Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONTRUKSI SOSIAL DAN KEPEMIMPINAN MASA UTSMAN BIN AFFAN


DAN ALI BIN ABI THALIB
Dosen Pengampu : Dra.Siti Masykuroh,M.Sos.I

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3 :
1. MUSTAKIM (21610100
2. SELI ANJANI (21610100
3. ITSNA ROHMATILLAH (2161010024)

FAKULTAS ADAB,PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan manusia akal
sehingga dapat terus mempelajari ciptaanNya,juga yang telah memberikna
kesehatan kepada kita semua sehingga kelompok kami khususnya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Shalawat beriring salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,sebagai pemimpin
sekaligus uswatun hasanah bagi seluruh umat manusia,semoga kita diakui sebagai
ummatnya.
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Sejarah peradaban Islam , dan judul makalah ini adalah “Konstruk sosial dan
kepemimpinan Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib”. Selain untuk memenuhi
tugas,makalah ini kami buat sebagai bahan bacaan untuk teman-teman sekalian dan
dapat bermanfaat kedepannya.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan kami
juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.

Bandar Lampung,25 maret 2022

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Seperti yang kita ketahui bersama,bahwa pemimpin umat Islam setelah


wafatnya baginda Nabi Muhammad SAW adalah ke empat sahabatnya yang juga
kita sebut sebagai khulafahur Rasyidin,mereka adalah Abu Bakar Ash-
Shiddiq,Umar Bin Khattab,Utsman Bin Affan,dan Ali bin Abi thalib.ke empat
sahabt Rasul inlah yang secara bergantian memimpin umat islam speninggal
Rasulullah SAW.

Dalam perjalanan nya tentu banyak kesulitan dan tantangan yang di


alami oleh setiap khalifah yang meimpin,mulai dari permasalahan internal
maupun eksternal.setelah sebelumnya membahas mengenai kepemimpinan dan
kondisi social di masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar Bin Khattab
dengan segala kehebatan dan keberhasilannya di berbagai segi,maka kali ini
kami akan menyuguhkan mengenai kepemimpan dan kondisi social di masa
kepemimpinan khalifah Utsman Bin Affan dan khalifah Alli Bin Abi
Thalib.Bagaimana kondisi umat Islam saat itu yang mulai menurun kualitas
nya,dan bagaimana mereka bisa terbagi menjadi kubu-kubu dan akhirnya
terpecah.
2. Rumusan Masalah
A. Siapakah Utsman Bin Affan,dan bagaimana kepemimpinan nya saat
menjadi khalifah?
B. Bagaimana kondisi social pada masa kepemimpinan khalifah Utsman
Bin Affan?
C. Siapakah Ali Bin Abi Thalib,dan bagaimana kepemimpinan nya saat
menjadi khalifah?
D. Bagaimana kondisi social pda masa kepemimpinan khalifah Ali Bin Abi
Thalib?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan


Utsman Bin Affan adalah khalifah ke tiga bagi ummat Islam,setelah sebelumnya
Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar Bin Khattab.Utsman Bin Affan merupakan sahabat
sekaligus juga meantu Rasulullah SAW,karena beliau menikah dengan dua putri Rasul
SAW,yaitu ummu kultsum dan Ruqayyah.khalifah Utsman Bin Affan merupakan
keturunan dari Bani Umayyah,yang meruapakn bagian dari suku Quraisy yang
ternama.Utsman sendiri lahir di taif pada 579 Masehi atau 42 Sebelum Hijriah.

Pada masa peralihan kepemimpinan dari khalifah Abu Bakar kepada khalifah
Umar Bin Khattab,beliau menunjuk secara langsung.berbeda dengan khalifah
Utsman,saat masih hidup khalifah Umar sudah membentuk sebuah dewan formatur
yang terdiri atas enam orang, yakni Utsman Bin Affan,Ali Bin Abi Thalib,Zubair bin
Al-Awwam,Talhah Bin Abdullah,Said Bin Abi Waqash,dan Abdurrahman Bin
Auf.diantara Dewan formatur inilah mereka harus memilih satu diantara mereka,dan
tentu mereka tidak melakukannya secara asal-asalan atau secara acak,banyak
pertimbangan yang harus dilakukan,di antaranya adalah, Pertama, jika setiap calon
memperoleh suara imbang, maka mereka harus meminta masukan dan dukungan dari
Abdullah Bin Umar terhadap salah satu calon. Jika tidak diterima, mereka bisa meminta
pendapat dukungan Abdurrahman Bin Awf. Jika ada yang menolak keputusan yang
diambil, maka akan dihukum penggal.

