Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK 5

Kepemimpinan Umar Bin Khattab

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Politik Islam

Dosen Pengampu: Asrori S. Karni S.Ag., M.H

Disusun Oleh:
Apep Nurjaman (11200453000010)
Muhammad Syarif Kusumojati (11200453000007)
Muhammad Lazuardhien (11200453000026)
Rahmat Hidayat (11200453000046)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Kepemimpinan Umar Bin Khattab”. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menghantarkan kita dari
zaman yang gelap gulita menuju zaman yang terang benderang dalam naungan cahaya
Islam.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, kami menyadari masih terdapat
kekurangan baik segi metodeologi penulisan, susunan kalimat, tata bahasa yang
digunakan, dan juga pada materi yang disampaikan. Oleh karena itu, kami selaku penulis
dengan tangan terbuka menerima segala kritik dan saran yang diberikan oleh pembaca
untuk dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam pembuatan makalah kedepannya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Asrori S. Karni S.Ag., M.H. selaku
dosen pengampu mata kuliah Etika Politik Islam atas segala ilmu yang telah diberikan
kepada kami. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah kami ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
siapa saja yang membacanya dan dapat bermanfaat pula bagi penyusun dikemudian hari.

Tangerang Selatan, 15 Maret2023

Penulis

(Kelompok 5)

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3

A. Riwayat Hidup Umar bin Khattab ......................................................................... 3

B. Kepemimpinan Umar bin Khattab ......................................................................... 5

C. Pelajaran yang dapat diambil dari Kepemimipinan Umar bin Khattab ................. 8

BAB III .......................................................................................................................... 14


PENUTUP ..................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umar bin Khattab dilantik sebagai khalifah pada tahun 13 H atau 634 M
yang menggantikan kepemimpinan khalifah Abu Bakar (632-634). Pengangkatan
Umar menjadi khalifah berdasarkan penunjukan langsung atau wasiat dari
Khalifah Abu Bakar sebelum beliau wafat. Masa pemerintahan Umar bin Khattab
berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu mulai dari tahun 12 H/634 M hingga
tahun 23 H/644 M.1
Dalam kepemimpinan Umar Kondisi politik Islam pada masa khalifah
Umar pun dalam keadaan yang cukup stabil. Selain itu, banyak pencapaian
gemilang yang diraih, baik dalam bidang militer maupun administrasi kenegaraan.
Dalam bidang militer misalnya, kesuksesan pasukan muslimin dalam menaklukan
Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan Dinasti Sassanid serta berhasil
menaklukan Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara dan Armenia dari Kekaisaran
Romawi Timur (Byzantium).2 Sedangkan dalam bidang administrasi negara Umar
melakukan banyak penataan struktur pemerintahan, antara lain: membenahi
administrasi pemerintahan dan pendirian Bait al-Mal. Dari segi ekonomipun
terdapat kemajuan diantaranya: diadakannya pajak tanah (Al Kharaj), semua harta
rampasan perang (Ghanimah) dimasukkan kedalam Bait al-Mal yang menjadi
salah satu pemasukan negara untuk membantu rakyat, pemerataan zakat, serta
membentuk lembaga perpajakan yang mengatur pemasukan dan pengeluaran.
Selain itu, pada masa kekuasaannya, ia sangat memperhatikan keadaan sekitarnya,
seperti kaum fakir, miskin dan anak yatim piatu.

B. Rumusan Masalah

1
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hal. 99.
2
Syamsuez Salihima, Kebijakan Umar bin Khattab Dalam Pemerintahan, (Makassar: Yayasan Pendidikan,
2005), hal. 21.

