Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH UMAR IBN KHATTAB

DOSEN PENGAMPU : RAHMAT HASBI M.Pd.I

KELOMPOK 5
KELAS : C EKONOMI SYARIAH
SEMESTER : 2 (DUA)

Tsabitah Aliyah 2051010175


Maya Gita Safitri 2051010214
Shinta Rahmatika 2051010162
Leni Indriyani 2051010217

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021.
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………2

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………3

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………….4

A. Latar belakang…………………………………………………………...........4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..5
C. Tujuan Pembuatan Makalah……………………………….............................5

BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………..6
A. Proses terpilihnya Umar ibn Khattab………………………………………….6
B. Perkembangan islam masa Umar Ibn Khattab……………............................9
C. Ijtihad-Iojtihad yang dilakukan Umar di bidang hukum
islam……………………………………………………………………..…....12
D. Peran Umar Ibn Khattab dalam Perkembangan islam ke luar jazirah
Arab…..………………………………..……………………………………..14

BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………….16

A. Kesimpulan………………………………………………………………..………16

DAFTAR PUSTAKA
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada penyusun untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penyusun dapat
menyelesaikanmakalah yang berjudul Perkembangan Islam Pada Masa Umar Ibn Khattab.

Makalah Islam dan Lingkungan Hidup disusun guna memenuhi tugas Bapak Nur Sya’adi, S.E.I,
M.E. pada mata kuliah Islam dan Lingkungan Hidup di UIN Raden Intan Lampung. Selain itu,
penyusun juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Perkembangan Islam Pada Masa Umar Ibn Khattab.

Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Rahmat Hasbi M.Pd.I
selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penyusun.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, 06 April 2021

Penyusun
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan islam pada Zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat adalah
merupakan agama islam di zaman keemasan hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian islam itu
sediri dengan adanya pelaku dan aktor/faktor utamanya yaitu Rasulullah, kemudian pada zaman
selanjutnya yaitu pada zaman sahabat, terkusus pada makalah ini adalah Khalifah Umar bin
Khattab yang membawa misi peradaban yang lebih baik. Peradaban adalah konotasi positif pada
diri manusia yang berkembang secara sadar menjadi manusia yang ideal .
Pada setiap kepemimpinan islam tentunya memiliki kemajuan-kemajuan(Peradaban) yang
berbeda dan punya ide dan gagasan yang berbeda serta kebijakan-kebijakan yang berbeda pula
baik itu sebelumnya atau sesudahnya. Karena karakter dan sikap setiap pemimpin menentukan
sebuah wilayah. Umar bin khattab adalah seorang kholifah setelah Abu Bakar. Dia seorang
pemimpin yang tegas dan pemberani serta pejuang islam yang sejati.
Ketokohan seseorang mempengaruhi cara berfikir masyarakat. Dialah Umar contohnya
orang yang di takuti oleh suku quraisy karena keberaniannya. Mempunyai banyak pengikut.
Tatkala dia masuk islam , orang-orang quraisy tidak berani melarangnya atau melawannya.
Namun di balik itu semua , saat di tunjuk menjadi khalifah ia memimpin dengan adil , bijaksana ,
tegas dan sangat di segani.
Dalam sejarah sahabat Rosulullah SAW ada dua sahabat yang mempunyai karakter yang
berbeda dan berlawanan namun terjalin hubungan atau persahabatan yang kuat dan keduanya
menjadi pengawal islam dalam hidupnya yaitu Abu Bakar dan Umar bin kathab . Rasulullah
memuji Abu Bakar karena di beri kelembutan hatinya dan bijaksana, sedangkan Umar bin
Kathab di beri sifat keras , cerdas dan tegas.
5

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana proses terpilihnya Umar Ibn Khattab sebagai khalifah


2. Bagaimana perkembangan islam masa Umar Ibn Khattab
3. Mampu menjelaskan ijtihad- ijtihad yang dilakukan oleh Umar di bidang hukum
islam
4. Bagaimana peran Umar Ibn Khattab dalam perkembangan Islam ke luar jazirah Arab

