Anda di halaman 1dari 25

MASA KHULAFAUR RASYIDIN : UTSMAN BIN AFFAN

NEPOTISME DAN PEMBERONTAKAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Andi Nurlaela, M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 6 (IAT IV/C) :

Linda Winingsih (1191030108)


M. Dicky Noviardi (1191030116)
M. Irfan Farraz Haecal (1191030118)
M. Yusuf Hilmi Fithori (1191030120)
Tita Yuliawati (1191030225)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


FAKULTAS USHULUDDIN
ILMU AL QURAN DAN TAFSIR
1442 H/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan anugerah dari
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah limpahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan dengan judul “Masa Khulafaur Rasyidin
Utsman bin Affan : Nepotisme dan Pemberontakan” Di samping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan
makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam, Ibu Dr. Hj. Andi Nurlela M.Pd yang telah memberikan gambaran
tentang materi yang harus diselesaikan dalam makalah ini. Terakhir penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Agar makalah ini lebih sempurna pada masa yang akan datang.

Bandung, 18 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2

A. Biografi Utsman bin Affan ................................................................................. 3


B. Proses Pengangkatan Utsman bin Affan Menjadi Khalifah .................................. 7
C. Perkembangan Islam pada Masa Khalifah Utsman bin Affan ............................... 10
D. Nepotisme dan Pemberontakan pada Masa Khalifah Utsman bin Affan ............... 12

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 20

A. Simpulan ............................................................................................................. 20
B. Saran ................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara esensial, kehadiran Nabi Muhammad Saw. pada masyarakat Arab


menciptakan kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang
mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Keberhasilan Nabi Muhammad
Saw. diikuti oleh sahabat yang terkenal dengan Khulafa-al Rasyidin, yaitu Abu Bakar,
Umar, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Mereka adalah sahabat-sahabat yang
dikenal sangat dekat dengan Rasulullah Saw yang dalam lintasan sejarah pemerintahan
Islam pengangkatan mereka sebagai khalifah Rasulullah menjadi dasar terbentuknya
model pemerintahan kekhalifahan. Keempat khalifah tersebut mempunyai cerita dan
tempat tersendiri dalam khasanah sejarah awal pembentukan pemerintahan Islam. Abu
Bakar dengan cara pemilihan yang berdasarkan penunjukan Rasulullah sebagai
pengganti beliau menjadi Imam pada saat Rasululllah sakit, umar yang di tunjuk oleh
Abu Bakar, Utsman bin Affan yang dipilih oleh tim formatur yang dibentuk oleh
khalifah sebelumnya, serta Ali bin Abi Thalib yang terpilih dalam kondisi kontroversi
karena khalifah sebelumnya terbunuh. Dalam masa pemerintahan masing-masing
khalifah, mereka berusaha dan berjuang untuk menegakkan panji-panji keislaman
bukan hanya di wilayah Arab saja namun meluas kewilayah Armenia, Persia serta
Mesir. Melalui penaklukan wilayah ini orang Arab telah menguasai bukan saja wilayah
geografisnya, tetapi termasuk pusat-pusat peradaban tertua di dunia.

Di antara khalifah yang empat itu masa pemerintahan Utsmanlah yang


tergolong paling lama jika dibandingkan dengan khalifah yang lain, Abu Bakar selama
kurang lebih 2 tahun (632-634), Umar bin Khattab yang kurang lebih 10 tahun (634-
644), serta Ali bin Abi Thalib, kurang lebih 6 tahun (656- 661).

Utsman bin Affan memiliki masa pemerintahan yang terhitung paling lama
(644-656) dan memiliki kisah tersendiri di dalam lembaran sejarah. Mulai dari cara
pemilihannya yang dianggap paling demokratis, serta pemerintahan Usman yang
dijadikan dasar sebagai akhir dari ekspansi pertama wilayah Islam. Pada awalnya,
pemerintahan khalifah Usman berjalan sangat dinamis namun pada akhirnya berakhir
dengan sangat tragis, karena diwarnai oleh fitnah dan diakhiri oleh pemberontakan yang

1
menyebabkan Khalifah terbunuh. Dia terhitung cukup tua untuk memimpin sebuah
wilayah kekuasaan yang terbilang luas. Utsman dipilih menjadi Khalifah pada saat
berusia 70 tahun yang kemudian mempercayakan keponakannya sebagai sekretaris
pribadinya, serta beberapa kerabat dekatnya untuk memegang jabatan srategis di dalam
pemerintahan dan kenyataannya disalahgunakan oleh orang-orang kepercayaan
sekaligus kerabat dekatnya, yang dijadikan oleh orang-orang yang memang tidak
senang bukan hanya kepada Utsman secara pribadi, namun Islam secara umum, sebagai
sumber fitnah dengan mengusung isu yang dikenal dengan istilah nepotisme saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa biografi Utsman bin Affan?
2. Bagaimana proses pengangkatan Utsman bin Affan menjadi khalifah?
3. Bagaimana perkembangan islam pada masa khalifah Utsman bin Affan?
4. Bagaimana nepotisme dan pemberontakan pada masa khalifah Utsman bin Affan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi Utsman bin Affan
2. Mengetahui proses pengangkatan Utsman bin Affan menjadi khalifah
3. Mengetahui perkembangan islam pada masa khalifah Utsman bin Affan
4. Mengetahui nepotisme dan pemberontakan pada masa khalifah Utsman bin Affan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Utsman bin Affan


Setelah Abu Bakar RA wafat, kekhalifahan Islam dipegang oleh sahabat Nabi
bernama Utsman bin Affan . Utsman diangkat menjadi khalifah ketiga merupakan
Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama (644-656). Nama lengkapnya
adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al
Umawy al Qurasy. Pada masa Jahiliyah beliau dipanggil dengan Abu 'Amr dan pada
masa Islam julukannya (kunyah) adalah Abu 'Abdillah. Dan Beliau digelari dengan
sebutan "Dzun Nura'ini" dikarenakan menikahi dua puteri Rasulullah SAW yaitu
Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Ibunya bernama Arwa' bin Kuraiz bin Rabi’ah bin
Habib bin Abdi Syams yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh.