Setelah wafat nya Umar Bin Khattab,dewan formatur segera berkumpul dan
berdikusi dan mengadakan siding mengenai siapa yang akan di baiat menjadi Khalifah
selanjutnya,siding itu dipimpin oleh Abdurrahman Bin Awf.terdapat dua kandidat kuat
saat itu,yaitu Utsman Bin Affan dan juga Ali Bin Abi Thalib,terjadi sedikit perdebatan
saat itu,namuan pada akhirnya Abdurrahman Bin Awf dengan tegas membaiat Utsman
Bin Affan sebagai khalifah ke tiga atau khalifah selanjutnya.Utsman Bin Affan di baiat
tepat pada bulan November 644 Masehi atau Muharram 24 Hijriah,saat itu beliau
berusia 65 tahun,dan nantinya akan menjalan kan pemerintahannya selama 12 tahun
lamanya.

Selama menjadi Khalifah terdapat beberapa kebijakan yang diterapkan Oleh KHalifah
Utsman Bin Affan,yaitu:
1. Pembukuan dan kodifikasi Al Quran.

Pembukuan dan pengkodifikasian mushaf AlQuran merupakan salah satu


kebijakan yang sangat di kenal di masa kekhalifahan Utsman Bin Affan.seiring
dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam ke luar mekkah dan madinah turut serta
menjadikan cara pembacaan Al Quran yang makin beragam, Setiap daerah memiliki
bacaan sebagaimana diajarkan oleh sahabat Nabi yang diutus ke daerah masing-
masing. Misalnya, penduduk Syam membaca Alquran mengikuti bacaan Ubay Bin
Ka’ab,dan kaum Muslim Bashrah mengikuti bacaan Abu Musa Al asy’ari.

Dengan meluasnya wilayahb kekuasaan islam maka semakin banyak jenis


bacaan al quran yang berbeda disetiap wilayah,dan terkadang banyak ditemui
kebanyakan dari mereka membcakannya dengan kurang tepat atau tidak sesuai
dengan hukum yang ada.tak hanya itu,bahkan kerap kali beberapa di antara mereka
saling mngkafirkan satu sama lain dikarenakan bacaan al quran mereka yang tidak
sama.kemudian hal ini diketahuai oleh salah satu sahabat bernama huzaifah bin
yaman,dan beliaupun mengadukan masalah ini kepada sang khalifah yaitu Utsman
Bin Affan.
Setelah melalui diskusi dengan para sahabat,dan mengutus 4 orang sahabat yang
dinilai paling baik hafalan dan bacaan al qur’an nya yaitu Zaid Bin Sabit,Abdullah
Bin Zubayr,Said Bin ‘As,dan Abdurrahman Bin Hisyam.Utsman kemudian
meminjam sebuah Mushaf yang berada di tangan Hafsah Binti Umar,dimana mushaf
tersebut adalah mushaf yang di tulis pada semasa Khalifah Abu bakar masih
hidup,lalu menugaskan ke empat sahabta yang telah dii tunjuk untuk menyalin dan
menyebarkannya keseluruh wilayah kekuasan islam.dan membakar mushaf lain
yang beredar.

Jika kita pahami secara sekilas maka kita akan bertanya Tanya apakah
perbedaan antara kebijakan Utsman dan Abu Bakar?keduanya sama-sama
membukukan Al-Qur’an.jika Abu Bakar saat itu membukukan Al Qur’an karena
adanya ke khawatiran karena saat itu para huffadz banyak yang gugur,dan beliau
tidak ingin Al Quran itu juga ikut gugur.namun saat Kekhalifahan Utsman Bin
Affan,beliau membukukan dan menyeragamkan seluruh mushaf karena adanya
kekhawatiran perbedaan pembacaan Al Quran di setiap wilayah dan sikap kaum
muslim yang tak jarang saling mengkafirkan satu sama lain karena perbedaan itu.

