, M. H. (2012, 10 08). Abu Bakar As-Siddiq (Sebuah Biografi Dan Studi
Analisis Tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi). Retrieved
from mrc.cikal:
https://mrc.cikal.co.id/index.php?p=show_detail&id=19345
Ikhwan, W. (2021, Maret 04). Tantangan Kepemimpinan Abu Bakar. Retrieved
from daaruttauhiid: https://www.daaruttauhiid.org/tantangan-
kepemimpinan-abu-bakar/
Nasir, M. (2017, Oktober 07). Proses Pemilihan Khalifah Masa Khulafa’ al
Rasyidin. Retrieved from nasirsalo:
http://nasirsalo.blogspot.com/2017/10/proses-pemilihan-khalifah-masa-
khulafa.html
R, F. A. (2021, Oktober 26). Abu Bakar Ash Shiddiq, Khalifah Pertama Umat
Islam. Retrieved from orami: https://www.orami.co.id/magazine/abu-
bakar-ash-shiddiq
Terkini, B. (2021, September 17). 3 Prestasi Masa Pemerintahan Abu Bakar
Sebagai Khalifah Pertama. Retrieved from kumparan:
https://kumparan.com/berita-terkini/3-prestasi-masa-pemerintahan-abu-
bakar-sebagai-khalifah-pertama-1wXzBdumr6V

14
Soal Tanya Jawab
1. Apa langkah yang sangat efektif dilakukan abu bakar agar orang-orang
kembali membayar zakat?
Jawab : Abu Bakar memutuskan secara tegas untuk memerangi orang-
orang yang menolak membayar zakat dan murtad kepada Allah. Pilihan ini
diambil untuk menjaga kestabilan, agar tidak ada lagi propaganda untuk
berhenti membayar zakat dan keluar dari Islam. Keputusan Abu Bakar
sempat ditentang oleh Umar bin Khattab. Umar menyarankan agar Abu
Bakar berdamai saja dengan para pemberontak, dan membiarkan mereka
dengan keputusannya yang tidak mau bayar zakat. Asalkan mereka mau
membantu bersama-sama melawan musuh. Tidak melakukan kekerasan
untuk menarik dana zakat dari mereka yang membangkang. Namun, Abu
Bakar menolak usulan dari Umar. Pemberontakan yang dilakukan bisa
menular, dan memiliki sifat mempengaruhi satu sama lain. Tidak hanya satu
atau dua orang yang memutuskan untuk tidak membayar zakat dan murtad,
melainkan ada banyak. Apabila dibiarkan akan tersebar sangat luas,
kekuatan umat Islam dapat melemah. Keputusan Abu Bakar untuk
memerangi orang yang menolak zakat dan orang yang murtad, adalah
keputusan yang tepat untuk menyelamatkan Islam. Kemenangan telah
berpihak kepada Abu Bakar.
2. Apa yang menjadi penyebab orang-orang menjadi murtad setelah
peninggalan Rasulullah dan solusi abu bakar Ash-Shiddiq ?

Jawab : Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi


Muhammad -shallalahu alaihi wassalam- , dengan sendirinya batal setelah
Nabi -Shallallahu ‘Alaihi wasallam- wafat. Beberapa diantaranya menolak
membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh.
Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni
penyembahan berhala.
3. Siapa orang yang menggap dirinya nabi dari yamamah?

15
Jawab : ialah “Ibnu Habib Al Hanafi” yang lebih dikenal dengan
nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang
menyatakan dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad -
shallallahu alaihi wassalam- . Musailamah dapat dikalahkan pada
pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.

4. Mengapa terjadi Perang Riddah ?


Jawab : Karena banyak suku Arab yang murtad (kembali menjadi kafir)
sepeninggal Nabi Muhammad. Selain itu, ada pula umat Islam yang tetap
memeluk agamanya tetapi menolak membayar zakat
5. Siapakah orang yang akan menggatikan Abu Bakr setelah wafatnya beliau?
Jawab : Dalam menetapkan calon penggantinya Abu Bakar tidak memilih
anak atau kerabatnya yang terdekat, melainkan memilih orang lain yang
secara objektif dinilai mampu mengemban amanah dan tugas sebagai
khalifah, yaitu sahabat Umar bin Khattab. Pilihan tersebut tidak
diputuskannya sendiri, tetapi dimusyawarahkannya terlebih dahulu dengan
sahabat-sahabat besar. Setelah disepakati , barulah ia mengumumkan calon
khalifah itu.

16
MAKALAH
MASA KEKHALIFAHAN UMAR IBN KHATTAB

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu: Alimuddin, S.Pd.I.,M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 9 :


Ashraf Reza Pahlevi (90400121073)
Arinil Ichsani Rahman (90400121085)
Nabilah Ifawani (90400121068)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Masa
Kekhalifahan Umar ibn Khattab” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alimuddin, S.Pd.I., M.Pd.


selaku dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 6 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Proses Kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Khattab..................................... 3

B. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Umar Ibn Khattab ............................... 7

C. Tantangan yang Dihadapi pada Masa Umar Ibn Khattab .......................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

DARTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah


tidak dapat diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya' wa al-mursalin), tetapi
kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti
segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan "Khalifah artinya yang
menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas
Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan
hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang
selalu berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara
bergantian oleh Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman bin affan, dan Ali
ibn Abi Thalib.
Di antara empat khalifah itu, Umar ibn Khattab mempunyai
keistimewaan tersendiri. Keistimewaan Umar terletak pada kemampuannya
berfikir kreatif. Kepandaian beliau dalam memahami syari’at Islam diakui
sendiri oleh Nabi (Sunanto, 2007: 22). Hal ini menunjukkan betapa luar
biasanya Umar ibn Khattab sehingga ditunjuk sebagai khalifah yang kedua
untuk meneruskan perjuangan umat Islam setelah wafatnya Abu Bakar.
Dalam masa kepemimpinannya, Umar ibn Khattab juga
menggunakan karisma kepemimpinan yang dimilikinya. Kepemimpinan
sendiri merupakan suatu bentuk persuasif dan inspirasi dalam dakwah
bahkan seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang berpengaruh
terhadap bawahannya.
Semenjak menjadi khalifah hidup beliau sangat sederhana meski
pun kaya raya. Beliau hendak memberikan teladan yang baik bagi kaum
muslimin tentang konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan

1
oleh Rasulullah S.A.W. Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat
sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon
kurma dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga perasaan
rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang sangat kaya. Kelebihan yang
diberikan Allah kepada Umar ibn Khattab ini yang menjadikan masyarakat
kagum terhadapnya sehingga kepemimpinan beliau terkenal dengan
karismanya yang khas sebagai sosok pemimpin yang pembeda sesuai
dengan julukan yang diberikan oleh Rasulullah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses kepemimpinan khalifah Umar ibn Khattab?


2. Apa saja kemajuan yang dicapai pada masa Umar Ibn Khattab?
3. Apa saja tantangan yang dihadapi pada masa Umar Ibn Khattab?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses kepemimpinan khalifah Umar Ibn


Khattab.
2. Untuk mengetahui apa saja kemajuan yang dicapai dan tantangan yang
dihadapi Umar ibn Khattab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Khattab

Umar ibn Khattab ibn Nufail ibn Abd al-Uzza ibn Riyah ibn
Abdullah ibn Qurth ibn Razah ibn Ady ibn Ka’ab dilahirkan sebelum
munculnya matahari (sebelum waktu fajar) pada tahun ke-4. Malik ibn al-
Ash mengabarkan kelahiran seorang bayi pada pagi hari di rumah keluarga
al-Khattab yang kemudian diberi nama Umar ibn Khattab memiliki kunyah
Abu Hafsha, ibunya bernama Hintamah ibnt Hasyim ibn Mughirah ibn
Abdullah ibn Umar ibn Mahzum yang memiliki kekerabatan dengan Abu
Jahal.
Dzahabi dan an-Nawawi mengungkapkan Umar dilahirkan 13 tahun
setelah terjadinya peristiwa penyerangan oleh pasukan Abrahah yang
menggunakan tunggangan Gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Umar ibn
Khattab mengikrarkan ke-Islamannya pada tahun ke-6 dari kenabian
bertepatan dengan usianya yang ke 27 tahun, dan menjadi bagian dari
kelompok pertama (as-sabiqun al-awwalin) yang membaiat kepada Nabi
Muhammad saw dan bagi dirinya atas peristiwa itu dijanjikan surga.
Umar ibn al-Khattab adalah sosok tinggi besar, lebat bulu badannya,
rambut terurai dari kedua sisi kepalanya, berkulit putih kemerah-merahan,
berjenggot lebat, berkumis tebal dan menyemir ubannya dengan hana’
(pohon sejenis pacar). Disamping sifat-sifat fisik tersebut, Umar juga
memiliki sifat-sifat kejiwaan yang luhur, antara lain: adil, tanggung jawab,
keras dalam menyelesaikan berbagai masalah dan menghadapinya dengan
tegar dan penuh keteguhan baik masalah pribadi, negara dan agama, santun
terhadap rakyat dan sangat berwibawa, disegani, tajam firasatnya, luas
ilmunya, cerdas pemahamannya, dan masih banyak lagi.

3
Ketika Abu Bakar merasa Kematiannya telah dekat sakitnya
semakin parah, dia ingin memberikan kekhilafahan kepada seseorang yang
akan menggantikannya agar diharapkan manusia tidak banyak terlibat
konflik. 1Ketika sudah ditentukan lalu Abu Bakar bermusyawarah dengan
para shahabat yang lainnya dan disetujui. 2Maka terpilihlah Umar sebagai
Kahalifah lalu Abu Bakar membai’at Umar bin Khattab dan kemudian
diikuti Kaum muslimin. Beberapa hari setelah itu Abu Bakar meninggal.
Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari Senin, setelah
Maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga, bertepatan pada tanggal 21
Jumadil Akhir tahun 13 H, Umar bin al-Khattab menggantikan seluruh
tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai Amirul Mukminin.
Beliaulah yang pertama kali menyebut dirinya dengan gelar Amir al-
Mu’minin orang yang pertama kali memanggilnya dengan gelar tersebut
adalah Mughirah ibn Syu'bah dan ada yang berpendapat bukan Mughirah
tetapi orang lain.
Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian melakukan perundingan dengan
para sahabat guna mempertimbangkan siapa yang pantas menggantikan
dirinya menjadi khalifah. Abu Bakar mengungkapkan beberapa kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Berdasarkan masukan-masukan
yang diterima, Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian memilih Umar ibn al-
Khattab untuk menggantikannya menjadi khalifah. Abu Bakar ash-Shiddiq
pun lalu membuat bai’at yang berisi penunjukan Umar ibn al-Khattab
sebagai penggantinya, dan dengan demikian orang-orang mukmin harus
patuh terhadapnya.
Pengangkatan Umar ibn al-Khattab sebagai Khalifah merupakan
fenomena baru yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi harus
dicatat bahwa proses peralihan kepemimpinan tersebut tetap dalam bentuk
musyawarah yang tidak memakai sistem otoriter. Sebab Abu Bakar ash-

1 Ibid, Hal. 155


2 Muhammad Husain Haikal, Umar Bin Khattab, terj. Ali Audah, Jakarta: P.T. Pustaka Lintera
Antar nusa, Cet. II, 2001, Hal. 87

4
Shiddiq tetap meminta pendapat dan persetujuan dari kalangan sahabat
Muhajirin dan Ansar. Bahkan hal tersebut ia tuangkan dalam sebuah surat
wasiat.
Adapun alasan Abu Bakar ash-Shiddiq menetapkan penggantinya
sebelum wafat karena: Pertama, bila tidak ditetapkan sekarang nanti akan
banyak orang yang merasa bahwa dirinyalah yang berhak untuk menduduki
jabatan khalifah itu. Kedua, karena pengalaman pada waktu Nabi wafat
dulu, umat Islam menjadi goncang terutama kaum Muhajirin dan Anshar
disebabkan belum ada kepastian penggantinya.
Umar ibn al-Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar
asSiddiq yang sukses dalam menjalankan amanat umat dalam menjalankan
roda pemerintahan. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama
sepuluh tahun dan enam bulan, Umar ibn al-Khattab mewujudkan iklim
politik yang bagus, keteguhan prinsip, kecermelangan perencanaan;
meletakkan berbagai sistem ekonomi dan manajemen yang penting;
menggambarkan garis-garis penaklukan dengan banyak melakukan
ekspansi sehingga wilayah Islam meliputi jazirah Arab, sebagian wilayah
Romawi (Syiria, Palestina, dan Mesir), serta seluruh wilayah kerajaan
Persia termasuk Irak dengan pengaturan yang sitematis atas daerah-daerah
yang ditaklukkan; menegakkan keadilan di setiap daerah dan terhadap
semua manusia; melakukan koreksi terhadap pejabat serta memperluas
permusyawaratan. Atas keberhasilannya tersebut, orang-orang Barat
meenjuluki Umar sebagai The Saint Paul of Islam.
Kepemimpinan Umar selama menjabat sebagai Khalifah telah
dicatat dalam sejarah sebagai kepemimpinan yang sangat dibanggakan, baik
di bidang politik teritorial, sosio-ekonomi maupun sosio-kultural. Menurut
yang diriwayatkan oleh Ibnu Atsir bahwa Abdullah Ibnu Mas’ud berkata:
“Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan dan
kekhalifahan serta pemerintahannya adalah rahmat”.
Pemerintahan Umar ibn al-Khattab berlangsung dari 634-644 H,
waktu 10 tahun masa pemerintahannya dilalui dengan berbagai macam

5
ekspansi dan penaklukan ke luar willayah Semenanjung Arab. Penguasaan
Imperium Persia dan Imperium Romawi menjadi puncak dari keberhasilan
Umar ibn al-Khattab dalam memimpin Bangsa Arab, yang terpisah jauh
dengan pengaruh dari kedua imperium tersebut sejak Nabi Muhammad saw
dideklarasikan sebagai khatam al-Anbiya. Luas wilayah yang ditaklukan
oleh Umar ibn al-Khattab adalah 1.500.000 km2, dengan rincian sebagai
berikut:

1) Yarrnuk atau Wacusa, 5 Rajab, 13 H. (Sept. 634 M);

2) Pertempuran Qadisiyah, Ramadan, 14 H. (Nov. 635 M);

3) Ba'albak, 25 RabI' I, 15 H. (636 M.);

4) Hims and Qjnnasrm, ditaklukan pada 15 H. (636 M);

5) Palestine and Quds (Jerusalem) in RabI' II, 16 H. (637 M);

6) Madian, 15-16 H. (636-637 M);

7) Jazrra (Ruha, Raqqa, Nasibain, Harran, Mardien), mayoritas didiami oleh

kaum Nasrani pada 18-20 H. (639-640 M);

8) Persia: Nehavand, 19-20 H. (640 M);

9) Mesir (tidak termasuk Alexandria) 20 H. (640 M);

10)Alexandria, 21 H. (641 M);

11)Barqa (Libya), 22 H. (642 M);

12)Tripoli (Libya), 23 H. (643 M).

Wilayah Islam yang semakin meluas di bawah kepemimpinan Umar


ibn al-Khattab, menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek, terutama
berkaitan dengan ketatanegaraan, administrasi negara, keuangan dan fiskal,
pertahanan dan keamanan.

6
B. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Umar Ibn Khattab

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan


sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari
tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran
sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi
daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam
pada jaman Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang
menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di
dekat Damaskus. 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi
yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan. Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan
mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem
administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638,
ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi
hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih
mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap
hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya,


Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai
dihitung saat peristiwa hijrah.

Ada beberapa kemajuan peradaban Islam pada masa khalifah Umar


bin Khatthab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu
pengetahuan, sosial, seni, dan agama.

1) Perkembangan Politik

7
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu
‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi
yang sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke
Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar,
kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit
tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan.

Kekuasaan Islam sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia dari


tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran
sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah


propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan
Mesir. Pada masa Umar bin khatab mulai dirintis tata cara menata struktur
pemerintahan yang bercorak desentralisasi. Mulai sejak masa Umar
pemerintahan dikelola oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi.

Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka sangat


membutuhkan penataan administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar
membentuk lembaga pengadilan, dimana kekuasaan seorang hakim
(yudikatif) terlepas dari pengaruh badan pemerintahan (eksekutif). Adapun
hakim yang ditunjuk oleh Umar adalah seorang yang mempunyai reputasi
yang baik dan mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur. Zaid ibn
Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka’bah ibn Sur al-Azdi sebagai
Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi Palestina, Abdullah ibn
mas’ud sebagai Qadhi kufah.

8
Pada masa Umar ibn Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga
formal yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam.
Dimasa ini juga terbentuknya sistem atau badan kemiliteran.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi


daerah Arabia, syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah
luas maka Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan
peraturan pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

2) Perkembangan Ekonomi

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah


Umar mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan
ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan
dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk.
Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-
Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. Dan menghapuskan
zakat bagi para Mu’allaf. Ada beberapa kemajuan dibidang ekonomi antara
lain :

Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang
didapat dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu
harus tetap dalam tangan pemiliknya semula, tetapi bertalian dengan ini
diadakan pajak tanah (Al kharaj).

Semua harta rampasan perang (Ghanimah), dimasukkan kedalam


Baitul Maal Sebagai salah satu pemasukan negara untuk membantu rakyat.
Ketika itu, peran diwanul jund, sangat berarti dalam mengelola harta
tersebut.

9
3) Pemerataan zakat

Umar bin Khatab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya


dan meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada
orang-orang yang diperjinakan hatinya (al-muallafatu qulubuhum).

4) Lembaga Perpajakan

Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak


dan Syria serta Mesir sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah
pembiayaan, baik yang menyangkut biaya rutin pemerintah maupun biaya
tentara yang terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah tetangga lainnya.
Oleh karena itu, dalam kontek ini Ibnu Khadim mengatakan bahwa institusi
perpajakan merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang mengatur
pemasukan dan pengeluaran.

5) Perkembangan Pengetahuan

Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat


berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi kalau ada diantaa umat Islam
yang ingin belajar hadis harus perdi ke Madinah, ini berarti bahwa
penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan
adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai
keluar jazirah Arab, nampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam
didaerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu Umar bin Khatab
memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil
menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan Mesjid sebagai tempat
ibadah dan pendidikan.