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui proses terpilihnya Umar Ibn Khattab sebagai khalifah


2. Mengetahui perkembangan islam masa Umar Ibn Khattab
3. Mengetahui menjelaskan ijtihad iojtihad yang dilakukan oleh Umar di bidang hukum
islam
4. Mengetahui peran Umar Ibn Khattab dalam perkembangan Islam ke luar jazirah
Arab
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Terpilihnya Umar Ibn Khattab

Nama lengkap Umar bin Khattab adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul
Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay bin
Ghalib Al-Qursyl Al-Adawi.1 Ia lahir dari pasangan Khattab dan Hantamah binti Hasyim
bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, adalah kakak dari Abu Jahal bin
Hisyam.2 Panggilan Umar adalah Abul Hafsah dan ia dijuluki Al-Faruq.3 Nasab Umar
dan Nabi bertemu pada Ka’ab bin Lu’ay, yakni kakek ketujuh Nabi sekaligus kakek
kedelapan Umar. Sementara itu, nasab Ayah dan ibunya Umar bertemu pada Ka’ab bin
Lu’ay. Pada hari Senin tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 H/ 634 M, Abu Bakar
AsShidiq wafat, setelah itu dikuburkan pada malam itu juga. Ketika Abu Bakar sakit,
Umar yang melakukan tugas Abu Bakar sebagai imam shalat. Kemudian Abu Bakar
memerintahkan Utsman bin Affan untuk menuliskan wasiat, isi wasiat tersebut adalah
mewasiatkan jabatan khalifah kepada Umar bin Khattab.
Pengangkatan Umar bin Khattab merupakan fenomena baru yang berbeda dengan
proses pengangkatan sebelumnya dengan melewati perdebatan yang sangat keras. Umar
diangkat melalui rekomendasi atau wasiat dari khalifah sebelumnya yakni Abu Bakar.
Walaupun melalui rekomendasi tetap saja Abu Bakar memusyawarahkan keputusannya
tersebut kepada para sahabat. Sahabat yang terlibat adalah Abdul Rahman bin Auf,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Abu Bakar menanyakan kepada Abdurrahman
tentang Umar, menurut Abdurrahman, Umar adalah orang yang mempunyai pandangan
terbaik, namun Umar terlalu keras. Kemudian Abu Bakar menanyakan hal yang sama
terhadap Utsman. Menurut Utsman, Umar adalah orang yang mempunyai isi hati yang
baik dibandingkan dengan lahiriahnya dan tidak ada orang yang sepertinya di kalangan
umat Islam.
7

Selanjutnya Abu Bakar menanyakan kepada Ali, Ali berpendapat bahwa Umar
adalah orang yang keras, Abu Bakar mengatakan bahwa setelahku butuh orang yang
keras.Sementara itu, mendengar Abu Bakar akan mengangkat Umar sebagai
penggantinya, Thalhah langsung mendatangi Abu Bakar dan menyampaikan
kekecewaannya kepada Abu Bakar. Thalhah menyangsikan keputusan Abu Bakar
tersebut. Ia khawatir perilaku Umar yang kasar akan merugikan umat Islam dikemudian
hari. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Setelah ada penentangan dari Thalhah
bin Ubaidillah, Abu Bakar merasa perlu untuk bermusyawarah dengan kaumnya.
Kemudian ia datang ke mesjid dan bermusyawarah dengan orang-orang yang ada di situ.
Hasil dari musyawarah tersebut adalah kesepakatan Umat Islam untuk mengangkat Umar
sebagai pengganti dari Abu Bakar.
Setelah itu, Umar dipanggil untuk menghadap Abu Bakar. Mereka berbicara empat
mata. Kemudian Abu Bakar menyampaikan wasiat tersebut kepada Umar dan
menasihatinya. Setelah mendapatkan wasiat tersebut Umar keluar dari ruangan Abu
Bakar. Adapun isi dari wasiat tersebut adalah Umar diperintahkan untuk melanjutkan
perang di Irak dan Syam dan jangan bersikap lemah lembut dan agar berpegang teguh
pada kebenaran dalam masa kekhalifahannya, karena yang disukai Allah adalah
kebenaran. Supaya umat menjadi takut kepada Allah hendaknya tidak hanya
membacakan ayat-ayat kasih sayang tetapi juga ancaman. Jika wasiat ini dijaga tidak ada
hal gaib yang lebih disukai daripada kematian, dan kehendak Allah tidak dapat
dikalahkan.
Abu Bakar mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah, dengan
keputusan ini aku hanya menginginkan kebaikan bagi mereka. Aku mengkhawatirkan
terjadinya fitnah. Karena itu aku melakukan untuk urusan mereka ini, apa yang Engkau
lebih tahu dariku. Aku berijtihad11 dalam pendapatku ini, lalu aku menunjuk sebagai
pemimpin mereka orang yang terbaik, terkuat, serta orang yang paling tegas dan berjuang
untuk yang terbaik bagi umat.” Setelah itu Abu Bakar mengumpulkan umat Islam dan
meminta mereka untuk membaiat Umar. Umat Islam kemudian membaiat Umar dengan
penuh ketaatan. Dalam sambutan pertamanya, Umar memohon kepada Allah agar diberi
kekuatan dalam menjalankan pemerintahan.
8

