Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MASA KEKHALIFAHAN UMAR IBN KHATTAB

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu: Alimuddin, S.Pd.I.,M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 9 :


Ashraf Reza Pahlevi (90400121073)
Arinil Ichsani Rahman (90400121085)
Nabilah Ifawani (90400121068)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Masa
Kekhalifahan Umar ibn Khattab” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alimuddin, S.Pd.I., M.Pd.


selaku dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 6 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Proses Kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Khattab..................................... 3

B. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Umar Ibn Khattab ............................... 7

C. Tantangan yang Dihadapi pada Masa Umar Ibn Khattab .......................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

DARTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah


tidak dapat diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya' wa al-mursalin), tetapi
kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti
segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan "Khalifah artinya yang
menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas
Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan
hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang
selalu berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara
bergantian oleh Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman bin affan, dan Ali
ibn Abi Thalib.
Di antara empat khalifah itu, Umar ibn Khattab mempunyai
keistimewaan tersendiri. Keistimewaan Umar terletak pada kemampuannya
berfikir kreatif. Kepandaian beliau dalam memahami syari’at Islam diakui
sendiri oleh Nabi (Sunanto, 2007: 22). Hal ini menunjukkan betapa luar
biasanya Umar ibn Khattab sehingga ditunjuk sebagai khalifah yang kedua
untuk meneruskan perjuangan umat Islam setelah wafatnya Abu Bakar.
Dalam masa kepemimpinannya, Umar ibn Khattab juga
menggunakan karisma kepemimpinan yang dimilikinya. Kepemimpinan
sendiri merupakan suatu bentuk persuasif dan inspirasi dalam dakwah
bahkan seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang berpengaruh
terhadap bawahannya.
Semenjak menjadi khalifah hidup beliau sangat sederhana meski
pun kaya raya. Beliau hendak memberikan teladan yang baik bagi kaum
muslimin tentang konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan

1
oleh Rasulullah S.A.W. Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat
sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon
kurma dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga perasaan
rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang sangat kaya. Kelebihan yang
diberikan Allah kepada Umar ibn Khattab ini yang menjadikan masyarakat
kagum terhadapnya sehingga kepemimpinan beliau terkenal dengan
karismanya yang khas sebagai sosok pemimpin yang pembeda sesuai
dengan julukan yang diberikan oleh Rasulullah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses kepemimpinan khalifah Umar ibn Khattab?


2. Apa saja kemajuan yang dicapai pada masa Umar Ibn Khattab?
3. Apa saja tantangan yang dihadapi pada masa Umar Ibn Khattab?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses kepemimpinan khalifah Umar Ibn


Khattab.
2. Untuk mengetahui apa saja kemajuan yang dicapai dan tantangan yang
dihadapi Umar ibn Khattab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Khattab

Umar ibn Khattab ibn Nufail ibn Abd al-Uzza ibn Riyah ibn
Abdullah ibn Qurth ibn Razah ibn Ady ibn Ka’ab dilahirkan sebelum
munculnya matahari (sebelum waktu fajar) pada tahun ke-4. Malik ibn al-
Ash mengabarkan kelahiran seorang bayi pada pagi hari di rumah keluarga
al-Khattab yang kemudian diberi nama Umar ibn Khattab memiliki kunyah
Abu Hafsha, ibunya bernama Hintamah ibnt Hasyim ibn Mughirah ibn
Abdullah ibn Umar ibn Mahzum yang memiliki kekerabatan dengan Abu
Jahal.
Dzahabi dan an-Nawawi mengungkapkan Umar dilahirkan 13 tahun
setelah terjadinya peristiwa penyerangan oleh pasukan Abrahah yang
menggunakan tunggangan Gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Umar ibn
Khattab mengikrarkan ke-Islamannya pada tahun ke-6 dari kenabian
bertepatan dengan usianya yang ke 27 tahun, dan menjadi bagian dari
kelompok pertama (as-sabiqun al-awwalin) yang membaiat kepada Nabi
Muhammad saw dan bagi dirinya atas peristiwa itu dijanjikan surga.
Umar ibn al-Khattab adalah sosok tinggi besar, lebat bulu badannya,
rambut terurai dari kedua sisi kepalanya, berkulit putih kemerah-merahan,
berjenggot lebat, berkumis tebal dan menyemir ubannya dengan hana’
(pohon sejenis pacar). Disamping sifat-sifat fisik tersebut, Umar juga
memiliki sifat-sifat kejiwaan yang luhur, antara lain: adil, tanggung jawab,
keras dalam menyelesaikan berbagai masalah dan menghadapinya dengan
tegar dan penuh keteguhan baik masalah pribadi, negara dan agama, santun
terhadap rakyat dan sangat berwibawa, disegani, tajam firasatnya, luas
ilmunya, cerdas pemahamannya, dan masih banyak lagi.