Keluarga Utsman bin Affan


Ayah: Affan bin Abi Al-'Ash bin Umayyah bin Abdu-Syam.
Ibu: Arwa binti Kuraiz. Berasal dari Bani Abdu Syams. Dia ikut hijrah dan menjadi
muslimah. Arwa meninggal pada masa kekhalifahan putranya.
Istri dan Anak : Selama hidupnya Utsman menikah dengan delapan perempuan. Dari
pernikahannya beliau dikaruniai sembilan putra dan enam putri. Berikut ini istri-istri
dan anak Beliau:
1. Ruqayyah binti Rasulullah SAW. Darinya Utsman memiliki anak bernama
Abdullah yang meninggal pada usia 6 tahun.
2. Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW. Darinya Utsman tidak memperoleh
keturunan. Ummu Kultsum wafat pada 9 H.
3. Fakhitah binti Ghazwan. Darinya Utsman memperoleh anak bernama Abdullah
yang juga wafat saat masih kecil.
4. Ummu Amr binti Jundub, yang memberinya beberapa anak, yaitu Amr, Khalid,
Abban, Umar, dan Maryam.
5. Fathimah binti Al-Walid Al-Makhzumiyyah, yang memberinya tiga orang anak,
yaitu Sa'id, Al-Walid, dan Ummu Sa'id.
6. Ummu Al-Banin binti Uyaynah bin Hishn Al-Fazariyyah, yang memberinya anak
bernama Abdul Malik, namun ia meninggal dunia di usia dini.

3
7. Ramalah binti Syaibah bin Rabiah, yang memberinya anak bernama Aisyah, Ummu
Iban, dan Ummu Amr.
8. Nailah binti Al-Farafashah, yang melahirkan Maryam junior. Nailah berasal dari
keluarga Nasrani di Kufah dan diislamkan oleh 'Aisyah Ummul Mu'minin. Menikah
dengan 'Utsman pada 649. Saat pemberontak (kaum khawarij) berusaha membunuh
'Utsman, Nailah yang berusaha melindungi suaminya tertebas pedang yang
menyebabkan jari tangannya terputus.

Keistimewaan Utsman bin Affan

Imam Muslim telah meriwayatkan dari 'Aisyah, seraya berkata, "Pada suatu hari
Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin
kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau tetap
dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk menutupinya dan
beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka), ketika
Utsman meminta izin kepada beliau, maka beliau melepaskan pakaiannya (untuk
menutupi paha terbuka). Ketika mereka telah pergi, maka aku (Aisyah) bertanya,
"Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk
menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam
keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Utsman meminta
izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakaianmu (dipakai untuk menutupinya).
Maka Rasulullah menjawab, "Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak merasa malu dari
seseorang yang Malaikat saja merasa malu kepadanya".

Ibnu 'Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab "Fadhail ash Shahabah"
bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab, "Utsman itu
seorang yang memiliki kedudukan terhormat dan dipanggil dengan Dzun Nur'aini,
dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya (pemilik dua cahaya).
Keutamaan lain yang dimiliki Utsman yang tidak pernah dilupakan dalam
sejarah Islam adalah beliau membukukan Al Qur’an dalam satu versi bacaan dan
membuat beberapa salinannya yang dikirim ke beberapa negeri-negeri Islam. Beliau
juga memerintahkan umat Islam agar memusnahkan mushaf yang dianggap
bertentangan dengan salinan tersebut.Atas izin Allah Ta'ala, melalui kebijakan Utsman,
umat Islam dapat memelihara dan menjaga keaslian Al Qur’an sampai saat ini.
Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari Yunus

4
bahwa ketika Al-Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah hari
di masjid? maka ia menjawab, "Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat di masjid,
padahal beliau sebagai khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali bekas kerikil pada
bagian rusuknya, sehingga kami berkata, "Ini Amirul Mukminin, Ini Amirul
Mukminin."

Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa
sosialnya juga sangat tinggi. Ia tidak segan-segan mengeluarkan kekayaannya untuk
kepentingan agama dan masyarakat umum. Sebagai contohnya ialah sebagai berikut:

a. Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang, Yahudi seharga
200.000 dirham (2,5 kg emas pada waktu itu). Sumur itu diwakafkan olehnya demi
kepentingan rakyat.
b. Utsman bin Affan memperluas Masjid Nabawi dan membeli tanah di sekitarnya.
c. Utsman bin Affan mendermakan 1.000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1.000
dirham sumbangan pribadi untuk Perang Tabuk, yang nilainya sama dengan
sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
d. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman bin Affan juga pernah memberikan
gandum yang diangkut dengan 1.000 unta untuk membantu kaum miskin yang
menderita pada musim kering

Berpulang ke Rahmat Allah

Mengenai akhir hidupnya, tatkala syubhat-syubhat (yang hakikat nya lemah


tersebut) tidak dapat terbendung, maka api kebencian telah menyulut pada hati-hati para
pemberontak. Akhirnya, mereka datang ke Madinah dan mengepung rumah Utsman
bin Affan. Mereka meminta agar Utsman bin Affan meninggalkan kekhalifahannya,
atau mereka akan membunuhnya.

Ibnu Umar segera masuk menemui Utsman bin Affan, lantas mendorongnya
agar ia jangan sampai menanggalkan kekhalifahannya. Sebab, dengan begitu, berarti ia
telah membuat sunnah yang jelek. Sehingga, setiap kali orang-orang tidak menyenangi
sang pemimpin, mereka akan mencopot paksa kepemimpinan tersebut.

Utsman bin Affan menyadari bahwa inilah fitnah yang sejak jauh jauh hari telah
diberitakan oleh Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, Utsman bin Affan hanya bisa
bersabar dan menyerahkan urusannya kepada Allah Swt. Akhirnya, orang-orang

5
Khawarij tersebut memanjat rumah Utsman bin Affan, lalu pedang-pedang mereka
mengalirkan darah Utsman bin Affan yang suci. Saat itu, Utsman bin Affan berpuasa
dan membaca al-Qur'an. Tetesan darah pertamanya saat ia membaca firman Allah Swt.
berikut:

‫فس يكفيكهم هللا وهو السميع العلي‬


…. Maka, Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan, Dia-lahYang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah [2]: 137).