Menurut Al-Baihani, Abu Bakar memilih Umar sebagai penggantinya berdasarkan


beberapa pertimbangan, yakni sebagai berikut.
A. Umar pada saat itu adalah wakil dari khalifah Abu Bakar. Ia mempunyai peran yang
sangat besar dalam pemerintahan Abu Bakar, selain itu Umar merupakan orang
kepercayaan Abu Bakar
B. Umar adalah orang yang selalu patuh akan perintah Abu Bakar. Menurut Umar apa
yang diperintahkan Abu Bakar adalah sebuah kebijakan yang tepat dan disukai Nabi.
Sehingga jiwa Abu Bakar dan Umar adalah seolah-olah satu walau berada dalam dua
jasad.
C. Umar adalah orang yang paling dipercayai Abu Bakar daripada sahabat yang lain.
Menurut Abu Bakar, Umar adalah orang yang memiliki pemikiran yang cemerlang,
keluasan ilmu, keimanan yang kuat dan sikap yang tegas, walau begitu Umar adalah
memiliki jiwa yang lembut.

Kemudian dalam pendapat lain disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
melatarbelakangi penunjukkan Umar secara langsung oleh Abu Bakar, yakni sebagai
berikut:
1. Abu Bakar mengkhawatirkan akan terjadi sebuah perpecahan di kalangan umat
Islam yang hampir terjadi pada saat pengangkatannya dahulu, jika pemilihan
diserahkan langsung kepada masyarakat.
2. Secara politis, Umar adalah suksesor Abu Bakar dalam pemilihan khalifah pada
saat itu, bisa dikatakan ada sebuah rasa balas budi atas apa yang telah dilakukan
oleh Umar terhadapnya.
3. Ada kekhawatiran Abu Bakar jika nanti yang terpilih adalah sahabat Ali, jika
Abu Bakar tidak menunjuk Umar secara langsung. Sebagaimana kita ketahui, Ali
bersama Bani Hasyim selama 75 hari tidak mau baiat kepada Abu Bakar. Mereka
masih belum menerima hasil dari peristiwa di Bani Tsaqifah. Oleh karenanya, Ali
menjadi pihak oposisi pemerintahan Abu Bakar. Hal ini terlihat ketika Ali
menolak ajakan Abu Bakar untuk memerangi kaum murtad dan orang-orang
yang tidak mau bayar zakat. Hal ini yang menyebabkan Abu Bakar segera
menunjuk Umar.
9

B. Perkembangan Islam Masa Umar Bin Khattab

Pada masa kekolifahan Umar Bin Khattab


banyak mengalami kemajuan-kemajuan islam diantaranya:

Kemajuan di bidang perluasan wilayah islam antara lain:


• Ekspedisi ke persia, di bawah pimpinan panglima Sa’ad bin Abi Waqas
dengan semangat iman dan jihad walaupun pasukannya sedikit di banding
dengan musuhnya umat islam berhasil memenangkan pertempuran dan
menguasai persia.
• Ekspedisi ke Romawi, pada tahun 13 H umat islam walaupun tentara sedikit
berhasil menguasai Romawi.
• Ekspedisi ke Mesir,jendral Amru Bin Ash berhasil menguasai seluruh
wilayah mesir pada th ke 20 H/ 640 M. Walaupun di dukung pasukan yang
sedikit.
1. Kemajuan di bidang kenegaraan,
Kholifah Umar Bin Khattab adalah sumber dari beberapa tatanan administrasi
pemerintahan, umar lah yang memulai mengatur sistem pemerintahan islam.
Baik itu maslah politik, demokrasi, administras dan pembagian daerah serta
peraturanperaturan hubungan antara pusat pemerintahan dengan daerah-
daerah. Umar juga sangat memberi perhatian.
2. Pada jiwa demokrasi baik dalam kalangan rakyat pemerintahan. Umar selalu
mengadakan musyawarah dengan tokoh tokoh baik dari Muhajirin dan
Anshar dengan rakyat dan administrator Negara untuk memecahkan masalah-
masalah umum dan kenegaraan. Kholifah Umar meletakkan prinsip-prinsip
demokratis dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan sipil yang
sempurna. Dia sendiri pernah mengucapkan bahwa “tidak ada kebaikan pada
suatu urusan yang di putuskan tidak berdasarkan musyawarah”. Hal ini
menunjukkan bahwa umar bukanlah orang yang otoriter dalam memutuskan
dalam segala sesuatu terutama yang berkaitan kepentingan orang banyak.
Umar membentuk majlis permusyawaratan yang bertugas memutuskan
10

masalah-masalah umum dan kenegaraan. Dia menempatkan dirinya sebagai


kepala operasional atau kepala Negara dengan membentuk berbagai
organisasi di bawahya antara lain:
A. Bidang organisasi politik pemerintahan :
Al Khilafah, jabatan kepala Negara Al-Wizarat, jabatan setingkat Mentri
Al-Kitabaat, sekretaris Negara.
B. Bidang Administrasi Negara
I. Membentuk Departemen (Lembaga Tinggi Negara)
Diwan al-Jundi: Badan Pertahanan keamanan Diwan al-Kharaj:
badan Keuangan(Baitul Mal) Diwan al-Qhada: Departemen
Kehakiman
II. Membentuk administrasi pemerintahan dalam negeri antara lain
membagi 8propinsi:
Madinah,Makkah,Syiria,Jazirah,Basrah,Kuffah,Mesir,dan
Palistina dengan sistim administrasi yaitu pelimpahan wewenang
dan otonomi kepada kepala pemerintah daerah yang di sebut
Amir.
C. Bidang kemiliteran: Terdiri dari pasukan kaveleri, pasukan invantri,
pasukan inteljen (pengintai), pelayanan militer. Membentuk armada laut
dan menempatkan daerah-daerah kota garis depan.
3. Bidang Sosial Kemasyarakatan
A. Mengadakan Hisbah (pengawasan terhadap pasar) dengan pengotrolan
terhadap timbangan dan takaran serta pengawasan kebersihan.
B. Menetapkan tata tertib moral, sosial dan cultural yang bercirikhas islam
termasuk menetapkan penggunaan kalender hijriyah.
C. Mendirikan Baitul Mal.
D. Menciptakan Tahun Hijriah.
4. Bidang Hukum
1. Menegakkan hukum potong tangan bagi pencuri (Al Maidah ayat 38)
tetapi umar tidak melakukannya kasus pencuri baitul mal. ada satu
riwayat yang menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang mencuri
11

