Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Masa
Kekhalifahan Umar ibn Khattab” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
oleh Rasulullah S.A.W. Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat
sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon
kurma dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga perasaan
rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang sangat kaya. Kelebihan yang
diberikan Allah kepada Umar ibn Khattab ini yang menjadikan masyarakat
kagum terhadapnya sehingga kepemimpinan beliau terkenal dengan
karismanya yang khas sebagai sosok pemimpin yang pembeda sesuai
dengan julukan yang diberikan oleh Rasulullah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Umar ibn Khattab ibn Nufail ibn Abd al-Uzza ibn Riyah ibn
Abdullah ibn Qurth ibn Razah ibn Ady ibn Ka’ab dilahirkan sebelum
munculnya matahari (sebelum waktu fajar) pada tahun ke-4. Malik ibn al-
Ash mengabarkan kelahiran seorang bayi pada pagi hari di rumah keluarga
al-Khattab yang kemudian diberi nama Umar ibn Khattab memiliki kunyah
Abu Hafsha, ibunya bernama Hintamah ibnt Hasyim ibn Mughirah ibn
Abdullah ibn Umar ibn Mahzum yang memiliki kekerabatan dengan Abu
Jahal.
Dzahabi dan an-Nawawi mengungkapkan Umar dilahirkan 13 tahun
setelah terjadinya peristiwa penyerangan oleh pasukan Abrahah yang
menggunakan tunggangan Gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Umar ibn
Khattab mengikrarkan ke-Islamannya pada tahun ke-6 dari kenabian
bertepatan dengan usianya yang ke 27 tahun, dan menjadi bagian dari
kelompok pertama (as-sabiqun al-awwalin) yang membaiat kepada Nabi
Muhammad saw dan bagi dirinya atas peristiwa itu dijanjikan surga.
Umar ibn al-Khattab adalah sosok tinggi besar, lebat bulu badannya,
rambut terurai dari kedua sisi kepalanya, berkulit putih kemerah-merahan,
berjenggot lebat, berkumis tebal dan menyemir ubannya dengan hana’
(pohon sejenis pacar). Disamping sifat-sifat fisik tersebut, Umar juga
memiliki sifat-sifat kejiwaan yang luhur, antara lain: adil, tanggung jawab,
keras dalam menyelesaikan berbagai masalah dan menghadapinya dengan
tegar dan penuh keteguhan baik masalah pribadi, negara dan agama, santun
terhadap rakyat dan sangat berwibawa, disegani, tajam firasatnya, luas
ilmunya, cerdas pemahamannya, dan masih banyak lagi.
3
Ketika Abu Bakar merasa Kematiannya telah dekat sakitnya
semakin parah, dia ingin memberikan kekhilafahan kepada seseorang yang
akan menggantikannya agar diharapkan manusia tidak banyak terlibat
konflik. 1Ketika sudah ditentukan lalu Abu Bakar bermusyawarah dengan
para shahabat yang lainnya dan disetujui. 2Maka terpilihlah Umar sebagai
Kahalifah lalu Abu Bakar membai’at Umar bin Khattab dan kemudian
diikuti Kaum muslimin. Beberapa hari setelah itu Abu Bakar meninggal.
Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari Senin, setelah
Maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga, bertepatan pada tanggal 21
Jumadil Akhir tahun 13 H, Umar bin al-Khattab menggantikan seluruh
tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai Amirul Mukminin.
Beliaulah yang pertama kali menyebut dirinya dengan gelar Amir al-
Mu’minin orang yang pertama kali memanggilnya dengan gelar tersebut
adalah Mughirah ibn Syu'bah dan ada yang berpendapat bukan Mughirah
tetapi orang lain.
Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian melakukan perundingan dengan
para sahabat guna mempertimbangkan siapa yang pantas menggantikan
dirinya menjadi khalifah. Abu Bakar mengungkapkan beberapa kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Berdasarkan masukan-masukan
yang diterima, Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian memilih Umar ibn al-
Khattab untuk menggantikannya menjadi khalifah. Abu Bakar ash-Shiddiq
pun lalu membuat bai’at yang berisi penunjukan Umar ibn al-Khattab
sebagai penggantinya, dan dengan demikian orang-orang mukmin harus
patuh terhadapnya.