Pada malam hari sebelum Utsman bin Affan meninggal dunia, ia bermimpi
bertemu Nabi Muhammad Saw., dan beliau berucap, "Wahai Utsman, berbukalah
bersama kami." Tatkala subuh, Utsman bin Affan berpuasa dan meninggal dunia pada
hari itu juga. Ia wafat pada bulan haji tahun 35 H, dalam usia 82 tahun, setelah menjabat
sebagai khalifah selama 12 tahun. Ia dimakamkan di Pekuburan Baqi di Madinah. Ada
riwayat yang menye butkan bahwa jenazah Utsman bin Affan baru dikubur setelah 3
hari meninggal dunia. Al-'Ala bin Fadhl meriwayatkan dari ayahnya, dan ia berkata,
"Setelah Utsman bin Affan terbunuh, orang-orang memeriksa semua lemari miliknya,
dan mereka menemukan sebuah kotak terkunci. Mereka pun membukanya. Di dalam
kotak itu, terdapat sebuah bejana kecil, yang di dalamnya didapati pula sehelai kertas
yang berisi tulisan atau wasiat ini berikut :

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Utsman
bin Affan bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan, selain Allah. Tiada sekutu bagi-
Nya, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Utsman bin Affan
bersaksi pula bahwa sesungguhnya surga dan neraka itu benar adanya, serta
sesungguhnya Allah pasti akan membangkitkan semua penghuni kubur pada hari yang
tidak ada keraguan padanya. Sesungguhnya, Allah tidak menyalahi janji-Nya. Atas
keyakinannya itulah, Utsman bin Affan hidup, mati, dan dibangkitkan kelak, insya
Allah 'Azza wa Jalla."

Utsman bin Affan wafat pada hari Jumat, 18 Dzulhijjah 35 Hijriyah. Riwayat lain
mengatakan wafat pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzulhijjah, dalam usia 80 tahun
lebih.

6
B. Proses Pengangkatan Khalifah Utsman bin Affan
Proses pengangkatan Ustman Bin Affan ra. tidak akan lepas dengan
kepemimpinan khalifah terdahulunya Amirul Mu’minin Umar Bin Al Khatab yang
memimpin sebuah negara muda, negara yang masih dalam prematur namun dengan
Kedaulatan kekuasaan yang sangat besar, Kedaulatan Daulah Islam dimasa Umar
membentang luas Ke Tiongkok di Timur sampai ke seberang Barqa (Cyrenaica) di
Barat, dari laut Kaspia di Utara sampai ke Nubia di selaan, yang mencakup juga
semenanjung Persia, Irak, Syam dan Mesir. Dengan demikian kedaulatan Islam itu telah
merangkul bangsa-bangsa dengan segala unsur budayanya yang sangat beragam.

Besarnya Daulah Islam dimasa Amirul Mu’minin Umar Bin Al Khatab itu
ditutup dengan terbunuhnya umar oleh dua orang persia yang berkomplot dengan
seorang Nasrani Hirah. Tanda-tanda komplotan semacam ini memang sudah terlihat,
semenjak ada beberapa peristiwa pembebasan kawasan Irak selatan dibawah pimpinan
Hormuzan. Semenjak terjadinya peristiwa penusukan Umar oleh komplotan Abu
Lu’lu’ah kaum muslimin dicekam oleh rasa ketakutan, khawatir atas nasib mereka
kedepan dan siapa yang bakal menggantikan umar sebagai pemimpin. Beberapa orang
dari penduduk Muhajirin dan Anshor menghadap umar, meminta umar untuk
mencalonkan seorang pengganti setelahnya.

Terbentuknya Majelis Syura’ Atas Perintah Umar Bin Khatab

Dengan kekhawatiran sepeninggal umar akan terjadi kekacauan, legalitas


pemimpin setelahnya, tidak mendapatkan pengakuan luas oleh kaum muslimin, dimana
hal tersebut sangatlah membahayakan Daulah Islam yang baru tumbuh itu Maka
karenanya Umar Ra. membentuk Majelis Syura yang terdiri dari enam orang dengan
tugas memilih diantara mereka sekorang khalifah sesudahnya, Keenam orang itu ialah:

1. Utsman Bin Affan


2. Ali Bin Abi Thalib
3. Zubair Bin Awwam
4. Thalha Bin Ubaidillah
5. Abdurrahman bin Auf
6. Sa’ad bin Abi Waqqas

Setelah menyebutkan nama-nama mereka Umar Bin Khatab berkata -Alasan


mengapa enam orang tersebut terpilih- “Tak ada orang yang berhak dalam hal ini

7
(Kepemimpinan) daripada mereka; Rasullullah shalallahu Alaihi wassalam sudah
merasa puas terhadap mereka (Yakin terhadap mereka dan karena mereka adalah
sahabat yang tersisa dari sahabat terjamin surga). Sesiapapun yang terpilih diantara
mereka ialah Khalifah sesudah saya”

Pertemuan dan perdebatan sengit

Persidangan dimulai tatkala umar wafat, Persidangan untuk memilih seorang


khalifah diantara anggota majelis syura. Sesudah berkumpul mereka meminta abu
talhah al Anshari untuk menjaga persidangan , penunjukan Abu Talhah Al Anshari
sebagai penjaga Persidangan adalah untuk mencegah terjadinya perdebatan diantara
sahabat sahabat nabi yang tidak termasuk kedalam Majelis Syura serta menjamin
perdebatan dan segala pembicaraan hanya terjadi dilingkungan mereka saja.

Begitu Musyawarah dimulaikan, terjadi perdebatan sengit diantara mereka1


perselisihan yang jauh lebih sengit jika dibandingkan dengan pengangkatan Abu Bakar
di saqifah Bani Sa’idah. Situasi disaat musyawarah Majelis ini tidak lepas dari beberapa
faktor diantaranya :

1. Persaingan Keras antara Kabilah Kabilah Kuraisy sendiri,


2. Fanatisme terhadap kabilah mulai tumbuh kembali.
3. Persaingan antara banu Hasyim dan Banu Umayyah.

Permusyawaratan berlangsung beberapa lama, hingga pada akhirnya keluarlah


Utsman bin Affan sebagai Khalifah hasil Musyawarah tersebut, dengan pertimbangan
yang mahsyur bahwa Ustman Unggul dalam Hal Malu. Sebelum terpilih terdapat 3
orang yang terkhususkan sebagai calon kuat khalifah berikutnya, Mereka adalah Ali Bin
Abi Thalib, Addurahman Bin Auf, dan Ustaman Bin Affan. Selain dari pada keunggulan
Utsman dalam bab Malu dimana Baginda Nabi Saw. Bersabda bahwa malaikat malu
terhadap Ustman terdapat beberapa pertimbangan yang menyebabkan Utsman Terpilih
menjadi Khalifah

(1). Kedekatan Nasab Ustman kepada Baginda Nabi SAW. yang mana Utsman adalah
Menantu Baginda Nabi untuk dua Orang puteri Baginda
(2). Utsman seorang lelaki ang Shaleh, lembut tutur kata dan perbuatannya

1
Perdebatan yang terjadi diantara mereka sangatlah keras, saking kerasnya ternukil dalam riwayat sebuah kisah Abu Talhah
Al Ansari yang bertugas menjaga jalannya Persidangan berkata “ Saya Lebih takut melihat kalian saling dorong daripada
saling bersaing [..]”