10
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di
kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di mesjid-mesjid dan
pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan
ajaran Islam lainnya seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk Islam.

Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam


bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin
menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung
dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-
daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam. Gairah
menuntut ilmu agama Islam ini yang kemudian mendorong lahirnya
sejumlah pembidangan disiplin keagamaan.

Dengan demikian pelaksanaan pendidikan dimasa khalifah umar


bin khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada
dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan, disamping telah
ditetapkannya mesjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya
pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu
lainnya.

Pada masa Khalifah Umar ibn Khatthab ahli al-dzimmah yaitu


penduduk yang memeluk agama selain Islam dan berdiam diwilayah
kekuasaan Islam. Al-dzimmah terdiri dari pemeluk Yahudi, Nasrani dan
Majusi. Mereka mendapat perhatian, pelayanan serta perlindungan pada
masa Umar. Dengan membuat perjanjian, yang antara lain berbunyi ;

11
Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan
konsumsi bagi para tentara Muslim yang memasuki kota mereka, selama
tiga hari berturut-turut.

Pada masa Umar sangat memerhatikan keadaan sekitarnya, seperti


kaum fakir, miskin dan anak yatim piatu, juga mendapat perhatian yang
besar dari Umar ibn Khathab.

6) Perkembangan Agama

Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan


daerah kekuasaan) pertama terjadi ; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun
635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di
pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan
Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir
di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah
pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash Radhiallahu ‘anhu.
Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan
demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari
sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada
tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian,
pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar
wilayah Persia, dan Mesir. Dalam kata lain. Islam pada zaman Umar
semakin berkembang.

C. Tantangan yang Dihadapi pada Masa Umar Ibn Khattab

Tantangan pada masa kekhalifahan Umar yang terjadi salah satunya


adalah sengketa tanah. Namun Umar segera menyelesaikan masalah ini,

12
sehingga tidak terjadi sengketa tanah di antara masyarakat yang membuat
mafia tanah bermunculan.

Adapun tantangan-tantangan lainnya yaitu: Ada tuduhan-tuduhan


dari para orientalis yang benci dengan Islam lebih khususnya kepada Umar,
terjadinya bencana kelaparan yang meluas di negeri-negeri Arab dari ujung
selatan sampai ke ujung utara yang berlangsung selama sembilan bulan dan
mengakibatka hancurnya usaha pertanian, peternakan dan manusia
mengalami beban hidup yang sangat berat3, dan timbulnya wabah Amawas
yang meluas dari Syam sampai Irak, sehingga menewaskan ribuan tokoh
muslimin.4

3 Muhammad Husain Haikal, Umar Bin Khattab, Hal. 356


4 Ibid, Hal. 356-357

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

• Pemerintahan Umar ibn al-Khattab berlangsung dari 634-644 H, waktu


10 tahun masa pemerintahannya dilalui dengan berbagai macam ekspansi
dan penaklukan ke luar willayah Semenanjung Arab. Penguasaan
Imperium Persia dan Imperium Romawi menjadi puncak dari
keberhasilan Umar ibn al-Khattab dalam memimpin Bangsa Arab, yang
terpisah jauh dengan pengaruh dari kedua imperium tersebut sejak Nabi
Muhammad saw dideklarasikan sebagai khatam al-Anbiya. Luas wilayah
yang ditaklukan oleh Umar ibn al-Khattab adalah 1.500.000 km2.
• Kemajuan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khatthab
meliputi: perkembangan politik, perkembangan ekonomi, pemerataan
zakat, Lembaga perpajakan, perkembangan pengetahuan, dan
perkembangan agama.

• Tantangan yang dihadapi pada masa Umar bin Khattab, yaitu: ada
tuduhan-tuduhan dari para orientalis yang benci dengan Islam lebih
khususnya kepada Umar, terjadinya bencana kelaparan yang meluas di
negeri-negeri Arab dari ujung selatan sampai ke ujung utara yang
berlangsung selama sembilan bulan dan mengakibatka hancurnya usaha
pertanian, peternakan dan manusia mengalami beban hidup yang sangat
berat, dan timbulnya wabah Amawas yang meluas dari Syam sampai
Irak, sehingga menewaskan ribuan tokoh muslimin.

14
DARTAR PUSTAKA

Al-Akkad, Abbas Mahmoud, Keutamaan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddieq, terj:


Bustami A. Ghani dan Zainal Abidin Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang,
1978.
Al-Usairi, Ahmad, Sejarah Islam, terj. Samson Rahman, Jakarta: Akbarmedia, cet.
IX, 2011
Arianto. 2012. “Perkembangan Islam pada Zaman Khulafaur Rasyidin Abu Bakar As-
Shiddiq dan Umar bin Khattab”
http://ariantohamidi.blogspot.com/2012/05/khulafaur-rasyidin.html,
diakses pada 7 Maret 2022 pukul 22.25
Bodzest. 2011. “Makalah Masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab”,

https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/23/makalah-masa-
khalifah-abu-bakar-dan-umar-bin-khattab/, diakses pada 7 Maret 2022
pukul 18.39.
Haikal, Muhammad Husain, Abu Bakar As-siddiq, terj. Ali Audah, Jakarta: P.T.
Pustaka LiteraAntar Nusa, cet. II, 2001.
Ibnu Katsir, Al-Hafizh, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj.
Abu Ihsan Al-Atsari, Jakarta: Darul Haq, Cet. VII, 2011
Suara Rakyat Kalimantan. 2019. “Peradaban Islam Masa Khalifah Umar bin Khattab”,

https://www.suarakalimantan.com/2019/01/04/peradaban-islam-masa-
khalifah-umar-bin-khattab/, diakses pada 7 Maret 2022 pukul 22.02

15
PERTANYAAN

1. Afriyani (90400121078)
Apa jasa Umar bin Khattab yang sampai saat ini masih kita rasakan?
Jawaban:
Menetapkan kalender Hijriah yang dimulai dari hijrahnya nabi, Kembali
mengumpulkan orang shalat tarawih berjamaah dan memberikan
pandangan tentang dikumpulkannya Al-Quran dalam bentuk mushaf.

2. Mustika Aulia (90400121084)


Apa pertanyaan yang tidak bisa dijawab Umar dari pendeta Yahudi
namun bisa dijawab oleh Abu Bakar?
Jawaban:
DI kala Umar bin Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin,
pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi . "Hai Khalifah
Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan
sahabatnya, Abu Bakar ," ujar mereka kepada Khalifah. "Ya. Apa tujuan
kalian datang kepada kami?" tanya Umar. "Kami hendak menanyakan
beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban
kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama
yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika
anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil
dan Muhammad bukan seorang Nabi." "Silahkan bertanya tentang apa saja
yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.
Pendeta-pendeta itu pun, memulai pertanyaan-pertanyaannya: "Jelaskan
kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?"
"Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan
bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu
makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan
manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk
yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak
dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami
apa yang dikatakan oleh burung puyuh di saat ia sedang berkicau! Apakah
yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang
dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan
oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai
di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada
waktu ia sedang berkicau?" Baca juga: Bidadari Hitam Manis untuk Umar
Bin Khattab Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berpikir sejenak,
kemudian berkata: "Bagi Umar, jika ia menjawab 'tidak tahu' atas
pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan
suatu hal yang memalukan!'' Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu,

16
pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan,
sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang
bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!" Salman Al-Farisi
yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta
Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!" Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin
Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan,
selamatkanlah agama Islam!"
Ali bin Abu Thalib bingung, lalu bertanya: "Mengapa?" Salman kemudian
menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan
lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher)
peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib
datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil
berkata: "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu
kupanggil!" Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang
menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib berkata: "Silakan kalian
bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah SAW sudah
mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu
mempunyai seribu macam cabang ilmu!" Baca juga: Ini Pesan Khusus Ali
bin Abu Thalib Kepada Petugas Pemungut Pajak dan Zakat Pendeta-pendeta
Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum
menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat
kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-
pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya
bersedia memeluk agama kami dan beriman!" "Ya baik!" jawab mereka.
"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib. Mereka
mulai bertanya: "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-
pintu langit?" "Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik
kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia
bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat
Allah!" Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat
membuka pintu-pintu langit?" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci
itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah!" Para pendeta Yahudi itu saling pandang
di antara mereka, sambil berkata: "Orang itu benar juga!" Mereka bertanya
lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan
yang dapat berjalan bersama penghuninya!" Baca juga: Kisah Selimut
Kumal dan Kesederhaaan Ali Bin Abu Thalib "Kuburan itu ialah ikan hiu
yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi
Yunus AS dibawa keliling ketujuh samudera!" Pendeta-pendeta itu
meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk
yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu
bukan manusia dan bukan jin!" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Makhluk itu

17
ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud AS. Semut itu berkata
kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman
kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam
keadaan mereka tidak sadar!" Para pendeta Yahudi itu meneruskan
pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang
berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk
makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam.
Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim.
Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)." Dua di
antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban
serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali RA lalu mengatakan: "Kami
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul
Allah!"

3. M. Achsan Maulana (90400121095)


Sifat apa yang dimiliki Umar sehingga Abu Bakar memilihnya sebagai
khalifah?
1. Berkarakter kuat Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang
memiliki karakter tangguh dalam menegakkan kebenaran. Ia bahkan
tidak menyembunyikan keislamannya kepada para kepala suku kafir
Quraisy. Keberanian Umar bin Khattab dijelaskan dalam sebuah hadis
riwayat Ibnu Majah sebagai berikut: “Seseorang paling penyayang
terhadap umatku adalah Abu Bakar; orang yang paling teguh berpegang
pada agama Allah adalah Umar,” (H.R. Ibnu Majah).
2. Rasa tanggung jawab Umar bin Khattab memiliki rasa tanggung jawab
yang besar. Semasa memimpin, Umar bin Khattab kerap mengubah
penampilannya, menyamar menjadi rakyat jelata, dan berkeliling kota
untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Rasa tanggung jawab dari Umar
bin Khattab dijelaskan dalam sebuah riwayat sebagai berikut: “Suatu
hari Ali melihat Umar bergegas lewat. Dia bertanya ke mana dia pergi.
Umar berkata: 'Saya menangkap salah satu unta amal yang telah
melarikan diri.' Dia juga berkata: 'Jika seekor kambing hilang di tepi
[sungai] Efrat, Umar akan bertanggung jawab atasnya pada hari
kiamat',” (Riwayat Ibnu Al-Jauzi).
3. Pandai dan berpengetahuan Umar bin Khattab memiliki banyak
pengetahuan dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini dijelaskan dalam
sebuah hadis riwayat Imam Bukhari: “Ketika saya sedang tidur, saya
melihat diri saya minum [yaitu susu], dan saya sangat puas sehingga
saya melihat susu mengalir melalui kuku saya. Kemudian saya berikan
(susu) kepada Umar. Mereka (yaitu para sahabat Nabi) bertanya: 'Apa
yang Anda tafsirkan?' Dia SAW berkata: 'Pengetahuan',” (H.R. Bukhari)

18
4. Apakah gelar yang diberikan kepada Khalifah Umar bin Khattab?
"Umar bin Khattab RA juga mendapat julukan Al Faruq yang berarti
sang pembeda antara yang haq (benar) dan yang batil (salah). Gelar ini
diberikan langsung oleh Rasulullah SAW,"

5. Apa yang dimaksud dengan Al Faruq?


Nabi Muhammad SAW memberikan julukan Umar bin Khattab dengan
sebutan Al-Faruq yang artinya pembeda. Umar mampu membenakan
kebenaran dan kebatilan. Gelar Umar bin Khattab lainnya adalah Amirul
Mukminin yang berarti pemimpin orang-orang beriman. Umar bin
Khattab terkenal sebagai sosok yang keras dan pemberani.

19
MAKALAH

MASA KEKHALIFAHAN UTSMAN BIN AFFAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. Handini Putri Angreini (90400121079)


2. Muh. Agil Al Munawwar (90400121071)

JURUSAN AKUNTANSI KELAS C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam memahami Sejarah Peradaban Islam pada masa Rasulullah saw. dan
Khulafaur Rasyidin serta pada masa dinasti-dinasti Islam.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Gowa, 7 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..……………………………………………………...ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


1. Proses Kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan. .......................................... 6
2. Kemajuan Yang Dicapai Pada Masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. ............ 7
a. Mengkodifikasi Mushaf Al-Qur’an ................................................................ 7
b. Merenovasi Masjid Nabawi ............................................................................ 8
c. Membentuk Angkatan Laut ............................................................................ 8
d. Memperluas Wilayah Islam. ........................................................................... 8
3. Tantangan Yang Dihadapi Pada Masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. .......... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10


1. Kesimpulan ...................................................................................................... 10
2. Saran................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sosok Utsman bin Affan, merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad
saw., dan dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin yang ketiga. Pada masa Rasulullah
saw. masih hidup, Utsman terpilih sebagai salah satu sekretaris Rasulullah saw.
sekaligus masuk dalam tim penulis wahyu yang turun dan pada masa
kekhalifahannya al-Qur’an dibukukan secara tertib. Utsman juga merupakan salah
satu sahabat yang mendapatkan jaminan Nabi Muhammad saw. sebagai ahlul
jannah. Kekerabatan Utsman dengan Rasulullah saw. bertemu pada urutan silsilah
‘Abdu Manaf. Rasulullah saw. sendiri berasal dari Bani Hasyim sedangkan
Utsman dari kalangan Bani Ummayah. Antara Bani Hasyim dan Bani Ummayah
sejak jauh sebelum masa kenabian Muhammad, dikenal sebagai dua suku yang
saling bermusuhan dan terlibat dalam persaingan sengit dalam setiap aspek
kehidupan. Maka tidak heran jika proses masuk Islamnya Utsman bin Affan
dianggap merupakan hal yang luar biasa, populis, dan sekaligus heroik.
Utsman bin Affan terpilih menjadi khalifah ketiga berdasarkan suara
mayoritas dalam musyawarah tim formatur yang anggotanya dipilih oleh Khalifah
Umar bin Khattab menjelang wafatnya. Saat menduduki amanah sebagai khalifah
beliau berusia sekitar 70 tahun. Pada masa pemerintahan beliau, bangsa Arab
berada pada posisi permulaan zaman perubahan. Hal ini ditandai dengan
perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi disebabkan aliran kekayaan
negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah
yang tersentuh syiar agama. Faktor-faktor ekonomi semakin mudah didapatkan.
Kemudian juga perlu dicatat bahwa antara Utsman dan Ali dari keduanya tidak ada
yang begitu ambisius untuk menjadi khalifah, justru keduanya saling

1
2

mempersilahkan untuk menentukan secara musyawarah. Fakta penting inilah yang


sering dikaburkan oleh sebagian sejarawan, yang lebih melihat bahwa antara
kedua menantu Rasulullah saw. tersebut bermusuhan.
Adapun pemerintahan di masa Utsman ini terbagi menjadi dua periode, yaitu
pada periode kemajuan dan periode kemunduran sampai ia terbunuh. Sebagian ahli
sejarah menilai, bahwa Utsman melakukan nepotisme. Ia mengangkat sanak
saudaranya, dalam jabatan-jabatan strategis yang paling besar dan paling banyak
menyebabkan suku-suku dan kabilah-kabilah lainnya merasakan pahitnya tindakan
Utsman itu. Oleh karena itu, banyak pejabat yang dipecat dan diganti oleh sanak
kerabatnya. Pada saat itulah oleh lawan-lawan politiknya, menuduhnya melakukan
KKN.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Proses kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan,


2. Kemajuan yang dicapai pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan,
3. Tantangan yang dihadapi pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui proses kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan,


2. Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan,
3. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi pada masa kekhalifahan Utsman
bin Affan.
BAB II

PEMBAHASAN

Utsman bin Affan adalah seorang sahabat yang sangat menyayangi Allah swt.
dan Rasulullah saw. Hal ini terlihat dari ketaatannya menjalankan perintah Allah swt.
Ia menggunakan malam hari untuk membaca al-Qur’an, berdzikir, dan shalat malam.
Tidak hanya dalam beribadah, Utsman juga banyak melakukan amal saleh untuk
kemaslahatan umat. Utsman berasal dari keluarga yang kaya raya silsilah Bani
Umayyah. Utsman dikenal sebagai orang yang berakhlak mulia dan berpendidikan
tinggi. Kelebihan-kelebihan pada diri Utsman tidak membuatnya sombong dan
bersikap merendahkan orang lain. Setelah menginjak dewasa, Utsman menjadi
saudagar yang sukses.

Dengan usahanya tersebut, Utsman memiliki harta yang banyak. Sekalipun


demikian, Utsman bukan seorang saudagar yang menumpuk harta tanpa memberikan
sedekah. Ia banyak menyedekahkan harta untuk fakir miskin. Ia juga hidup
sederhana. Utsman pernah menjamu banyak orang dengan hidangan yang lezat dan
terlihat mewah, padahal dirumahnya ia hanya makan roti dengan minyak. Utsman bin
Affan adalah khalifah ketiga, ia dilahirkan lima tahun lebih muda dari Nabi SAW. Ia
berasal dari marga Umayyah yang tak lain adalah keluarga besar Quraisy, ia masuk
Islam atas seruan Abu Bakar as-Shiddiq.

Sebelum menjadi khalifah ia dikenal sebagai saudagar yang kaya dan


berkepribadian pemurah kepada sesama. Selain itu, kekayaan yang dimilikinya
tidaklah membuat ia lupa akan siapa dirinya sehingga tak jarang ia menafkahkan
kekayaannya untuk kemajuan agama Islam, karena itulah oleh Nabi Muhammad saw.
ia dikagumi akan kesederhanaan, keshalehan dan kedermawanannya. Semasa
pemerintahan Abu Bakar dan Umar hingga separuh masa pemerintahan Utsman,

3
4

stabilitas umat mampu dikendalikan secara baik. Kemunculan nabi palsu, orang-
orang murtad dan ingkar zakat di awal kewafatan Nabi mampu diatasi hingga Islam
tersiar ke Persia dan Mesir. Akan tetapi, ketika pemerintahan Utsman memasuki
enam tahun kedua inilah ada tanda-tanda yang jelas terjadinya perpecahan. Pengaruh
keluarga mulai mendominasi keputusan yang diambilnya.

