Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATAB


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Chotib Amrullah, M.Ag

Disusun Oleh :

ANIVAH SARI
4103 3403 19 1003
CINDI OKTARINDI
4103 3403 19 1018

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan
kemampuan ilmu serta rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Masa Khalifah Umar Bin Khatab dengan tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkah kepada Nabi Muhammad SAW,kepada
keluarganya sahabatnya serta kepada umat nya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, karena itu
kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca sehingga dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi serta atas banyaknya kesalahan yang terdapat dalam Makalah ini Kami mohon
maaf, terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan Makalah ini.

Bandung, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................
i

DAFTAR ISI.........................................................................................................
ii.............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
1
C. Tujuan........................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN

A. Umar Bin Khattab......................................................................................


3
B. Umar Bin Khattab Memeluk Agama Islam...............................................
3
C. Proses Diangkatnya Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah........................
4
D. Masa Pemerintahan Umar Bin Khattab.....................................................
5
E. Akhir Dari Kepemimpinan Umar Bin Khattab.........................................
6

BAB 111 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................
12
B. Saran..........................................................................................................
13

DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepeninggal Rasulullah S.A.W, ada empat khalifah yang dikelompokkan dalam
Khulafaur Ar-Rasyidin yang menggantikan peran beliau menyebarkan ajaran Islam di
sebagian besar Jazirah Arab. Khalifah yang menggantikan Nabi memimpin umat
Islam, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali
bin Abi Thalib. Di antara empat khalifah itu, Umar bin Khattab mempunyai
keistimewaan tersendiri. Keistimewaan Umar terletak pada kemampuannya berpikir
kreatif. Kepandaian beliau dalam memahami syariat Islam diakui sendiri oleh Nabi.
Umar bin Khattab adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar. Umar memimpin dari
634-644 M atau 13-23 H. Leluhurnya adalah pejabat duta besar dan pedagang. Ia
kerap ikut orang tuanya berdagang ke luar negeri. Ketika menginjak dewasa, Umar
sering mengikuti lomba pacuan kuda. Keberaniannya membuat ia dijuluki Singa
Padang Pasir. Karena kecerdikannya berdiplomasi seperti moyangnya, ia juga
mendapat julukan Abu Faiz. Umar masuk Islam di usia 27 tahun. Sebelumnya, ia
memusuhi Nabi dan para pengikutnya

B. Rumusan Masalah
a. Siapa Umar bin khattab?
b. Kenapa Umar bin khattab memutuskan untuk memeluk agama islam?
c. Bagaimana proses diangkatnya Umar bin khattab sebagai khalifah kedua umat
islam ?
d. Bagaimana masa pemerintahan Umar bin khattab?
e. Bagaimana akhir dari kepemimpinan Umar bin Khattab ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui siapa itu Umar bin khattab
b. Untuk mengetahui proses Umar bin khattab memutuskan untuk memeluk agama
islam

1
c. Untuk mengetahui proses diangkatnya Umar bin khattab sebagai khalifah kedua
umat islam
d. Untuk mengetahui masa pemerintahan Umar bin khattab
e. Untuk mengetahui akhir dari kepemimpinan Umar bin Khattab

2
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Umar Bin Khattab


Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar
bin Khattab (581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad
yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Umar juga merupakan satu diantara empat
orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur
Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku
Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail
Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan
yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa
memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca
dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal
karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

B. Riwayat Masuknya Umar Pada Agama Islam


“ Ya Allah, agungkanlah Islam dengan salah satu dari dua lelaki ini : Umar bin
Khattab atau Umar Ibn Hisyam Abu Jahal”. Itulah sepenggal doa Rasulullah pada
suatu ketika.
Pada saat Islam muncul yaitu pada saat Rasulullah mengumumkan misi
kenabiannya, Umar adalah salah seorang penentang Rasulullah yang paling gigih. Dia
menganggap bahwa Islam adalah sesat dan kegilaan yang menentang kepercayaan
agama nenek moyang mereka. Sehingga dia sangat memusuhi Nabi Muhammad.
Dengan berbagai cara Umar menentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Suatu
ketika Umar mengatakan kepada orang-orang bahwa dia akan membunuh Rasulullah,
kemudian dia keluar dari rumahnya dengan membawa pedang yang terhunus tajam
dan akan menuju ke kediaman Rasulullah, tiba di tengah jalan dia bertemu adik
kandungnya Fatimah sedang duduk dibawa pohon sambil membawa mushaf dan