3
Ketika Abu Bakar merasa Kematiannya telah dekat sakitnya
semakin parah, dia ingin memberikan kekhilafahan kepada seseorang yang
akan menggantikannya agar diharapkan manusia tidak banyak terlibat
konflik. 1Ketika sudah ditentukan lalu Abu Bakar bermusyawarah dengan
para shahabat yang lainnya dan disetujui. 2Maka terpilihlah Umar sebagai
Kahalifah lalu Abu Bakar membai’at Umar bin Khattab dan kemudian
diikuti Kaum muslimin. Beberapa hari setelah itu Abu Bakar meninggal.
Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari Senin, setelah
Maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga, bertepatan pada tanggal 21
Jumadil Akhir tahun 13 H, Umar bin al-Khattab menggantikan seluruh
tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai Amirul Mukminin.
Beliaulah yang pertama kali menyebut dirinya dengan gelar Amir al-
Mu’minin orang yang pertama kali memanggilnya dengan gelar tersebut
adalah Mughirah ibn Syu'bah dan ada yang berpendapat bukan Mughirah
tetapi orang lain.
Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian melakukan perundingan dengan
para sahabat guna mempertimbangkan siapa yang pantas menggantikan
dirinya menjadi khalifah. Abu Bakar mengungkapkan beberapa kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Berdasarkan masukan-masukan
yang diterima, Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian memilih Umar ibn al-
Khattab untuk menggantikannya menjadi khalifah. Abu Bakar ash-Shiddiq
pun lalu membuat bai’at yang berisi penunjukan Umar ibn al-Khattab
sebagai penggantinya, dan dengan demikian orang-orang mukmin harus
patuh terhadapnya.
Pengangkatan Umar ibn al-Khattab sebagai Khalifah merupakan
fenomena baru yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi harus
dicatat bahwa proses peralihan kepemimpinan tersebut tetap dalam bentuk
musyawarah yang tidak memakai sistem otoriter. Sebab Abu Bakar ash-

1 Ibid, Hal. 155


2 Muhammad Husain Haikal, Umar Bin Khattab, terj. Ali Audah, Jakarta: P.T. Pustaka Lintera
Antar nusa, Cet. II, 2001, Hal. 87

4
Shiddiq tetap meminta pendapat dan persetujuan dari kalangan sahabat
Muhajirin dan Ansar. Bahkan hal tersebut ia tuangkan dalam sebuah surat
wasiat.
Adapun alasan Abu Bakar ash-Shiddiq menetapkan penggantinya
sebelum wafat karena: Pertama, bila tidak ditetapkan sekarang nanti akan
banyak orang yang merasa bahwa dirinyalah yang berhak untuk menduduki
jabatan khalifah itu. Kedua, karena pengalaman pada waktu Nabi wafat
dulu, umat Islam menjadi goncang terutama kaum Muhajirin dan Anshar
disebabkan belum ada kepastian penggantinya.
Umar ibn al-Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar
asSiddiq yang sukses dalam menjalankan amanat umat dalam menjalankan
roda pemerintahan. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama
sepuluh tahun dan enam bulan, Umar ibn al-Khattab mewujudkan iklim
politik yang bagus, keteguhan prinsip, kecermelangan perencanaan;
meletakkan berbagai sistem ekonomi dan manajemen yang penting;
menggambarkan garis-garis penaklukan dengan banyak melakukan
ekspansi sehingga wilayah Islam meliputi jazirah Arab, sebagian wilayah
Romawi (Syiria, Palestina, dan Mesir), serta seluruh wilayah kerajaan
Persia termasuk Irak dengan pengaturan yang sitematis atas daerah-daerah
yang ditaklukkan; menegakkan keadilan di setiap daerah dan terhadap
semua manusia; melakukan koreksi terhadap pejabat serta memperluas
permusyawaratan. Atas keberhasilannya tersebut, orang-orang Barat
meenjuluki Umar sebagai The Saint Paul of Islam.
Kepemimpinan Umar selama menjabat sebagai Khalifah telah
dicatat dalam sejarah sebagai kepemimpinan yang sangat dibanggakan, baik
di bidang politik teritorial, sosio-ekonomi maupun sosio-kultural. Menurut
yang diriwayatkan oleh Ibnu Atsir bahwa Abdullah Ibnu Mas’ud berkata:
“Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan dan
kekhalifahan serta pemerintahannya adalah rahmat”.
Pemerintahan Umar ibn al-Khattab berlangsung dari 634-644 H,
waktu 10 tahun masa pemerintahannya dilalui dengan berbagai macam

