Anda di halaman 1dari 11

Keluarga Sakinah

Pendidikan Agama Islam


Satrio bagus prasojo
Triatmojo ajiwijaya

Universitas Trisakti
Keluarga Sakinah
 Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
jadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Q.S.Ar-Rum
(30) :21

 Hidup berumah tangga merupakan cita-cita dan fitrah


semua manusia dan juga merupakan sunnah yang
diterapkan kepada para rasul sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S.Ar-Ra’du (13) : 38.

 Artinya : “dan sesungguhnya kami telah mengutus


beberapa rasul sebelum kamu dan kami memberikan
kepada mereka istri-istri dan keturunan.
Pembentukan Keluarga
Hamdan Rajih dalam buku “Kaifa nad’u Al-Athfal” yang diterjemahkan Oleh Abdul Hamid Hasan menjadi
“Mengakrabkan Anak dengan Tuhan”, menyebutkan bahwa keluarga adalah institusi yang mengandung
unsur : suami, istri dan anak. Keluarga merupakan salah satu unit terpenting yang membentuk masyarakat
ia merupakan batu pertama dalam bangunan masyarakat, kompoenen dasar, pusat gerak, dan denyut
jantung serta corong masyarakat, sekaligus ia merupakan jembatan penghubung antar individu dan
masyarakat.

Keluarga adalah mini organisasi social yang biasanya terdiri ayah, ibu dan seorang anak atau lebih terjalin
rasa saling mencintai, berbagi tanggung jawab, dan melaksanakan aktivitas pendidikan terhadap anak,
sehingga memungkinkan mereka melaksanakan tanggung jawabnya dalam kehidupan.

Poin-poin spesifik keluarga :

 Kumpulan individu yang terjalin ikatan perkawinan (suami dan istri) dan hubungan darah (orang tua
dan anak).

 Tinggal dalam satu tempat tinggal (rumah).

 Ada jalinan interaksi antarindividu menyangkut peran-peran sebagai suami istri, ayah, ibu anak, cucu
dan saudara-saudara.

 Hidup bersama di bawah satu keyakinan.


Urgensi Keluarga dalam Islam
Hamdah Rajih mengungkapkan urgensi keluarga dalam Islam atas dasar 3 alasan
yaitu :

 Perkawinan dalam Islam merupakan sarana yang sesuai dengan kodrat


kemanusiaan sebagaimana petunjuk Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW.

 Perhatian islam terhadap keluarga adalah diharuskannya pasangan suami istri


untuk selalu berjalan pada garis petunjuk ajaran islam dalam kehidupan keluarga.

 Keluarga merupakan wahana tempat hidup, tempat saling memberikan


pendidikan dan tempat interaksi antar anggota maka islam memberikan hak
kepemimpinan kepada laki-laki berdasarkan firman Allah dalam Q.S. An-Nisa (4) :
34 : artinya :”laki-laki adalah pemimpin atas perempuan dengan sesuatu yang
telah allah lebihkan kepadanya.”

Definisi/Pengertian Pernikahan/Perkawinan

 Pernikahan atau perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dunia dan akhirat. Muhammad Ali Al-Hasyim mengatakan
;pernikahan dalam islam diartikan sebagai sesuatu akad (perjanjian) yang kuat
dan suci, yang diberkahi antara laki-laki dan seorang wanita, yang dengannya
dihalalkan bagi keduanya hal-hal yang sebelumnya diharamkan.

 Muhammad Ali As-Shabuni mengatakan bahwa dengan pernikahan manusia


mampu merealisasikan cita-cita tertinggi dan termulia, yaitu menjaga diri dari
bujukan setan, menyalurkan dorongan syahwat, menjaga pandangan dan
terhindar dari perbuatan zina, menghibur diri dengan kencan dan bersenda gurau
dengan istri.
Hukum Nikah dalam Islam

Secara teks syar’i (Quran) hukum akad nikah adalah “Sunnah” (An-Nisa ayat 3)
Namun secara telaah fiqih Imam Al-Qurthubi menyebutkan ada lima kondisi yang menjadi dasar pertimbangan
hukum nikah. Sehingga kelima kondisi tadi melahirkan lima ketetapan hukum nikah dalam islam, yaitu :

Pertama : Mubah/Jaiz (diperbolehkan). Bila seseorang tidak ingin untuk menikah, baik karena faktor kondisi
tubuh, atau usia yang sudah lanjut, maupun sebab-sebab lainnya.

Kedua : Sunnah, apabila seseorang sudah dewasa, sehat, punya nafkah dan kemauan serta khawatir akan
terjerumus ke dalam perbuatan haram atau maksiat.