1
1. Bagaimana biografi Umar bin Khattab?
2. Bagaimana kepemimpinan Umar bin Khattab?
3. Apa yang dapat dipelajari dari kepemimpinan Umar bin Khattab

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Umar bin Khattab
2. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan Umar bin Khattab
3. Dapat mengambil pelajaran dari kepemimpinan Umar bin Khattab

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Umar bin Khattab

1. Kelahiran Umar bin Khattab


Umar bin Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin
Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Adi bin Ka’ah bin Lu’ai
dilahirkan di kota mekah tiga belas tahun setelah tahun tahun Gajah.3 Umar
berasal dari suku Bani Adi yang merupakan salah satu rumpun suku Quraisy
yang menjadi suku terbesar di kota Mekkah pada saat itu. Ayahnya bernama
Khattab bin Nufail al Shimh Al Quraisyi dan ibunya bernama Hantamah binti
Hasyim yang berasal dari bani Makhzum. Keluarga Umar termasuk kedalam
golongan keluarga kelas menengah yang bisa membaca dan menulis dan jika
kita melihat pada masa itu hal tersebut merupakan sesuatu yang langka.
2. Sifat Umar bin Khattab
Umar bin Khattab merupakan orang yang adil, penyayang, cerdas,
tegas dan selalu siap membela agamanya. Kecerdasan Umar sangatlah luar
biasa dikatakan bahwa ia mampu memprakirakan hal-hal yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.4 Pada masa jahiliyyah pun ia pernah menjadi
duta untuk kabilahnya yang bertugas melerai dan mendamaikan jika terdapat
kabilah yang berselisih. Umar mendapat gelar Al-Faruq yang artinya orang
yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan dari Nabi Muhammad
‘SAW. Selain itu, Umar juga diberi ‘Abqari, sifat ini juga diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW. Sifat ini menunjukkan bahwa yang memilikinya adalah
orang yang kuat, pemberani, berjiwa pemimpin, punya banyak pengikut, dan
mampu berbicara mewakili mereka.5
Umar juga merupakan sosok yang paling tangguh dan gigih dalam
penyebaran Agama dan kebenaran, beliau menjadi salah satu sahabat yang
istimewa. Umar juga merupakan orang yang sederhana. Hal ini dapat dilihat

3
As-Suyuti, Sejarah Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), hal. 121
4
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 2, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993), hal.
38.
5
Syamsudin, Tesis: Kepemimpinan Profetik (Telaah Kepemimpinan Umar bin Khattab dan Umar bin
Abdul Aziz), (Malang, UIN Malang, 2015), hal. 82.

3
ketika ia menjabat sebagai khalifah. Disamping itu, sebagaimana yang
disebutkan oleh Mahmud al-Mishri sifat Umar bin Khattab yang paling
populer adalah ketawadhu’ kepada umat seluruhnya, ahli ibadah, dan
sederhana.6 Itulah sifat-sifat Umar bin Khattab, Amirul Mukminin yang
menorehkan keteladanan yang paling mengagungkan.
3. Masuk Islamnya Umar bin Khattab
Umar masuk Islam pada tahun ke enam kenabian. Salah satu riwayat
yang menerangkan tentang masuk Islamnya Umar berasal dari Anas bin
Malik.7 Pada suatu hari Umar mendapatkan kabar bahwa adiknya yang
bernama Fatimah telah memeluk Islam bersama dengan suaminya. Hal
tersebut membuat Umar menjadi marah dan geram. Umar langsung
mendatangi adiknya yang sedang berada dirumah. Sesampainya disana ia
meluapkan amarahnya kepada adiknya, Ia menampar Fatimah dan suaminya.
Disaat amarahnya sedang memuncak, Umar melihat sebuah lembaran yang
bertulisakn ayat Al-Qur’an. Menurut beberapa riwayat, ayat itu adalah
permulaan surat Taha. Umar kemudian mengambil lembaran tersebut dan
membacanya. Setelah membaca ayat tersebut, Umar merasakan kedamaian
dan ketenangan didalam hatinya. Lantas Ia menemui Nabi Muhammad SAW
yang saat itu sedang melaksanakan dakwah secara sembunyi-sembunyi di
rumahnya al-Arqam. Sesampainya Umar disana, para sahabat yang berada di
dalam rumah al-Arqam pun ketakutan, kecuali Hamzah bin Abdul Muttalib,
paman Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi Nabi SAW dengan tenang dan
berwibawa menerima kedatangan Umar, dan dengan sikap yang ditunjukkan
oleh Nabi tersebut Umar pun menjadi lunak dan takut. Nabi kemudian
memerintahkan Umar untuk masuk Islam. Dan seketika itu juga Umar
kemudian menyatakan masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat.8