5
ekspansi dan penaklukan ke luar willayah Semenanjung Arab. Penguasaan
Imperium Persia dan Imperium Romawi menjadi puncak dari keberhasilan
Umar ibn al-Khattab dalam memimpin Bangsa Arab, yang terpisah jauh
dengan pengaruh dari kedua imperium tersebut sejak Nabi Muhammad saw
dideklarasikan sebagai khatam al-Anbiya. Luas wilayah yang ditaklukan
oleh Umar ibn al-Khattab adalah 1.500.000 km2, dengan rincian sebagai
berikut:

1) Yarrnuk atau Wacusa, 5 Rajab, 13 H. (Sept. 634 M);

2) Pertempuran Qadisiyah, Ramadan, 14 H. (Nov. 635 M);

3) Ba'albak, 25 RabI' I, 15 H. (636 M.);

4) Hims and Qjnnasrm, ditaklukan pada 15 H. (636 M);

5) Palestine and Quds (Jerusalem) in RabI' II, 16 H. (637 M);

6) Madian, 15-16 H. (636-637 M);

7) Jazrra (Ruha, Raqqa, Nasibain, Harran, Mardien), mayoritas didiami oleh

kaum Nasrani pada 18-20 H. (639-640 M);

8) Persia: Nehavand, 19-20 H. (640 M);

9) Mesir (tidak termasuk Alexandria) 20 H. (640 M);

10)Alexandria, 21 H. (641 M);

11)Barqa (Libya), 22 H. (642 M);

12)Tripoli (Libya), 23 H. (643 M).

Wilayah Islam yang semakin meluas di bawah kepemimpinan Umar


ibn al-Khattab, menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek, terutama
berkaitan dengan ketatanegaraan, administrasi negara, keuangan dan fiskal,
pertahanan dan keamanan.

6
B. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Umar Ibn Khattab

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan


sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari
tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran
sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi
daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam
pada jaman Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang
menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di
dekat Damaskus. 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi
yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan. Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan
mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem
administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638,
ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi
hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih
mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap
hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya,


Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai
dihitung saat peristiwa hijrah.

Ada beberapa kemajuan peradaban Islam pada masa khalifah Umar


bin Khatthab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu
pengetahuan, sosial, seni, dan agama.

1) Perkembangan Politik

7
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu
‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi
yang sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke
Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar,
kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit
tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan.

Kekuasaan Islam sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia dari


tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran
sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah


propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan
Mesir. Pada masa Umar bin khatab mulai dirintis tata cara menata struktur
pemerintahan yang bercorak desentralisasi. Mulai sejak masa Umar
pemerintahan dikelola oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi.

Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka sangat


membutuhkan penataan administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar
membentuk lembaga pengadilan, dimana kekuasaan seorang hakim
(yudikatif) terlepas dari pengaruh badan pemerintahan (eksekutif). Adapun
hakim yang ditunjuk oleh Umar adalah seorang yang mempunyai reputasi
yang baik dan mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur. Zaid ibn
Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka’bah ibn Sur al-Azdi sebagai
Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi Palestina, Abdullah ibn
mas’ud sebagai Qadhi kufah.

8
Pada masa Umar ibn Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga
formal yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam.
Dimasa ini juga terbentuknya sistem atau badan kemiliteran.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi


daerah Arabia, syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah
luas maka Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan
peraturan pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

2) Perkembangan Ekonomi

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah


Umar mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan
ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan
dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk.
Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-
Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. Dan menghapuskan
zakat bagi para Mu’allaf. Ada beberapa kemajuan dibidang ekonomi antara
lain :

Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang
didapat dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu
harus tetap dalam tangan pemiliknya semula, tetapi bertalian dengan ini
diadakan pajak tanah (Al kharaj).