8
(3). Seorang yang termasuk kedalam golongan yang pertama masuk kedalam islam.
(4). Seorang yang tidak akan terpengaruh oleh persaingan golongan Bani Umayyah
terhadap Bani Hasyim.
(5). Waqafnya terhadap perang Tabuk.
(6). Membeli dan Mewaqafkan Bi’ir Rumah2 dari seorang Yahudi.
(7). Rasulullah mengutusnya kepada Quraisy dalam perjanjian hudaibiyyah bersama
dengan Ali Bin Abi Thalib
(8). Sebabnya lah terjadi Baiat Ridwan.
(9). Seorang Penulis Wahyu baginda Nabi.

Pengangkatan dan Pelantikan

Utsman Bin Affan di Angkat dan dilantik sebagai Khalifah pada subuh hari
setelah solat subuh disaksilah oleh Kaum Muslimin, sempat terjadi perdebatan tentang
siapa yang akan mengambil sumpah setia Baiat kepada Ustman Bin Affan, maka disaat
itu diputuskan lah bahwa 2 orang dari 3 orang yang dahulu diunggulkan sebagai calon
khalifah yang memulainya.

Proses pembaiatan berlangsung antara Subuh hingga lah tiba waktu Dhuha,
Pembaiatan dimulai dari Abdurrahman yang mana menggenggam telapak tangan Ali
seraya berkata : “ Bersediakah Anda saa Baiat untuk tetap berpegang pada kitaballah dan
sunnah rasullullah serta kedua penggantinya “ dan Ali Menjawab : “Saya berharap dapat
berbuat dan bekerja apa yang saya ketahui dan semampu saya.” Kemudian Abdurrahman
memanggil Ustman dan mengenggam tangannya seraya berkata sebagaimana perkataan
yang iya sampaikan kepada Ali, dan Ustman menjawabnya dengan : “ Ya. Demi Allah”,
setelah itu Abdurrahman mengangkat kepalanya kelangit dan Berseru : “Ya Rabb
dengarkanlah dan Saksikanlah” dia ulangi sebanyak tiga kali pengulangan. Dan ditutup
dengan Abdurrahman berkata : “ Sesungguhnya saya sudah melepaskan sebahagian
tanggungjawab yang saya pikul kepada ustman, Maka baiatlah kalian wahai kaum
muslimin kepadanya”3 maka berbondong lah kaum muslimin dari Anshor dan Muhajirin
dan segenap Muslimin membaiat dan menerima Ustman sebagai Khalifah setelah Umar.

2
Mata Air
3
Asbab inilah yang menjadi alasan bagi shiah untuk mengklaim ali Atas Khilafah.

9
C. Perkembangan Islam pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
Masa kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan masa yang paling makmur
dan sejahtera. Konon, rakyatnya bisa berhaji berkali-kali. Bahkan, seorang budak dijual
berdasarkan berat timbangannya. Utsman bin Affan adalah khalifah pertama yang
melakukan perluasan Masjidil Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah), karena
semakin ramainya umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Ia
mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, sekaligus membuat bangunan khusus
untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah
sebelumnya; Abu Bakar dan Umar bin Khathab biasanya mengadili suatu perkara di
masjid.

Pada masa Utsman bin Affan, khutbah Idul Fitri dan Adha didahulukan sebelum
shalat. Begitu juga azan pertama pada shalat Jum'at. Ia memerintahkan umat Islam pada
waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong demi kepentingan
pertanian.

Pada masa Utsman bin Affan pula, kekuatan Islam melebarkan ekspansinya.
Untuk pertama kalinya, Islam mempunyai armada laut yang tangguh. Mu'awiyah bin
Abi Sufyan, yang menguasai wilayah Syria, Palestina, dan Libanon, membangun
armada itu.

Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di


Laut Tengah. Sedangkan, Siprus dan Pulau Rodhes digempur. Konstantinopel pun
sempat dikepung. Wilayah-wilayah yang berhasil ditaklukkan antara lain Armenia,
Kaukaz (Caucasus). Khurasan, Kirman (sebuah kota di timur Iran), Sijistan (sebuah
kawasan kuno di antara Iran dan Afganistan), Afrika (Tunis), dan Cyprus.4

Selain itu, prestasi lainnya yang diraih selama Utsman bin Affan menjadi
khalifah adalah sebagai berikut:

a. Menaklukkan Syria, kemudian mengangkat Mu'awiyah sebagai gubernurnya.


b. Menaklukkan Afrika Utara, lalu mengangkat Amr bin Ash sebagai gubernur di sana.
c. Menaklukkan daerah Arjan dan Persia.

4
Zuhair Mahmud al-Humawi, Wasiat-Wasiat Akhir Ayat dari Rasulullah, Abu Bakar, dll. (Gema Insani Press, 2003),
hlm.31.

10
d. Menaklukkan Khurasan dan Nashabur di Iran.
e. Memperluas Masjid Nabawi (Madinah) dan Masjidil Haram (Makkah).
f. Membukukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsmani, yaitu kitab suci
Al-Qur'an yang dipakai oleh seluruh umat Islam di dunia saat ini. Utsman bin Affan
membuat lima salinan dari Al-Qur'an ini, lantas menyebarkannya ke berbagai wilayah
Islam.
g. Setiap hari Jum'at, Utsman bin Affan memerdekakan seorang budak (bila ada).

Secara umum, para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman bin
Affan menjadi dua periode, yaitu periode kemajuan (periode I) dan periode
kemunduran (periode II) sampai ia terbunuh.