6
amsudin, Tesis: Kepemimpinan Profetik (Telaah Kepemimpinan Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul
Aziz), (Malang, UIN Malang, 2015), hal. 84.
7
Lukmansyah, Skripsi: Studi Analisis Terhadap Kebijakan Siyasah Al-Ighraq (Dumping) Umar bin Khattab
(Suatu Pendekatan Fiqh Muamalah), (Pekanbaru, UIN SUSKA Riau, 2015), hal. 39.
8
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 2, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993), hal.
125.

4
B. Kepemimpinan Umar bin Khattab

Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah ketika pendahulunya yaitu


Abu Bakar ash-Shiddiq wafat. Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah atas
wasiat yang diberikan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dengan persetujuan dari para
tokoh sahabat seperti Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin
Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Usaid bin Khudur. Wasiat tersebut ditulis oleh
Utsman bin Affan dan dibacakan dihadapan seluruh kaum Muslimin. Dari situlah
Umar bin Khattab menjabat menjadi khalifah dengan di bai’at pada tahun 13
H/634 M.
Banyak usaha-usaha yanga telah dilakukan oleh Umar bin Khattab yang
memperkuat kedudukan agama Islam. Perundang-undangan dalam negara Islam
juga dipelopori oleh Umar bin Khattab. Ia juga membentuk badan-badan
pemerintahan, dewan-dewan negara, mengatur peradilan dan administrasi,
membentuk lembaga keuangan (bait al-mal), dan prestasi lainnya.9
Adapun beberapa prestasi yang signifikan terjadi pada masa Umar bin
Khattab ialah:
1. Perluasan wilayah
Banyak penaklukan-penaklukan penting yang telah dilakukan oleh
Umar bin Khattab selama sepuluh tahun kepemimpinannya. Pada tahun 14 H,
setahun setelah ia beruasa, Damaskus berhasil dikuasai dan masuk kedalam
wilayah kekuasaan Islam, Homs dan Balbalak pun dikuasai melalui sebuah
perjanjian, serta Basrah dan Ubullah dapat dikuasai melalui penaklukan.
Selanjutnya pada tahun 15 H seluruh wilayah Jordania dapat dikuasai
dengan melalui penaklukan, kecuali Tiberias. Pertempuran Yarmuk dan
Qadisiyah terjadi pada tahun ini. Pada tahun 16 H Ahwaz dan Mada’in dapat
dikuasai. Tahun 18 H Jundaysabur dapat dikuasai melalui sebuah perjanjian.
Edessa dan Sumaysat, Harran, dan sebagian Mesopotamia, serta Mosul dan
sekitarnya juga dikuasai pada tahun ini. Mesir yang saat itu berada dibawah
kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) berhasil ditaklukan pada

9
Abbas Mahmud Al Akkad, Abqariyatu Umar, Terj. Gazirah Abdi Ummah “Kejeniusan Umar”, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2022), Hal.. 95.

5
tahun 20 H. Wilayah Kirman, Sijistan, Makran di daerah pegunungan dan
juga Isfahan beserta daerah disekitarnya ditalkukan pada Tahun 23 H.10
2. Bidang Kemiliteran
Menurut catatan sejarah, kamp-kamp militer yang pertama kali
didirikan oleh Umar bin Khattab. Umar mendirikan pos militer di daerah
perbatasan. Umar juga mengatur bahwa seorang suami tidak diperbolehkan
pergi berjihad meninggalkan isterinya melebihi waktu 4 bulan. Umar juga
merupakan orang yang pertama kali memerintahkan panglima perang untuk
memberikan laporan secara terperinci mengenai kondisi prajurit. Umar pun
membuat buku khusus untuk mencata para prajurit dan mengatur gaji mereka
secara tetap dan tertib. Umar juga mengikutsertakan dokter, penerjemah dan
penasihat khusus untuk menyertai pasukan.11
3. Bidang administrasi negara
Umar bin Khattab merupakan tokoh awal yang meningkatkan
administrasi kenegaraan Islam. Hal tersebut dapat kita lihat dari departemen-
departemen pemerintahan yang bertujuan meningkatkan kinerja
pemerintahan Islam. Adapun upaya yang dilakukan umar untuk
meningkatkan administrasi negara antara lain:
a. Membentuk departemen logistik, yang bertugas mengatur perbekalan
untuk prajurit.
b. Pemisahan Yudikatif dengan legislatif dan eksekutif dengan mendirikan
lembaga-lembaga peradilan di daerah-daerah.
c. Pembentukan jaatan kepolisian dan jabatan pekerjaan umum untuk
menjaga keamanan dan ketertiban umum.
d. Pembentukan dua lembaga penasehat, yaitu yang membahas masalah
umum dan khusus.
e. Wilayah negara Islam dibagi menjadi 8 provinsi: Mekkah, Madinah,
Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palesina, dan Mesir. Masing-masing
provinsi dipimpin oleh Amir.