3
membaca sebagian dari ayat Al-Quran (surat At-Thaha). Dia bertanya kepada adiknya
“apa yang telah kamu baca”, dengan sangat ketakutan Fatimah menjawab “ayat-ayat
Al-Quran” kemudian Umar memintanya dan berkata ”sesungguhnya engkaulah yang
lebih pantas aku bunuh terlebih dahulu, ”jika kebenaran ada diantara kita apa yang
akan engkau lakukan” sahut Fatimah, berikan kertas itu padaku”, setelah Umar
membacanya, setelah dia mengetahui ayat yang ia baca sangat berkaitan pada dirinya.
Hatinya pun luluh, hatinya bergetar karena mendengar syair yang begitu indah,
kemudian dia berlari ke rumah Rasulullah dan menyatakan dia telah masuk Islam. Dia
masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian dan dia tercatat sebagai
orang yang ke 40 yang masuk Islam. Umar wafat pada hari rabu tanggal 25 Dzulhijjah
23H / 644 M. Dia dibunuh oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’luah atau
Feroz pada saat beliau menjadi imam shalat subuh. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Feroz terhadap Umar karena merasa sakit hati atas
kekalahan Persia yang pada saat itu merupakan negara adidaya..

C. Proses Pengangkatan Khalifah Umar bin al-Khattab dan Gelar “Amirul


Mukminin”

Setelah para sahabat Nabi mengangkat khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, dua
setengah tahun adalah usia kekhalifahannya. Memang, usia perjalanan pemerintahan
yang tidak lama. Cerita pengangkatan khalifah setelahnya, banyak terdapat dalam
tarikh Islam di antaranya al-Bidayah wa al-Nihayah.
Ibnu al-Atsir dalam al-Bidayah wa al-Nihayah menceritakan bahwa proses
pengangkatan pemimpin khalifah (istikhlaf) Umar bin Khatthab Ra. berbeda dengan
proses pengangkatan Abu Bakar Ra. Abu Bakar Ra. terpilih secara demokratis
melalui proses perdebatan yang cukup panjang, hingga akhirnya ia terpilih sebagai
khalifah yang sah.
Sedangkan Umar bin Khatthab Ra. diangkat melalui “penunjukan”, semacam
surat wasiat yang dititahkan oleh Abu Bakar Ra. Melalui juru tulis Usman bin Affan
Ra. Ini cukup mendefinisikan makna kata istakhlafa, yang artinya meminta untuk
menjadi khalifah, pemimpin.
Hal itu dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian politik antara umat
Islam sendiri. Beliau khawatir kalau pengangkatan itu dilakukan melalui proses
pemilihan seperti pada masanya, maka situasinya akan menjadi keruh karena

4
kemungkinan terdapat banyak kepentingan yang ada di antara mereka yang membuat
umat Islam tidak stabil, sehingga pengembangan Islam akan terhambat.
Sebelum meninggal, Khalifah Abu bakar bertanya kepada para sahabatnya
tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Beliau menanyakan hal
itu kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin Hudhair Al-Anshary,
Said bin Zaid serta sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar. Pada
umumnya mereka setuju dengan Abu Bakar dan kemudian disetujui oleh kaum
muslim secara serempak.
Ketika Abu Bakar sakit, beliau memanggil Usman bin Affah untuk menulis
wasiat yang berisi tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
Tujuannya agar ketika sepeninggal beliau tidak ada kemungkinan perselisihan di
kalangan umat Islam untuk masalah khalifah.
Badri Yatim dalam buku Sejarah Peradaban Islam menukil pandangan bahwa
keputusan Abu Bakar tersebut diterima oleh umat Islam sehingga mereka secara
beramai-ramai membaiat Umar sebagai khalifah. Dengan demikian keputusan
tersebut bukan keputusan Abu Bakar sendiri namun persetujuan umat Muslim semua.
Umar mengumumkan dirinya bukan sebagai khulafaur rasul atau pengganti rasul tapi
sebagai amirulmukminin atau pemimpin orang-orang mukmin. Umar menjabat
sebagai khalifah selama 12 tahun.
Para sejarawan Islam mencatat bahwa gelar khalifah, tidak lagi disematkan
kepada Umar bin Khattab. Pasalnya, awalnya Umar bin Khattab memilih gelar
khalifatu khalifati rasulillah (pengganti dari pengganti rasulullah). Akan tetapi, pada
satu waktu gelar tersebut diubah menjadi amirul mu’minin (pemimpin kaum
muslimin). Kata amir, kala itu sangat berkaitan dengan kata al-jays (tentara), karena
pada masa itu, ekspansi penyebaran Islam sangat massif.