Pengangkatan Umar ibn al-Khattab sebagai Khalifah merupakan
fenomena baru yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi harus
dicatat bahwa proses peralihan kepemimpinan tersebut tetap dalam bentuk
musyawarah yang tidak memakai sistem otoriter. Sebab Abu Bakar ash-
4
Shiddiq tetap meminta pendapat dan persetujuan dari kalangan sahabat
Muhajirin dan Ansar. Bahkan hal tersebut ia tuangkan dalam sebuah surat
wasiat.
Adapun alasan Abu Bakar ash-Shiddiq menetapkan penggantinya
sebelum wafat karena: Pertama, bila tidak ditetapkan sekarang nanti akan
banyak orang yang merasa bahwa dirinyalah yang berhak untuk menduduki
jabatan khalifah itu. Kedua, karena pengalaman pada waktu Nabi wafat
dulu, umat Islam menjadi goncang terutama kaum Muhajirin dan Anshar
disebabkan belum ada kepastian penggantinya.
Umar ibn al-Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar
asSiddiq yang sukses dalam menjalankan amanat umat dalam menjalankan
roda pemerintahan. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama
sepuluh tahun dan enam bulan, Umar ibn al-Khattab mewujudkan iklim
politik yang bagus, keteguhan prinsip, kecermelangan perencanaan;
meletakkan berbagai sistem ekonomi dan manajemen yang penting;
menggambarkan garis-garis penaklukan dengan banyak melakukan
ekspansi sehingga wilayah Islam meliputi jazirah Arab, sebagian wilayah
Romawi (Syiria, Palestina, dan Mesir), serta seluruh wilayah kerajaan
Persia termasuk Irak dengan pengaturan yang sitematis atas daerah-daerah
yang ditaklukkan; menegakkan keadilan di setiap daerah dan terhadap
semua manusia; melakukan koreksi terhadap pejabat serta memperluas
permusyawaratan. Atas keberhasilannya tersebut, orang-orang Barat
meenjuluki Umar sebagai The Saint Paul of Islam.
Kepemimpinan Umar selama menjabat sebagai Khalifah telah
dicatat dalam sejarah sebagai kepemimpinan yang sangat dibanggakan, baik
di bidang politik teritorial, sosio-ekonomi maupun sosio-kultural. Menurut
yang diriwayatkan oleh Ibnu Atsir bahwa Abdullah Ibnu Mas’ud berkata:
“Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan dan
kekhalifahan serta pemerintahannya adalah rahmat”.
Pemerintahan Umar ibn al-Khattab berlangsung dari 634-644 H,
waktu 10 tahun masa pemerintahannya dilalui dengan berbagai macam
5
ekspansi dan penaklukan ke luar willayah Semenanjung Arab. Penguasaan
Imperium Persia dan Imperium Romawi menjadi puncak dari keberhasilan
Umar ibn al-Khattab dalam memimpin Bangsa Arab, yang terpisah jauh
dengan pengaruh dari kedua imperium tersebut sejak Nabi Muhammad saw
dideklarasikan sebagai khatam al-Anbiya. Luas wilayah yang ditaklukan
oleh Umar ibn al-Khattab adalah 1.500.000 km2, dengan rincian sebagai
berikut:
6
B. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Umar Ibn Khattab
1) Perkembangan Politik
7
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu
‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi
yang sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke
Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar,
kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit
tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan.
8
Pada masa Umar ibn Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga
formal yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam.
Dimasa ini juga terbentuknya sistem atau badan kemiliteran.
2) Perkembangan Ekonomi
Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang
didapat dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu
harus tetap dalam tangan pemiliknya semula, tetapi bertalian dengan ini
diadakan pajak tanah (Al kharaj).
9
3) Pemerataan zakat
4) Lembaga Perpajakan
5) Perkembangan Pengetahuan
10
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di
kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di mesjid-mesjid dan
pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan
ajaran Islam lainnya seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk Islam.
11
Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan
konsumsi bagi para tentara Muslim yang memasuki kota mereka, selama
tiga hari berturut-turut.