Semua harta rampasan perang (Ghanimah), dimasukkan kedalam


Baitul Maal Sebagai salah satu pemasukan negara untuk membantu rakyat.
Ketika itu, peran diwanul jund, sangat berarti dalam mengelola harta
tersebut.

9
3) Pemerataan zakat

Umar bin Khatab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya


dan meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada
orang-orang yang diperjinakan hatinya (al-muallafatu qulubuhum).

4) Lembaga Perpajakan

Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak


dan Syria serta Mesir sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah
pembiayaan, baik yang menyangkut biaya rutin pemerintah maupun biaya
tentara yang terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah tetangga lainnya.
Oleh karena itu, dalam kontek ini Ibnu Khadim mengatakan bahwa institusi
perpajakan merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang mengatur
pemasukan dan pengeluaran.

5) Perkembangan Pengetahuan

Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat


berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi kalau ada diantaa umat Islam
yang ingin belajar hadis harus perdi ke Madinah, ini berarti bahwa
penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan
adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai
keluar jazirah Arab, nampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam
didaerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu Umar bin Khatab
memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil
menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan Mesjid sebagai tempat
ibadah dan pendidikan.

10
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di
kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di mesjid-mesjid dan
pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan
ajaran Islam lainnya seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk Islam.

Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam


bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin
menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung
dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-
daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam. Gairah
menuntut ilmu agama Islam ini yang kemudian mendorong lahirnya
sejumlah pembidangan disiplin keagamaan.

Dengan demikian pelaksanaan pendidikan dimasa khalifah umar


bin khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada
dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan, disamping telah
ditetapkannya mesjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya
pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu
lainnya.

Pada masa Khalifah Umar ibn Khatthab ahli al-dzimmah yaitu


penduduk yang memeluk agama selain Islam dan berdiam diwilayah
kekuasaan Islam. Al-dzimmah terdiri dari pemeluk Yahudi, Nasrani dan
Majusi. Mereka mendapat perhatian, pelayanan serta perlindungan pada
masa Umar. Dengan membuat perjanjian, yang antara lain berbunyi ;

11
Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan
konsumsi bagi para tentara Muslim yang memasuki kota mereka, selama
tiga hari berturut-turut.

Pada masa Umar sangat memerhatikan keadaan sekitarnya, seperti


kaum fakir, miskin dan anak yatim piatu, juga mendapat perhatian yang
besar dari Umar ibn Khathab.

6) Perkembangan Agama

Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan


daerah kekuasaan) pertama terjadi ; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun
635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di
pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan
Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir
di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah
pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash Radhiallahu ‘anhu.
Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan
demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari
sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada
tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian,
pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar
wilayah Persia, dan Mesir. Dalam kata lain. Islam pada zaman Umar
semakin berkembang.

C. Tantangan yang Dihadapi pada Masa Umar Ibn Khattab

Tantangan pada masa kekhalifahan Umar yang terjadi salah satunya


adalah sengketa tanah. Namun Umar segera menyelesaikan masalah ini,

12
sehingga tidak terjadi sengketa tanah di antara masyarakat yang membuat
mafia tanah bermunculan.

Adapun tantangan-tantangan lainnya yaitu: Ada tuduhan-tuduhan


dari para orientalis yang benci dengan Islam lebih khususnya kepada Umar,
terjadinya bencana kelaparan yang meluas di negeri-negeri Arab dari ujung
selatan sampai ke ujung utara yang berlangsung selama sembilan bulan dan
mengakibatka hancurnya usaha pertanian, peternakan dan manusia
mengalami beban hidup yang sangat berat3, dan timbulnya wabah Amawas
yang meluas dari Syam sampai Irak, sehingga menewaskan ribuan tokoh
muslimin.4

3 Muhammad Husain Haikal, Umar Bin Khattab, Hal. 356


4 Ibid, Hal. 356-357

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

• Pemerintahan Umar ibn al-Khattab berlangsung dari 634-644 H, waktu


10 tahun masa pemerintahannya dilalui dengan berbagai macam ekspansi
dan penaklukan ke luar willayah Semenanjung Arab. Penguasaan
Imperium Persia dan Imperium Romawi menjadi puncak dari
keberhasilan Umar ibn al-Khattab dalam memimpin Bangsa Arab, yang
terpisah jauh dengan pengaruh dari kedua imperium tersebut sejak Nabi
Muhammad saw dideklarasikan sebagai khatam al-Anbiya. Luas wilayah
yang ditaklukan oleh Umar ibn al-Khattab adalah 1.500.000 km2.
• Kemajuan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khatthab
meliputi: perkembangan politik, perkembangan ekonomi, pemerataan
zakat, Lembaga perpajakan, perkembangan pengetahuan, dan
perkembangan agama.