Pada periode I, pemerintahan Utsman bin Affan membawa kemajuan luar biasa
berkat jasa panglima yang ahli dan berkualitas. Peta Islam sangat luas dan bendera
Islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli, Cyprus di front Al-Maghrib,
bahkan ada sumber yang menyatakan sampai Tunisia); Al-Maghrib, bagian utara
hingga Aleppo, dan sebagian Asia Kecil; bagian timur laut sampai Mawara an-Nahar
(Transoxiana); bagian timur seluruh Persia, bahkan sampai perbatasan Balucistan
(sekarang wilayah Pakistan); serta Kabul dan Ghazni.

Selain itu, Utsman bin Affan juga berhasil membentuk armada laut dengan
kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di Laut Tengah yang
dilancarkan oleh tentara Byzantium, dengan kemenangan pertama kali di laut dalam
sejarah Islam.

Pada periode II, kekuasaan Utsman bin Affan identik dengan kemunduran;
terjadi huru-hara dan kekacauan yang luar biasa sampai ia wafat. Sebagian ahli sejarah
menilai bahwa Utsman bin Affan melakukan nepotisme. Ia mengangkat sanak
saudaranya dalam jabatan-jabatan strategis yang paling besar dan banyak, yang
menyebabkan suku-suku dan kabilah-kabilah lainnya merasakan pahitnya tindakannya
tersebut.

Para pejabat dan panglima era Umar bin Khathab hampir semuanya dipecat oleh
Utsman bin Affan. Lalu, Utsman bin Affan mengangkat dari keluarganya sendiri yang
tidak mampu dan tidak cakap sebagai pengganti mereka. Adapun di antara pejabat
Utsman bin Affan yang berasal dari famili dan keluarga dekatnya ialah Mu'awiyah bin

11
Abi Sufyan, Gubernur Syam, satu suku dan keluarga dekatnya. Oleh karena itu, Utsman
bin Affan diklaim telah melakukan KKN.5

Namun, faktanya, Utsman bin Affan tidak melakukan KKN Adapun bukti-
buktinya ialah sebagai berikut:

a. Tidak semua gubernur yang diangkat oleh Utsman bin Affan adalah familinya. Ada
gubernur yang menjadi saudara atau anak asuhnya. ada yang saudara susuan, dan ada
pula yang saudara tiri.
b. Utsman bin Affan mengangkat familinya atas pertimbangan dari beberapa faktor yang
melatarbelakanginya.
c. Meskipun sebagian pejabat diangkat dari kalangan famili, namun mereka mempunyai
reputasi yang tinggi dan memiliki kemampuan. Hanya saja, faktor ekonomi yang
menyatukan untuk memprotes guna memperoleh hak mereka. Situasi ini dimanfaatkan
oleh pihak oportunis dengan menyebarkan isu sebagai modal bahwa Utsman bin Affan
telah memberikan jabatan-jabatan penting dan strategis kepada famili, yang akhirnya
menyebabkan khalifah Utsman bin Affan terbunuh.
Mencermati fakta-fakta tersebut, jelaslah bahwa tuduhan nepotisme terhadap
Utsman bin Affan tidak terbukti. Sebab, pengang katan saudara-saudaranya itu
berdasarkan pada profesionalisme kinerja mereka di lapangan. Akan tetapi, memang
pada masa akhir kepemimpinannya, para gubernur yang diangkat itu bertindak
sewenang-wenang, terutama dalam bidang ekonomi. Mereka di luar kontrol Utsman bin
Affan yang memang sudah berusia lanjut, sehingga rakyat menganggap hal ini sebagai
kegagalannya, hingga akhirnya ia terbunuh.6

D. Nepotisme dan Pemberontakan pada Masa Khalifah Utsman bin Affan


Sebelum membahas lebih jauh, hal pertama yang harus dipahami ialah
pengertian sesungguhnya dari nepotisme. Nepotisme berasal dari bahasa latin yaitu
nepos atau nepotis yang berarti cucu (arti kiasan) keturunan dan atau keponakan. 7 Baik
kerabat langsung maupun hanya hubungan perkawinan dan bahkan bisa meningkat
pada relasi atau teman (konco-konco).8

5
Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007), hlm.90-91.
6
Ibid, hlm. 105-106.
7
Hassan Shadily, dkk, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta, Ichtiar Baru-van Hoeve, 1983) jilid 4, h. 2361
8
The Liang Gie, dkk, Ensiklopedi Administrasi (Jakarta, Haji Masabung, 1989) cet. 6, h. 292

12
Menurut Schoorl,9 nepotisme adalah praktek seorang pegawai negeri yang
mengangkat seseorang atau lebih dari keluarga (dekat)-nya menjadi pegawai
Pemerintah atau memberi perlakuan yang istimewa kepada mereka dengan maksud
untuk menjunjung nama keluarga, untuk menambah penghasilan keluarga atau untuk
membantu menegakkan suatu organisasi politik, padahal ia seharusnya mengabdi
kepada kepentingan umum.
Jadi nepotisme dapat diartikan sebagai sebuah kecenderungan untuk
mengutamakan atau menguntungkan sanak saudara sendiri terutama dalam masalah
jabatan, pangkat di lingkungan pemerintahan10 di luar ukuran mereka. Istilah ini pada
mulanya digunakan untuk menjelaskan praktek favoritisme yang dilakukan oleh
pimpinan Gereja Katolik Romawi (Paus dan para Kardinal) pada abad pertengahan,
yang memberikan jabatan-jabatan kepada sanak, famili, keponakan atau orang- orang
yang disukai.
Kata nepotisme juga berasal dari bahasa Inggris, yaitu nepotism, artinya :
kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri,
terutama dalam jabatan , pangkat di lingkungan pemerintah, atau tindakan memilih
kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang pemerintahan.11 Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nepotisme didefinisikan sebagai berikut: (1) perilaku
yang memperlihatkan kesukaan yang berlebihan kepada kerabat dekat; (2)
kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri,
terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah; (3) tindakan memilih
kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang pemerintahan.
Pemilihan Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga pengganti Umar bin
Khattab, tidaklah dengan suara bulat. Ada perbedaan pendapat yang cukup tajam antara
bani Umayyah dan Bani Hasyim. Ini juga memberikan penjelasan, bahwa dari sejak
jaman khalifah, sejarah tentang perebutan kekuasaan telah terjadi. Inilah yang sangat
dikhawatirkan oleh Umar bin Khattab menjelang kematiannya. 12 Sebagai mana
diketahui, pemilihan keenam orang dewan syura oleh khalifah Umar tidaklah main-
main. Keenam orang tersebut adalah sahabat-sahabat pilihan yang dijamin oleh Allah
masuk surga-Nya. Mereka adalah, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurahman

9
J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara sedang Berkembang (Jakarta, Gramedia,
1980) h. 175
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai
Pustaka, 1990) h. 613
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka,1995) cet. 4, h. 687.
12
Rasul Ja`fariyan, Sejarah…, h. 180. 20Musthofa Murad, 30 Nama Penghuni Surga, (Amzah, Jakarta, 2014) h. IX.