D. Masa pemerintahan Umar bin Khattab


Umar menjadi khalifah menjelang wafatnya Abu Bakar. Ia diberi wasiat untuk
meneruskan kepemimpinan. Keputusan ini didukung sahabat Nabi yang lain. Sebagai
seorang khalifah, Umar dikenal tegas dan pemberani. Ia juga sangat peduli kepada
rakyatnya. Disebutkan bahwa Umar selalu berkeliling menemu rakyatnya. Ia rutin
memastikan apakah ada di antara mereka yang kelaparan, sakit, atau kesusahan.
Pada masa kekhalifahan Umar, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat.

5
Pasukannya berhasil mengalahkan dua kekuatan besar saat itu yakni Romawi di barat
dan Persia di Timur. Pada 634, tentara muslim sebanyak 46.000 orang mengalahkan
300.000 tentara Romawi di dataran Yarmuk. Di bawah Umar, ekspansi Islam dimulai.
Ibu kota Suriah, Damaskus, dikuasai pada 635. Setahun setelah kemenangan di
Yarmuk, seluruh daerah Suriah jatuh ke kekuasaan Islam. Suriah dijadikan basis.
Ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah kepemimpinan Amr in Ash. Ke Irak di bawah
kepemimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash. Ibu kota Mesir Alexandria ditaklukkan pada
641 M. Begitu pula ibu kota Persia, Al Madain yang dikuasai pada tahun 637.
Kekuasaan Islam meliputi jazirah Arab, Palestina, Suriah, sebagian Persia, dan
Mesir. Ia membagi daerah ini menjadi provinsi. Tiap provinsi ditunjuk satu gubernur.
Umar juga berjasa meletakkan dasar negara. Ia mengesahkan ketentaraan, kepolisian,
pekerja umum, hingga sistem kehakiman. Umar juga mengadakan hisbah
(pengawasan) terhadap pasar, membangun pusat pengawasan terhadap takaran atau
timbangan, dan mencetak uang negara serta mendirikan bait al-Mal. Departemen yang
dibangun antara lain Departemen Pajak dan Tanah (Diwan al Kharj) dan Departemen
Keuangan (Diwan al Mal). Kepada kelompok non muslim, Umar memberikan
kemerdekaan beragama. Salah satu peninggalannya yang abadi yakni sistem kalender
Islam atau almanak Hijriah. Sistem ini mengawali tahun di tanggal 1 Muharam, mulai
dihitung saat peristiwa hijrah.
Hal-Hal yang Telah dilakukan Umar bin Khattab
1. Perluasan wilayah
2. Perbaikan sistem pemerintahan
3. Menetapkan mata uang dan mendirikan baitul mal
4. Menetapkan kalender Islam dan lambang negara.
5. Pola kepemimpinan sosial yang baik

E. Akhir Dari Kepemimpinan Umar Bin Khattab


Beberapa hari sebelum kematiannya, Umar bin Khattab bertanya kembali
kepada Hudzaifah bin Yaman tentang orang yang disebut Rasulullah SAW termasuk
dalam golongan orang-orang munafik. Umar berkata, "Aku bersumpah kepadamu,
apakah Rasulullah SAW memasukkan aku dalam nama-nama orang munafik?"
Hudzaifah lalu menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, sudah aku katakan kepadamu