Ketetapan yang diberlakukan sering bertentangan dengan hal-hal yang


seharusnya dilaksanakan dalam pengendalian pemerintahan. Diantaranya
pemberhentian hampir semua gubernur yang diangkat khalifah Umar bin Khattab,
yang kemudian digantikan oleh para pejabat baru yang masih terhitung kerabatnya.
Akibat dari tindakan ini adalah munculnya kekecewaan, ketidakpuasan dan
kegelisahan di kalangan sebagian besar masyarakat. Keadaan ini semakin memuncak,
setelah para gubrenur baru berlaku sewenang-wenang, seperti Abdullah bin Sarah di
Mesir. Kekisruhan ini mulaI dimanfaatkan oleh orang-orang atau kelompok tertentu
yang tidak menyukai kepemimpinan Utsman bin Affan.

Konflik dan perpecahan politik di kalangan umat Islam sudah lama terjadi
sejak masa-masa awal perkembangan Islam. Hal ini dapat dilihat dari adanya
perpecahan di kalangan elite Arab yang mengancam keutuhan pemerintahan Islam.
Perpecahan ini semakin kentara ketika pucuk pimpinan pasca kekhalifahan Umar
jatuh ke tangan Utsman. Pada masa itu, Utsman mengeluarkan kebijakan yang kurang
popular, seperti pembagian kekuasaan kepada klan Umayah dan klan Mekkah
lainnya, dengan mengabaikan para sahabat dan kelompok Madinah. Sebagai akibat
dari sistem politik yang dijalankan Utsman serupa itu (nepotisme), maka timbul
reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Utsman khususnya dan pelajaran
bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang pada mulanya
menyokong Utsman, akhirnya berpaling menjadi lawannya. Yang cukup fanatik
terhadap suatu pendapat, dan berlebih-lebihan dalam menjalankan ajaran islam.
Orang-orang seperti ini termakan oleh hasutan Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya.
Abdullah bin Saba’ menyebarkan beberapa fitnah keji terhadap Utsman bin Affan.
5

Melalui fitnah-fitnah itu, Abdullah berhasil mengajak orang-orang muslim untuk


melakukan tindakan makar terhadap pemerintahan Utsman bin Affan.

Penyebab utama fitnah yang dilakukan Abdullah bin Saba’ adalah rancangan
dan strategi kaum Yahudi dengan dalil amar ma’ruf nahi munkar, yang didukung
musuh-musuh Islam serta dilaksanakan secara terorganisasi. Fitnah yang dilontarkan
Abdullah bin Saba’ berupa tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Utsman dituduh lebih
mengutamakan keluarganya karena ia mengganti sahabat-sahabat dengan saudara-
saudaranya yang jelas-jelas kualitasnya lebih rendah. Peristiwa fitnah yang terjadi
pada masa Utsman itu disebut al-Fitnatulkubra (malapetaka besar), yang berawal dari
terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan oleh para demonstran adalah sebuah contoh
yang menyertai awal sejarah umat Islam, dimana umat Islam gagal menyelesaikan
perbedaan diantara mereka dan bertindak mengenyahkan perbedaan itu dengan cara-
cara kekerasan. Ini adalah sebuah model penyelesaian yang jauh dari konsep
kebenaran Islam.

Pada saat Utsman bin Affan terbunuh, masyarakat penduduk Syam bersepakat
hendak menuntut balas atas terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Mereka telah
mengeluarkan jubah Utsman yang berlumuran darah dan digilib jari Na’ilah yang
terpotong saat mencegah ayunan pedang yang ditujukan kepada Utsman bin Affan.
Terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan membuka lembaran hitam dalam sejarah
perpolitikan umat Islam. Sejak saat itu, benih-benih permusuhan di dalam tubuh umat
Islam terus tumbuh, persoalan yang sudah lama terkubur muncul kembali, terutama
persoalan Bani Hasyim dan Bani Umayyah.

Singkat cerita, Ali bin Abi Thalib kemudian dibaiat. Pembaiatan ini menuai
protes dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang tidak mau menyatakan baiat sebelum Ali
bin Abi Thalib menuntaskan kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Protes ini
juga datang dari Thalhah, Zubair dan Aisyah yang berujung pada Perang Jamal.
Peristiwa itulah yang diperkenalkan sebagai perang saudara yang turun temurun
6

dalam tubuh Islam. Penolakan Mu’awiyah untuk mengakui kekhalifahan Ali


berbuntut pada peristiwa tahkim yang menyebabkan terpecahnya kekuatan umat
Islam menjadi beberapa kelompok seperti al-Khawarij, Syi’ah, pendukung
Mu’awiyah, dan sebagainya.

1. Proses Kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan.

Umar bin Khattab menetapkan penentuan khalifah penggantinya di bawah


majelis syura yang beranggotakan enam orang. Di antaranya Utsman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidullah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman
bin Auf, dan Sa’ad bin Abu Waqqas. Dilansir dari laman Youm7 pada Kamis
(3/6), dalam al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir djelaskan bahwa Umar
merasa berat untuk memilih salah seorang di antara mereka. Beliau berkata, "Aku
tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang perkara ini baik ketika aku hidup
maupun setelah aku mati. Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap kalian, Dia
akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang terbaik di antara
kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang yang
terbaik setelah Nabi kalian".
Di antara yang menunjukkan kesempurnaan kewaraan beliau, beliau tidak
memasukkan dalam anggota majelis syura tersebut Said bin Zaid bin Amr bin
Nufail karena dia adalah anak paman beliau. Beliau khawatir dia akan diangkat
karena posisinya sebagai anak paman beliau, dan dia adalah salah seorang yang
diberitakan masuk surga, bahkan pada riwayat al Madainy dari para Syaikhnya
bahwa dia (Said bin Zaid) mendapat pengecualian di antara mereka, Umar
katakan, "Kamu tidak termasuk anggota majelis syura." Umar berkata kepada
anggota majelis syura, "Apakah Abdullah (anak beliau) ikut hadir? Dia tidak
termasuk dalam keanggotaan majelis ini."
Bahkan, beliau memberikan pendapat dan nasihat kepada anggota tersebut
agar dia (Abdullah) jangan diberi jabatan tersebut. Beliau juga mewasiatkan agar
Shuhaib bin Sinan ar-Rumy mengimami sholat selama tiga hari sampai
7

musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas urusan
tersebut. Mereka bermusyawarah membicarakan tentang urusan ini hingga
akhirnya hanya terpilih tiga kandidat. Zubair menyerahkan jabatan khalifah
tersebut kepada Ali bin Abi Thalib, Sa’ad kepada Abdurrahman bin Auf, dan
Thalhah kepada Utsman bin Affan.
Abdurrahman bin Auf berkata kepada Ali dan Utsman, "Sesungguhnya aku
melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian berdua yang berlepas diri
dari perkara ini, Allah sebagai pengawasnva. Sungguh akan diangkat sebagai
khalifah salah seorang yang terbaik di antara dua orang yang tersisa”. Ucapan ini
membuat Utsman dan Ali terdiam. Kemudian Abdurrahman melanjutkan, "Aku
akan berusaha untuk menyerahkan jabatan tersebut kepada salah seorang di antara
kalian berdua dengan cara yang benar”. Mereka berdua berkata, "Ya".
Kemudian masing-masing mereka memberikan khutbahnya yang
menyebutkan tentang keistimewaannya dan berjanji jika mendapat jabatan tersebut
tidak akan menyimpang dan jika ternyata tidak, maka dia akan mendengar dan
mentaati orang yang diangkat. Mereka berdua menjawab, "Ya". Lantas mereka
pun bubar. Abdurrahman berusaha selama tiga hari tiga malam tidak tidur dan
hanya melakukan sholat, doa, dan istikharah serta bertanya-tanya kepada mereka
yang mempunyai pendapat tentang dua kandidat ini, dan tidak dijumpai seorang
pun yang tidak condong kepada Utsman.

2. Kemajuan Yang Dicapai Pada Masa Kekhalifahan Utsman bin Affan.

Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Utsman bin Affan adalah:
a. Mengkodifikasi Mushaf Al-Qur’an.
Utsman bin Affan berhasil membukukan firman Allah (kodifikasi al-
Qur’an). Hal ini dikarenakanan ada salah seorang sahabat bernama Huzaifah
bin Yama melihat perselisihan antara tentara Islam ketika menaklukkan
8

Armenia dan Azerbaijan. Masing-masing pihak menganggap cara membaca al-


Qur’an yang dilakukan adalah paling baik. Wilayah Islam semakin meluas
menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran al-Qur’an
di beberapa pelosok wilayah. Perbedaan itu meliputi susunan surahnya atau
lafal (dialeknya).

b. Merenovasi Masjid Nabawi.


Masjid Nabawi adalah masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi
Muhammad saw. ketika pertama kali tiba di Madinah dari perjalanan hijrahnya.
Pada mulanya Masjid Nabawi berukuran kecil dan masih sangat sederhana.
Utsman bin Affan kemudian membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan,
masjid-masjid, dan memperluas masjid Nabawi di Madinah.

c. Membentuk Angkatan Laut.


Mu’awiyah yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur Suri’ah
mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul itu disambut dengan baik oleh
khalifah Utsman bin Affan. Dia berhasil membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir dan mengatur pembagian air ke berbagai wilayah. Beliau
mulai mengerahkan angkatan perang armada laut dalam perluasan (expansi)
wilayah islam.

d. Memperluas Wilayah Islam.

Pemerintahan Utsman bin Affan berhasil menundukkan dan memperluas


wilayah Islam antara lain ke daerah Barqah, Tripoli barat, bagian selatan
Nubah, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, Persepolis, Persia, Transoxania,
Tabaristan, Iran, Azerbaijan, Harah, Kabul dan Ghaznah.
9

3. Tantangan Yang Dihadapi Pada Masa Kekhalifahan Utsman bin Affan.

Utsman bin Affan adalah salah satu tokoh terkemuka umat Islam yang
memiliki kontribusi terhadap perkembangan peradaban Islam. Pelaksanaan
kepemerintahan khalifah Utsman bin Affan menuai hasil yang sangat banyak
diantaranya perluasan wilayah dan yang paling utama adalah pengumpulan al-
Qur’an dalam bentuk mushaf yang masih terjaga sampai saat ini. Bentuk tantangan
atau perlawanan yang dihadapi Utsman bin Affan adalah tuduhan nepotisme
diseparuh perjalanan kekhalifahannya dengan membagi harta zakat kepada
keluarga lebih besar dari rakyatnya yang lain, mengangkat lima gubernur dari
keluarga Utsman sendiri, tuduhan ketidakadilan atas kedzaliman yang dilakukan
keluarganya sebagaimana yang dilakukan Abdullan bin Abi Sarah kepada rakyat
Mesir yang menjadi titik balik pemberontakan hingga pembunuhan Utsman bin
Affan.

Hambatan yang dialami khalifah Utsman bin Affan ketika memerintah


adalah adanya fitnah yang muncul di setengah terakhir masa pemerintahannya,
yaitu adanya surat yang memprovokasi rakyat Mesir untuk memberontak pada
khalifah Utsman bin Affan. Selain itu adalah keluarganya dari bani Umayyah yang
terus menerus mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh sang khalifah,
sementara khalifah Utsman sendiri orangnya lembut dan kala itu sudah lanjut usia.
hal tersebut dimanfaatkan keluarganya untuk mengeruk keuntungan pribadi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Khulafaur Rasyidin yang ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya
adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu
Manaf bin Qushay bin Kilab dari suku Quraisy. Mendapatkan julukan dzunnurain
artinya yang memiliki dua cahaya karena menikahi dua putri nabi secara berurutan
setelah yang satu meninggal dunia. Kemajuan umat Islam tatkala Utsman bin
Affan diangkat menjadi khalifah antara lain perluasan wilayah Islam, membedakan
bentuk masyarakat dan kaum muslim, sehingga dapat hidup dengan tenang karena
Islam menjamin kebebasan beragama pada masa pemerintahannya, dan berhasil
menumpas pemberontakan yang dilakukan orang Persia. Pemerintahan khalifah
Utsman bin Affan tidak jauh berbeda dengan pemerintahan khalifah Umar bin
Khattab. Pemegang kekuasaan tertinggi ada di tangan khalifah dan pelaksanaan
tugas-tugas eksekutif di pemerintahan pusat di bantu oleh sekretaris negara yakni
Marwan bin al-Hakam. Adapun kekuasaan legislative dipegang oleh penasehat
atau majelis Syura.

2. Saran

Kami menyadari bahwa makalah masih bersifat sederhana, bahkan tidak


menutup kemungkinan masih ada sisi penting yang tidak dimasukkan di makalah
kami ini. Oleh karena itu, kami mengajak pembaca khususnya yang mempunyai
perhatian tentang objek pembahasan ini untuk mengkaji secara mendalam lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

11
MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
“Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 11

NAMA :
BASO AHMAD FAJAR (90400121074)
NURSYAMSI PALINRUNGI (90400121088)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat

dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul " Masa

Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib."

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alimuddin

S.Pd.I.M.Pd.I. selaku dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran

dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah. Penulis juga berharap

semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang Masa Kekhalifahan

Ali bin Abi Thalib.

Samata, 8 Maret 2022.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH .........................................................................................3
A. Proses Kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib ....................................3
B. Kemajuan Yang Dicapai Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib. ......................6
C. Tantangan Yang Dihadapi Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib ....................8
BAB III ..................................................................................................................11
PENUTUP ..............................................................................................................11
A. Kesimpulan .................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ali bin Abi Thalib adalah khalifah ke empat dari kekhalifahan islam. Ali bin
Abi Thalibdiangkat menjadi khalifah setelah meninggalnya khalifah Usman bin
Affan dalam peristiwa pembunuhan yang terjadi dirumah khalifah Usman bin
Affan.
Pertama kali yang dirasakan kaum muslimin ketika mengkaji sejarah tentang
Ali bin AbiThalib adalah kerumitan-kerumitan yang menjadi tanda tanya
besar.Pada waktu itu, terjadi berbagai konflik atau tepatnya fitnah di kalangan para
sahabat, seperti perang Jamal (terjadiantara golongan Ali dan Aisyah) dan perang
Shifin (terjadi antara golongan Ali dan Muawiyah). Generasi sahabat yang disebut
di dalam al-Qur’an sebagai Khairu Ummah mengalami peristiwa yang benar-benar
tidak terduga, bahkan oleh para sahabat di masa itu sekali pun. Hal itumenimbulkan
banyak pertanyaan yang harus diselesaikan oleh kaum muslim, terutama
para pengkaji sejarah Islam.
Membahas khalifah Ali dalam sebuah makalah yang sederhana tidaklah akan
cukup danmemuaskan. Namun, belajar dari uraian buku-buku yang kami baca,
kami berusaha untukmemberikan beberapa analisa dengan menggunakan buku-
buku itu, untuk kemudianmenguatkan atau bahkan mengkritisi, bila memang
terdapat pernyataan-pernyataan yang tidaksesuai dengan data-data sejarah yang
ada. Kami bahas tentang pemerintahan Ali dan berbagai peristiwa penting yang
terjadi. Di makalah ini juga, kami akan menghadirkan biografi Alisebagai
pengetahuan sepintas, sebab tidak pantas rasanya kalau kita membahas seseorang
tetapitidak mengetahui biografinya.1

1Ma'ruf, Imam. Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib (Dalam Buku Biografi Ali Bin
Abi Thalib Karya Ali Audah) dan relevansinya dalam nilai-nilai Pendidikan Islam Tahun
Pelajaran 2015/2016. Diss. IAIN Ponorogo, 2016.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib?
2. Kemajuan apa saja yang dicapai pada masa Ali bin Abi Thalib?
3. Tantangan yang dihadapi pada masa Ali bin Abi Thalib?

2
BAB II
RUMUSAN MASALAH

A. Proses Kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib

1. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib Sebagai Khalifah


Pengangkatan Ali sebagai khalifah tidak seperti pengangkatan khalifah
yang lain. Jika Abu Bakar diangkat dengan peristiwa di Saqifah Bani
Sa’idah, Umar diangkat dengan wasiat Abu Bakar, dan Utsman diangkat
dengan hasil syura seperti yang diperintahkan oleh Umar, maka
pengangkatan Ali sebagai khalifah ini berbeda. 2
Setelah peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan, kota Madinah dilanda
ketegangan dan kericuhan. Walikota Madinah, al-Ghafiqi ibn Harb,
mencari-cari orang yang pantas untuk dibaiat sebagai khalifah. Para
penduduk Mesir meminta Ali untuk memangku kekhalifahan namun ia
enggan dan menghindar. Ali ditetapkan sebagai tokoh yang paling
dipercayai umat setelah Utsman bin Affan.
Atas dasar itu, dipandang wajar apabila memilih Ali sebagai pemimpin
dan tidak pula ada seorang pun yang dipercaya selain Ali. Para sahabat
mendesaknya agar dapat menyelesaikan kemelut yang menimpa mereka.
Kondisi ini telah mengalami kekacauan dan para pemberontak telah
menguasai wilayah tersebut.
Akhirnya, ia menerima peran kepemimpinan dan pembaiatan, meskipun
ia tidak pernah memiliki keinginan untuk mengambil posisi itu. Dengan
terbaiatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, sebagian orang yang masih
terpaut keluarga Utsman mulai beranggapan bahwa kepemimpinan Ali bin

2Ma'ruf, Imam. Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib (Dalam Buku Biografi Ali Bin
Abi Thalib Karya Ali Audah) dan relevansinya dalam nilai-nilai Pendidikan Islam Tahun
Pelajaran 2015/2016. Diss. IAIN Ponorogo, 2016.