2. Perluasan Wilayah kekuasaan Islam

Pada masa khalifah Utsman beberapa perluasan wilayah saat itu mencakup
antara lain Kabul, Ghaznah, Balkan, Turkistan, Khurasan, Naisabur, Thus, Asia
Kecil, Cyprus, Tripoli, dan sebagian wilayah Afrika Utara.

3. Memerangi kelompok-kleompok pemberontak.

Setelah di baiat menjadi khalifah yang baru,Utsman pun mulai mengganti jabatan
kepala-kepala wilayah yang lama dengan kepala-kepala wilayah atau gubernur yang
baru,tindakan ini memang harus dilakukan oleh Khalifah untuk menyegarkan kembali
kepemimpinan yang ada,namun yang menjadi persoalan kala itu,Utsman banyak
mengambil kepala-kepala wilayah dari kalangan kerabatnya,dan itu mulai menimbulkan
adanya kecurigaan ummat bahwa Utsman melakukan Nepotisme,dan tentu ini membuat
kaum atau kelomok-kelompok pembencinya menjadi tergerak untuk semakin mengadu
domba dan menimbulkan pemberontakan.
Pemberian kekuasaan kepada kerabat-kerabatnya sendiri juga menjadi boomerang
bagi Utsman Bin Affan,karena ternyata tak jarang dari kerabat nya yang sudah
diberikan amanah kemudian tidak menjalankannya dnegan baik.hal inipun menuai
banyak kecaman dari ummat yang merasa tidak puas degan pemerintahan yang
dijalankan oleh Khalifah Utsman.yang pada akhirnya nanti kelompok-kelompok yang
tidak puas inilah yang mengakibatkan kematian sang Khalifah Utsman Bin Affan.

B. kondisi sosial pada masa kepemimpinan khalifah Utsman Bin Affan

seperti yang kita ketahui bahwa perluasan wilayah pada masa khalifah Utsman bin
affan menjadi semakin luas,hal ini selain menjadikan Islam makin tersebar namun juga
menimbulkan polemic,karena siring bertambahnya wilayah kekuasaan,namun juga
semakin banyak penghianat yang masuk dalam tubuh ummat Islam,kaum munafik yang
bisa diredam di masa khalifah Abu Bakar Ash shiddiq dan Umar bin Khattab kembali
menyeruat di masa khalifah Utsman Bin Affan,selain itu mereka juga mulai menebar
propaganda terhadap suku-suku yang ada dan menghidupkan kembali semangat
kesukuan di tengah-tengah Muslimin, baik itu suku Quraisy, Bani Hasyim, Bani
Umayyah, dan Bani lainnya di madinah yang di dalamnya ada kaum Anshar dan
Muhajirin.

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa pada masa pemerintahan Utsman
Bin Affan,beliau banyak mengangkat gubernur atau pimpinan-pimpinan dalam
pemerintahan yang berasal dari keluarganya,dan oleh karena itu banyak dugaan bahwa
beliau melakukan tindakan Nepotisme. kecemburuan sosial dalam perpolitikan pada
masa Khalifah Utsman inipun diambil sebagai kesempatan oleh pihak kaum munafik
untuk menghembuskan proapaganda dan fitnah untuk mengadu domba satu suku
dengan suku lainnya. Sistem adu domba ini sangat efektif karena memang latar
belakang Orang Arab yang tendensinya luar bisa dengan kesukuannya.

Berbeda dengan khalifah Umar Bin khattab dengan sikap tegasnya,Khalifah Utsman
adalah sorang dengan pembawaan nya yang tenang dan cenderung memiliki sikap non-
aktif terhadap isu-isu kesukuan yang mulai mnyeruak kala irtu,mungkin jika beliau
secara tegas menghentikan fitnah dan menghentikan kekuatan kesukuan kala itu,maka
kaum munafik yang menghasut kaum muslimin akan bisa diredam.namun karena
khalifah Utsman memilih sikap non-aktif terhadap isu-isu yang tersebar maka dengan
mudah kaum munafik menghasut dan menyebarkan fitnah serta hal-hal buruk mengenai
kepemimpinan Utsman Bin Affan.akibatnya benih-benih pemberontakan dalam tubuh
kaum muslimin semakin subur, Salah satu buktinya adalah dengan tumbuh suburnya
fitnah kesukuan dalam pemerintahan Khalifah Utsman yang tidak mampu menahan dan
mengehentikan laju Bani Umayyah yang muali menghegemoni kekuasaan pemerintahan
Islam, sehingga seakan-akan ada klaim bahwa bani Umayyah adalah keluarga yang
paling berhak untuk menjalankan roda pemerintahan kekuatan Islam di wilayah Jazirah
Arab.