6
bahwa Rasulullah SAW tidak memasukkanmu ke dalam golongan orang-orang
munafik." Umar kemudian berkata, "Segala puji bagi Allah."
Kemudian ia menatap Hudzaifah, "Beritahukan kepadaku tentang fitnah yang
akan menenggelamkan umat!" Hudzaifah kemudian berujar, "Sesungguhnya antara
dirimu dan fitnah tersebut terdapat pintu yang menutup selama engkau hidup." Umar
lantas berkata, "Wahai Hudzaifah, apakah pintu itu akan dibuka ataukah dirobohkan?"
Hudzaifah menjawab, "Pintu itu akan dirobohkan!" Umar bin Khattab kemudian
berkata lagi, "Jikalau begitu, ia tidak akan kembali ke tempatnya." Hudzaifah
menimpali, "Benar, wahai Amirul Mukminin." Setelah itu Umar berdiri dan
menangis. Lalu orang-orang bertanya kepada Hudzaifah tentang fitnah dan pintu itu.
Hudzaifah menjawab, "Pintu itu adalah Umar. Jika Umar bin Khattab meninggal,
maka pintu fitnah itu akan dibuka."
Diantara sebagian sahabat, Mughirah bin Syu'bah memiliki seorang budak
yang bernama Fairuz yang dijuluki dengan sebutan Abu Lu'lu'ah Al-Majusi. Pada
suatu hari, Abu Lu'lu'ah mengadu kepada Amirul Mukminin bahwa uang yang
dipatok Mughirah untuk pekerjaannya sangat besar, sedangkan ia tidak mampu
membayarnya. Umar bin Khattab kemudian berkata, "Harga ini cukup, takutlah
kepada Allah dan berbuat baiklah pada tuanmu."
Abu Lu'lu'ah Al-Majusi kemudian pergi mengadukan Amirul Mukminin
kepada orang-orang bahwa ia telah berbuat adil kepada seluruh manusia kecuali
kepada dirinya. Dia berkata, "Umar telah memakan hatiku!" Dari sinilah, sebuah
konspirasi berawal, yang dipelopori oleh empat orang. Abu Lu'luah adalah salah satu
dari empat sumber konspirasi tersebut. Dua orang lainnya sebagai Majusi dan Yahudi.
Pada suatu hari tatkala Al-Faruq bersama sahabatnya, ia melihat Abu Lu'lu'ah. Lantas
Umar berkata kepadanya, "Aku telah mendengar bahwa engkau mampu membuat
penggilingan yang dapat digerakkan dengan angin." Kemudian Abu Lu'lu'ah
memandang Amirul Mukminin dan berkata, "Aku akan membuatkan untukmu
penggilingan yang bisa berbicara dengan manusia." Mendengar itu para sahabat
merasa senang.
Umar bin Khattab kemudian berkata kepada mereka, "Apakah kalian merasa
senang?" Mereka menjawab, "Ya!" Umar kemudian berkata, "Sesungguhnya ia
mengancam hendak membunuhku." Mendengar penjelasan Umar, para sahabat lalu
berkata, "Kalau begitu kita bunuh saja ia!" Umar berkata, "Apakah kita hendak