3
Abi Thalib akan mengurangi kesenangan mereka apalagi untuk
memperoleh kekayaan yang dapat mereka lakukan sebelumnya.

2. Kebijakan-Kebijakan pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Pada masa kepemimpinan, Ali melakukan gebrakan dan kebijakan


politik sebagai berikut, pertama menegakkan hukum finansial yang dinilai
nepotisme yang hampir menguasai seluruh sektor bisnis. Kedua, memecat
Gubernur yang diangkat Utsman bin Affan dan menggantinya dengan
gubernur yang baru. Ketiga, mengambil kembali tanah-tanah negara yang
dibagi-bagikan Utsman bin Affan kepada keluarganya, seperti hibah dan
pemberian yang tidak diketahui alasannya secara jelas dan memfungsikan
kembali baitul mal.3

Selama kekhalifahan Ali, tidak pernah sunyi dari pergolakan politik,


tidak ada waktu sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan
stabil. Akhirnya, Ali lebih banyak mengurus masalah pemberontokan di
berbagai wilayah kekuasaannya. Ia lebih banyak duduk di atas kuda perang
dan di depan pasukan yang masih setia serta mempercayainya daripada
memikirkan administrasi negara yang teratur dan mengadakan ekspansi
perluasan wilayah (futuhat). Namun demikian, Ali berusaha menciptakan
pemerintahan yang bersih, berwibawa dan egaliter. Ia ingin
mengembalikan citra pemerintahan Islam sebagaimana pada masa Abu
Bakar dan Umar sebelumnya.

Kebijakan Ali dalam bidang fiqih siyasah antara lain yaitu dalam urusan
korespondensi, urusan pajak, urusan angkatan bersenjata, serta urusan
administrasi peradilan. Demikian juga strategi pada Perang Shiffin. Ia
memerintahkan pasukannya agar tidak mundur dari medan perang.
Kemudian kebijakan Ali yang lain dalam pemerintahan adalah menarik

3 Junaidin, Junaidin. "Pemerintahan Ali Bin Abi Thalib Dan Permulaan Konflik Umat
Islam." FiTUA: Jurnal Studi Islam 1.1 (2020): 33-48.

4
tanah-tanah yang dulu oleh Utsman dihadiahkan kepada para
pendukungnya dan hasil tanah itu diserahkan kepada kas negara. Kebijakan
ini didasarkan atas kepribadian Ali, antara lain akidah yang lurus, jujur,
berani, menjaga kehormatan diri, zuhud, senang berkorban, rendah hati,
sabar, bercita-cita tinggi, adil dan lain-lain. Sifat itu dipetik dari
pengalaman hidup bersama Rasulullah saw selama di Mekah dan Madinah.
Ketika Ali menjabat sebagai khalifah peran itu yang ingin ditegakkannya
dalam memimpin dunia Islam.

Setelah melihat adanya tanah dan harta rampasan dan lain-lain yang
seharusnya tersimpan dalam baitul mal ternyata berada di tangan para
sahabat Utsman dan keluarganya, maka wajar ia mengembalikannya ke kas
negara. Dengan ini Ali akan berpihak kepada orang-orang miskin. Ini juga
menghalangi orang Syam enggan untuk membaiatnya sebagai khalifah.
Kebijakan seperti ini ternyata menjadi penghalang dan kesulitan tersendiri
bagi Ali bin Abi Thalib dalam menjalan pemerintahan sehingga hampir
sepanjang pemerintahan dapat dikatakan tidak pernah lepas dari konflik.

3. Akhir Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib

Terjadinya perang Jamal adalah konflik dari pemerintahan Ali bin Abi
Thalib dengan tiga tokoh Islam yaitu Aisyah, Thalhah dan Abdullah bin
Zubair. Hal ini diakibatkan oleh kepentingan politik yaitu menjadi khalifah
khususnya Abdullah bin Zubair. Perang Shiffin adalah perang khalifah
melawan Muawiyah yang juga banyak korban sesama orang Islam yang
diakhiri dengan arbitrase (tahkim) yang sangat merugikan pihak khalifah
Ali bin Abi Thalib. Hal ini menimbulkan perpecahan tentara Ali yang
mendukung tahkim dan menolak. Pihak yang menolak dikenal dengan
khawarij.

Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian


pendukung Ali, menyebabkan banyak pengikut Ali gugur dan berkurang

5
serta dengan hilangnya sumber kemakmuran dan suplai ekonomi khalifah
dari Mesir karena dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kekuatan Khalifah
menurun, sementara Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatannya.
Hal tersebut memaksa Khalifah untuk menyetujui perdamaian dengan
Muawiyah. Diakhir pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib muncul
khawarij, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya perpecahan yang
dikenal dalam teologi Islam. Ahli Sejarawan Islam Syihritini pernah
berkata, “Tidak ada masalah yang lebih banyak menimbulkan pertumpahan
darah dalam Islam selain masalah kekhalifahan”. 4

B. Kemajuan Yang Dicapai Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib.


Sepeninggal Khalifah Usman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau ,
kaum muslimin meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah Akan
tetapi ada bebarapa tokoh yang menolak usulan tersebut. Khalifah Ali bin Abi
Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi
yang telah dicapai . 5
1. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap.
Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang
efektig dan efisien. Oleh karna itu, beliau kemudian mengganti pejabat-
pejabat yang kurang cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat-pejabat
tersebut ternyata banyak yang berasal dari keluarga Khalifah Usman bin
Affan ( Bani Umayyah ). Akibatnya, makin banyak kalangan Bani
Umayyah yang tidak menyukai Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Adapun gubernur baru yang diangkat Khalifah Ali bin Abi Thalib antara
lain:
a. Sahl bin Hanif sebagai gubernur Syiria.

4Ma'ruf, Imam. Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib (Dalam Buku Biografi Ali Bin
Abi Thalib Karya Ali Audah) dan relevansinya dalam nilai-nilai Pendidikan Islam Tahun
Pelajaran 2015/2016. Diss. IAIN Ponorogo, 2016.

5Indasari, Dewi. "Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani


Umayyah." Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni 9.2 (2017): 55-60.

6
b. Utsman bin Hanif sebagai gubernur Basrah.
c. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir.
d. Umrah bin Syihab sebagai gubernur Kuffah.
e. Ubaidaillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman.

2. Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal ).


Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang
diberi fasilitas negara. Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung
jawab untuk membereskan permasalahan tersebut. Beliau menyita harta
para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut
kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan
rakyat.
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan
penguasan dan kerabat Utsman bin Affan. Mereka menghasut para Sahabat
yang lain untuk menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib. Dan melakukan
perlawanan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi
peperangan seperti perang Jamal dan perang shiffin
3. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa.
Pada saat Khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan,
wilayah Islam sudah mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah
belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan
syaddah. hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur’an
dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari jazirah arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan Hadis.
Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk
mengembangkan pokok-pokok ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang mempelajarai
tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu Nahwu diharapkan dapat membantu
orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran Islam,
yaitu al-Qur’an dan Hadis.
4. Bidang Pembangunan.

7
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus.
Pada awalnya kota Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh
Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi Kota Kuffah kemudian
berkembang menjadi pusat ilmu Tafsir, ilmu Hadis, ilmu Nahwu dan ilmu
pengetahuan lainya.
Setelah mengamati prestasi keempat Khalifah, terdapat persamaan
prestasi pada penyebaran daerah Islam. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
a. Islam mengajarkan semua sendi kehidupan, baik agama, sosial, politik,
ekonomi, dan budaya.
b. Kewajiban dakwah bagi pemeluknya merupakan pendorong utama bagi
para Sahabat untuk menyebarkan Islam mengajarkan ajaran Islam.
c. Byzantium dan persiamulai melemah membuat Islam mudah
berkembang dengan cepat.
d. Kebebasan beragama bagi masyarakat di Byzantium membuka peluang
untuk mengajarkan ajaran Islam.
e. Penyebaran Islam dilakukan secara simpatik dengan penuh kedamaian.
Kekerasan diperlukan dalam kondisi yang tidak ada pilihan.
f. Bangsa arab lebih dekat dengan bangsa jazirah.
g. Mesir, Syiria, dan Irak merupakan daerah kaya yang ingin
membebaskan diri dari penjajahan Romawi dan Persia. Sekaligus
menjadi penyokong dana dalam menyebarkan Islam.
C. Tantangan Yang Dihadapi Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib
a. Perang Waqiatul Jamal yang dipimpin oleh 3 serangkai
(Aisyiah,Zubair,Tholhah). Dalam perang ini Abdullah bin Zubair
sangat berambisi menjadi khalifah. Akhirnya pertempuran ini dapat
dipadamkan oleh Ali. Thalhah dan Zubair terbunuh sedang Aisyah
dikembalikan ke Madinah.
b. Perang Shiffin. Perang ini adalah perang saudara antara Ali dan
Mu’awiyah (bani Hasyim dan bani Umayyah). Di awal perang Ali
memperoleh kemenangan. Dengan kelicikannya Mu’awiyah mengajak

8
berdamai dengan mengangkat Musyaf di kepalanya. Akhirnya
perdamaian itu diterima Ali. Dari sinilah kubu Ali disebut kaum Syiah
(menghentikan perang). Sedangkan yang keluar dari Ali disebut
golongan Khawarij, golongan ini menginginkan berperang dengan
Mu’awiyah. Ahli sejarah berpendapat bahwa Ali selalu menang dalam
peperangan tetapi selalu kalah dalam diplomasi.6
Untuk menghintakan pertikaian itu, dikeluarkan perundingan antara
Ali dengan Mu’awiyah. Ali diwakili Abu Musa Al As’ari dan
Mu’awiyah diwakili Amru bin Ash di Daimatul Jandal. Untuk
menghormati Ali, Abu Musa (sahabat tertua) disuruh naik mimbar.
Beliau mengatakan bahwa Ali telah turun dari jabatan Khalifah. Maka
berdirilah Amru bin Ash mengumumkan dia setuju memberhehtikan
Ali dan mengangkat Mu’awiyah sebagai khalifah.
Di kala Ali akan memerangi Mu’awiyah, tampilah 3 orang khawarij
akan membunuh Ali, Amru, dan Mua’awiyah. Ibnu Nurjam berhasil
membunuh Ali pada waktu senbahyang subuh di mesjid. Dengan
wafatnya Ali, berakhirlah Khulafaur Rasyidin. 7
Setelah terjadi perang Siffin dikubu Ali pecah menjadi 2 golongan
yaitu
a. Golongan yang mengikuti Ali disebut golongan Syiah golongan
yang menghentikan perang dengan Mu’awiyah.
b. Golongan Khawarij golongan yang keluar Ali dan ingin
melanjutkan perang dengan Mu’awiyah. Sepeninggal khalifah Ali
bin Abu Thalib kedudukannya digantikan oleh putranya Hasan bin
Ali kemudian terjadilah peperangan dengan Mu’awiyah yang
berakhir dengan perjanjian damai yang dikenal dengan Amul

6Rasyid, Soraya. "Kontroversi Sekitar Kekhalifaan Ali Bin Abi Thalib." Rihlah: Jurnal
Sejarah Dan Kebudayaan 2.01 (2015): 13-20.
7AFFAN, KEPEMIMPINAN USMAN BIN. "Katakunci: Usman bin Affan, Kebijakan dan
Tantangan." Jurnal al Hikmah Volume XXI Nomor (2019): 34.

9
Jama’ah atau tahun persatuan. Perjanjian ini terjadi pada tahun 41
H = 662 M. Isi Amul Jama’ah
1. Hasan rela turun dari khalifah demi persatuan umat Islam
2. Mu’awiyah tidak mencela Ali bin Abu Thalib
3. Setelah Mu’awiyah khalifah dipilih secara musyawarah.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5
tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi
saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk
pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa
pemerintahannya, Pertempuran Basra.
Khalifah Ali bin Abi Thalib memimpin dalam kondisi tidak stabil.
Beliau menghadapi pemberontakan yang menolak pengangkatan beliau
sebagai Khalifah. Ditambah kebijakannya memecat para gubernur yang
tidak kompeten, yang mayoritas kerabat dari Utsman bin Affan. Prestasi Ali
bin Abi Thalib yaitu mengganti pejabat yang tidak cakap, membenahi Baitul
Maal, memajukan bidang bahasa, dan pembangunan kota Kuffah. Ali
diwarisi berbagai pergolakan. Masa pemerintahannya penuh dengan
cobaan.
Ia berusaha mengatasinya dengan menarik para amir yang
sebelumnya diangkat oleh Usman bin Affan. Ia juga mengambil alih tanah
yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatan kepada negara. Ali mengembalikan sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang Islam yang pernah diterapkan pendahulunya Umar
bin Khattab. Pemberontakan yang dihadapi Ali bin Abi Talib di antaranya
datang dari Talhah, Zubair, dan Aisyah. Mereka mengecam Ali yang tak
mau menghukum pembunuh Usman. Mereka minta agar ada pembalasan.
Ali yang ingin menghindari perang, mengirim surat ke Talhah dan Zubair
agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perakara itu secara
damai

B. Saran
Walaupun pada masa kepemimpinannya kondisi sedang tidak stabil
Khalifah Ali bin Abi Thalib mampu menghadapi pemberontakan yang

11
menolak pengangkatan dirinya sebagai khalifah penerus Utsman bin Affan.
Sebagai bentuk ketegasannya dalam melawan pemberontak ia memecat
para petinggi yang dulunya menjabat pada masa kekhalifahan Utsman bin
Affan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ma'ruf, I. (2016). Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib (Dalam Buku Biografi
Ali Bin Abi Thalib Karya Ali Audah) dan relevansinya dalam nilai-nilai Pendidikan
Islam Tahun Pelajaran 2015/2016 (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).

Junaidin, J. (2020). Pemerintahan Ali Bin Abi Thalib Dan Permulaan Konflik Umat
Islam. FiTUA: Jurnal Studi Islam, 1(1), 33-48.

Sumardi, P. (2020). Internalisasi Pendidikan Karakter Melalui Keteladanan Ali Bin


Abi Thalib Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Ibtidaiyah. GHAITSA: Islamic Education Journal, 1(3), 204-214.

Indasari, D. (2017). Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani


Umayyah. Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni, 9(2), 55-60.

AFFAN, K. U. B. (2019). Katakunci: Usman bin Affan, Kebijakan dan


Tantangan. Jurnal al Hikmah Volume XXI Nomor, 34.

Rasyid, S. (2015). Kontroversi Sekitar Kekhalifaan Ali Bin Abi Thalib. Rihlah:
Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 2(01), 13-20.

13
DAFTAR PERTANYAAN
1. Mengapa pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib disebut sebagai masa
khalifah yang paling berat?
Jawaban : Masa pemerintahan Ali disebut sebagai periode tersulit dalam sejarah
Islam karena terjadi perang saudara antar umat kaum Muslimin setelah tragedi
terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman bin Affan.
2. Mengapa khalifah Ali bin Abi Thalib memecat para gubernur yang diangkat
oleh khalifah Usman bin Affan?
Jawaban : pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, gubernur dipilih
terutama dari Kerajaan dekat. namun banyak gubernur pada masa Khalifah
Utsman yang melakukan korupsi. lalu pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib, Para gubernur yang melakukan korupsi dipecat dan diganti dengan
pejabat yang lebih cakap.
Ali bin Abi Thalib menginginkan pemerintah yang bersih.setelah Pejabat
pejabat dipecat, harta harta hasil korupsi diambil kembali dan disimpan di
baitul mal untuk kepentingan Rakyat. namun ternyata banyak saudara Utsman
yang tidak setuju dan menyebabkan intrik politik yang luar biasa.

3. Mengapa khalifah Ali bin Abi Thalib tidak menambah wilayah kekuasaan
Islam?
Jawaban : Karena pada waktu itu Situasi pada masa kekhalifahan beliau
sangat tidak kondusif. Pecah perang di antara kaum muslimin, munculnya
kaum Khawarij, sehingga Khalifah sibuk mengurus masalah-masalah dalam
negeri dan memadamkan api fitnah yang marak pasca terbunuhnya Khalifah
Utsman bin Affan secara zhalim.
Salah satu kerugian akibat fitnah-fitnah ini dan dampak negatifnya adalah
terhambatnya gerakan jihad dan perluasan wilayah Islam yang merupakan
perkara yang sangat menonjol pada masa kekhalifahan sebelumnya.

14
MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

MASA PEMERINTAHAN DINASTI BANI UMAYYAH

OLEH :

KELOMPOK 12

1. ATHIRA PUTRI HASMI (90400121093)


2. NIRWANA (90400121086)
3. RIKA ARDIANTI (90400121096)

KELAS C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulisan makalah dengan judul “MASA PEMERINTAHAN DINASTI


BANI UMAYYAH” ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok yang telah di
berikan oleh bapak Alimuddin, S.Pd.I.,M.Pd. pada mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Makassar, 06 Maret 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Proses Peralihan Kekuasaan Dinasti Bani Umayyah ........................... 3


B. Corak Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah ....................................... 8
C. Penguasa Dinasti Bani Umayyah ......................................................... 11
D. Kemajuan Yang Dicapai Masa Dinasti Bani Umayyah ....................... 17
E. Tantangan Dan Kemunduran Dinasti Bani Umayyah .......................... 18

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19

A. Kesimpulan .......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

LAMPIRAN ..................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah lahirnya Kekhalifahan Bani Umayyah diawali dengan krisis yang


terjadi pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Ketika Khulafaur Rasyidin
dipimpin oleh Utsman bin Affan, umat Islam sempat mengalami era paling makmur
dan sejahtera. Namun pada periode kedua kepemimpinannya, terjadi perpecahan
dan pemberontakan karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan diberikan
Utsman kepada keluarganya dari Bani Umayyah. Pada 655 M, sekitar 1.500 orang
bahkan datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Utsman. Utsman kemudian
dibunuh oleh para demonstran yang menyerbu rumahnya.

Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin Syams salah satu pemimpin
kabilah Quraisy yang dikenali sebagai Bani Umayyah. Umayyah merupakan anak
saudara sepupu Hasyim bin Abdi Manaf yaitu nenek moyang Rasulullah SAW.
Bani Hasyim dan Umayyah sering bersaing merebut kekuasaan di kota Makkah di
zaman jahiliyah akan tetapi Bani Hasyim lebih berpengaruh karena mendapat
kekuasaan yang diturunkan Qusay, kemudian kepada Abd Manaf dan seterusnya
kepada Hasyim.