13
bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa`ad bin Abi Waqqash13.
Hingga konklusinya terpilihlah Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga.
Utsman bin Affan memerintah selama dua belas tahun. Periode kepemimpinan
itu dibagi menjadi dua bagian yaitu enam tahun pertama dan enam tahun kedua. Pada
awal kepemimpinanya pemerintahan berjalan lancar. Hanya saja ketika seorang
gubernur yang bernama Mughirah bin Syu`bah dipecat oleh khalifah Utsman bin Affan
dan diganti dengan Sa`ad bin Abi Waqqash, atas dasar wasiat dari khalifah Umar bin
Khattab. Kemudian beliau juga memecat sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang
menurutnya kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan-lowongan itu
diisi dengan keluarga-keluarga beliau yang dianggapnya lebih kredibel. Adapun
pejabat-pejabat yang diangkat oleh khalifah Utsman antara lain:
1. Abdullah bin Sa`ad (saudara sesusuan khalifah Utsman bin Affan) sebagai
gubernur Mesir menggantikan Amru bin Ash
2. Abdullah bin Amir bin Khuraiz sebagai wali Bashrah menggantikan Abu Musa
Al`asyari. Beliau ini masih kerabat dengan Utsman bin Affan. Beliau adalah putra
bibinya.
3. Walid bin Uqbah bin Muis (saudara sesusuan khalifah Utsman bin Affan) sebagai
walikota Kufah menggantikan Sa`ad bin abi Waqqash.
4. Marwan bin Hakam (Keluarga Utsman bin Affan, beliau adalah putra pamannya)
sebagai sekretaris Utsman bin Affan.
5. Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai gubernur di Syam adalah putra pamannya.

Tindakan Utsman bin Affan yang terkesan nepotisme ini merupakan salah satu
penyebab dari terbunuhnya beliau. Beliau dianggap telah meninggalkan orang-orang
yang shalih dan mengangkat mereka yang kurang berakhlak karena mereka adalah
kaum kerabatnya. Tuduhan ini dibantah oleh Utsman bin Affan dengan mengatakan
bahwa khalifah Umar bin Khattab pun melakukan hal yang serupa.14

Khalifah dituduh sebagai koruptor dan nepotis dalam kasus pemberian dana
khumus (seperlima harta dari rampasan perang) kepada Abdullah bin Sa’ad bin Abu
Sarah, kepada Mirwan bin Al Hakam, dan kepada Al Harits bin Al Hakam.

13
Musthofa Murad, 30 Nama Penghuni Surga, (Amzah, Jakarta, 2014) h. IX.
14
Khalid Muhammad Khalid, Kehidupan Para Khalifah Teladan, Lembar Faktual tentang Lima Negarawan Muslim,
(Jakarta, Pustaka Amani,1995) h. 278.

14
Beberapa penulis Muslim mencoba melakukan rasionalisasi bahwa tindakan
Utsman tersebut bukan tanpa alasan. Hal ini merupakan sebuah upaya pembelaan
terhadap tindakan Utsman tidak atau bahkan sama sekali jauh dari motif nepotisme.
Sebagai contoh salah satu bentuk rasionalisasi menyebutkan bahwa Utsman
mengangkat wali-wali negeri dari pihak keluarga beralasan untuk memperkuat wilayah
kekuasaannya melalui personal yang telah jelas dikenal baik karakteristiknya.15 Hal ini
mengingat wilayah kekhilafahan pada masa Utsman semakin meluas. Demikian juga
tanggungjawab dakwah di masing-masing wilayah tersebut.

Kejujuran dan kebenaran tanpa siyasah sering ditumbangkan oleh kejahatan


yang tersusun rapi dengan teknik aproch yang santun. Akhirnya orang mengatakan
kepemimpinan Usman bin Affan antara Khalifah dan Monarci, bahkan diklaim sebagai
penguasa yang nepotis, tapi perlu dipertimbangkan bahkan merupakan argumentasi
signifikan yang tidak bisa diabaikan begitu saja sebagaimana di sebutkan ada beberapa
faktor yang amat rentan mempengaruhi suasana sosial masyarakat ketika itu,antara lain:

1. Faktor intimidasi
Sesudah pemerintahan khalifah Abubakar dan Umar bin Khattab,bangsa Persia
dan Romawi yang telah Islam maupun kafir zimmy mulailah kembali menghidupkan
fanatisme kesukuan.16 Antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah mereka mobilisasi
dengan berbagai macam cara,selama ini ibarat api dalam sekam dipupuk dan di hamburi
dengan gabah agar apinya menjilam dan membakar.

2. Gejolak Pembrontakan menolak jizyah


Orang Rumawi dan Persi yang mendapat jaminan hidup di kawasan daerah
muslim mulai bandel untuk tidak membayar jizyah yang disepakati bersama
sebelumnya,bahkan hal ini berindikasi kepada pembrontakan dengan mengajak para
murtaddin untuk bersama dalam pembangkangan.

3. Gejolak Politik
Sejak naiknya Usman bin Affan menjadi Khalifah perselisihan mulai lagi
menggorogoti Bani Hasyim dan Bani Umayyah,pengaruh berbagai aliran menyelusup

15
Latif Osman. Ringkasan Sejarah Islam. Cetakan XXIX. (Penerbit Widjaya, Jakarta, 1992). Hal.67
16
Muhammad Husain Haikal, Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dan Kerajaan Terj. Ali Audah, (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2012), h. 9

15
yang kemudian membuka jalan gejolak politik yang semakin tidak terkendali bahkan
pada akhirnya Usman bin Affan sendiri terbunuh.