• Tantangan yang dihadapi pada masa Umar bin Khattab, yaitu: ada
tuduhan-tuduhan dari para orientalis yang benci dengan Islam lebih
khususnya kepada Umar, terjadinya bencana kelaparan yang meluas di
negeri-negeri Arab dari ujung selatan sampai ke ujung utara yang
berlangsung selama sembilan bulan dan mengakibatka hancurnya usaha
pertanian, peternakan dan manusia mengalami beban hidup yang sangat
berat, dan timbulnya wabah Amawas yang meluas dari Syam sampai
Irak, sehingga menewaskan ribuan tokoh muslimin.

14
DARTAR PUSTAKA

Al-Akkad, Abbas Mahmoud, Keutamaan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddieq, terj:


Bustami A. Ghani dan Zainal Abidin Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang,
1978.
Al-Usairi, Ahmad, Sejarah Islam, terj. Samson Rahman, Jakarta: Akbarmedia, cet.
IX, 2011
Arianto. 2012. “Perkembangan Islam pada Zaman Khulafaur Rasyidin Abu Bakar As-
Shiddiq dan Umar bin Khattab”
http://ariantohamidi.blogspot.com/2012/05/khulafaur-rasyidin.html,
diakses pada 7 Maret 2022 pukul 22.25
Bodzest. 2011. “Makalah Masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab”,

https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/23/makalah-masa-
khalifah-abu-bakar-dan-umar-bin-khattab/, diakses pada 7 Maret 2022
pukul 18.39.
Haikal, Muhammad Husain, Abu Bakar As-siddiq, terj. Ali Audah, Jakarta: P.T.
Pustaka LiteraAntar Nusa, cet. II, 2001.
Ibnu Katsir, Al-Hafizh, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj.
Abu Ihsan Al-Atsari, Jakarta: Darul Haq, Cet. VII, 2011
Suara Rakyat Kalimantan. 2019. “Peradaban Islam Masa Khalifah Umar bin Khattab”,

https://www.suarakalimantan.com/2019/01/04/peradaban-islam-masa-
khalifah-umar-bin-khattab/, diakses pada 7 Maret 2022 pukul 22.02

15
PERTANYAAN

1. Afriyani (90400121078)
Apa jasa Umar bin Khattab yang sampai saat ini masih kita rasakan?
Jawaban:
Menetapkan kalender Hijriah yang dimulai dari hijrahnya nabi, Kembali
mengumpulkan orang shalat tarawih berjamaah dan memberikan
pandangan tentang dikumpulkannya Al-Quran dalam bentuk mushaf.

2. Mustika Aulia (90400121084)


Apa pertanyaan yang tidak bisa dijawab Umar dari pendeta Yahudi
namun bisa dijawab oleh Abu Bakar?
Jawaban:
DI kala Umar bin Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin,
pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi . "Hai Khalifah
Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan
sahabatnya, Abu Bakar ," ujar mereka kepada Khalifah. "Ya. Apa tujuan
kalian datang kepada kami?" tanya Umar. "Kami hendak menanyakan
beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban
kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama
yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika
anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil
dan Muhammad bukan seorang Nabi." "Silahkan bertanya tentang apa saja
yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.
Pendeta-pendeta itu pun, memulai pertanyaan-pertanyaannya: "Jelaskan
kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?"
"Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan
bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu
makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan
manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk
yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak
dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami
apa yang dikatakan oleh burung puyuh di saat ia sedang berkicau! Apakah
yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang
dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan
oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai
di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada
waktu ia sedang berkicau?" Baca juga: Bidadari Hitam Manis untuk Umar
Bin Khattab Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berpikir sejenak,
kemudian berkata: "Bagi Umar, jika ia menjawab 'tidak tahu' atas
pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan
suatu hal yang memalukan!'' Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu,