Kedudukan Bani Umayyah sangat mantap di Syam. Hal ini di karenakan,


Umayyah pernah kalah dalam pertarungan dengan Bani Hasyim setelah melarikan
diri dan menetap disana selama 10 tahun. Pada zaman khalifah Usman bin Affan,
Yazid bin Abi Sufyan menjadi Gubernur di Syam kemudian diikuti oleh adiknya,
Muawiyyah bin Abi Sufyan yang menjadi Gubernur selama 20 tahun. (Muhammad
Manshur Amin, 2004: 86). Bani Umayyah juga berpengaruh di Makkah karena
merupakan golongan bangsawan yang dihormati oleh masyarakat.

Di zaman Jahiliyyah, Abd Syam, Umayyah, Harb dan seterusnya Abi Sufyan
diberi kepercayaan memimpin pasukan tentara di Makkah secara turun temurun.

1
2

Selain itu, mereka juga terkenal dalam bidang perdagangan. Bani Umayyah
mempunyai pengaruh yang sangat besar sebelum Islam dan juga selepas Islam.
Mereka adalah di antara golongan yang terakhir memeluk agama Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses peralihan kekuasaan dinasti bani umayyah?
2. Bagaimana corak pemerintahan dinasti bani umayyah?
3. Siapa saja penguasa dinasti bani umayyah?
4. Bagaimana kemajuan yang dicapai masa dinasti bani umayyah?
5. Apa yang menjadi tantangan dan kemunduran dinasti bani umayyah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini yaitu :
1. Agar dapat mengetahui bagaimana proses peralihan kekuasaan dan corak
pemerintahan dinasti bani umayyah.
2. Agar dapat mengetahui siapa saja penguasa dinasti bani umayyah.
3. Mengetahui apa dan bagaimana kemajuan dan tantangan serta
kemunduran yang dihadapi dinasti bani umayyah.

D. Manfaat Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui proses peralihan kekuasaan dan corak pemerintahan dinasti
bani umayyah.
2. Mengetahui corak pemerintahan dinasti bani umayyah.
3. Mengetahui penguasa dinasti bani umayyah.
4. Mengetahui kemajuan yang dicapai masa dinasti bani umayyah.
5. Mengetahui tantangan dan kemunduran dinasti bani umayyah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Peralihan Kekuasaan Dinasti Bani Umayyah


Peralihan Kekuasaan Dinasti Bani Umayyah ke Dinasti Abbasiyah ditinjau dari
Politik dan Keagamaan (Teologis). Dinasti Bani Umayyah mengalami masa
kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena
banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Diantaranya adalah
masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
Seperti diketahui bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para
Khalifah Bani Umayyah tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengendalikan
pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu mereka tidak dapat mengatasi
pemberontakan di dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi
menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Sehingga
sering terjadi pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebabnya adalah
perebutan kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan
seterusnya.
Bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti (di tinjau
dari segi politik), akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan
ideologi (teologis). Sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah
merupakan suatu revolusi Ketika berhasil merebut kekuasaan, orang Abbasiyah
mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan
Negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler (mulk) Dinasti
Umayyah. Sejak awal dibangun gagasan bahwa kekuasaan selamanya hares di
pegang oleh orang Abbasiyah, hingga akhirnya diserahkan kepada Isa sang juru
selamat. kenyataannya perubahan keagamaan tampak lebih nyata, meskipun
mempresentasikan kesalehan dan ketaatan beragama, khalifah Baghdad ternyata
sama sekulemya dengan khalifah Damaskus yang mereka gulingkan. Dalam satu
hal terdapat perbedaan yang sangat mendasar, dinasti Umayyah terdiri atas orang
Arab sementara Dinasti Abbasiyah lebih bersifat intemasional. Karena khawatir

3
4

terhadap para pembelot dan para pendukung Ali di Kufah, As-saffah membangun
kediamannya, hasyimia (menggunakan nama hasyim, leluhur keluarga itu), di
Anbar. Banghdad kota tetangga Kufah juga dihindari kerena alasan serupa,
sehingga tidak cocok dijadikan sebagai pusat kerajaan. Di ibukota kerajaan yang
bare is dirikan itu, As-saffah meninggal (754 M) karena penyakit cacar air ketika
berusia 30-an tahun. Saudaranya yang juga penerusnya, Abu Ja'far (754 775 M)
yang mendapat julukan Al-Manshur adalah khalifah terbesar Dinasti Abbasiyah,
meskipun bukan seorang muslim yang shaleh. Dialah sebenarnya bukan As-saffah
yang benar-benar membangun dinasti baru itu.Seluruh khalifah yang berjumlah 35
orang berasal dari garis keturunannya.Pada tahun 762 M Al-Manshur yang
membangun kediaman di hasimia antara Kufah dan Hirah meletakkan batu pertama
pembangunan ibukota baru Baghdad tempat lahimya sebuah kisah petualangan
lengendaris yang dikisahkan oleh syahrazad dalam "Seribu satu malam". Kota itu
merupakan wilayah kuno yang pernah menjadi sebuah desa tempat tinggal orang
Sasaniyah dengan nama yang sama yang berarti "pemberian Tuhan". Keputusan itu
diambil karena daerah itu merupakan markas militer yang sangat baik.Di samping
itu daerah ini dilintasi sungai Trigis, sehingga bisa berhubungan dengan Cina,
mengeruk hasil laut dan hasil-hasil makanan dari Mesopotamia, Armenia dan
daerah sekitarnya. Selain sungai Trigis di kawasan itu juga terdapat sungai Erfat
yang memungkinkan penduduk di sanamendapatkan hasil bumi Suriah, Raqqah dan
daerah sekitarnya.
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib,
paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin
Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah.
Kata As-Saffah pertama kali muncul adalah dalam khutbah ketika penobatannya di
Masjid Kufah, khalifah Abbasiyah pertama ini menyebut dirinya As-saffah
(penumpah darah) yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu pertanda buruk,
karena dinasti yang baru muncul ini mengisyaratkan bahwa mereka lebih
mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah Islam, di sisi singgasana khalifah tergelar karpet yang di gunakan
sebagai tempat eksekusi.As-saffah menjadi pendiri dinasti Arab Islam ketiga
5

setelah khulafa ar-rasyidin dan Dinasti Ummayyah yang sangat besar dan berusia
lama.
Dari tahun 132 - 656 H / 750 - 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga
Abbasiyah menduduki singgasana khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di
kota Baghdad. Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah jatuh, kekuasaan khilafah
jatuh ke tangan Bani Abbas. Berdirinya Dinasti Abbasiyah ini merupakan hasil
perjuangan gerakan politik yang dipimpin oleh Abu al-Abbas yang dibantu oleh
kaum Syi'ah dan orang-orang Persi.Gerakan politik ini berhasil menjatuhkan
Dinasti Umayyah di tahun 750 M. Dalam mempertahankan kekuasaan,
sebagaimana Bani Umayyah, dilakukan dengan cara kekerasan dan intrik-intrik
politik. Dinasti Bani Abbas ditegakkan secara revolusi di atas sisa-sisa kekuatan
Bani Umayyah pads tahun 750 M. Abu al-Abbas al-Saffah memproklamirkan
berdirinya kerajaan Bani Abbas.
Abbasiyah adalah suatu dinasti (bani abbas) yang mengusai Negara Islam pads
masa klasik dan pertengahan Islam. Negara Islam ketika berada di bawah
kekuasaan ini juga disebut dengan daulah abbasiyah, yang melanjutkan kekausan
daulah Umayyah. Dinamakan daulah abbasiyah karena karena pendiri dan
penguasa dinasti ini adalah dari keturunan bani Abbas., paman Nabi Muhammad
SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abbas as-Saffah.Dan zaman keemasan Islam
terletak pada kekuasaan dinasti ini. Sejarah peralihan kakuasaan dari daulah
Umayyah pada daulah Abbasiyah dimulai ketika Bani Hasyim menunutut
kekuasaan Islam berada di tangan mereka karena mereka adalah Keluarga Nabi
Muhammad SAW yang terdekat. Tuntutan itusebenarnya sudah sejak lama, tapi
baru menjelma menjadi sebuah gerakan ketika Bani Umayyah naik takhta dengan
mengalahkan Ali Bin Abi Thalib dan bersikap keras keturunan Banff Hasyim.
Propaganda baru mulai terjadi ketiak Umar Bin Abdul Aziz (717-720) menjafi
khalifah bani Umayyah. Stabilitas negara dan sistem pemerintahan berjalan dengan
baik, kesejahteraan dan keadilan begitu merata terhadap daulah dan rakyatnya.
Ketentraman tersbutlah yang memicu Banff Abbas unutk memulai gerakan yang
berbasis di daerah al-Humaymah, yang pad saat itu dipimpin seorang zahid yang
bernama Abdullah bin Abbas, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang
6

bernama muhammad yang memperluas gerakan untuk meruntuhkan kekuasaan dari


bani umayyah pads saat itu. Dia menetpakan tiga daerah untuk menjadi pusat
gerakannya :
1. Al-Humaymah menjadi pusat perencanaan dan organisasi.
2. Kufah sebagai tempat penghubung.
3. Khurasan sebagai pusat gerakan praktis.
Setelah wafat Muhammad digantikan oleh anaknya yang bernama Ibrahim
alImam, yang mengangkat seorang panglima perang yang gagah berani berasal dari
Khurasan yang bernama Abu Muslim Khurasani. Abu Muslim berhasil merebut
Khurasan dan kemudian menyusul kemenangan demi kemenangan, dan akhirnya
Ibrahim al-Imam ditangkap oleh daulah Umayyah dan dipenjarakan hingga
meninggal dunia. Setalah itu Ibrahim digantikan oleh saudaranya yang bernama
Abu Abbas, yang mengantar peperangan antara pasukan Bani Umayyah dan Bani
Abbas di daerah dekat sungai Zab. Pada pertempuran tersebut Bani Abbas
memperoleh kemenangan dan berlanjut ke Suriah dan dari sanalah kemenagan demi
kemenangan di peroleh pihakpasukan Banff Abbas.
Pada tahun.132 H / 750 M berdirilah Daulah Abbasiyah dengna Khalifah yang
pertama adalah Abu Abbas as-Saffah. Daulah ini berlangsung cukup lama, hingga
tahun 656 H / 1258 M. berdasarkan perubahan politik dan sosial dan budaya maka
pola pemerintahannya berupa pula, dan para pakar membaginya dalam lima
periode. Peride Pertama Walaupun khalifah yang pertama adalah Abu Abbas,
beliau hanya memimpin dengan relatif sangatr singkat kurang lebih hanya empat
tahun saja. Kemudian daulah ini diteruskan oleh Abu Ja'far Al-Mansyur, beliaulah
yang dengan sekuat tenag amelawan lawan-lawannya dari Bani Umayyah.
Khawarij, Syia'ah yang merasa dikucilkan dari kepemerintahan Bani
Abbasiyah. Untuk mengamankan kekuasaanya maka orang yang dianggap dapat
merusak stabilits negara di depak jauh-jauh dari daulah tersebut. Pamannya sendiri
dan Abu Muslim di hukum mati, untuk mengamankan posisinya dari para pesaing.
Untuk kepentingan internal kepemerintahan maka ibukota ke Baghdad pada tahun
767, dan membentuk lembaga eksekutif dan yudikatif. Dalam lembaga eksekutif
dia mengangkat seorang wazir (menteri) sebagai koordinator departemen, dia juga
7

membentuk lembaga protokler negara, sekretaris negara, kepolisisan dan


melanjutkan angkatan bersenjata. Dia menunjuk Abdur Rahman sebagai hakim
pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak zaman bani
umayyah dilanjutkan dengan tambahan tugas, selain mengatur jalur surat juga
sebgai sarana informasi untuk seluruh wilayah kekuasaan di daerah, sehingga
administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos juga
bertugas melaporkan kegiatan gubernur setempat kepada Khalifah.Jawatan wazir
kurang lebih selama 50 tahun di kuasai oleh Baramakih atau Marmaki, sutau
keluarga yang berasal dari Balkh, Persia (Iran).Wazrir yang pertama adalah Khalid
Bin Balkh, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Yahya Bin
Khalid.Yang terakhir ini juga mengangkat anaknya menjadi wazir muda, sedangkan
anknya yang lain Fadhli bin Yahya menjadi Gubernur Persia Barat dan kemudian
Khurasan. Pada masa tersebut .
Persoalan administrasi Negara lebih banyak ditangani oleh keluarga persia itu.
Masuknya kelurga non Arab ini ke dalam pemerintahan bani Abbas merupakan
unsur pembeda dengan dinasti sebelumnya yang berorientasi ke Arab.Khalifah ini
jugs berusaha kembali menaklukkan daerah yang sebelumnya membebaskan diri
dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara isahanya itu adalah
merebut benteng di Asia, kota Malita, wilayah Coppadicia dan Sicilia pada tahun
758-765, ke utara tentaranya melintasi pegungan Taurus dan mendekati selat
Bosporus, dan berdamai dengan Kaisar Costantine V. Selama genjatan senjata
(578-765), Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan
bala tentara Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di Laut Kaspia, Turki di bagian
lain orkus serta India.
Pada masanya konsep khalifah berubah, beliau berkata "saya adalah kekuasaan
Tuhan di buminya" yang menandakan bahwa Khalifah bukan dari pilihan manusia
tetapi merupakan mandat dariTuhan, seperti zaman Khalifah Rasyidin. Dan nama
gelar mereka lebih populer dari nama asli mereka. Pucak keemasan Daulah ini
dibangun oleh Abu Abbas Ja'far al-Mansyur, dan diteruskan oleh tujuh generasi
berikutnya dari zaman Khalifah Mahdi hingga Khalifah al-Wasiq.Dan puncak
8

1
popularitas daulah ini adalah pada zaman Khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya
al-Ma'mun.

B. Corak Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah


Menurut Taqiyuddin Ibnu Taimiyah dalam karyanya yang berjudul As-
Syiyasah As-Syar'iyah fi Islah Ar-Ra'iyah, sistem pemerintahan Islam yang pada
masa al-Khulafa' ar-Rasyidun yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarki
heredetis (kerajaan turun-menurun). Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun
dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya, Yazid. Perintah Muawiyah ini merupakan bentuk pengukuhan
terhadap sistem pemerintahan yang turun-temurun yang dibangun Muawiyah.
Tidak ada lagi suksesi kepemimpinan berdasarkan asas musyawarah dalam
menentukan seorang pemimpin baru. Muawiyah telah mengubah model kekuasaan
dengan model kerajaan, kepemimpinan diberikan kepada putra mahkota.
Dalam bukunya yang berjudul Dinasti Bani Umayyah: Perkembangan Politik,
Gerakan Oposisi, Perkembangan Ilmu Pengetahuan, dan Kejatuhan Dinasti,
Mohammad Suhaidi memaparkan, dengan berlakunya sistem (monarki) tersebut,
orang-orang yang berada di luar garis keturunan Muawiyah tidak memiliki ruang
dan kesempatan yang sama untuk naik sebagai pemimpin pemerintahan umat Islam.
Karena, sistem dinasti hanya memberlakukan kekhalifahan dipimpin oleh
keturunannya.
1. Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah
berkuasa.
Sistem dan model pemerintahan yang diterapkan Dinasti Umayyah ini
mengundang kritik keras, terutama dari golongan Khawarij dan Syiah. Karena itu,
tak mengherankan jika semasa berkuasa, para pemimpin Bani Umayyah kerap kali

1 “Peralihan Kekuasaan Dinasti Bani Umayyah ditinjau dari politik dan keagamaan
(Teologis)”. Diakseshttp://paradigmakaumpedalaman.blogspot.com/2012/03/p eralihan
kekuasaan-dinastibani.html. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.
9

disibukkan untuk menekan kelompok oposisi. Dinasti Umayyah juga dikenal


karena fanatisme kearabannya. Sebagian besar khalifahnya sangat fanatik terhadap
kearaban dan bahasa Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah
orang non-Arab dan memosisikan mereka sebagai warga kelas dua. Kondisi
tersebut menimbulkan kebencian penduduk non-Muslim kepada Bani Umayyah.
Karena khawatir dengan berakhirnya kekuasaan, pemerintahan terus
mengonsolidasikan persoalan internal. Tujuannya adalah untuk memperkokoh
barisan dalam rangka pertahanan dan keamanan dalam negeri serta antisipasi
terhadap setiap gerakan pemberontak. Dalam tulisannya yang bertajuk Dinasti
Umayyah: Perkembangan Politik, Hermain El-Hermawan mengungkapkan, ada
lima diwan (lembaga) yang menopang suksesnya konsolidasi yang dilakukan
Muawiyah. Masing-masing adalah Diwan al-Jund (Urusan Kemiliteran), Diwan ar-
Rasail (Urusan Administrasi dan Surat), Diwan al-Barid (Urusan Pos), Diwan al-
Kharaj (Urusan Keuangan), dan Diwan al-Khatam (Urusan Dokumentasi). Dalam
mengendalikan pemerintahannya, Muawiyah didukung oleh beberapa pembantu
utama. Ia mengangkat sejumlah gubernur dari kalangan sahabat dan kerabatnya. Di
antaranya adalah Amr bin Ash yang diangkat menjadi gubernur Mesir; Mugirah bin
Syu’bah, gubernur di Kufah; dan saudara tirinya Ziyad bin Abihi, gubernur Basra,
Khurasan, serta Suriah.
Sistem dan model pemerintahan yang diterapkan Dinasti Umayyah ini
mengundang kritik keras, terutama dari golongan Khawarij dan Syiah. Karena itu,
tak mengherankan jika semasa berkuasa, para pemimpin Bani Umayyah kerap kali
disibukkan untuk menekan kelompok oposisi. Dinasti Umayyah juga dikenal
karena fanatisme kearabannya. Sebagian besar khalifahnya sangat fanatik terhadap
kearaban dan bahasa Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah
orang non-Arab dan memosisikan mereka sebagai warga kelas dua. Kondisi
tersebut menimbulkan kebencian penduduk non-Muslim kepada Bani Umayyah.
Karena khawatir dengan berakhirnya kekuasaan, pemerintahan terus
mengonsolidasikan persoalan internal. Tujuannya adalah untuk memperkokoh
barisan dalam rangka pertahanan dan keamanan dalam negeri serta antisipasi
terhadap setiap gerakan pemberontak. Dalam tulisannya yang bertajuk Dinasti
10