7
membunuh sesorang dengan prasangka? Demi Allah, aku tidak akan bertemu dengan
Allah sedangkan di leherku terdapat darah lantaran prasangka." Mereka berkata, "Jika
begitu kita lenyapkan saja dia." Umar berkata lagi, "Apakah aku akan berbuat zalim
terhadap seseorang dan mengeluarkannya dari dunia lantaran prasangkaku bahwa
dirinya akan membunuhku? Sekiranya Allah hendak mencabut nyawaku melalui
kedua belah tangannya, niscaya urusan Allah itu merupakan takdir yang telah
digariskan."
Suatu hari, tatkala Umar bin Khattab sedang mengimami Shalat Subuh
berjamaah di Masjid Nabi, terjadilah bencana besar itu. Allah SWT telah
mengabulkan doa Umar, yaitu dengan mencabut nyawanya di kota Rasul sebagai
syahid dengan keutamaan yang paling utama. Sebab dirinya tidak saja memperoleh
kesyahidan di kota Rasul, akan tetapi ia berada di dalam masjid, mihrab, Raudah Nabi
Muhammad SAW. Saat itu ia sedang mengerjakan Shalat Subuh dengan para sahabat.
Seorang Tabiin yang bernama Amru bin Maimun Al-Masyad menceritakan, "Ketika
aku sedang berdiri di shaf kedua, sedangkan antara dirik dan Amirul Mukminin tidak
ada seorangpun selain Abdullah bin Abbas. Ketika lampu di masjid tiba-tiba mati.
Amirul Mukminin kemudian mengankat takbir memulai shalat. Sebelum ia membaca
Al-Fatihah, seorang Majusi maju menghampirinya lalu menikamnya sebanyak enam
kali tikaman." Setelah itu, Umar berteriak, "Dia telah membunuhku." Kemudian para
sahabat menyerang Abu Lu'lu'ah dan ia pun menyerang jamaah membabi buta ke
kanan dan ke kiri. Lalu, Abdurrahman bin Auf segera menelungkupkan mantelnya ke
arah Abu Lu'lu'ah. Dengan begitu Abu Lu'lu'ah baru sadar bahwa dirinya telah
tertangkap dan tidak bisa berkutik, sehingga ia menikam dirinya sendiri dan akhirnya
ia pun mati.
Umar bin Khattab meminta Abdurrahman bin Auf untuk memimpin Shalat
Subuh. Dengan darah yang semakin deras mengalir, Umar kemudian menanyakan
Abdullah bin Umar. Maka datanglah Abdullah dan meletakkan kepala ayahnya di
pangkuannya. Lalu ayahnya berkata, "Wahai anakku, letakkan pipiku di atas tanah
semoga Allah mengasihiku, jika aku telah mati pejamkanlah mataku dan
sederhanakanlah kain kafanku. Sebab, jika aku menghadap Rabbku sedangkan Dia
ridha terhadapku, maka Dia akan mengganti kain kafan ini dengan yang lebih baik,
sedangkan jika Dia murka kepadaku, maka Dia akan melepasnya dengan keras."
Setelah itu ia pun jatuh pingsan.

8
Ketika Umar bin Khattab siuman Ibnu Abbas berkata, "Shalatlah!, wahai Amirul
Mukminin." Al-Faruq menoleh ke arahnya seraya berkata, "Aku hendak berwudhu
untuk mengerjakan shalat." Mereka kemudian membangunkan Umar untuk wudhu,
sedangkan lukanya terus mengeluarkan darah.
Setelah Umar bin Khattab selesai shalat, Ibnu Abbas berkata, "Wahai Amirul
Mukminin, orang yang mencoba membunuhmu adalah budak milik Mughirah bin
Syu'bah, yaitu Abu Lu'lu'ah." Umar bin Khattab kemudian berkata, "Segala puji bagi
Allah, bahwa dia telah menjadikanku terbunuh di tangan seorang yang tidak pernah
bersujud kepada Allah sama sekali. Semoga hal itu menjadi penuntut atasnya pada
hari akhir kelak. Apakah ia telah bersepakat dengan salah seorang dari kaum
muslimin?" Ibnu Abbas lantas keluar seraya bertanya kepada kaum muslimin, "Wahai
kaum muslimin sekalian! Apakah ada seorang diantara kalian yang bersekongkol
dengan Abu Lu'lu'ah?"
Mendengar hal itu, tangis kaum muslimin makin keras. Mereka berkata,
"Demi Allah, sungguh kami ingin menambahkan umur kami kepada Umar bin
Khattab." Kaum wanita pun berkata, "Demi Allah, kematian anak-anak kami lebih
kami sukai daripada matinya Umar bin Khattab."
Abdullah bin Abbas kemudian masuk menemui Umar bin Khattab lalu
mengusap dada Al-Faruq seraya berkata, "Wahai Amirul Mukminin, tenanglah.
Engkau telah berhukum dengan kitab Allah dan engkau telah berlaku adil kepada
sesama." Mendengar hal itu Umar tersenyum lalu berkata, "Apakah engkau bersaksi
untukku dengan hal ini pada hari kiamat kelak?" Ibnu Abbas kemudian menangis.
Umar lalu menepuk bahunya seraya berkata lagi, "Apakah engkau akan bersumpah
untukku pada hari kiamat kelak bahwa aku telah berhukum dengan kitab Allah dan
berlaku adil?" Ibnu Abbas lalu menjawab, "Aku akan bersaksi untukmu wahai Amirul
Mukminin." Ketika itu Ali bin Abu Thalib menimpali, "Dan aku akan bersaksi pula
untukmu, wahai Amirul Mukminin."
Umar bin Khattab kemudian berkata, "Lalu bagaimana dengan hutang-
hutangku? Akau takut bila menghadap Allah, sedangkan aku masih memiliki hutang."
Kemudian para sahabat menghitung semua hutang-hutangnya. setelah usai
menghitung, terbilanglah bahwa hutangnya sebanyak delapan puluh enam ribu
dirham.