10
Siti Nur Baiti, Tesis: Konsep Pemikiran Umar Bin Khattab Tentang Siyasah Al-Ighraq (Dumping) Dalam
Perdagangan,(Semarang, UIN Walisongo, 2010), Hal. 11.
11
Ibid, 12

6
f. Mewajibkan para pekerja dan pejabat untuk melaporkan harta benda.
Tindakan ini adalah sebagai bentuk pengawasan Umar terhadap
pegawainya. Umar Menghitung kekayasaan mereka sebelum menduduki
jabatannya, hal ini sebagai antisipasi adanya manipulasi dan penggelapan
kekayaan negara.
g. Mengadakan administrasi pengukuran tanah dan membatasi jaraknya.
h. Membuat sebuah rumah untuk tamu guna menyambut para utusan.
i. Membuat tempat peristirahatan di antara negeri-negeri di jalan-jalan.
4. Bidang Ekonomi
Adapun upaya yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam bidang
ekonomi antara lain:
a. Mendirikan Baitul Mal sebagai lembaga pengelola keuangan negara.
b. Membuat pecahan uang dirham dan menentukan timbangannya.
c. Menentukan nafkah anak jalanan yang diambil dari Baitul Mal.
d. Mewajibkan Jizyah atas Ahlul Kitab sesuai dengan kemampuan
pendapatan pribadinya. Akan tetapi bagi Ahlul Kitab yang fakir dan
lemah, kewajiban ini digugurkan,
e. Membolehkan pemberian hutang dari Baitul Mal kepada siapa saja
sebagai modal untuk berdagang.
f. Membasmi penimbun makanan.
g. Orang yang pertama kali meletakkan dasar-dasar hisbah, yaitu
pengawasan terhadap perekonomian dan pengendalian moral dan pasar.
5. Prestasi-prestasi lainnya
Beberapa prestasi lain yang terjadi pada masa khalifah Umar bin
Khattab adalah:
a. Membuat penanggalan Hijriyah.
b. Mengadakan muktamar tahunan untuk bagi para panglima dan para
pemimpin untuk mengintrospeksi mereka dan mendengarkan pendapat
mereka.
c. Memperluas Masjid Nabawi.
d. Orang yang pertama mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan
Shalat Tarawih.

7
C. Pelajaran yang dapat diambil dari Kepemimipinan Umar bin Khattab

1. Memisahkan antara kepentingan pribadi dan jabatan.


Keadilan merupakan inti dari kekuasaan Umar. Umar menjamin hak
yang sama bagi setiap warga negaranya. Ia tidak memberikan hak istimewa
tertentu kepada golongan tertentu. Tidak ada istana ataupun pakaian
kebesaran, baik bagi Umar sendiri maupun bawahannya sehingga tidak ada
perbedaan antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat
dihubungi oleh rakyat.
Sikap adil dan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain
ini dapat dilihat dari pidato Umar:12

“Di mata saya, tidak ada dari kalian orang yang lebih kuat dari orang yang
lebih lemah diantara kalian, sebelum saya berikan haknya, dan tak ada orang
yang lebih lemah dari orang yang kuat sebelum saya cabut haknya.”