Para penduduk wilayah kekuasaan Islam non Quraiys menganggap bahwa mereka
juga berhak untuk dijadikan sebagai pemimpin dan bukan hanya dari golongna atau
suku Quraiys saja,pergolakan ini terus terjadi hingga pada akhirnya Khalifah Utsman
terbunuh. Terbunuhanya Khalifah Utsman bin Affan semakin kuatnya propaganda dan
fitnah yang ditebarkan oleh golongan munafik dalam Islam. Golongan-golongan
munafik inilah yang nantinya akan menjadi beni dan cikal bakal dari munculnya
golongan Syiah, dan Khawarij. Terbunuhnya Utsman membuat posisi imam/khalifah
dalam Islam mengalami kekosongan dalam beberapa waktu, sehingga pertentangan
antar suku kembali mencuat dan berebuatan siapa yang paling berhak untuk menjadi
pengganti dari Khalifah Utsman dan menjadi Imam bagi orang Islam yang wilayah
kekuasaannya sudah menguasai seluruh jazirah Arabia dan memulai ekspansi pelebaran
kekuatan Islam sampai ke Afrika. Pengganti Khalifah Utsman adalah Khalifah Ali bin
Abin Thalib yang merupakan menantu dari Rasulullah SAW.

C. Masa kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Ali Bin Abi Thalib merupakan sahabat,sepupu,juga sekaligus menantu dari


Rasulullah SAW,karena Ali merupakan suami dari putri Rasul yang bernama
Fatimah,dan beliau juga merupakan anak dari paman Rasul yakni Abu Thalib,yang
artinya Ali merupakan bagian dari Bani Hasyim.Ali lahir di Makkah,pada tanggal 13
Rajab 23 SH/599 Masehi.
Sebelum Ali di baiat menjadi seorang Khalifah setelahb wafatnya khalifah Utsman
Bin Affan,ada beberapa nama yang juga menjadi kandidat,mereka adalah
Talhah,Zubayr,dan Sa’ad bin abi waqash.pada awalnya Ali menolak untuk menjadi
khalifah,namun karena desakan dari sahabat,dan juga dukungan dari penduduk madinah
dan veteran perang Badar maka akhirnya Ali setuju untuk di baiat menjadi khalifah
selanjutnya.

Namun seperti yang kita ketahui bahwa kepemimpinan ali banyak diwarnai oleh
ketidakstabilan social yang memang sudah terjadi sejak masa khalifah sebelumnya
Yakni Utsman Bin Affan,bisa dikatakan bahwa pada masa kepemimpinan Ali umat
Islam dalam keadaan yang tidak stabil,terdapat banyak pemberontakan yang beberapa di
antaranya adalah yang dipimpin oleh Aisyah istri Rasulullah SAW, Talhah dan Zubayr
dalam Perang Jamal dan perang yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang
menuntut adanya pengusutan terhadap kematian Utsman Bin Affan.

Setelah menjabat menjadi Khalifah Ali memang tidak banyak melakukan perluasan
wilayah sebagaimana yang dilakuakan oleh Khalifah-Khalifah sebelumnya,ini
dikarenakan kondisi internal ummat sendiri tidak stabil kala itu,sehingga untuk
perluasan wilayah tidak di fokuskan pada masa Ali Bin Abi Thalib, Namun,ada satu
kebijakan besar yang dibuat khalifah Ali saat beliau memimpin Ummat Islam yaitu
pemindahan Ibukota,yang pada awalnya dimadinah baliau pindahkan menuju Kuffah
(Irak). Banyak pengikut Khalifah Ali atau disebut golongan Syiah tinggal dikawasan
tersebut,dan makam Ali pun berada di Kuffah.