baitul mal kemudin said bin abi waqqos mengirim berita kepada umar.
Dalam balasannya umar memerintahkan agar pencuri tersebut tidak
dikenakan hukum potong tangan karena, bagi Umar dia mempunyai hak
terhadap baitul mal dan lain-lain.
2. Hukum Bagi Orang yang Mabuk Umar menetapkan 80 kali cambukan
meskipun sebelumnya sudah di tegaskan bahwa hukum mabuk di cambuk
40 kali. Kebijakan umar ini di dasarkan pada bahwa mabuk adalah analog
atau seringkali berujung pada menuduh secara tidak benar (memfitnah)
orang berzina, dimana Al Qur’an telah menetapkan hukumnya 80 kali
cambukan. Umar orang pertama memaksakan hukum baru ini bagi orang
yang mabuk.
3. Pengharaman nikah mut’ah
Umar bin khattab dalam mengharamkan nikah mut’ah mempunyai
landasan dari beberapa hadist, sebagai berikut:
1. Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari salamah, dia
berkata‘Rasulullah SAW membolehkan nikah mut’ah pada perang
Authas sebanyak tiga kali, kemudian melarangnya (HR.Muslim).
2. Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari subrah Al Jahni,
bahwa dia sedang bersama Rasulullah, kemudian beliau bersabda”
sesungguhnya dulu aku pernh mengizinkan kalian untuk melakukan
nikah mut’ah. Sekarang Allah telah mengharamkannya sampai hari
kiamat. Siapa yang masih bersamanya wanita yang di nikahi secara
mut’ah, maka biarkanlah jalannya. Jangan kalian mengambil apa yang
telah kalian berikan kepada mereka (HR.Muslim).
3. Umar Bin Khattab mengharamkan nikah mut’ah tidak hanya
mendasarkan pada pendapatnya pribadi, tetapi dia mengikuti
Rasulullah. Beliau mengharamkan nikah mut’ah untuk selamanya
pada waktu pembebasan kota mekah, yaitu 8 hijriah.
12

C. Ijtihat-ijtihad yang dilakukan oleh Umar di bidang hukum islam

1. Penghapusan Pemberian Hak Zakat kepada para Muallaf dalam al Qur’an

Tidak diberikannya hak zakat kepada muallaf secara zahir bertentangan dengan al-
Qur’an surat al-Taubah ayat 60. Namun ‘Umar memandang bahwa setelah terjadi beberapa
futūḥāt al-Islamiyah pada zaman beliau, maka kondisi umat Islam cukup kuat dan eksis
bahkan menjadi sebuah kekuatan yang benar-benar diperhitungkan. Pada saat itulah beliau
memandang bahwa tak ada lagi orang yang perlu disebut sebagai muallaf, yang berkonsekuensi
tidak ada jatah untuk mereka dalam pembagian harta zakat. Menurut Saiful Bahri dalam
makalahnya yang berjudul Ijtihad ‘Umar al-Faruq (2004), tidak dijumpainya muallaf sebagai
salah satu penerima zakat bukanlah berarti menafi- kan naṣ, akan tetapi keadaan mereka yang
sudah tidak bisa dianggap muallaflah yang membuat mereka tidak mendapat bagian dari zakat.

2. Penghentian hukum Had potong tangan pada tahun Maja’ah (kelaparan)

Surat al-Maidah ayat 38 jelas menyatakan adanya hukuman ḥad potong tangan
terhadap pencuri. ‘Umar melakukan upaya takhṣīṣ terhadap ayat ini, kemudian disertai
dengan pertimbangan terhadap hal yang melatarbelakangi terjadinya kasus pencurian
tersebut,sehingga pemahaman atau penafsiran atas surat al-Maidah ayat 38 yang diperoleh ‘Umar
tidak kaku. Ayat tersebut juga tidak selalu diterapkan pada semua kasus pencurian, tetapi ada
pengecualian-pengecualian, misalnya pencurian tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi
terpaksa. Kelonggaran yang diberikan terhadap kondisi keterpaksaan (darurat) tersebut berkaitan
erat dengan usaha mewujudkan kemaslahatan yang menjadi tujuan dan esensi hukum Islam.
Dalam hal ini, bukan berarti bahwa ijtihad ‘Umar tanpa sandaran naṣ. Allah sendiri
memerintahkan untuk tidak men-jerumuskan diri kita pada kebinasaan, diperbolehkannya
memakan bangkai bila sangat terpaksa.