Ketiga : Wajib, apabila unsur-unsur dalam hukum sunnah telah terpenuhi dan dikhawatirkan terjerumus dalam
perbuatan zina dan maksiat lainnya.

Keempat : Makruh, manakala dilakukan oleh orang yang belum dewasa, berpenyakit dan belum mampu nafkah
lahir dan batin.

Kelima : Haram, ketika seseorang menikah dengan maksud menelantarkan dan menyakiti salah satu pihak suami,
istri atau mertua.

Rukun Nikah

Rukun nikah yaitu unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu perkawinan atau pernikahan,
yaitu :
1. Calon mempelai pria dan wanita
2. Wali dan calon mempelai wanita
3. Dua orang saksi laki-laki
4. Ijab dan Qabul, yaitu ucapan penyerahan calon mempelai wanita dari walinya kepada calon mempelai pria
untuk dinikahi. Qobul, yaitu ucapan penerimaan pernikahan dari calon mempelai pria atas walinya.
Tujuan Hidup Berkeluarga
dalam Islam
Akad nikah merupakan perjanjian yang suci dan berat antar③ Membentengi diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan
suami istri yang didasari dengan iman dan takwa kepada allah tercela lainnya ;
SWT. Agar tercipta sebuah keluarga yang ideal, perlu
memerhatikan beberapa hal sebagai berikut :
④ Manjaga diri dari berbagai fitnah ;

① Kepandaian memilih pasangan hidup. Beragama dan


berakhlak mulia. ⑤ Manjaga fitrah anak-anak agar tidak melakukan
penyimpangan-penyimpangan ;

② Memantapkan pilihan dengan melihat wajah dan telapak


tangan calon. ⑥ Mambina dan membangun kekeluargaan serta
mempererat talu silaturahmi antarkeluarga ;

③ Menetapkan pilihan, yaitu pihak pria maupun wanita


diberikan kebebasan untuk menolak atau menerima⑦ Membentuk dan membangun keluarga islami, yaitu
calonnya, karena dalam islam tidak ada paksaan. keluarga yang semua komponen anggotanya mampu
menjadi teladan, serta mampu mentransformasikan nilai-
nilai islam bagi lingkungan masyarakat disekitarnya ;
④ Perlunya kesetaraan dalam harta, kedudukan, keturunan
dan agama, agar rumah tangga berjalan harmonis.
⑧ Melaksanakan ketentuan-ketentuan allah dalam segala
permsalahan rumah tangga. Artinya, tujuan berkeluarga
Tujuan hidup berkeluarga dalam islam antara lain sebagai berikut : adalah mendirikan rumah tangga muslim yang
mendasarkan kehidupannya pada perwujudan
penghambaan kepada allah swt.
① Membentuk dan membina keluarga sakinah, mawaddah
dan rohmah. Q.s. rum (30) : 21 ;

② Melanjutkan dan memelihara keturunan umat manusia;


Fungsi Keluarga dalam
Islam
Dalam islam fungsi keluarga tidak terletak pada dimensi biologis dan sosial semata, namun juga
menyentuh dimensi dakwah. Dalam makna bahwa keluarga diharapkan mampu melahirkan generasi
yang sholih dan menjadi “imam” bagi orang-oarang yang bertaqwa, sebagaimana firman allah swt
dalam Q.S. Al-Furqon (25) : 74. Artinya : “ ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri dan
keturunan kami, sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa”.

Fungsi-fungsi keluarga dalam islam lainnya adalah :

 Tempat dan sarana mencurahkan perasaan hati dan pikiran anggota keluarga.

 Tempat berlindung dan memecahkan masalah yang muncul dalam keluarga.

 Tempat pendidikan dan pembinaan anggota keluarga.

 Tempat melatih diri untuk mengatur, memerhatikan, mengurus dan melaksanakan hak-hak
anggota keluarga, sabar terhadap akhlak mereka.
Pembinaan Keluarga
Sakinah
Rasulullah saw menggambarkan bahwa rumah tangga merupakan surga dunia, “Baiti Jannati” – rumahku surgaku.

Untuk dapat mewujudkan keluarga yang sakinah rasulullah saw bersabda dalam hadits riwayat bukhari, yaitu
artinya :

“Barang siapa mengawini wanita karena memandang kedudukannya, allah akan menambahkan baginya
kerendahan; barang siapa mengawini wanita karena memandang harta bendanya, allah akan menambahkan
baginya kemeralatan. Barang siapa mengawini wanita karena keturunannya, allah akan menambahkan baginya
kehinaan. Akan tetapi barang siapa mengawini seorang wanita karena bermaksud ingin meredam gejolak mata
dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin mendekatkan iakatan kekeluargaan, allah akan memberkahi bagi
istrinya dan memberkahi istri baginya (suami)”.