Setelah dibaiat sebagai khalifah, 'Ali memang tidak bisa banyak berbuat untuk dunia
Islam, selain mengkonsolidasikan kekuatan kaum Muslim. Tetapi, kaum Muslim
terpecah-pecah. Ali menghadapi pemberontakan dan melawan para pemberontak yang
tidak lain adalah tokoh-tokoh Muslim di masanya, seperti Talhah, Zubayr dan 'A'isyah
di satu pihak, atau Mu'awiyah dan kelompoknya seperti 'Amr bin 'Aş di pihak lain.
Kekuasaan Ali pun harus berakhir dengan tragedi pembunuhan terhadap dirinya yang
dilakukan oleh kelompok Khawarij yang merupakan sekelompok pasukan yang sempat
setia kepadanya. 'Ali memimpin sampai tahun 40 Hijriah setelah ia dibunuh oleh 'Abd
al-Rahman bin Muljam.
D. kondisi sosial pada masa kepemimpinan khalifah Ali Bin Abi Thalib

pada masa kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib terdapat dua perang yang kita kenal
sebagai perang Jamal dan perang shiffin,apakah perang tersebut?

1. Perang Jamal

Perang ini dilatar belakangi atas tuntutan Talhah, Zubair dan Aisyah yang menutut bela
atas kematian Ustman yang dibunuh secara dzalim. Talhah, Zubair, dan Aisyah
bersikeras menuntut agar Khalifah Ali segera mencari pembunuh Usman dengan
membawa baju yang berlumuran darah ke hadapan Ali. Tuntutan mereka itu tidak
mungkin dikabulkan oleh Ali hanya dalam waktu singkat. Tugas utama yang akan
dialkukan Ali dalam situasi kritis ini adalah memulihkan ketertiban dan
mengkonsolidasikan kedudukan kekhalifahan. Selain itu, menghukum para pembunuh
bukanlah perkara mudah karena khalifah Usman tidak hanya dibunuh oleh satu orang.
Alasan itulah yang semakin membuat Talhah dan kawan-kawan kecewa dan semakin
marah kepada Ali.

Penyelesaian secara damai tidak didapat hingga akhirnya meletuslah perang Jamal
(unta). Dikatakan perang jamal karena Aisyah ikut dalam peperangan ini dengan
mengendarai unta. Aiysah telah terhasut oleh Abdullah, putra Zubair, yang ingin
menjadi khalifah menggantikan Ali. Abdullah memanfaatkan seseorang yang tepat yaitu
Aisyah yang juga tidak suka dengan khalifah Ali. Khalifah Ali sebenarnya ingin
menghindari pertikaian ini, tetapi hal ini sulit dicapai. Maka kontak senjatapun tidak
dapat dihindari. Banyak pasukan Talhah yang terbunuh. Zubair dan Talhah terbunuh
ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke
Madinah.

2. Perang Shiffin

ini terjadi karena pembangkangan Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan. Demi menjaga
persatuan umat, Ali mengirimkan surat kepada Mu’awiyah untuk segera membaitnya.
Namun, Mu’awiyah menolak surat ini dan tidak mau membaiatnya dengan tiga alasan;
1) Pelaku pembunuh Ustman harus ditemukan terlebih dahulu

2) Tidak ada suara bulat dari kalangan terkemuka untuk Ali

3) Mu’awiyah menganggap bahwa dia merupakan hak waris Ustman sebagai bagian
dari keturunan Bani Umayyah. Maka dari itu, dia yang paling berhak untuk
meneruskan kekhalifahan.

Akibat dari penolakan baiat ini, pada tahun 37 H/657 M meletuslah perang shiffin
yang terletak tak jauh dari sebelah barat pantai Sungai Furat, selatan Riqqah, timur laut
Suria di dekat perbatasan Suria-Irak, dua bekas jajahan Romawi dan Persia.

Pasukan Ali bin Abi Thalib hampir berhasil mematahkan pertahanan pasukan
Mu’awiyah. Dalam situasi yang demikian, pasukan Mu’awiyah yang berasal dari Syam
mengangkat mushaf al-qu’an sebagai tanda damai. Perdamaian antara Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyah ini sebagai penyelesaian penyelesaian perang Shiffin , dilakukan
melalui tahkim, masing-masing pihak mengutus juru damai. Abu Musa al-Asy’ari
adalah juru damai dari pihak Ali bin Abi Thalib sedangkan juru damai dari pihak
Mu’awiyah adalah Amr bin Ash yang terkenal sebagai politikus ulung.