Dilain kesempatan Umar pernah berpidato:13


“Saya tidak pernah mengangkat pejabat-pejabat untuk menghilangkan
kesenangan kalian, untuk mencemarkan kehormatan dan untuk mengambil
harta kalian. Tetapi saya mengangkat mereka untuk mengajarkan Kitabullah
dan Sunnah Rasul-Nya. Barangsiapa diperlakukan tidak adil saya tak akan
mengizinkannya menyampaikan pengaduan kepada saya sebelum saya
menjatuhkan hukuman yang setimpal.”

Dalam konteks pemisahan kepentingan pribadi dan kepentingan


negara, terdapat prinsip bahwa pejabat negara harus memisahkan antara
kepentingan pribadi atau golongan dengan kepentingan negara atau
masyarakat pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan negara
atau masyarakat harus diutamakan, bukan kepentingan individu atau
kelompok tertentu.

12
Kemas Abdul Hai, Kontekstualisasi Etika Politik Islam Umar Bin Khattab Dalam Kehidupan
Kontemporer, (Jambi, Jurnal Ilmiah Islam Futura, 2016), hal, 57.
13
Ibid.

8
Pemisahan kepentingan pribadi dan kepentingan negara sangat
penting untuk menjaga integritas dan independensi pejabat negara dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Pejabat negara harus mampu memutuskan
kebijakan atau tindakan yang terbaik untuk kepentingan masyarakat, tanpa
memperhatikan kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

Pemisahan kepentingan pribadi dan kepentingan negara juga terkait


erat dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi. Dengan memisahkan
kepentingan pribadi atau golongan dengan kepentingan negara atau
masyarakat, pejabat negara dapat meminimalisir risiko korupsi atau
penyalahgunaan kekuasaan.

Oleh karena itu, pemisahan kepentingan pribadi dan kepentingan


negara menjadi prinsip penting dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan
merupakan salah satu pilar dalam menjaga integritas dan kredibilitas
lembaga-lembaga negara.

Sikap keras dan tegas Umar bukan saja kepada orang lain namun juga
pada keluarganya sendiri. Bahkan ketika Umar ingin melarang sesuatu
terhadap orang lain, ia terlebih dahulu menemui keluarganya dengan
mengatakan: “Kalau ada salah seorang yang melakukan sesuatu yang saya
larang, niscaya hukumannya saya lipat gandakan.”
Hal ini pernah dibuktikannya terhadap anaknya sendiri yang bernama
Abdurrahman. Anaknya yang ketika berada di Mesir minum-minum sampai
mabuk bersama Abu Sarwa’ah. Meskipun mereka sudah dihukum oleh
Gubernur Amr bin Ash dengan pukulan dan dicukur kepalanya di halaman
rumah. Namun Umar menganggap hukuman itu masih tidak adil karena tidak
dihukum sebagimana mestinya yaitu didepan umum. Maka itu Umar
mengirimkan surat kepada Amr bin Ash yang berisi kemarahan kepada Amr
bin Ash karena sudah melanggar perintah khalifah yaitu memperlakukan
hukuman kepada anaknya tidak seperti kaum muslimin yang lain. Maka Umar
memerintahkan kepada Amr bin Ash untuk mengirim anaknya dalam pakaian
lurik dengan menunggang unta, supaya perbuatan yang buruknya itu
diketahui orang. Yang kedau kalinya Umar kembali menghukum