Motivasi dalam memilih pasangan dan tujuan dalam melangsungkan pernikahan, sangat menetukan kualitas
keluarga tersebut. Rasulullah saw mengatakan bahwa pernikahan yang dimaksud adalah untuk niat yang suci dan
tujuan yang mulia.
Rasulullah saw dalam salah satu sabdanya melukiskan tentang suasana rumah tangga yang diliputi kebaikan dan
kebahagiaan dengan sabdanya dalam hadits riwayat dailami dari annas, yang artinya: “ apabila allah swt
menghendaki suatu rumah tangga yang baik (bahagia), diberikannya kecenderungan menghayati ilmu-ilmu agama,
yang muda menghormati orang tua, harmonis dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana; menyadari
kesalahan-kesalahan mereka dan kemudian bertaubat. Jika allah menghendaki sebaliknya, maka ditinggalnya
mereka dalam kesesatan”.

Kriteria untuk membina keluarga sakinah ada lima (5) macam, yaitu :
 Mempelajari, menghayati dan mengamalkan ilmu-ilmu agama.
 Mempunyai akhlak mulia, kasih sayang dan sopan santun.
 Harmonis dalam keluarga, tenang dan aman.
 Hemat dan hidup sederhana.
 Menyadari kesalahan sendiri dan segera memperbaikinya (intropeksi diri).
 Disamping itu dapat ditambahkan, yaitu mampu dan mapan dalam bidang ekonomi, baik dalam ibadah, fisik
yang sehat dan kuat, mampu menjaga dan memanfaatkan waktu serta saling tolong-menolong yang dilandasi
sikap empati antara anggota keluarga.
Poligami, Thalak dan
Nikah Beda Agama
o Pologami

Dalam sejarah, parktek poligami sudah dikenal luas di berbagai masyarakat dunia, antara lain
China, India, Mesir, Arab, Persia, Yunani, Sisilia, Rusia, Jerman, Swiss, Eropa Timur, Belanda,
Denmark, Inggris, Swedia dan Norwegia. Bagi bangsa arab sebelum islam dan bangsa yahudi,
pologami mendapat legalitas yang sangat luas dan tidak membatasi jumlahnya.

Islam memandang masalah poligami dari 2 sudut pandang, yaitu syar’i dan pandangan sosial.
Secara syar’i al-quran menyebutkan “dan jika kamu takut tidak akan dapat belaku adil terhadap
perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau
empat” (an-nisa : 3). Ayat ini memperbolehkan untuk menikah lebih dari satu agar dapat menjaga
pandangan, kemaluan, kesucian, memperbanyak keturunan dan melindungi kehormatan seorang
wanita.

Dari sudut pandang sosial, sudah dapat dimaklumi bahwa peperangan yang terjadi antara berbagai
bangsa memakan banyak korban, para pejuang yang gugur sehingga banyak wanita yang
menjanda dan tidak mempunyai penanggung jawab dalam masalah nafkah. Dalam realita sosial
secara kuantitas jumlah wanita lebih banyak dari pada pria oleh karena itu poligami bisa dijadikan
salah satu pertimbangan dalam mengatasi problem-problem sosial.
o Thalak

Thalak adalah cerai yang dijatuhkan oleh suami terhadap istrinya , sehingga
perkawinan mereka menjadi putus. Dalam islam, secara hukum, asal thalak
adalah makruh, menurut khalifa utsman bin affan dan sejumlah ulama bahwa
orang yang sedang mabuk, gila, yang dipaksa, atau marah yang tidak
terkendali, thalaknya tidak dianggap jatuh walaupun pelakunya berdosa.

Adapun hikmah disyar’iatkannya thalak sangat jelas sekali, karena boleh jadi
dalam kehidupan rumah tangga tidak ada kecocokan antar suami istri,
sehingga muncul sikap saling benci, yang disebabkan oleh tingkat keilmuan
yang rendah, pemahaman terhadap nilai-nilai agama yang minim, atau karena
tidak memiliki akhlak yang mulia atau semisalnya, sehingga thalak merupakan
jalan keluar yang paling tepat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. An-
Nisa (4) : 130 :
Artinya : “jika keduanya bercerai, maka allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunia-nya. Dan adalah allah maha luas lagi
maha bijaksana”.

Anda mungkin juga menyukai