4. Kebebasan yang kebablasan


Utsman berbeda jauh dengan Umar bin Khattab dalam memberikan kebebasan
kepada umat islam khususnya muhajirin yang selama pemerintahan dua khalifah
sebelumnya mereka tidak boleh ke luar apalagi hendak tinggal di daerah daerah yang
sudah di taklukkan,dengan alasan dikhawatirkan mereka tidak bisa mengendalikan diri
sehingga terjerumus ke hal hal yang bertentangan dengan ajaran agama akhirnya
membawa malu kepada islam dan umatnya.

5. Gejolak labilnya sosio control


Karena masyarakat telah merasa jemu dengan ketat dan disiplinnya di masa
Abubakar dan Umar bin Khattab maka gejolak ingin lebih bebas dari dua khalifah
sebelumnya,Usmanpun ketika itu membuka kran kebebasan dengan membiarkan dan
membolehkan kaum muhajirin bebas berpindah pindah di segenap imperium yang
tadinya dilarang untuk mereka,maka sekarang banyak yang berangkat pergi ke segenap
penjuru.17 Hal ini membuat mereka amat senang kepada pemerintahan Utsman bin
Affan, lepas dari kontrol.

6. Faktor Penipuan
Dari hasil bacaan bahwa sebagian job atau lapangan pekerjaan Utsman bin
Affan memberikannya dan membuat mandate kepada orang yang dipercayainya dengan
membantu bukan untuk dikomersialkan apalagi untuk diselewengkan, tetapi apa yang
terjadi? Penyalahgunaan wewenang dan gagasan diatas namakan atas nama khalifah
demimateri dan kesenangan dunia yang menjanjikan.

7. Faktor Security
Adanya acara protokuler dalam berhubungan dengan seseorang pimpinan
bukanlah suatu kesombongan tetapi di zaman sekarang sudah menjadi keniscayaa,demi
keselamatan dan kesuksesan. Usman telah membuat acara acara seperti ini artinya
pengawal peribadinya sudah ada, hanya saja beliau yang saleh telah terpatri dalam
hatinya orang semuanya bagaikan dirinya orang baik sehingga ia tidak tahu bahwa
orang berbuat apa saja bilamana tidak ada mengamalkan ajaran agama.

17
Ibid., h. 121

16
Utsman bin Affan tidak lah pernah menunjukkan fanatisme kesukuannya
sehingga menjadi indikator bahwa tindakan dan kepemimpinannya selama ini masih
ditolerir. Hanya empat orang Gubernur dan satu sekretaris dari kerabat yang benar-
benar menjabat pusat-pusat kota besar, yang mungkin menjadi pemicu penilaian bahwa
Usman bin Affan memang melakukan nepotisme.

Kemudian orang yang memvonisnya telah melakukan nepotisme termasuk al-


Hudariy Bek, sebagaimana dikutip oleh M. Ridho: Meskipun ada niat Utsman bin Affan
untuk membantu segelintir orang apakah keluarga, family, teman, atau kerabat tidak
mesti mengangkat mereka menjadi pejabat yang akhirnya menjadi penjahat.
Kompetensi dan akhlak keagamaannya pun banyak yang dipertanyakan artinya
meskipun memilih kemampuan menjadi pemimpin di daerah harus agama dan
ketakwaannya tidak boleh diremehkan. Menurut sebagian rakyat atau penduduk
setempat Utsman mencopot sahabat-sahabat Nabi SAW. yang telah berjasa
menaklukkan berbagai daerah lalu mengangkat kerabatnya menduduki posisi jabatan
itu.

Sebab-sebab Pemberontakan

Pada hakekatnya ada tiga alasan awal pemberontakan melawan Utsman yaitu:

1. Keberatan yang berkaitan dengan isu yang menuduh Khalifah Usman bin Affan
melakukan bid'ah.

Salah satu tindakan yang mengundang keberatan kepada Utsman adalah tindakan
Utsman menyeragamkan Al-Qur'an. Utsman memutuskan untuk mengumpulkan
semua al-Qur'an dan melenyapkan yang lain setelah menyusun satu versi. Utsman
tidak melakukan konsultasi kepada pihak yang menganggap diri mereka sebagai
ahli dari masalah ini, salah seorang diantaranya adalah Abdullah bin Mas'ud yang
merasa diabaikan dengan ditunjuknya Said bin Tsabit yang masih muda sebagai
penanggung jawab. Tetapi tindakan ini dibenarkan oleh Ali bin Abi Thalib.

2. Utsman mempercayai orang-orang dari Bani Umayah untuk memimpin beberapa


wilayah.
Kebijakan Utsman memberikan jabatan kepada Bani Umayyah untuk menangani
urusan negara semacam “monarki lineal” dalam khilafah Islam. Penonjolan ciri
kesukuan dalam pemerintahan ini nampak di semua wilayah kekuasaan khalifah

17
yang diwarnai oleh suku Bani Umayyah, seperti Kufah dan Irak yang dijuluki
“Taman Quraisy” dan hal ini mengundang protes dari penduduk di wilayah Irak.
3. Keberatan ketiga yang memicu pemberontakan kepada Usman adalah sikap boros
Bani Umayah.
Tuduhan sikap boros ini awalnya ditujukan kepada semua pemuka Quraisy,
kemudian hanya kepada Bani Umayah. Kemewahan dan kebangsawanan dalam
pemerintahan Utsman mendorong merebaknya oposisi. Seperti misalnya, Utsman
membangun sebuah rumah yang tidak sebanding dengan kebijakan Umar dari segi
keuangan.

Kufah adalah sumber pemberontakan utama dalam kekhalifahan Usman.


Khalifah yang terkenal dengan integritas dan kesederhanaan, kesalehan dan sikapnya
yang rendah hati, serta dalam hal kejujuran telah dimanfaatkan oleh orang–orang
tertentu. Niat tulus Khalifah untuk membukukan Al-Qur’an ternyata mengundang
kekecewaan terhadap orang–orang yang masih ingin mempertahankan tulisan mereka.
Klimaks dari tuduhan nepotisme adalah terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh
prajurit yang tidak puas terhadap pembagian harta rampasan perang yang dimotori oleh
ibn Saba seorang Yahudi Yaman yang masuk Islam memanfaatkan prinsip demokrasi
untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Sebenarnya Muawiyah mengetahui gelagat yang kurang baik ini sejak awal
sehingga gubernur Syria ini mengundang pemimpin yang alim ini pindah ke Damaskus
namun ditolak oleh Khalifah. Akhirnya saat yang genting itu pun tiba. Para
pemberontak mengepung Madinah, tekad penduduk Madinah untuk melindungi
Khalifah tidak disetujui oleh Usman dengan tujuan untuk menghindari pertumpahan
darah antara sesama muslim.