Umayyah: Perkembangan Politik, Hermain El-Hermawan mengungkapkan, ada


lima diwan (lembaga) yang menopang suksesnya konsolidasi yang dilakukan
Muawiyah. Masing-masing adalah Diwan al-Jund (Urusan Kemiliteran), Diwan ar-
Rasail (Urusan Administrasi dan Surat), Diwan al-Barid (Urusan Pos), Diwan al-
Kharaj (Urusan Keuangan), dan Diwan al-Khatam (Urusan Dokumentasi). Dalam
mengendalikan pemerintahannya, Muawiyah didukung oleh beberapa pembantu
utama. Ia mengangkat sejumlah gubernur dari kalangan sahabat dan kerabatnya. Di
antaranya adalah Amr bin Ash yang diangkat menjadi gubernur Mesir; Mugirah bin
Syu’bah, gubernur di Kufah; dan saudara tirinya Ziyad bin Abihi, gubernur Basra,
Khurasan, serta Suriah. Ketika al-Walid I naik takhta menggantikan Abdul Malik,
kesejahteraan rakyat mendapat perhatian besar.
Ia mengumpulkan anak yatim, memberi mereka jaminan hidup, dan
menyediakan guru untuk mengajar mereka. Bagi orang cacat, ia menyediakan
pelayan khusus yang diberi gaji. Orang buta diberikan penuntun dan bagi orang
lumpuh disediakan perawat. Ia juga mendirikan bangunan khusus untuk orang kusta
agar mereka dirawat sesuai dengan persyaratan kesehatan. Al-Walid I juga
membangun jalan raya, terutama jalan ke Hedzjaz. Di sepanjang jalan itu, digali
sumur untuk menyediakan air bagi orang yang melewati jalan. Untuk mengurus
sumur-sumur itu, ia mengangkat pegawai.
Pada saat Umar bin Abdul Aziz memerintah, ia melakukan pembersihan di
kalangan keluarga Bani Umayyah. Tanah-tanah atau harta lain yang pernah
diberikan kepada orang tertentu dimasukkannya ke dalam baitul mal. Terhadap para
gubernur dan pejabat yang bertindak sewenang-wenang, ia tidak ragu-ragu
mengambil tindakan tegas berupa pemecatan. Kebijakannya di bidang fiskal
mendorong orang non-Muslim memeluk agama Islam. Pajak yang dipungut dari
orang Nasrani dikurangi. Jizyah atau pajak yang masih dipungut dari orang yang
telah masuk Islam di antara mereka dihentikan.
Dengan demikian, mereka berbondong-bondong masuk Islam. Selama masa
pemerintahannya, Umar bin Abdul Aziz melakukan berbagai perbaikan dan
pembangunan sarana pelayanan umum, seperti perbaikan lahan pertanian,
penggalian sumur baru, pembangunan jalan, penyediaan tempat penginapan bagi
11

para musafir, memperbanyak masjid, dan sebagainya. Orang sakit mendapat


bantuan dari pemerintah. Dinas pos yang sudah dibangun sejak masa Khalifah
Muawiyah juga diperbaiki agar tidak hanya melayani pengiriman surat resmi para
gubernur dan pegawai khalifah atau sebaliknya, tetapi juga melayani pengiriman
surat rakyat. Kebijakan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz terhadap kelompok
pemberontak cenderung lebih melunak. Ia lebih mengedepankan dialog daripada
peperangan.2

C. Penguasa Dinasti Bani Umayyah


Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun,
denganempat belas Khalifah. Banyak kemajuan, perkembangan dan perluasan
daerah yangdicapai, lebih-lebih pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik.
Dimulai oleh ke-pemimpinan Muawiyyah bin Abi Sufyan dan diakhiri oleh
kepemimpinan Marwan bin Muhammad. Adapun urut-urutan Khalifah Daulah
Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (661- 681 M)
Muawiyah bin Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat
sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah al-Munawarah
ke kotaDamaskus dalam wilayah Suriah. Pada masa pemerintahannya, ia
melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti pada masa Khalifah
Usman dan Ali. Disamping itu, ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan
meniru aturan yang ditetapkan olehtentara di Bizantium, membangun administrasi
pemerintahan dan juga menetapkan aturankiriman pos. Muawiyah meninggal
Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan diDamaskus di pemakaman Bab Al-
Shagier.

2
Agung Sasongko. 2019. “Begini Sistem dan Model Pemerintahan Bani Umayyah”.
Diakseshttps://www.republika.co.id/berita/plocrt313/begini-sistemdanmodel
pemerintahan-umayyah-part3. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.
12

2. Yazid bin Muawiyah (681-683 M)


Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan
anaknya,Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai Khalifah
dalam usia 34 tahunpada tahun 681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di
Madinah tidak maumenyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat
kepada Gubernur Madinah,memintanya untuk memaksa penduduk mengambil
sumpah setia kepadanya. Dengan caraini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali
Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair.Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut
Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan)kekuatan kembali. Perlawanan
terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein bin Ali. Padatahun 680 M, ia pindah
dari Mekkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat
Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein
sebagaiKhalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah
daerah di dekatKufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh.
Kepalanya dipenggal dandikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di
Karbala(Badri Yatim, 2004: 45). Masa pemerintahan Yazid dikenal dengan empat
hal yang san gat hitam sepanjang sejarah Islam, yaitu: Pembunuhan Husein bin Abi
Thalib, cucu Nabi Muhammad, Pelaksanaan Al ibahat terhadap kota suci Madinah
al – Munawarah, Penggempuran terhadap baiat Allah, Pertama kalinya memakai
dan menggunakan orang-orang kebiri untuk barisanpelayan rumah tangga khalif
didalam istana.Ia Meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan
masapemerintahannya ialah tiga tahun dan enam bulan.
3. Muawiyah bin Yazid (683-684 M)
Muawiyah bin Yazid menjabat sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M dalam
usia 23tahun. Dia seorang yang berwatak lembut. Dalam pemerintahannya, terjadi
masa krisisdan ketidakpastian, yaitu timbulnya perselisihan antar suku diantara
orang-orang Arabsendiri. Ia memerintah hanya selama enam bulan.
4. Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)
Sebelum menjabat sebagai penasihat Khalifah Usmanbin Affan, ia
berhasilmemperoleh dukungan dari sebagian orang Syiria dengan cara menyuap
dan memberikan berbagai hak kepada masing-masing kepala suku. Untuk
13

mengukuhkan jabatan Khalifahyang dipegangnya maka Marwan sengaja


mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid.Selama masa pemerinthannya
tidak meninggalkan jejak yang penting bagi perkembangansejarah Islam. Ia wafat
dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya selama 9 bulan 18hari.
5. Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M)
Abdul Malik bin Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya,
padatahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai
kekuasaandan kemuliaan. Ia terpandang sebagai Khalifah yang perkasa dan
negarawan yang cakapdan berhasil memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari
para pemberontak, sehinggapada masa pemerintahan selanjutnya, di bawah
pemerintahan Walid bin Abdul MalikDaulah bani Umayyah dapat mencapai
puncak kejayaannya.Ia wafat pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia
meninggalkan karya-karyaterbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya
berlangsung selama 21tahun, 8 bulan. Dalam masa pemerintahannya, ia
menghadapi sengketa dengan khalifah Abdullah bin Zubair.
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705- 715 M)
Masa pemerintahan Walid bin Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran
dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya
tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara
menuju wilayah Baratdaya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Perluasan
wilayah kekuasaan Islam jugasampai ke Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan
panglima Thariq bin Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai
kemenangan, sehingga dapat menguasai kota Kordova, Granada dan Toledo. Selain
melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan
pembangunan besar-besaran selama masa pemerin-tahannya untuk kemakmuran
rakyatnya. Khalifah Walid bin Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam
sejarah Daulah Bani Umayyah dan merupakan puncak kebesaran Daulah tersebut.
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715- 717 M)
Sulaiman Bin Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun.
Masapemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak memiliki
kepribadian yangkuat hingga mudah dipengaruhi penasehatpenasehat disekitar
14

dirinya. Menjelang saatterakhir pemerintahannya barulah ia memanggil Gubernur


wilayah Hijaz, yaitu Umar binAbdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi
penasehatnya dengan memegang jabatanwazir besar.Hasratnya untuk memperoleh
nama baik dengan penaklukan ibu kota Constantinoplegagal. Satu-satunya jasa
yang dapat dikenangnya dari masa pemerintahannya ialahmenyelesaikan dan
menyiapkan pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah danagung di
Damaskus.
8. Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M)
Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia
terkenal adildan sederhana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti
pada zaman khulafaurr rasyidin. Pemerin-tahan Umar meninggalkan semua
kemegahan Dunia yang selaluditunjukkan oleh orang Bani Umayyah. Ketika
dinobatkan sebagai Khalifah, ia menyatakan bahwa memperbaiki danmeningkatkan
negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah
perluasannya. (Muhammad Manshur Amin: 104) Ini berarti bahwa prioritas utama
adalah pembangunandalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat
singkat, ia berhasil menjalinhubuingan baik dengan Syi’ah. Ia juga membari
kebebasan kepada penganut agama lainuntuk beribadah sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaannya. Pajak diperingan. Kedudukan mawali (orang Islam yang
bukan dari Arab) disejajarkan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka
suatu pertanda yang membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan keshalehannya
patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia
meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun,dimakamkan di Deir Simon.
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)
Yazid bin Abdul Malik adalah seorang penguasa yang sangat gandrung
kepadakemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang
sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah
menjadi kacau.Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat
menyatakan kon-frontasiterhadap pemerintahan Yazid. Pemerintahan Yazid yang
singkat itu hanya mempercepat proses kehancuranImperium Umayyah. Pada waktu
pemerintahan inilah propaganda bagi keturunan BaniAbbas mulai dilancarkan
15

secara aktif. Dia wafat pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannyaberlangsung


selama 4 tahun, 1 bulan.
10. Hisyam bin Abdul Malik (724- 743 M)
Hisyam bin Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35
tahun. Iaterkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada masa
pemerintahannyamuncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi
pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim
yang didukung oleh golonganmawali dan merupakan ancaman yang sangat serius.
Dalam perkembangan selanjutnya,kekuatan baru ini mampu menggulingkan
Dinasti Umayyah dan menggantikannya denganDinasti baru, Bani
Abbas.Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan jasa yang
banyak untukpemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua kebajikannya
tidak bisa membayarkesalahan-kesalahan para pendahulunya, karena gerakan
oposisi terlalu kuat, sehinggaKhalifah tidak mampu mematahkannya.Meskipun
demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam kebudayaan dankesusastraan
Arab serta lalu lintas dagang mengalami kemajuan. Dua tahun sesudahpenaklukan
pulau Sisily pada tahun 743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masapemerintahannya
berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, KhalifahKhalifah yang
tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makinmempercepat
runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.
11. Walid bin Yazid (743-744 M)
Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dimasa pemerintahan Walid bin
Yazid. Iaberkelakuan buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan keluarga
sendiri bencipadanya. Dan ia mati terbunuh.Meskipun demikian, kebijakan yang
paling utama yang dilakukan oleh -Walid binYazid ialah melipatkan jumlah
bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta danorang-orang lanjut usia yang
tidak mempunyai famili untuk merawatnya. Ia menetapkananggaran khusus untuk
pembiayaan tersebut dan menyediakan perawat untuk masing-masingorang. Dia
sempat meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang
dilakukan oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 1 tahun,
2bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.
16

12. Yazid bin Walid (Yazid III) (744 M)


Pemerintahan Yazid bin Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat,
karenaperbuatannya yang suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa
pemerintahannya penuh dengan kemelut dan pemberontakan. Masa
pemerintahannya berlangsung selama16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.
13. Ibrahim bin Malik (744 M)
Diangkatnya Ibrahim menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat
didalamlingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya. Karena itu, keadaan
negara semakinkacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan
pasukan besarberkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan
suka rela mengundurkandirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat
terhadap Marwan bin Muhammad. Diamemerintah selama 3 bulan dan wafat pada
tahun 132 H.
14. Marwan bin Muhammad (745- 750 M)
Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlawan.
Beberapapemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi
gerakan BaniAbbasiyah yang telah kuat pendukungnya. Marwan bin Muhammad
melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. NamunAbdullah bin Ali yang
ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalumengejarnya.
Akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir,dia mati
terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dariAbdullah.
Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M.
Dengandemikian tamatlah kedaulatan Bani Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya
dipegang olehBani Abbasiyah. 3

3
Muhammad Nur. 2015. “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan, dan Kemunduran)”. Diakses
https://blamakassar.ejournal.id/pusaka/article/download/141/108. Diunduh pada tanggal 5
Maret 2022.
17

D. Kemajuan yang Dicapai Masa Dinasti Bani Umayyah


Berbagai kemajuan dalam sistem pemerintahan dan ilmu pengetahuan berhasil
dicapai Bani Umayyah:
1. Kemajuan dalam sistem pemerintahan:
a) Pendirian departemen pencatatan (diwanul khatam).
b) Pendirian pelayanan pos (Diwanul barid).
c) Pemisahan urusan keuangan dari urusan pemerintahan dengan
mengangkat pejabat bergelar sahibul kharaj.
d) Penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi resmi dalam
pemerintahan.
e) Pencetakan mata uang.
f) Pembangunan fasilitas umum misal gedung, masjid,sumur,jalan raya.
g) Pengurangan pajak dan menghentikan pembayaran upeti (jizyah) bagi
orang yang baru masuk Islam.
2. Kemajuan dalam agama dan ilmu pengetahuan
a) Penyempurnaan tulisan mushaf Al-Qur'an dengan titik pada huruf-huruf
tertentu.
b) Pembangunan masjid Al-Amawi di Damaskus dan Al aqsa di Yerussalem.
c) Perluasan masjid Nabawi di Madinah.
d) Pembangunan rumah sakit bagi penderita kusta.
e) Pengumpulan hadist.
f) Menyamakan kedudukan orang Arab dan non Arab sehingga kembali
bersatu. 4

4
Roshma Widiyani. 2021. “Sejarah Bani Umayyah: Periode Pemerintahan,
Kemajuan,danKeruntuhannya”.Dalamhttps://www.detik.com/edu/detikpedia/d
5848255/sejarah-bani-umayyah-periode-pemerintahan-kemajuan-dan-keruntuhannya.
Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.
18

E. Tantangan dan Kemunduran Dinasti Bani Umayyah


Tantangan dan kemunduran serta kehancuran Dinasti Bani Umayyah
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya perebutan kekuasaan antara keluarga
kerajaan, konflik kekuasaan dengan golongan posisi, Syi'ah dan kawaris
pertentangan etnis suku Arab Utara dan suku Arab selatan, ketidak cukupan mereka
yang hidup mewah, penggulingan oleh Bani Abbas yang didukung penuh oleh Bani
bhasiyun kaum Syiah dan golongan mawali.5

5
Hijranino. 2018. “Tantangan Dan Kemunduran Dinasti Bani Umayyah”. Dalam
https://brainly.co.id/tugas/19923028. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sejarah peralihan kakuasaan dari daulah Umayyah pada daulah Abbasiyah
dimulai ketika Bani Hasyim menunutut kekuasaan Islam berada di tangan mereka
karena mereka adalah Keluarga Nabi Muhammad SAW yang terdekat. Tuntutan itu
sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi baru menjelma menjadi sebuah gerakan
ketika Bani Umayyah naik takhta dengan mengalahkan Ali Bin Abi Thalib dan
bersikap keras keturunan Bani Hasyim. Propaganda baru mulai terjadi ketika Umar
Bin Abdul Aziz (717-720 M) menjadi khalifah bani Umayyah.
Menurut Taqiyuddin Ibnu Taimiyah dalam karyanya yang berjudul As-
Syiyasah As-Syar'iyah fi Islah Ar-Ra'iyah, sistem pemerintahan Islam yang pada
masa al-Khulafa' ar-Rasyidun yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarki
heredetis (kerajaan turun-menurun).
Adapun nama- nama penguasa dinasti bani umayyah :
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (661- 681 M)
2. Yazid bin Muawiyah (681-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (683-684 M)
4. Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705- 715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715- 717 M)
8. Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (724- 743 M)
11. Walid bin Yazid (743-744 M)
12. Yazid bin Walid (Yazid III) (744 M)
13. Ibrahim bin Malik (744 M)
14. Marwan bin Muhammad (745- 750 M)

19
20

Adapun kemajuan yang dicapai oleh dinasti bani umayyah :


1. Kemajuan dalam sistem pemerintahan:
a) Pendirian departemen pencatatan (diwanul khatam).
b) Pendirian pelayanan pos (Diwanul barid).
c) Pemisahan urusan keuangan dari urusan pemerintahan dengan
mengangkat pejabat bergelar sahibul kharaj.
d) Penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi resmi dalam
pemerintahan.
e) Pencetakan mata uang.
f) Pembangunan fasilitas umum misal gedung, masjid,sumur,jalan raya.
g) Pengurangan pajak dan menghentikan pembayaran upeti (jizyah) bagi
orang yang baru masuk Islam
2. Kemajuan dalam agama dan ilmu pengetahuan
a) Penyempurnaan tulisan mushaf Al-Qur'an dengan titik pada huruf-huruf
tertentu.
b) Pembangunan masjid Al-Amawi di Damaskus dan Al aqsa di Yerussalem.
c) Perluasan masjid Nabawi di Madinah.
d) Pembangunan rumah sakit bagi penderita kusta.
e) Pengumpulan hadist.
f) Menyamakan kedudukan orang Arab dan non Arab sehingga kembali
bersatu.
Selain kemajuan yang dicapai, terdapat pula tantangan dan kemunduran serta
kehancuran Dinasti Bani Umayyah yang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, konflik kekuasaan dengan golongan
posisi, Syi'ah dan kawaris pertentangan etnis suku Arab Utara dan suku Arab
selatan, ketidak cukupan mereka yang hidup mewah, penggulingan oleh Bani
Abbas yang didukung penuh oleh Bani bhasiyun kaum Syiah dan golongan mawali.
DAFTAR PUSTAKA

Agung Sasongko. 2019. “Begini Sistem dan Model Pemerintahan Bani Umayyah”.
Dalamhttps://www.republika.co.id/berita/plocrt313/begini-sistem-dan-
model-pemerintahan-umayyah-part3. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.
Hijranino. 2018. “Tantangan Dan Kemunduran Dinasti Bani Umayyah”. Dalam
https://brainly.co.id/tugas/19923028. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.
Muhammad Nur. 2015. “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah
(Pembentukan, Kemajuan, dan Kemunduran)”. Dalam https://blamakassar.e-
journal.id/pusaka/article/download/141/108. Diunduh pada tanggal 5 Maret
2022.
“Peralihan Kekuasaan Dinasti Bani Umayyah ditinjau dari politik dan keagamaan
(Teologis)”.Dalamhttp://paradigmakaumpedalaman.blogspot.com/2012/03/p
eralihan-kekuasaan-dinasti-bani.html. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.
Roshma Widiyani. 2021. “Sejarah Bani Umayyah: Periode Pemerintahan,
Kemajuan,danKeruntuhannya”.Dalamhttps://www.detik.com/edu/detikpedia
/d-5848255/sejarah-bani-umayyah-periode-pemerintahan-kemajuan-dan-
keruntuhannya. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2022.