Dalam proses tahkim ini, terjadi manipulasi politik Amr bin Ash yang memang terkenal
sebagai politikus ulung itu. hasil kesepakatan dua juru damai itu kemudian disampaikan
kepada khalayak ramai di Adzrah. Pertemuan itu disaksikan oleh sejumlah sahabat,
diantaranya Sa’as bin Waqash dan Ibnu Umar. Karena lebih tua, Abu Musa al-Asy’ari
dipersilahkan untuk menyampaikan hasil perdamaian terlebih dahulu kepada
masyarakat, maka Abu Musa al-Asy’ari menyampaikan pidatonya dengan menurunkan
Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Kemudian pembicara kedua, Amr bin Ash
menyampaikan pidato dengan menurunkan Ali sebagai Khalifah dan menetapkan
Mu’awiyah sebagai pengganti Khalifah. Keputusan ini tentu banyak mengejutkan
banyak orang, hingga sebagian golongan yang tadinya pengikut setia Ali membelot dan
menyatakan ketidaksetujuan annya dengan tahkim ini. Golongan ini kemudian dikenal
dengan Khawarij.

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksaan Ali juga menyebabkan timbulnya


perlawanan dari Gubernur di Damaskus, Mu’awiyah yang didukung oleh sejumlah
bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan Talhah dan lainya. ali bergerak dari Kufah menuju
Damaskus dengan sejumlah bala tentara. Pasukannya bertemu dengan Pasukan
Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran ini dikenal dengan sebutan perang Shiffin.
Pertempuran ini diakhiri dengan tahkim, tapi ternyata tahkim tidak menyelesaikan
masalah, bahkan menyebabkan Islam terpecah menjadi tiga golongan karena faktor
politik / kekuasaan yaitu: Syiah (pengikut Ali), Khawarij (orang-orang yang keluar dari
barisan Ali / pemberontak) dan Sunni (pengikut Muawiyah dan sebagian pihak yang
netral). Golongan Syiah didominasi oleh sebagian besar mayarakat perkotaan Kufah.
Basrah dan Fustat. Golongan Khawarij didominasi oleh masyarakat Badui pedalaman.
Golongan Sunni didominasi oleh masyarakat perkotaan Damaskus dan sebagian
masyarakat Madinah yang netral terhadap konflik politik.

Perpecahan tersebut mengakibatkan nyawa Ali bin Abi Thalib melayang di tangan Ibn
Muljam yakni seorang ekstrimis Khawarij pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/ 661 M.
Berakhirnya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib maka secara sosial dan politik dalam
tubuh Islam yang mewarnai jalanya sejarah perpolitikan Islam diwarnai dengan adanya
beberapa golongan yang saling berseteru yaitu:

 Syiah (kelompok yang sangat mencintai dan mendukung keluarga. Rasulullah


SAW (Ahlul Bait). Syiah tetap mendukung pemerintahan keturunan Ali bin Abi
Thalib yang berkembang secara sembunyi-sembunyi untuk menjadi imam /
khalifah). Pasca terbunuhnya Ali, Syiah terpecah menjadi 3 golongan yakni: As-
Saba'iyah, Al-Kaisaniyyah dan Al-Hasaniah.

 Khawarij (kelompok yang keluar dan memberontak kepada khalifah). Khawarij


memilih jalan yang lebih radikal, ekstrim dan tidak mau kompromi dengan
lawan politiknya. Pasca terbunuhnya Ali, Khawarij terpecah menjadi 2 golongan
yakni: Al-Muhakkimatul Ula dan Al - Azariqah.
 Sunni (kelompok yang mendukung Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai khalifah
yang baru dan kelompok yang bersikap netral dan damai terhadap permasalahan
politik / kekhalifahan) (Mawahib, 2008: 8). Pasca terbunuhnya Ali, Sunni
terpecah menjadi 3 golongan yakni: pendukung Muawiyah bin Abi Sufyan,
Murjiah dan Ahlus Sunnah Wal Jamaah/Sunni.