Salah satu tuntutan pemberontak agar mengangkat Muhammad bin Abu Bakar
menjadi gubernur Mesir disetujui oleh Khalifah meredakan topan keributan. Tapi
beberapa hari kemudian pemberontak muncul lagi yang dipicu oleh surat rahasia
Khalifah yang isinya memerintahkan gubernur Mesir memenggal kepala Muhammad
bin Abu Bakar.

Setelah tiba di Mesir, surat tersebut dibantah oleh Khalifah, sehingga tuduhan
pemalsuan surat itu jatuh kepada Marwan selaku sekretaris negara, dan akhirnya
pemberontak menuntut agar Marwan diserahkan kepada mereka. Namun Khalifah

18
menolak dengan alasan tidak ada bukti yang pasti terhadap tuduhan itu. Puncak dari
krisis itu terjadi ketika banyak orang muslim Madinah pergi ke Mekkah untuk
menunaikan ibadah haji. Para pemberontak memanfaatkan kesempatan itu.
Pemberontak mengepung rumah khalifah selama 40 hari yang dimulai dari bulan
Ramadhan sampai bulan Dzulhijah. Meski Usman memiliki kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah.
Mereka menyerang dan masuk ke dalam rumah Khalifah dengan memanjat dinding
rumah bagian belakang karena mereka tidak berani masuk melalui pintu gerbang yang
telah lama dijaga oleh dua putra Ali yang gagah berani. Namun tidak ada yang mampu
mengubah takdir Allah terhadap Utsman yang memang ditakdirkan mati syahid pada
17 Juni 656 Masehi bertepatan pada hari Jumat 18 Dzulhijah 35 H saat berusia 82 tahun.
Data sejarah menjelaskan bahwa yang membunuh Khalifah adalah Muhammad bin Abu
Bakar, namun di sumber lain dikatakan, yang membunuh Khalifah adalah Saudan bin
Hamran al-Muradi, yang menghantam bagian rusuknya hingga jatuh tersungkur di
depan istrinya Na'ilah, yang berusaha membela suaminya sehingga jarinya terputus
ditebas senjata pemberontak, yang kemudian dimakamkan di pekuburan Baqi di
Madinah.

19
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah Abu Bakar RA wafat, kekhalifahan Islam dipegang oleh sahabat Nabi
bernama Utsman bin Affan. Utsman diangkat menjadi khalifah ketiga merupakan
Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama (644-656). Nama lengkapnya
adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al
Umawy al Qurasy.

Pengangkatan kekhalifahan Utsman bin Affan atas dasar musyawarahdari


dewan musyawarah, yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,Sa'ad bin
Abi Waqas, Thalha bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan AbdurRahman bin Auf.
Ditambah salah seorang putra Umar yakni Abdillah.

Pada periode I, pemerintahan Utsman bin Affan membawa kemajuan luar biasa
berkat jasa panglima yang ahli dan berkualitas. Pada periode II, kekuasaan Utsman bin
Affan identik dengan kemunduran; terjadi huru-hara dan kekacauan yang luar biasa
sampai ia wafat.

Utsman bin Affan dituduh nepotisme oleh karena telah memberi keistimewaan-
keistimewaan kepada keluarganya yang menurut sahabat yang lain telah melanggar
aturan pemerintahan, oleh karena banyak sahabat yang lebih pantas dari pada yang
diangkat oleh khalifah. Khalifah telah menyalahi bait bahwa dia akan mengikuti sunnah
Rasul, Abu Bakar maupun Umar bin Khattab karena telah melenceng dari dua khalifah
sebelumnya. Indikator yang kuat tentang pembunuhan Utsman adalah karena ada
rekayasa terhadap diri beliau untuk menjatuhkan kekhalifahannya, dan itu menjadi
sangat jelas ketika dilihat setelah wafatnya beliau di mana Muawiyah menjadikan itu
sebagai alasan untuk menuntut darah pembunuh khalifah, namun setelah dia jadi
khalifah persoalan siapa pembunuhnya itu tidak dipermasalahkan. Konflik yang sangat
banyak terjadi pada masa khalifah Utsman Bin Affan tidak lain karena politik para
sanak saudara dari khalifah yang ingin menguasai seluruh jajaran pejabat Negara dan
ingin menjadi penguasa di daerahnya masing-masing. Oleh sebab itu maka kekuasaan
yg di emban oleh khalifah Utsman bin Affan harus di akhiri dengan kematian karena
ketidakpuasan segelongan pihak-pihak atas gaya berpolitiknya.

20
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari bahwa makalah
kami masih banyak kekeliruan, untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua, aamiin

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher, 2007)

Aizid, Raziem, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan dan
Modern, (Yogyakarta : DIVA Press, 2015)

Khalid Muhammad Khalid, Kehidupan Para Khalifah Teladan, Lembar Faktual tentang Lima
Negarawan Muslim, (Jakarta, Pustaka Amani,1995)

Latif Osman. Ringkasan Sejarah Islam. Cetakan XXIX. (Penerbit Widjaya, Jakarta, 1992).

Mahmud al-Humawi, Zuhair Wasiat-Wasiat Akhir Ayat dari Rasulullah, Abu Bakar, dll.
(Gema Insani Press, 2003)

Muhammad Husain Haikal, Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dan Kerajaan Terj. Ali
Audah, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2012)

Rasul Ja`fariyan, Musthofa Murad, 30 Nama Penghuni Surga, (Amzah, Jakarta, 2014)

Shadily, Hassan dkk, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta, Ichtiar Baru-van Hoeve, 1983)

Schoorl J.W., Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara sedang


Berkembang (Jakarta, Gramedia, 1980)

The Liang Gie, dkk, Ensiklopedi Administrasi (Jakarta, Haji Masabung, 1989) cet. 6

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1990)

22

Anda mungkin juga menyukai