21
LAMPIRAN

PERTANYAAN KELOMPOK :
1. ZALWA FIQRIANTI ANDINI (90400121076)
Apakah ada bukti keberhasilan bani umayyah yang masih ada hingga saat ini?
Jawaban : Bukti keberhasilannya yang masih terdapat hingga saat ini yaitu
pengumpulan klasifikasi hadist, yakni sohih, hasan, doif dan lain- lain. Juga
ilmu yang disebut mustalohul hadist. Sehingga dapat dikatakan
bahwa keberhasilan yang dicapai dinasti tersebut dan masih tampak
hingga sekarang adalah ilmu tentang hadist.

2. BASO AHMAD FAJAR (90400121074)


Dari 14 pemimpin yang telah di jelaskan, siapa salah satu diantara 14 pemimpin
tersebut yang masa pemerintahannya paling berjaya?
Jawaban : Dari 14 pemimpin tersebut, masa pemerintahan yang paling berjaya
yaitu pada pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik (705- 715 M) yaitu masa
pemerintahan yang paling tentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam
merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa
besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah
Baratdaya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan
Islam jugasampai ke Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan panglima Thariq
bin Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan,
sehingga dapat menguasai kota Kordova, Granada dan Toledo. Selain
melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan
pembangunan besar-besaran selama masa pemerin-tahannya untuk
kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid bin Malik meninggalkan nama yang
sangat harum dalam sejarah Daulah Bani Umayyah dan merupakan puncak
kebesaran Daulah tersebut.

22
23

3. HANDINI PUTRI ANGREINI (90400121079)


Jelaskan perkembangan keagamaan pada dinasti bani umayyah !
Jawaban : Sebenarnya, ilmu-ilmu agama sudah diminati sejak zaman
Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa Dinasti Umayyah, jenis keilmuan ini
berkembang amat pesat. Banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang
mengembara untuk berdakwah. Di pelosok-pelosok negeri itulah, berdiri
berbagai pusat kajian Islam yang mempelajari Alquran, hadis, dan fikih. Pusat-
pusat kajian Islam itu terdapat di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Fustat,
hingga Damaskus. Di antara ilmu-ilmu agama yang berkembang adalah
ilmu qiraat atau seni membaca Alquran, serta ilmu tafsir. Tokoh-tokoh di
bidang qiraat dan tafsir adalah Nafi' bin Abdurrahman, Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Ibnu Katsir, dan lain sebagainya. Berkembang juga ilmu hadis
dengan tokoh seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, dan lainnya,
ilmu fikih dengan tokoh besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin
Anas, dan lainnya.

4. (TAMBAHAN PERTANYAAN)
Berapa lama Dinasti Bani Umayyah berkuasa?
Jawaban : Bani Umayyah berkuasa selama 365 tahun, pemerintahan di
Damaskus selama 90 tahun dan pemerintahan di Cordoba (Spanyol) selama
275 tahun.

5. (TAMBAHAN PERTANYAAN)
Apa yang bisa diteladani dari kepemimpinan Bani Umayyah?
Jawaban : Kita bisa banyak belajar, contohnya dari khalifah termasyhur umar
bin abdul aziz, ia pribadi yang sangat sederhana, berwibawa, sangat adil,
mengutamakan rakyat daripada dirinya, Sehingga dikatakan sangat susah
untuk mencari orang miskin pada masa kepemimpinannya.
MAKALAH
Masa Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah

Di susun oleh:

ANDI MUHAMMAD SYAHRUL FAUZI AR RASYID (90400121077)

AFRIYANI (90400121078)

ANDI NURSYAMDINI (90400121091)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan ....................................................................................2

BAB II .....................................................................................................................3

PEMBAHASAN .....................................................................................................3

A. Proses peralihan kekuasaan dinasti bani abbasiyah ..................................3

B. Corak pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah ............................................5

C. Penguasa Dinasti Bani Abbasiyah ...............................................................6

D. Kemajuan yang dicapai masa dinasti bani abbasiyah ...............................8

E. Tantangan dan kemunduran dinasti Bani Abbasiyah .............................11

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan ............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
“Sejarah Peradaban Islam”, dengan judul “Masa Pemerintahan Dinasti Bani
Abbasiyah”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
Pendidikan.

Makassar, Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejak lahirnya agama Islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran Islam,


pendidikan dan pengajaran Islam itu akan terus tumbuh dan berkembang, Islam
sebagai sebuah ajaran memberikan sebuah konsep tersendiri terhadap ilmu dan
penyebaran ilmu bagi pemeluknya, Islam sebagai agama tidak hanya berfungsi
sebagai aturan hidup ritual keagamaan, melainkan juga menaungi, membimbing,
memberikan arahan dan aturan terhadap segala aspek kehidupan dan peradaban
yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya.

Agama Islam telah membawa perubahan besar pada masyarakat Arab dan
seluruh pemeluknya. Masyarakat muslim berhasil membentuk sebuah kerajaan
besar yaitu dinasti Abbasiyah yang wilayahnya meliputi jazirah Arabia, sebagian
benua Afrika, Asia, dan Eropa dari abad ke-7 sampai abad ke-12 Masehi, sejak
munculnya dinasti Abbasiyah inilah kejayaan Islam semakin terlihat. Pada
permulaan masa Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat
hebatnya di seluruh negara Islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak
terhitung banyaknya, tersebar di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda
berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan, pergi kepusat-pusat
pendidikan, meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu
pengetahuan.

Kekhalifahan Abbasiyah dalam Bahasa Arab: ‫ العباسیة الخالفة‬alkhilāfah


al‘abbasiyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: ‫العباسیون‬al- ‘abbāsīyyūn) adalah
Khalifahan yang berkuasa di Baghdad yang saat ini menjadi ibu kota Irak.
Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat
pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan
Persia. Dinasti Abbasiyah merupakan pelanjut Dinasti Umayyah. Ia merupakan
perwakilan dari kekhalifahan terbesar dan terpanjang dalam sejarah Islam Klasik.

1
Kebesaran (masyarakat Muslim) hampir empat setengah abad benar-benar
telah mengubah masyarakat Arab yang dikenal keras menjadi masyarakat yang
berperadaban maju. Pada kurun waktu itu pulalah, peradaban Islam amat berjasa
dalam mempersiapkan dasar-dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.

Sebagai bagian dari kekuasaan Islam, dinasti ini tentunya banyak


menyimpan sejarah Islam pada masa awal berdiri dinasti ini sampai masa
keruntuhannya. Dilihat dari segi dakwah Islam dinasti Abbasiyah merupakan
kelanjutan dari proses dakwah Islam yang telah dilakukan dinasti Umayyah, namun
dilihat dari segi politik, dinasti ini bukanlah perpanjangan dari kepentingan politik
dinasti Umayyah yang berkuasa sebelumnya. meskipun dinasti Abbasiyah
merupakan kelanjutan dari dinasti Umayyah, namun setiap periode memiliki
karakteristik tersendiri yang menjadi pembeda antara satu pemerintahan dengan
pemerintahan yang lain.
B. Rumusan Masalah

1. Proses peralihan kekuasaan dinasti bani abbasiyah


2. Corak pemerintahan dinasti bani abbasiyah
3. Penguasa dinasti bani abbasiyah
4. Kemajuan yang dicapai masa dinasti bani abbasiyah
5. Tantangan dan kemunduran dinasti bani abbasiyah

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui proses peralihan kekuasaan dinasti bani abbasiyah


2. Untuk mengetahui corak pemerintahan dinasti bani abbasiyah
3. Untuk mengetahui penguasa dinasti bani abbasiyah
4. Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai masa dinasti bani abbasiyah
5. Untuk mengetahui tantangan dan kemunduran dinasti bani abbasiyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses peralihan kekuasaan dinasti bani abbasiyah

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti


Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah 1 bin Muhammad bin Ali ibn Abdullah
bin al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi
Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah
berlangsung dari tahun 750-1258 M.
Sebelum Daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi
pusat kegiatan kelompok Bani Abbasiyah, antara satu dengan yang lain mempunyai
kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan
keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya
Dinasti itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik
dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah
terletak berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya
menganut aliran
Syi‘ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan
dengan golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang
penduduknya mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang bertemperamen
pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh
nafsu dan tidak mudah bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah
diharapkan dakwah kaum Abbassiyah mendapatkan dukungan.
Sejak Umar bin Abd. Aziz (717-720 M / 99-101 H) khalifah ke-8 dari
Daulah Umayyah naik tahta telah muncul gerakan oposisi yang hendak

1
Nashir, Syed Mahmudun. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1994

3
menumbangkan Daulah tersebut yang dipimpin oleh Ali bin Abdullah, cucu Abbas
bin Abdul Muthalib, paman Nabi dari kelompok Sunni. Kelompok Sunni ini
berhasil menjalin kerja sama dengan kelompok Syi’ah, karena mereka sama-sama
keturunan Bani Hasyim. Kedua kelompok di atas juga menjalin kerja sama dengan
orang-orang Persia, karena orang-orang Persia dianaktirikan oleh Daulah Umayyah,
baik secara politik, ekonomi maupun sosial. Padahal mereka sudah lebih dahulu
memiliki peradaban maju. Tujuan aliansi adalah menegakkan kepemimpinan Bani
Hasyim dengan merebutnya dari tangan Bani Umayyah. Untuk mencapai tujuan itu
berbagai kelemahan Daulah Umayyah mereka manfaatkan sebaik-baiknya.
Mereka melantik dan menyebar para propagandis terutama untuk daerah-
daerah yang penduduknya mayoritas bukan orang Arab. Tema propagandis ada dua,
Pertama, al-Musawah (persamaan kedudukan), dan kedua, al-Ishlah (perbaikan)
artinya kembali kepada ajaran al-Qur’an dan Hadits. Tema pertama amat menarik
di kalangan muslim non Arab. Karena mereka selama ini dianaktirikan oleh Daulah
Umayyah, baik secara politik, sosial dan ekonomi. Sedangkan tema kedua menarik
di kalangan banyak ulama Sunni karena mereka melihat para khalifah Daulah
Umayyah telah menyimpang dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Pada mulanya mereka melakukan gerakan rahasia di bawah pimpinan
Muhammad bin Ali al-Abbasy. Setelah Muhammad meninggal dan diganti oleh
anaknya Ibrahim. Ketika aliansi dipimpin oleh Ibrahim bin Muhammad, gerakan itu
berubah menjadi terang-terangan. Perubahan itu terjadi setelah mereka mendapat
sambutan luas, terutama di wilayah Khurasan yang mayoritas penduduknya muslim
non Arab, dan setelah masuknya seorang Jenderal cekatan ke dalam gerakan ini,
yaitu Abu Muslim al-Khurasany. Dia dikirim Ibrahim sebagai propagandis ke tanah
kelahirannya dan mendapat sambutan yang baik dari penduduk. Dia membentuk
pasukan militer yang terdiri dari 2.200 orang infantri dan 57 pasukan berkuda.
Pemimpin Daulah Umayyah berhasil menangkap Ibrahim dan mereka
membunuhnya. Pimpinan aliansi dilanjutkan oleh saudaranya Abdul Abbas yang
kelak menjadi khalifah pertama Daulah Abbasiyah. Abdul Abbas memindahkan
markasnya ke Kufah dan bersembunyi di situ. Pada saat itu Abu Muslim
memerintahkan panglimanya, Quthaibah bin Syahib untuk merebut Kufah. Dalam

4
gerakannya menuju Kufah, dia dihadang oleh pasukan Daulah Umayyah di Karbela.
Pertempuran sengit pun terjadi. Dia memenangkan peperangan itu. Akan tetapi dia
tewas. Anaknya Hasan memegang kendali selanjutnya dan bergerak menuju Kufah,
dan melalui pertempuran yang tidak begitu berarti, kota Kufah itu dapat
ditaklukkan. Abdul Abbas keluar dari persembunyiannya dan memproklamirkan
dirinya sebagai khalifah pertama, yang diberi nama dengan Daulah Abbasiyah dan
dibai’at oleh penduduk Kufah di mesjid Kufah. Mendengar hal itu, khalifah
Marwan menggerakkan pasukan berkekuatan 120.000 orang tentara menuju
Kufah.Untuk itu, Abdul Abbas memerintahkan pamannya Abdullah bin Ali
menyongsong musuh tersebut. Kedua pasukan itu bertemu di pinggir sungai Zab,
anak sungai Tigris. Pasukan Umayyah berperang tanpa semangat dan menderita
kekalahan. Abdullah bin Ali melanjutkan serangan ke Syiria. Kota demi kota
berjatuhan. Terakhir Damaskus, ibu kota Daulah Umayyah menyerah pada tanggal
26 April 750 M. Namun khalifah Marwan melarikan diri ke Mesir, dan dikejar oleh
pasukan Abdullah. Akhirnya dia tertangkap dan dibunuh pada tanggal 5 Agustus
750 M.
Dengan demikian, setelah Marwan bin Muhammad terbunuh sebagai
khalifah terakhir Daulah Umiayah, maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Sementara orang-orang Syi’ah tidak memperoleh keuntungan politik dari kerjasama
ini, dan mereka terpaksa memainkan peranan lagi sebagai kelompok oposisi pada
pemerintahan Daulah Abbasiyah.

B. Corak pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah

Corak pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah dipengaruhi oleh model Persia.


Aspek hirarkis tertentu budaya politik Islam memang berkaitan dengan model
Persia, terutama tentang martabat raja, terlebih sejak abad ke-4 H/ke-10. Bahkan
telah terjadi akulturasi timbal balik dengan pengaruh yang lebih luas dan mendalam

5
antara Islam 2 dan budaya Persia. Akulturasi timbal balik itu meliputi beragam
aspek, mulai dari pemerintahan sampai stratifikasi sosial.
Jika kita telusuri kembali tentang bagaimana bentuk negara dan
pemerintahan dalam Islam sejak masa Rasulullah Saw, sampai pemerintahan
Dinasti Bani Abbasiyah ini, maka kita akan dapati beberapa perbedaan bentuk
antara satu periode dengan periode lainnya. Paling tidak terdapat empat bentuk
negara dengan ciri-ciri khas masing-masing. Bila diurutkan Periodenya, maka akan
kita dapati sebagai berikut:

1. Bentuk negara di masa Rasulullah Saw. (622-632 M),

2. Bentuk negara di masa Sahabat (al-Khulafa ar-Rasyidin) (632-660 M),

3. Bentuk negara di masa Dinasti Bani Umayyah (661-750 M) dan

4. Dinasti Bani Abbasiyah (7 50-1258 M)

C. Penguasa Dinasti Bani Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad (750-1258) secara
umum dibagi atas empat periode. Keempat periode tersebut adalah Periode Awal
(750-847), Periode Lanjutan (847-945), Periode Buwaihi (945-1055), dan Periode
Seljuk (1055-1258). Selama lima abad pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah ini,
tercatat sejumlah nama khalifah yang berhasil menegakkan sistem pemerintahan
Islam dengan adil dan makmur. Mereka itu adalah Abu al-Abbas Abdullah bin
Muhammad as-Saffah (721-754). Ia adalah pendiri Dinasti Abbasiyah dan menjadi
khalifah pertama.3

Berikutnya dipimpin oleh penerusnya, seperti khalifah Abu Ja'far al-


Manshur (750-775), Al-Mahdi (775-785), Musa al-Hadi (785-786), Harun ar-
Rasyid (786-809), Al-Amin (809-813), Al-Ma'mun (813-833), Al-Mu'tasim (833-

2 Amin, M. (2016). Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah Serta


Dampaknya Terhadap Dunia Islam Kontemporer (Doctoral dissertation, UIN
RADEN FATAH PALEMBANG).
3 haris, s. a. (2016, Juli). Dinasti Abbasiyah. Retrieved from

http://sitiaminiharis31.blogspot.com/2016/07/dinasti-abbasiyah.html.

6
842), Al-Mutawakkil (847-861), Al-Muntasir (861-862), Al-Musta'in (862-866),
dan AlMu'tazz (866-869).

Kemudian, dilanjutkan oleh Al-Muhtadi (869-870), Al-Mu'tamid (870-892),


Al-Mu'tadid (892-902), Al-Muktafi (902-908), Al-Muqtadir (908-932), Al-Qahir
(932-934), Ar-Radi (934-940), Al-Muttaqi (940-944), Al-Mustakfi (944-946),
AlMuti (946-974), At-Ta'i (974-991), dan Al-Qadir (991-1031).

Selanjutnya, Dinasti Abbasiyah dipimpin oleh Al-Qa'im (1031-1075), Al-


Muqtadi(1075-1094), Al-Mustazhir (1094-1118), Al-Mustarsyid (1118-1135), Ar
Rasyid (1135-1136), Al-Muqtafi (1136-1160), Al-Mustanjid (1160-1170),
AlMustadi (1170-1180), An-Nasir (1180-1225), Az-Zahir (1225-1226), Al-
Mustansir (1226-1242), dan terakhir Al-Musta'sim (1242-1258).

Di antara khalifah-khalifah itu tercatat beberapa nama yang berhasil


membawa Dinasti Abbasiyah mengalami kejayaannya.