16
pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan,
sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang
bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!" Salman Al-Farisi
yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta
Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!" Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin
Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan,
selamatkanlah agama Islam!"
Ali bin Abu Thalib bingung, lalu bertanya: "Mengapa?" Salman kemudian
menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan
lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher)
peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib
datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil
berkata: "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu
kupanggil!" Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang
menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib berkata: "Silakan kalian
bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah SAW sudah
mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu
mempunyai seribu macam cabang ilmu!" Baca juga: Ini Pesan Khusus Ali
bin Abu Thalib Kepada Petugas Pemungut Pajak dan Zakat Pendeta-pendeta
Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum
menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat
kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-
pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya
bersedia memeluk agama kami dan beriman!" "Ya baik!" jawab mereka.
"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib. Mereka
mulai bertanya: "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-
pintu langit?" "Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik
kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia
bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat
Allah!" Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat
membuka pintu-pintu langit?" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci
itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah!" Para pendeta Yahudi itu saling pandang
di antara mereka, sambil berkata: "Orang itu benar juga!" Mereka bertanya
lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan
yang dapat berjalan bersama penghuninya!" Baca juga: Kisah Selimut
Kumal dan Kesederhaaan Ali Bin Abu Thalib "Kuburan itu ialah ikan hiu
yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi
Yunus AS dibawa keliling ketujuh samudera!" Pendeta-pendeta itu
meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk
yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu
bukan manusia dan bukan jin!" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Makhluk itu

17
ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud AS. Semut itu berkata
kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman
kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam
keadaan mereka tidak sadar!" Para pendeta Yahudi itu meneruskan
pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang
berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk
makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam.
Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim.
Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)." Dua di
antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban
serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali RA lalu mengatakan: "Kami
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul
Allah!"

3. M. Achsan Maulana (90400121095)


Sifat apa yang dimiliki Umar sehingga Abu Bakar memilihnya sebagai
khalifah?
1. Berkarakter kuat Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang
memiliki karakter tangguh dalam menegakkan kebenaran. Ia bahkan
tidak menyembunyikan keislamannya kepada para kepala suku kafir
Quraisy. Keberanian Umar bin Khattab dijelaskan dalam sebuah hadis
riwayat Ibnu Majah sebagai berikut: “Seseorang paling penyayang
terhadap umatku adalah Abu Bakar; orang yang paling teguh berpegang
pada agama Allah adalah Umar,” (H.R. Ibnu Majah).
2. Rasa tanggung jawab Umar bin Khattab memiliki rasa tanggung jawab
yang besar. Semasa memimpin, Umar bin Khattab kerap mengubah
penampilannya, menyamar menjadi rakyat jelata, dan berkeliling kota
untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Rasa tanggung jawab dari Umar
bin Khattab dijelaskan dalam sebuah riwayat sebagai berikut: “Suatu
hari Ali melihat Umar bergegas lewat. Dia bertanya ke mana dia pergi.
Umar berkata: 'Saya menangkap salah satu unta amal yang telah
melarikan diri.' Dia juga berkata: 'Jika seekor kambing hilang di tepi
[sungai] Efrat, Umar akan bertanggung jawab atasnya pada hari
kiamat',” (Riwayat Ibnu Al-Jauzi).
3. Pandai dan berpengetahuan Umar bin Khattab memiliki banyak
pengetahuan dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini dijelaskan dalam
sebuah hadis riwayat Imam Bukhari: “Ketika saya sedang tidur, saya
melihat diri saya minum [yaitu susu], dan saya sangat puas sehingga
saya melihat susu mengalir melalui kuku saya. Kemudian saya berikan
(susu) kepada Umar. Mereka (yaitu para sahabat Nabi) bertanya: 'Apa
yang Anda tafsirkan?' Dia SAW berkata: 'Pengetahuan',” (H.R. Bukhari)

18
4. Apakah gelar yang diberikan kepada Khalifah Umar bin Khattab?
"Umar bin Khattab RA juga mendapat julukan Al Faruq yang berarti
sang pembeda antara yang haq (benar) dan yang batil (salah). Gelar ini
diberikan langsung oleh Rasulullah SAW,"

5. Apa yang dimaksud dengan Al Faruq?


Nabi Muhammad SAW memberikan julukan Umar bin Khattab dengan
sebutan Al-Faruq yang artinya pembeda. Umar mampu membenakan
kebenaran dan kebatilan. Gelar Umar bin Khattab lainnya adalah Amirul
Mukminin yang berarti pemimpin orang-orang beriman. Umar bin
Khattab terkenal sebagai sosok yang keras dan pemberani.

19

Anda mungkin juga menyukai