"Munculnya Tiga Golongan itu yakni: (Syiah, Khawarij dan Sunni) dalam Islam pada
Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib Tahun 35-41 H/656-661 M di Jazirah Arab",
karena pada masa Ali bin Abi Thalib Muslimin mengalami konflik hingga mengalami
perubahan dalam kehidupan berpolitik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sepeninggal khalifah Umar Bin Khattab dan kekhalifahan berganti ketangan


Khalifah Utsman Bin Affan kekuasaan islam mengalami kemajuan yakni berhasil
menaklukan banyak wilayah-wilayah baru,namun tentu ada resiko dibalik keberhasilan
itu,dimana keberagaman juga membuat pengkhianat dan kaum munafik berkamuflase
dengan baik dan menghembuskan kabar-kabar atau berrita munafik untuk
menghancurkan kekuasan Islam.dengan keputusan Khalifah mengangkat pejabat-
pejabat pemerintahan dari kalangan keluarganya juga menjadikan hembusanm-
hembusan fitnah makin menyebar kuat dan berhasil di masak dengan baik oleh kalangan
munafik,hingga pada akhirnya Utsman terbunuh oelh kaum pemberontak,

Dengan keadaan yang tidak stabil itulah,Ali Bin Abi Thalib muncul sebagai
pemimpin baru bagi ummat Islam,namunmasa kepemimpinan nya diwarnai oleh
beragam pemberontakan yang ada,juga terpecahnya ummat islam menjadi beberapa
golongan membuat kepemimpinan beliau terguncang yang pada akhirnya juga membuat
beliau terbunuh.
DAFTAR PUSTAKA

Maisyaroh.Kepemimpinan Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Thalib.Ihya Al-
Arabyah:Juranal pendidikan bahas dan sastra arab.

Riyadi,Ahmad Ali.Sejarah Konstruksi Sosial Pendidikan Islam.Jurnal Sumbula:


Volume 4, Nomor 1, Juni2019.

Murtiningsih.Tuduhana Nepotisme Terhadap Utsman Bin Affan Dan Pengaruhnya


Terhadap Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib. JIA/Juni 2018/Th.19/Nomor 1.

Setelah Umar Bin Khattab R.A wafat, maka kaum muslimin memebutuhkan
pengganti utnuk berada di posisi pemimpin umat. Jika dua khalifah sebelumnya
dipilih langsung dalam artian pemimpin sebelumnya memberi mandat secara
langsung kepada penerusnya, seperti Rasulullah SAW yang langsung menunjuk
Abu Bakar Ash shiddiq sebagai pengganti, kemudia Abu Bakar juga menunjuk
Umar sebelum beliau wafat, namun kali ini Umar tidak mengamanahkan langsung
pada Utsman untuk melanjutkan kepemimpinannya melainkan melalui sebuah
majelis yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Saat masih hidup khalifah Umar sudah membentuk sebuah dewan formatur yang
terdiri atas enam orang, yakni Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib,Zubair bin Al-
Awwam,Talhah Bin Abdullah,Said Bin Abi Waqash,dan Abdurrahman Bin Auf.
Setelah wafat nya Umar Bin Khattab,dewan formatur segera berkumpul dan
berdikusi dan mengadakan siding mengenai siapa yang akan di baiat menjadi
Khalifah selanjutnya,siding itu dipimpin oleh Abdurrahman Bin Awf.terdapat dua
kandidat kuat saat itu,yaitu Utsman Bin Affan dan juga Ali Bin Abi Thalib, terjadi
sedikit perdebatan saat itu,namuan pada akhirnya Abdurrahman Bin Awf dengan
tegas membaiat Utsman Bin Affan sebagai khalifah ke tiga atau khalifah
selanjutnya. Utsman Bin Affan di baiat tepat pada bulan November 644 Masehi atau
Muharram 24 Hijriah, saat itu beliau berusia 65 tahun, dan nantinya akan menjalan
kan pemerintahannya selama 12 tahun lamanya.
Selama 12 tahun pemerintahannya khalifah utsman tidaklagh lepas dari berbagai
masalah umat, namun beliau selalu mengambil keputusan-keputusan bijak ketika
menghadapi suatu masalah. Beliau selalu mendengarkan keluhan rakyat dan
berusaha mencarikan solusi terbaik nantinya, namun dengan segela kebaikan yang
ada pada Utsman Bin Affan, seorang pembenci akan tetap menemukan celah
bagaimana cara untuk menjatuhkan beliau, maka di akhir masa kepemimpinan
Utsman banyak sekali fitnah keji yang beredar yang nantinya juga menjadi sebab
atas wafatnya beliau.

Anda mungkin juga menyukai