Abu al-Abbas Abdullah bin Muhammad as-Saffah

Abu al-Abbas adalah pendiri Dinasti Abbasiyah. Ia merupakan sosok


pemimpin yang tegas. Ia pula yang mematahkan kekuasaan Dinasti Umayyah yang

didirikan Muawiyah. Pada masanya (721-750), ia mengonsolidasikan


berbagai kekuatan untuk kejayaan Dinasti Abbasiyah.

Abu Ja'far al-Manshur

Abu Ja'far al-Manshur memimpin Dinasti Abbasiyah selama 25 tahun


(750775). Ia adalah saudara Abu al-Abbas. Selama pemerintahannya, ia mendirikan
ibu kota baru dengan istananya bernama Madinat as-Salam yang kemudian bernama
Baghdad. Selama masa pemerintahannya, ia berhasil memunculkan ghirah dunia
Muslim terhadap ilmu pengetahuan. Pada zamannya, telah tumbuh karya sastra.

7
Harun ar-Rasyid

Kekhalifahan Abbasiyah mencapai puncaknya (the golden age of Islam)


pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid. Ia adalah khalifah kelima yang memerintah
dari tahun 786 sampai 809. Ia mendirikan Bayt al-Hikmah, sebuah perpustakaan
terbesar pada zamannya. Banyak sarjana Muslim dan Barat yang belajar di Kota
Baghdad.

Beberapa proyek besar yang dihasilkan selama pemerintahannya adalah


keamanan dan kesejahteraan seluruh rakyat, pembangunan Kota Baghdad,
pembangunan sejumlah tempat ibadah, sarana pendidikan, hingga pendirian Bayt
al-Hikmah. Bayt al-Hikmah ini berfungsi sebagai perpustakaan dan tempat
penerjemahan karyakarya intelektual Persia dan Yunani.

Al-Ma'mun ar-Rasyid

Khalifah Al-Ma'mun adalah anak dari Harun ar-Rasyid. Ia memerintah


Dinasti Abbasiyah setelah saudaranya Al-Amin, dari tahun 813-833. Al-Ma'mun
merupakan khalifah yang ketujuh.

Al-Mu'tasim

Ia memerintah Bani Abbasiyah setelah Khalifah Al-Ma'mun. Selama


pemerintahannya, yakni 833-842, ia berhasil menumbuhkan minat para pelajar
Muslim dan Barat untuk mendalami ilmu pengetahuan di Kota Baghdad. Pada masa
inilah, lahir seorang ahli matematika Muslim terkenal, yakni Al-Kindi.

Sepeninggal al-Mu'tasim, secara perlahan-lahan, kejayaan Bani Abbasiyah


mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh pergolakan politik. Tak heran bila
kemudian lahir Dinasti Buwaihi, Mamluk, dan Seljuk.

D. Kemajuan yang dicapai masa dinasti bani abbasiyah

Kemajuan Dinasti Abbasiyah – Masa ini adalah masa keemasan atau masa
kejayaan umat Islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban.

8
Kemajuan itu hampir mencakup semua aspek 4.

Berikut kemajuan-kemajuan yang berhasil diraih masa Abbasiyah:

1. Administratif pemerintahan dengan biro-bironya.


2. Sistem organisasi militer.
3. Administrasi wilayah pemerintahan.
4. Pertanian, perdagangan, dan industri.
5. Islamisasi pemerintahan.
6. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh) dan etika Islam, sastra, seni,
dan penerjemahan.
7. Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab),
menengah, dan perguruan tinggi; perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni
rupa, seni musik, dan arsitek.

Rincian selengkapnya berbagai kemajuan tersebut dapat dilihat dari temuan


Philip K. Hitti sebagai berikut:

Biro-biro pemerintahan Abbasiyah

Dalam menjalankan sistem teknis pemerintahan, Dinasti Abbasiyah


memiliki kantor pengawas (dewan az-zimani) yang pertama kali diperkenalkan oleh
Al-Mahdi; dewan korespondensi atau kantor arsip (dewan at-taqwi) yang
menangani semua surat resmi, dokumen politik serta instruksi dan ketetapan
khalifah; dewan penyelidik keluhan; departemen kepolisian dan pos.
Dewan penyelidik keluhan (dewan an-nazhar fi al-mazhalini) adalah jenis
pengadilan tingkat banding, atau pengadilan tinggi untuk menagani kasus-kasus
yang diputuskan secara keliru pada departemen administratif dan politik.
Cikal bakal dewan ini dapat dilacak pada masa Dinasti Umayah, karena
AlMawardi meriwayatkan bahwa Abd Al-Malik adalah khalifah pertama yang

4Mandala, E. (2015, Agustus 16). kemajuan-dinasti-abbasiyah. Retrieved from


www.pinhome.id/blog/kemajuan-dinasti-abbasiyah/.

9
menyediakan satu hari khusus untuk mendengar secara langsung permohonan dan
keluhan rakyatnya.
Umar II meneruskan praktik tersebut. Prakrik ini kemudian diperkenalkan
oleh AlMahdi ke dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Penggantinya Al-Hadi,
Harun,
Al-Ma’mun, dan khalifah selanjutnya menerima keluhan itu dalam sebuah
dengar publik; Al-Muhtadi (869-870) adalah khalifah terakhir yang memelihara
kebiasaan tersebut. Raja Normandia, Roger II (1130-1154) memperkenalkan
lembaga tersebut ke Silsilia yang kemudian mengakar di daratan Eropa.

Sistem militer
Sistem militer terorganisasi dengan baik, berdisiplin tinggi, serta mendapat
pelatihan dan pengajaran secara reguler. Pasukan pengawal khalifah (hams)
mungkin merupakan satu-satunya pasukan tetap yang masing-masing mengepalai
sekelompok pasukan.
Selain mereka, ada juga pasukan bayaran dan sukarelawan, serta sejumlah
pasukan dari berbagai suku dan distrik. Pasukan tetap (jund) yang bertugas aktif
disebut mustaziqah (pasukan yang dibayar secara berkala oleh pemerintah).
Unit pasukan lainnya disebut muta-thawwi’ah (sukarelawan), yang hanya
menerima gaji ketika bertugas. Kelompok sukarelawan ini direkrut dari orang
badui, para petani, dan orang kota. Pasukan pengawal istana memperoleh bayaran
lebih tinggi, bersenjata lengkap, dan berseragam.
Pada masa-masa awal pemerintahan khalifah Dinasti Abbasiyah, rata-rata
gaji pasukan infanteri, disamping gaji dan santunan rutin sekitar 960 dirham
pertahun, pasukan kavaleri menerima dua kali lipat dari itu.

Wilayah pemerintahan
Pembagian wilayah kerajaan Umayah ke dalam provinsi yang dipimpin oleh
seorang gubernur (tunggal amir atau ‘amil) sama dengan pola pemerintahan pada
masa kekuasaan Bizantium dan Persia. Pembagian ini tidak mengalami perubahan
berarti pada masa Dinasti Abbasiyah.

10
Provinsi Dinasti Abbasiyah mengalami perubahan dari masa ke masa, dan
klasifikasi politik juga tidak selalu terkait dengan klasifikasi geografis, seperti yang
terekam dalam karya Al-Ishthakhri, Ibn Hawqal, Ibn Al-Faqih, dan karya-karya
sejenis.

Nama provinsi pada masa awal kekhalifahan Baghdad


Berikut ini merupakan provinsi-provinsi utama pada masa awal
kekhalifahan Baghdad.

1. Afrika di sebelah barat Gurun Libya bersama dengan Silsilia.


2. Mesir.
3. Suriah dan Palestina, yang terkadang dipisahkan.
4. Hijaz dan Yamamah (Arab Tengah).
5. Yaman dan Arab Selatan.
6. Bahrain dan Oman, dengan Bashrah dan Irak sebagai ibukotanya.
7. Sawad atau Irak (Mesopotamia bawah), dengan kota utamanya setelah
Baghdad, yaitu Kufah dan Wash.
8. Jazirah, yaitu kawasan Assyiria Kuno, bukan Semenanjung Arab, dengan
ibukotanya Mosul.
9. Azerbaijan, dengan kota-kota besarnya seperti Ardabil, Tibriz, dan Maraghah.
10. Jibal (perbukitan, Media Kuno), kemudian dikenal dengan Irak Ajami (Iraknya
orang Persia), dengan kota utamanya adalah Ramadan.

E. Tantangan dan kemunduran dinasti Bani Abbasiyah

Faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah, luasnya wilayah,


berdirinya dinasti-dinasti kecil, perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan,
persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan, gaya hidup
bersenang-senang dan faktor kehancuran Dinasti Abbasiyah yaitu: Perang Salib dan

11
serangan tentara Mongol puncak kehancuran. 5 Penelitian ini menyimpulkan bahwa
selain faktor kemunduran Abbasiyah yang telah disebutkan sebelumnya, ada faktor
lain yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah yakni: korupsi, khalifah
usia muda serta tidak memiliki kemampuan memimpin, umat Islam meninggalkan
agamanya, dan sistem pemerintahan secara turun menurun. Dari beberapa faktor
kemunduran Dinasti Abbasiyah tersebut, yang paling dominan berpengaruh
terhadap kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah karena umat Islam meninggalkan
ajaran agamanya. Kedua, Dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah terhadap dunia
Islam kontemporer, yaitu aspek ilmu pengetahuan, setelah hancurnya Abbasiyah
umat Islam selalu ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan terhadap bangsa
Barat. Aspek politik ketika itu umat Islam dipimpin oleh seorang raja yang
beragama Syamanisme (penyembah matahari) yaitu Khulagu Khan dan pada masa
kontemporer hilangnya kekuatan Islam sebagai negara super power. Umat Islam
terkotak-kotak, umat Islam mengalami penjajahan oleh bangsa Barat, tidak ada lagi
sistem khalifah. Aspek ekonomi setelah hancurnya Dinasti Abbasiyah umat Islam
mengalami kemiskinan dan perekonomian dikuasai oleh bangsa Barat hingga saat
ini. (Muhammad Amin, 2016)

5 Sasongko, A. (2019, Januari 25). Khalifah Dinasti Abbasiyah. Retrieved from

https://republika.co.id/berita/plvlhv313/khalifah-dinasti-abbasiyah.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah (750-1258 M) adalah melanjutkan


kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena
para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman nabi
Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah 6 bin
Muhammad bin Ali ibn Abdullah bin al-Abbass. Dia dilahirkan di
Humaimah pada tahun 104 H dan dilantik menjadi Khalifah pada tanggal
3 Rabiul awwal 132 H.
2. Corak pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah dipengaruhi oleh model
Persia. Terdapat empat bentuk negara dengan ciri-ciri khas masing-masing
sebagai berikut:
(1) Bentuk negara di masa Rasulullah Saw. (622-632 M),

(2) Bentuk negara di masa Sahabat (al-Khulafa ar-Rasyidin) (632-660


M),

(3) Bentuk negara di masa Dinasti Bani Umayyah (661-750 M) dan

(4) Dinasti Bani Abbasiyah (7 50-1258 M)


3. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad (750-1258) secara
umum dibagi atas empat periode yaitu : Periode Awal (750-847), Periode
Lanjutan (847-945), Periode Buwaihi (945-1055), dan Periode Seljuk
(1055-1258), dan tercatat sejumlah nama khalifah yang berhasil
menegakkan sistem pemerintahan Islam dengan adil dan makmur yaitu :
Abu al-Abbas Abdullah bin Muhammad as-Saffah (721-754). Ia adalah
pendiri Dinasti Abbasiyah dan menjadi khalifah pertama. 7 Berikutnya
dipimpin oleh penerusnya, seperti khalifah Abu Ja'far al-Manshur (750-

6 Nashir, Syed Mahmudun. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Remaja


Rosda Karya, 1994
7 haris, s. a. (2016, Juli). Dinasti Abbasiyah. Retrieved from

http://sitiaminiharis31.blogspot.com/2016/07/dinasti-abbasiyah.html.

13
775), Al-Mahdi (775-785), Musa al-Hadi (785-786), Harun ar-Rasyid (786-
809), Al-Amin (809-813), Al-Ma'mun (813-833), Al-Mu'tasim (833-842),
Al-Mutawakkil (847-861), Al-Muntasir (861-862), Al-Musta'in (862-866),
dan Al-Mu'tazz (866-869). Kemudian, dilanjutkan oleh Al-Muhtadi (869-
870), Al-Mu'tamid (870-892), Al-Mu'tadid (892-902), Al-Muktafi (902-
908), Al-Muqtadir (908-932), Al-Qahir (932-934), Ar-Radi (934-940), Al-
Muttaqi (940-944), Al-Mustakfi (944-946), Al-Muti (946-974), At-Ta'i
(974-991), dan Al-Qadir (991-1031). Selanjutnya, Dinasti Abbasiyah
dipimpin oleh Al-Qa'im (1031-1075), Al-Muqtadi (1075-1094), Al-
Mustazhir (1094-1118), Al-Mustarsyid (1118-1135), Ar Rasyid (1135-
1136), Al-Muqtafi (1136-1160), Al-Mustanjid (1160-1170), Al-Mustadi
(1170-1180), An-Nasir (1180-1225), Az-Zahir (1225-1226), Al-Mustansir
(1226-1242), dan terakhir Al-Musta'sim (1242-1258).
4. Masa Dinasti Abbasiyah adalah masa keemasan atau masa kejayaan umat
Islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan-
kemajuan yang berhasil diraih adalah :
1. Administratif pemerintahan dengan biro-bironya.
2. Sistem organisasi militer.
3. Administrasi wilayah pemerintahan.
4. Pertanian, perdagangan, dan industri.
5. Islamisasi pemerintahan.
6. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh) dan etika Islam,
sastra, seni, dan penerjemahan.
7. Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab),
menengah, dan perguruan tinggi; perpustakaan dan toko buku, media
tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.
5. Faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah, luasnya wilayah,
berdirinya dinasti-dinasti kecil, perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan,
persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan, gaya
hidup bersenang-senang dan faktor kehancuran Dinasti Abbasiyah yaitu:

14
Perang Salib dan serangan tentara Mongol puncak kehancuran. 8 selain itu
ada faktor lain yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah yakni:
korupsi, khalifah usia muda serta tidak memiliki kemampuan memimpin,
umat Islam meninggalkan agamanya, dan sistem pemerintahan secara turun
menurun. Namun yang paling dominan berpengaruh terhadap kemunduran
Dinasti Abbasiyah adalah karena umat Islam meninggalkan ajaran
agamanya. Kedua, dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah terhadap dunia
Islam kontemporer, yaitu aspek ilmu pengetahuan, setelah hancurnya
Abbasiyah umat Islam selalu ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan
terhadap bangsa Barat. Aspek politik, 15etika itu umat Islam dipimpin oleh
seorang raja yang beragama Syamanisme (penyembah matahari) yaitu
Khulagu Khan dan pada masa kontemporer hilangnya kekuatan Islam
sebagai negara super power. Umat Islam terkotak-kotak, umat Islam
mengalami penjajahan oleh bangsa Barat, tidak ada lagi sistem khalifah.
Keempat, Aspek ekonomi, setelah hancurnya Dinasti Abbasiyah umat Islam
mengalami kemiskinan dan perekonomian dikuasai oleh bangsa Barat
hingga saat ini. (Muhammad Amin, 2016)

8 Sasongko, A. (2019, Januari 25). Khalifah Dinasti Abbasiyah. Retrieved from

https://republika.co.id/berita/plvlhv313/khalifah-dinasti-abbasiyah.

15
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (2016). Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah Serta
Dampaknya Terhadap Dunia Islam Kontemporer. Doctoral dissertation
(UIN RADEN FATAH PALEMBANG).

haris, s. (2016, Juli 07). Dinasti Abbasiyah. Retrieved from sitiaminiharis31:


http://sitiaminiharis31.blogspot.com/2016/07/dinasti-abbasiyah.html.

Mandala, E. (2015, Agustus 16). Kemajuan Dinasti Abbasiyah. Retrieved from


pinhome: www.pinhome.id/blog/kemajuan-dinasti-abbasiyah/.

Nashir, S. (1994). Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Remaja Rosda


Karya, 246.

Sasongko, A. (2019, Januari 25). Khalifah Dinasti Abbasiyah. Retrieved from


republika: https://republika.co.id/berita/plvlhv313/khalifah-dinasti-
abbasiyah.
SOAL TANYA JAWAB

1. Kemajuan apa yang dicapai pada masa dinasti Bani Abbasiyah dalam sector
Ekonomi? -Ahmad Habibi
= Pada awal masa kepemimpinan Bani Abbasiyah perbendaharaan Negara
penuh dan berlimpah ruah, uang yang masuk lebih banyak dari pada uang
pengeluaran. Pada masa ini yang menjadi khalifah adalah Al-Mansur.
Keberhasilan dalam bidang ekonomi di dukung oleh sektor:
1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani.
2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai
membangun industri.
3. Perdagangan, para pedagang memperdagangkan hasil dari pertanian dan
industri tersebut ke wilayah kekuasaan Abbasiyah dan negara lain.
Perdagangan barang tambang juga sangat gencar, yaitu tambang emas
dari Nubia dan Sudan barat sehingga meningkatkan perekonomiannya.
2. Bagaimana keadaan Bani Abbasiyah ketika munculnya aliran-aliran sesat &
fanatisme kesukuan? -Nursyamsi Palinrungi
= Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan.
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan
mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme,
Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan
gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur
berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu
mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq
dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi,
semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat
sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata
yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan
Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.
3. Jelaskan kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-
Manshur? -Mufti Lutfi
= Kekhalifahan Abbasiyah mencapai puncaknya (the golden age of Islam)
pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid. Ia adalah khalifah kelima yang
memerintah dari tahun 786 sampai 809. Ia mendirikan Bayt al-Hikmah,
sebuah perpustakaan terbesar pada zamannya. Banyak sarjana Muslim dan
Barat yang belajar di Kota Baghdad. Beberapa proyek besar yang dihasilkan
selama pemerintahannya adalah keamanan dan kesejahteraan seluruh
rakyat, pembangunan Kota Baghdad, pembangunan sejumlah tempat
ibadah, sarana pendidikan, hingga pendirian Bayt al-Hikmah. Bayt al-
Hikmah ini berfungsi sebagai perpustakaan dan tempat penerjemahan
karya-karya intelektual Persia dan Yunani.

Anda mungkin juga menyukai