9
Abdurrahman, anaknya untuk menjalankan pukulan dan dipenjarakan sampai
kemudian meninggal.

Kisah lain ketika Umar membentuk lembaga keuangan negara, ia


memanggil Aqil bin Abi Thalib, Makhramah bin Naufal, dan Jubair bin
Mut’im menyuruh mereka untuk mencatat orang-orang yang akan diberi
tunjangan menurut urutan kedudukan mereka. Mereka pun menulis dengan
dimulai dari Banu Hasyim, kemudian Bani Taim dari kabilah Abu Bakar,
Banu Adi dari kabilah Umar. Setelah mengetahui mengenai ketetapan itu,
Banu Adi mendatangi Umar dan berkata: “Anda pengganti Rasulullah,
mengapa tidak menempatkan diri Anda seperti yang sudah Anda kerjakan”
Umar menatap marah kepada mereka sambil menjawab: “Hebat, hebat sekali
banu Adi! Kalian mau menjadi beban bagi saya dan mau menghilangkan
semua kebaikan saya kepada kalian! Tidak, sampai nanti ada panggilan untuk
kalian, dan letakkanlah pada urutan terakhir dalam catatan itu!”14
Dari sikap adil tersebut lah Umar bin Khattab memisahkan urusan dan
kepentingan pribadi dengan kepentingan negara. Bahkan Umar lebih sering
mendahulukan kepentingan rakyat dibanding kepentingannya sendiri. Ia
dalam menjalankan tugas dan menegakkan keadilan tidak memandang bulu.
Anak maupun keluarga ia tidak pandang bulu, ketika ia salah maka ia akan
menghukumnya.
2. Menolak putranya menjadi Pelanjut
Ketika menjelang akhir hayatnya, Umar menunjuk enam orang tokoh
sahabat sebagai calon penggantinya, Keenam tokoh yang ditunjuk itu tidak
ada satupun kerabat dari Umar. Bahkan Umar berwasiat agar anaknya
Abdullah bin Umar hanya boleh menjadi saksi diantara mereka dan tidak
mempunyai hak untuk maju menjadi khalifah. Padahal Abdullah bin Umar
merupakan sosok yang zuhud, tidak gila jabatan, sama seperi Umar bin
Khattab. Suatu saat beberapa tokoh muslimin yang mendengar pesan Umar
untuk mencari penggantinya sebagai khalifah menyarankan agar Abdullah
menjadi penerusnya, “Jadikan saja Abdullah menjadi khalifah, kami akan

14
Kemas Abdul Hai, Kontekstualisasi Etika Politik Islam Umar Bin Khattab Dalam Kehidupan
Kontemporer, (Jambi, Jurnal Ilmiah Islam Futura, 2016), hal, 67.

10
menerimanya.” Kata sebagian mereka, “Tidak” jawab umar. “Tidak ada kaum
keturunan al Khattab hendak mengambil pangkat khalifah ini untuk mereka.
Abdullah tidak akan turut memperebutkan pangkat ini.” Tegasnya. Setelah
itu Umar bin Khattab menoleh ke arah putranya. “Anakku Abdullah, sekali-
kali jangan. Sekali-kali jangan engkau mengingat-ingat hendak mengambil
jabatan ini!”, “Baiklah ayah,” jawab Abdullah. Nasihat dari Umar itu dituruti
oleh Abdullah, hingga pada saat Mu’awiyah dan Ali berseteru ia tetap netral
kendati banyak yang ingin membaiatnua menjadi pemimpin.

Dalam kisah tersebut, Umar bin Khattab menunjukkan bahwa jabatan


kepemimpinan bukanlah warisan keluarga atau kepentingan pribadi, namun
harus didasarkan pada kemampuan dan keberhasilan seseorang dalam
memimpin umat. Umar menunjuk enam tokoh sahabat sebagai calon
penggantinya tanpa memandang latar belakang mereka, bahkan tidak ada
satupun dari mereka yang merupakan kerabatnya. Umar berwasiat agar
anaknya Abdullah bin Umar hanya menjadi saksi di antara para calon
penggantinya dan tidak mempunyai hak untuk maju menjadi khalifah.

Hal ini menunjukkan bahwa Umar sangat menghargai prinsip


pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan negara atau umat.
Dia memastikan bahwa orang yang terpilih sebagai penggantinya akan
mampu memimpin dengan baik, tanpa terpengaruh oleh kepentingan pribadi
atau keluarga. Umar juga menolak tawaran beberapa tokoh muslimin yang
mengusulkan agar Abdullah menjadi penerusnya, karena dia tidak ingin
tercipta kesan bahwa jabatan khalifah adalah hak warisan keluarga.