9
Setelah itu, para sahabat mengumpulkan harta mereka untuk melunasi hutang-hutang
Umar bin Khattab hingga ketika ia bertemu dengan Allah, ia tidak memiliki hutang.
Sepekan setelah kematian Umar, terkumpullah harta tersebut lalu dibayarkan kepada
Khalifah Utsman bin Affan, sehinga setelah itu Umar bin Khattab telah terbebas dari
tanggungan hutang mana pun.
Pada detik-detik terakhir kematian Umar bin Khattab, ia meminta puteranya
menghadap Ummul Mukminin Aisyah ra. untuk meminta izin agar setelah
kematiannya nanti ia dikuburkan di dekat makam Nabi Muhammad SAW dan Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Ia berkata kepada puteranya, "Katakanlah kepada Aisyah ra.,
Umar meminta izin dan jangan engkau katakan Amirul Mukminin meminta izin.
Sebab aku tidak patut sebagai pemimpin bagi kaum muslimin. Dan katakan
kepadanya bahwa Umar tidak akan merasa tenang sehingga ia dikuburkan di dekat
makam kedua sahabatnya dan ia meminta izin kepadamu. Jika ia mengizinkanku,
maka segeralah datang kemari menemuiku!"
Ketika Abdullah bin Umar tiba di tempat Ummul Mukminin, ia mendapatinya
tengah menangis. Aisyah sadar, kematian Umar itu sama halnya dengan terbukanya
pintu-pintu fitnah. Ibnu Umar kemudian berkata kepadanya, "Dia meminta kepadamu
agar ia dikuburkan di dekat makam kedua sahabatnya." Mendengar hal itu Aisyah
menjawab, "Sebenarnya aku ingin agar tempat itu untukku. Jika Umar
menginginkannya, maka aku mengutamakan dirinya daripada diriku."
Setelah itu, Abdullah bin Umar kembali menemui bapaknya untuk memberi
kabar gembira. Umar bertanya kepadanya, "Apa yang ia katakan padamu wahai Ibnu
Umar?" Abdullah menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, aku beritahukan kabar
gembira untukmu bahwa ia telah mengizinkanmu." Mendengar hal itu Umar berkata,
"Alhamdulillah." Lalu ia kembali berkata, "Wahai Ibnu Umar! Jika aku telah mati
bawalah aku dan baringkanlah aku di depan pintu Aisyah lalu katakanlah bahwa
Umar meminta izin. Boleh jadi ia mengizinkanku ketika aku masih hidup karena
merasa malu kepadaku."
Sebelum Umar bin Khattab meningal, ia telah memilih enam orang diantara
para sahabat yang akan menggantikannya menjadi khalifah. Mereka adalah, Utsman
bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin
Abu Waqash dan Abdurrahman bin Auf. Ketika puteranya diusulkan menjadi salah