3. Melarang Pernikahan Laki-Laki Muslim dengan Perempuan Ahli Kitab

Berkaitan dengan pernikahan laki-laki Muslim dengan perempuan ahli


13

kitab, sebenarnya ‘Umar berpendapat bahwa halal menikah dengan perempu-an Ahli Kitab.
Namun dalam kondisi khusus ‘Umar menyatakan “sesungguh-nya perempuan-perempuan asing
itu memperdayakan dan melenakan”. Hal itu tak lain untuk menjaga stabilitas kaum Muslimin
dan eksistensi psikologis dan keseimbangan sosial mereka. Dalam bahasa ushul fikih dikenal
dengan tindakan preventif berupa sadd al-dharī’ah.Melalui beberapa contoh di atas diketahui
bahwa ‘Umar sama sekali tidak mengabaikan naṣ, namun merupakan bentuk pemahaman yang
kontekstual terhadap naṣ terkait. Selain itu beliau menempatkan maslahat sebagai sebuah
pertimbangan yang penting dalam ijtihadnya tersebut. Dalam beberapa kondisi juga
diperlihatkan bagaimana ‘Umar tidak menyetujui sesuatu yang menurutnya bertentangan
dengan naṣ. ‘Umar menolak riwayat Faṭimah binti Qāis yang meriwayatkan bahwa pada
masa Rasulullah, perempuan yang ditalak bā’in tidakkah mendapatkan nafkah dan tempat
tinggal. ‘Umar menolak riwayat ini dengan tetap berpegang teguh pada naṣ yang bersifat
umum (baik terhadap talak raj’i maupun bā’in), yaitu sebagaimana firman Allah dalam surat
alThalaq ayat 6.
Pemikiran tentang talak ini memang menuai perbedaan di kalangan ulama.Dalam
hal ini nampak bahwa ‘Umar merasa tidak setuju dengan pendapat Faṭimah binti Qais yang
terlihat tidak sesuai dengan naṣ.Namun demikian Umar tidak berani menganggap bahwa
Faṭimah binti Qāis ber-bohong.Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diketahui bahwa
dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan permasalahan sosial, ‘Umar terlebih
dahulu mempertimbangkan kasus-kasus serupa pada masa Rasulullah beserta metode
penyelesaiannya, dalam konteks sosial historis.Oleh sebab itu,ketika menjadikan ayat-ayat
syari’at sebagai landasan dalam pengambilan keputusan,beliau sering mengaitkannya dengan
kondisi masyarakat dan waktu diturunkannya ayat tersebut, sehingga maslahat yang dihasilkan
pun sesuai dengan jiwa sunnah.Selain itu, secara umum dapat dikatakan bahwa ‘Umar dalam
praktik ijtihadnya menggunakan metode penarikan keputusan berdasarkan kesamaan kondisi
yang dikenal dengan istilah qiyās.
14