6) Perkembangan Agama
12
sehingga tidak terjadi sengketa tanah di antara masyarakat yang membuat
mafia tanah bermunculan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Tantangan yang dihadapi pada masa Umar bin Khattab, yaitu: ada
tuduhan-tuduhan dari para orientalis yang benci dengan Islam lebih
khususnya kepada Umar, terjadinya bencana kelaparan yang meluas di
negeri-negeri Arab dari ujung selatan sampai ke ujung utara yang
berlangsung selama sembilan bulan dan mengakibatka hancurnya usaha
pertanian, peternakan dan manusia mengalami beban hidup yang sangat
berat, dan timbulnya wabah Amawas yang meluas dari Syam sampai
Irak, sehingga menewaskan ribuan tokoh muslimin.
14
DARTAR PUSTAKA
https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/23/makalah-masa-
khalifah-abu-bakar-dan-umar-bin-khattab/, diakses pada 7 Maret 2022
pukul 18.39.
Haikal, Muhammad Husain, Abu Bakar As-siddiq, terj. Ali Audah, Jakarta: P.T.
Pustaka LiteraAntar Nusa, cet. II, 2001.
Ibnu Katsir, Al-Hafizh, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj.
Abu Ihsan Al-Atsari, Jakarta: Darul Haq, Cet. VII, 2011
Suara Rakyat Kalimantan. 2019. “Peradaban Islam Masa Khalifah Umar bin Khattab”,
https://www.suarakalimantan.com/2019/01/04/peradaban-islam-masa-
khalifah-umar-bin-khattab/, diakses pada 7 Maret 2022 pukul 22.02
15
PERTANYAAN
1. Afriyani (90400121078)
Apa jasa Umar bin Khattab yang sampai saat ini masih kita rasakan?
Jawaban:
Menetapkan kalender Hijriah yang dimulai dari hijrahnya nabi, Kembali
mengumpulkan orang shalat tarawih berjamaah dan memberikan
pandangan tentang dikumpulkannya Al-Quran dalam bentuk mushaf.
16
pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan,
sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang
bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!" Salman Al-Farisi
yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta
Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!" Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin
Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan,
selamatkanlah agama Islam!"
Ali bin Abu Thalib bingung, lalu bertanya: "Mengapa?" Salman kemudian
menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan
lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher)
peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib
datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil
berkata: "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu
kupanggil!" Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang
menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib berkata: "Silakan kalian
bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah SAW sudah
mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu
mempunyai seribu macam cabang ilmu!" Baca juga: Ini Pesan Khusus Ali
bin Abu Thalib Kepada Petugas Pemungut Pajak dan Zakat Pendeta-pendeta
Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum
menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat
kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-
pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya
bersedia memeluk agama kami dan beriman!" "Ya baik!" jawab mereka.
"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib. Mereka
mulai bertanya: "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-
pintu langit?" "Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik
kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia
bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat
Allah!" Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat
membuka pintu-pintu langit?" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci
itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah!" Para pendeta Yahudi itu saling pandang
di antara mereka, sambil berkata: "Orang itu benar juga!" Mereka bertanya
lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan
yang dapat berjalan bersama penghuninya!" Baca juga: Kisah Selimut
Kumal dan Kesederhaaan Ali Bin Abu Thalib "Kuburan itu ialah ikan hiu
yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi
Yunus AS dibawa keliling ketujuh samudera!" Pendeta-pendeta itu
meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk
yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu
bukan manusia dan bukan jin!" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Makhluk itu
17
ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud AS. Semut itu berkata
kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman
kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam
keadaan mereka tidak sadar!" Para pendeta Yahudi itu meneruskan
pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang
berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk
makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam.
Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim.
Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)." Dua di
antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban
serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali RA lalu mengatakan: "Kami
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul
Allah!"
18
4. Apakah gelar yang diberikan kepada Khalifah Umar bin Khattab?
"Umar bin Khattab RA juga mendapat julukan Al Faruq yang berarti
sang pembeda antara yang haq (benar) dan yang batil (salah). Gelar ini
diberikan langsung oleh Rasulullah SAW,"
19