10
satu dari dewan syura, ia berkata, "Cukuplah satu saja keluarga Umar bin Khattab
yang akan ditanya tentang urusan manusia pada hari kiamat kelak."
Umar bin Khattab meninggal pada hari Rabu, tangal 25 Dzulhijjah. Tepatnya,
pada tahun 23 Hijriyah. Seluruh penduduk Madinah menangisi kepergiannya, dan ia
dikuburkan di dekat makam kedua sahabatnya.
Menjelang wafat, Umar menyampaikan pesan terakhir kali agar diadakan
permufakatan diantara enam sahabat untuk menentukan khalifah ketiga. Mereka
adalah Utsman Bin Affan, Ali Bin Abu Thalib, Zubair Bin Awwan, Sa’ad Bin Abu
Waqqash, Thalhah Bin Ubaidillah, dan Abdurrahman Bin Auf. Akhirnya berdasarkan
kemufakatan mereka Utsman Bin Affan yang diangkat sebagai khalifah ketiga.
Umar kemudian menyampaikan , “ada empat ragam penguasa:
1. Penguasa kuat yang mampu mengedalikan dirinya dan pegawai-pegawainya.
Ini adalah penguasa yang berjuang dijalan Allah dan tangan (kekuasaan) Allah
terhampar atas dirinya dengan rahmat-Nya.
2. Penguasa lemah yang mampu mengendalikan dirinya sendiri, tapi membiarkan
pegawai-pegawainya berbuat seenaknya karena kelemahannya. Ini adalah
penguasa yang berada ditebing jurang kebinasaan, kecuali Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepadanya.
3. Penguasa yang mampu mengendalikan pegawai-pegawainya dan membiarkan
dirinya berbuat seenaknya. Penguasa ini adalah bahaya yang
menghancurkannya.
4. Penguasa yang membiarkan dirinya sendiri dan pegawai-pegawainya berbuat
seenaknya sehingga semuanya binasa.

11
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar
bin Khattab (581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad
yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Umar juga merupakan satu diantara empat
orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur
Rasyidin).
Umar memasuki ajaran agama islam ketika Umar membaca ayat alquran yang
sedang dibaca oleh adiknya , setelah dia mengetahui ayat yang ia baca sangat
berkaitan pada dirinya. Hatinya pun luluh, hatinya bergetar karena mendengar syair
yang begitu indah, kemudian dia berlari ke rumah Rasulullah dan menyatakan dia
telah masuk Islam. Dia masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian
dan dia tercatat sebagai orang yang ke 40 yang masuk Islam.
Umar bin Khatthab Ra. diangkat melalui “penunjukan”, semacam surat wasiat
yang dititahkan oleh Abu Bakar Ra. Melalui juru tulis Usman bin Affan Ra. Ini cukup
mendefinisikan makna kata istakhlafa, yang artinya meminta untuk menjadi khalifah,
pemimpin.
Pada masa kekhalifahan Umar, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Sebagai seorang khalifah, Umar dikenal tegas dan pemberani. Ia juga sangat peduli
kepada rakyatnya. Disebutkan bahwa Umar selalu berkeliling menemui rakyatnya.
Hal-hal yang telah dilakukan Umar bin Khattab yakni perluasan wilayah, perbaikan
sistem pemerintahan, menetapkan mata uang dan mendirikan baitul mal, menetapkan
kalender Islam dan lambang negara, dan pola kepemimpinan sosial yang baik
Umar wafat pada hari rabu tanggal 25 Dzulhijjah 23H / 644 M. Dia dibunuh
oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’luah atau Feroz pada saat beliau
menjadi imam shalat subuh. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi
Feroz terhadap Umar karena merasa sakit hati atas kekalahan Persia yang pada saat
itu merupakan negara adidaya.

12
B. Saran
Setelah kita mempelajari makalah ini, semoga kita dapat meneladani sikap
kepemimpinan yang baik yang telah dicontohkan oleh khalifah kedua umat islam
yaitu umar bin khattab. Beliau adalah salah satu contoh pemimpin yang tegas dan
bijaksana dan berhukum pada alquran dan Sunnah. Inilah salah satu sikap pemimpin
yang kita harapkan agar negeri kita makmur serta mendapat berkah dan rahmat dari
Allah SWT.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Dr.Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi.1999.Sirah Nabawiyah.Jakarta :


Robbani Press.
 Http://id.wikipedia.org/wiki/Khulafaur_Rasyidin
 Https://www.facebook.com/permalink.php?
id=211336989014466&story_fbid=2113406323474
 https://kisahkisahislami.blogspot.com/2017/01/wafatnya-khalifah-umar-bin-
khattab.html

14

Anda mungkin juga menyukai