D. Bagaimana peran Umar Ibn Khattab dalam perkembangan Islam ke luar


jazirah Arab

Selama kurang lebih 10 tahun masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Islam
berhasil memperluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab melalui berbagai
penaklukan yang dilakukan oleh pasukan-pasukan Muslim di bawah komando Khalifah Umar.
Menurut berbagai catatan sejarah, Umar bin Khattab berhasil membebaskan banyak wilayah
yang sebelumnya dikuasai oleh Imperium Romawi dan Persia. Segala bentuk tindakan yang
dilakukan oleh pemerintahan Umar untuk menghadapi dua kekuatan besar itu, bukan hanya
berdasarkan atas kepentingan agama saja, melainkan ada kepentingan politik yang harus
dilakukan untuk proses penyebaran pengaruh Islam. Terdapat beberapa faktor yang
melatarbelakangi munculnya konflik antara umat Islam dengan bangsa Romawi dan Persia, yang
pada akhirnya mendorong umat Muslim melakukan serangkaian penaklukan pada wilayah-
wilayah kekuasaan bangsa Persia dan Romawi. Pertama, bangsa Romawi dan Persia menunjukan
sikap tidak hormat terhadap niat baik umat Islam untuk menjalin sebuah hubungan kenegaraan.
Kedua, ketika Islam berada pada keadaan yang lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha
menaklukan wilayah-wilayah Islam melalui serangkaian peperangan. Ketiga, bangsa Romawi
dan Persia yang terkenal memiliki daerah yang subur tidak bersedia menjalin hubungan dagang
dengan negara-negara Arab. Keempat, letak geografis Romawi dan Persia sangat strategis untuk
kepentingan keamanan dan pertahanan wilayah Islam.
Tindakan pertama yang dilakukan oleh Khalifah Umar ketika menghadapi kekuatan
bangsa Romawi dan Persia adalah mengutus Saad bin Abi Waqqas untuk menaklukan wilayah
Persia dan menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai pengganti Khalid bin Walid untuk mengisi
posisi panglima tertinggi pasukan Muslim yang sedang menghadapi pasukan Romawi di Syria.
Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqas kemudian berangkat dari Madinah
menuju Irak yang sedang dikuasi oleh bangsa Persia. Pasukan Muslim itu berhasil menerobos
masuk dan terjadi pertempuran yang sangat hebat. Pasukan Persia berhasil dipukul mundur oleh
pasukan Islam yang dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqas pada 635 M.Pada 637 M, pasukan
Persia melancarkan serangan di wilayah Jakilah sebagai bentuk balasan dari kekalahan
sebelumnya. Namun pasukan Persia tidak dapat menandingi kekuatan pasukan Muslim sehingga
15

kembali terdesak, bahkan kota Hulwan yang menjadi basis kekuatan mereka dapat dikuasai oleh
pasukan Muslim.
Pada 642 M terjadi pertempuran di wilayah Nahawan, pasukan Persia kembali dapat
dikalahkan. Dengan ditaklukannya wilayah Nahawan, maka seluruh wilayah kekuasaan bangsa
Perisa dapat kuasai oleh umat Muslim dan berada di bawah pemerintahan Khalifah Umar. Pada
635 M, kota Damaskus, yang menjadi salah satu pusat kekuatan Romawi di Syria berhasil jatuh
ke tangan pasukan Muslim pimpinan Abu Ubaidah. Pasukan Romawi kemudian melancarkan
serangan balasan dengan kekuatan yang sangat besar, namun tidak dapat mengalahkan pasukan
Abu Ubaidah yang dengan sangat baik mampu menahan serangan tersebut. Pada 642, wilayah
Mesir dapat dikuasai sepenuhnya oleh pasukan Muslim setelah Alexandria berhasil ditaklukan.
Dengan demikian, dua kekuatan besar yang berkuasa ketika itu, yaitu Persia dan Romawi dapat
ditaklukan oleh kekuatan pasukan Muslim masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Hal tersebut
sangat berpengaruh pada perkembangan Islam di masa selanjutnya.
16

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Umar Bin Khattab adalah salah satu sosok sahabat nabi yang cerdas, implikasi yang konkrit, saat
di angkat menjadi kholifah kedua. Umar memahami ayat-ayat hokum tidak tekstual namun
melakukan upaya kontekstualisasi dalam memahami ajaran islam dan mengambil makna esensial
yang menitikberatkan pada aspek maslahah. Banyak kebijakan dari hasil ijtihad pada masa
kepemimpinannya yang di anggap kontraversial terutama pada bidang hokum. Bidang
pemerintahan Umar adalah sosok pembaharu dan pelopor dalam aspek managemen dan
administrasi yang menjadi sumber inspirasi bagi sistim pemerintahan umat islam dan bangsa di
dunia ini.
17

DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/304343035_IJTIHAD_%27UMAR_IBN_AL-
KHATTAB_DALAM_PERSPEKTIF_HUKUM_PROGRESIF
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/perluasan-kekuasaan-islam-masa-
pemerintahan-khalifah-umar-ibn-al-khaththab
: http://strata2.blogspot.com/2016/01/peradaban-islam-pada-masakhalifah-umar.html
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21413315031.pdf

Anda mungkin juga menyukai