Kisah ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya


menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi atau keluarga.
Jabatan kepemimpinan harus diberikan kepada orang yang memenuhi
kualifikasi dan mampu memimpin dengan baik, bukan karena latar belakang
atau hubungan keluarga. Hal ini juga mengingatkan kita untuk tidak terjebak
dalam politik nepotisme atau politik keluarga, yang dapat mengancam
integritas dan keadilan dalam suatu sistem pemerintahan.

3. Tanggung Jawab Pada Rakyat

11
Umar merupakan pemimpin yang bertanggungjawab terhadap
rakyatnya. Bahkan ia rela menurunkan taraf hidupnya dan hidup dengan
kesederhanaan agar dapat merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya.
Kisah yang paling mahsyur adalah ketika Khalifah Umar tengah berpatroli
ditengah malam dikota Madinah bersama sahabat yang bernama Aslam.
Langkah kaki Umar terhenti di dekat sebuah tenda lusuh. Suara tngis
seorang gadis kecil mengusik perhatiannya. Khalifah Umar lantas mengajak
Aslam mendekati tenda itu dan memastikan apakah penghuninya butuh
bantuan. Setelah mendekat, khalifah Umar mendapati seorang wanita dewasa
tengah duduk di depan perapian. Wanita itu terlihat mengaduk-aduk bejana.
Setelah mengucapkan salam, Khalifah Umar meminta izin untuk
mendekat. Usai diperbolehkan oleh wanita itu, Ia pun duduk mendekat dan
bertanya apa yang terjadi. Setelah mengetahui bahwa anak dari wanita itu
kelaparan dan tengah memasak batu membuat Umar tertegun dan menitikan
air mata. Umar pun bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju Baitul
Mal untuk mengambil sakrung gandum. Tanpa memedulikan rasa lelah,
Umar mengankat sendiri karung gandum tersebut di punggungnya dan
memberikannya kepada Janda dan anaknya tersebut.
Kisah lain ketika Umar mendapatkan laporan dari seorang rakyat
jelata Mesir yang dicambuk oleh Muhammad bin Amr bin Ash, putra dari
Amr bin Ash. Suatu ketika, Muhammad bin Amr bin Ash pernah mencambuk
seorang Mesir sambil berkata: “Terimalah ini, Aku adalah anak keturunan
orang-orang mulia”. Oleh Amr orang tersebut dipenjarakan karena khawatir
akan mengadu kepada Umar. Orang tersebut melarikan diri dari penjara dan
pergi menuju madinah. Sesampainya di madinah ia mengadukan hal yang
dialaminya kepada Umar. Oleh Umar, Amr dan anaknya dipanggil dari Mesir
dan dihadapkan ke majlis qisas (sidang pengadilan pidana), dan setelah
mereka tampil Umar menyuruh orang Mesir itu untuk mencambuk anak dari
Amr bin Ash tersebut. Setelah dicambuk Umar berkata: “Putarkan cambuk
itu diatas kepala Amr yang botak, berkat kedudukannya itulah anaknya berani
memukulmu” dan kemudian sambil menoleh kepada Amr dengan sikapnya

12
yang marah Umar berkata: “Amr! Sejak kapan kamu memperbudak orang,
padahal ibunya melahirkannya sebagai orang yang merdeka!”15

Kedua kisah yang telah disebutkan menunjukkan bahwa Khalifah


Umar bin Khattab memiliki etika politik yang tinggi. Dalam kisah pertama,
Umar menunjukkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang bertanggung
jawab dan peduli terhadap rakyatnya. Ketika ia menemukan seorang wanita
dan anaknya yang kelaparan, ia tidak hanya menawarkan bantuan secara
langsung, tetapi juga pergi ke Baitul Mal untuk mengambil makanan untuk
mereka. Ini menunjukkan bahwa Umar peduli dengan kesejahteraan
rakyatnya dan siap bertindak untuk memperbaiki situasi ketika ia menemukan
kekurangan.

Sementara dalam kisah kedua, Umar menunjukkan bahwa ia adil dan


tidak memandang bulu ketika menegakkan hukum. Ketika seorang rakyat
jelata dari Mesir mengadukan tindakan kekerasan oleh Muhammad bin Amr
bin Ash, putra Amr bin Ash yang memiliki kedudukan tinggi, Umar
menegakkan keadilan dan menyuruh orang Mesir tersebut untuk mencambuk
anak Amr tersebut. Umar tidak mengambil kesempatan untuk memihak
orang-orang berkedudukan tinggi, tetapi memastikan bahwa keadilan
ditegakkan dan semua orang diperlakukan sama di depan hukum.

Kedua kisah tersebut menunjukkan bahwa Khalifah Umar memiliki


etika politik yang tinggi. Ia peduli dengan kesejahteraan rakyatnya,
bertanggung jawab dan adil dalam tindakan-tindakannya, dan tidak memihak
pada orang-orang berkedudukan tinggi. Dengan melakukan tindakan yang
tepat, Umar membangun reputasi sebagai seorang pemimpin yang baik dan
adil di mata rakyatnya. Hal ini memberikan pelajaran penting bahwa etika
politik yang baik sangat penting dalam memimpin sebuah negara atau
masyarakat yang adil dan sejahtera.

15
Kemas Abdul Hai, Kontekstualisasi Etika Politik Islam Umar Bin Khattab Dalam Kehidupan
Kontemporer, (Jambi, Jurnal Ilmiah Islam Futura, 2016), hal, 58.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Semangat Umar dalam memperjuangkan dan menegakkan nilai keadilan


dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara merupakan jiwa yang tinggi akan
kedalaman ilmu dan ketaatan keislaman Umar. Bila kita memahami seseorang
besar seperti Umar bin Khattab, maka sesungguhnya kita telah menghancurkan
sistem kekuatan semena-mena dari akar-akarnya. Sebab kita akan menemui
seorang laki-laki yang sekaligus berada pada puncuk kekerasan, puncak keadilan
dan puncak kasih sayang. Dan dalam pemahaman ini terdapat obat bagi penyakit
masa kini, yang ammpu menyembuhkan orang yang dapat diharapkan
kesembuhnya
Dari sikap kepemimpinan Umar diatas haruslah dicontoh oleh kita,
terkhusus para pejabat yang sedang menjabat sekarang. Seharusnya mereka tidak
boleh bersikap sewenang-wenang kepada rakyat. Mereka adalah abdi daripada
rakyat, sehingga sudah seharusnya mereka mendahulukan kepentingan rakyat
daripada kepentingan pribadi dan golongan mereka. Semua kebijakan yang
mereka ambil haruslah berdasarkan kepentingan rakyat secara menyeluruh, bukan
hanya segelintir golongan saja.

14
DAFTAR PUSTAKA
Al Akkad, Abbas Mahmud, Abqariyatu Umar, Terj. Gazirah Abdi Ummah “Kejeniusan
Umar”, Jakarta, Pustaka Azzam, 2022.
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, AMZAH, 2009.
As-Suyuti, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Jakarta, Lintas Pustaka, 2003
Baiti, Siti Nur, Tesis: Konsep Pemikiran Umar Bin Khattab Tentang Siyasah Al-Ighraq
(Dumping) Dalam Perdagangan, Semarang, UIN Walisongo, 2010.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 2, Jakarta, Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1993
Hai, Kemas Abdul, Kontekstualisasi Etika Politik Islam Umar Bin Khattab Dalam
Kehidupan Kontemporer, Jambi, Jurnal Ilmiah Islam Futura, 2016.
Lukmansyah, Skripsi: Studi Analisis Terhadap Kebijakan Siyasah Al-Ighraq (Dumping)
Umar bin Khattab (Suatu Pendekatan Fiqh Muamalah), Pekanbaru, UIN SUSKA
Riau, 2015.
Salihima, Syamsuez, Kebijakan Umar bin Khattab Dalam Pemerintahan, Makassar,
Yayasan Pendidikan, 2005
Syamsudin, Tesis: Kepemimpinan Profetik (Telaah Kepemimpinan Umar bin Khattab
dan Umar bin Abdul Aziz), Malang, UIN Malang, 2015

15

Anda mungkin juga menyukai