Anda di halaman 1dari 11

Keluarga

Sakinah
Pendidikan Agama Islam

Deanalova Artan Virgoayu (052001400037)


Dhiya Miftaah Ulhaq
(052001400039)
Gladis Istiqomah SP
(052001400053)
Nasyirah Amin
(052001400087)
Siti Marpuah
(052001400112)
Windy Meydia Darmianti
(052001400123)
Universitas Trisakti

Keluarga Sakinah
Artinya : dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
jadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. Q.S.Ar-Rum (30) :21
Hidup berumah tangga merupakan cita-cita dan fitrah semua
manusia dan juga merupakan sunnah yang diterapkan
kepada para rasul sebagaimana firman Allah SWT dalam
Q.S.Ar-Radu (13) : 38.
Artinya : dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa
rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka
istri-istri dan keturunan.

Pembentukan
Keluarga

Hamdan Rajih dalam buku Kaifa nadu Al-Athfal yang diterjemahkan Oleh Abdul Hamid
Hasan menjadi Mengakrabkan Anak dengan Tuhan, menyebutkan bahwa keluarga
adalah institusi yang mengandung unsur : suami, istri dan anak. Keluarga merupakan
salah satu unit terpenting yang membentuk masyarakat ia merupakan batu pertama
dalam bangunan masyarakat, kompoenen dasar, pusat gerak, dan denyut jantung serta
corong masyarakat, sekaligus ia merupakan jembatan penghubung antar individu dan
masyarakat.
Keluarga adalah mini organisasi social yang biasanya terdiri ayah, ibu dan seorang anak
atau lebih terjalin rasa saling mencintai, berbagi tanggung jawab, dan melaksanakan
aktivitas pendidikan terhadap anak, sehingga memungkinkan mereka melaksanakan
tanggung jawabnya dalam kehidupan.
Poin-poin spesifik keluarga :

Kumpulan individu yang terjalin ikatan perkawinan (suami dan istri) dan hubungan
darah (orang tua dan anak).

Tinggal dalam satu tempat tinggal (rumah).

Ada jalinan interaksi antarindividu menyangkut peran-peran sebagai suami istri,


ayah, ibu anak, cucu dan saudara-saudara.

Urgensi Keluarga dalam


Islam
Hamdah Rajih mengungkapkan urgensi keluarga dalam Islam
atas dasar 3 alasan yaitu :

Perkawinan dalam Islam merupakan sarana yang sesuai dengan


kodrat kemanusiaan sebagaimana petunjuk Al-Quran dan Sunnah
Nabi SAW.

Perhatian islam terhadap keluarga adalah diharuskannya pasangan


suami istri untuk selalu berjalan pada garis petunjuk ajaran islam
dalam kehidupan keluarga.

Keluarga merupakan wahana tempat hidup, tempat saling


memberikan pendidikan dan tempat interaksi antar anggota maka
islam memberikan hak kepemimpinan kepada laki-laki berdasarkan
firman Allah dalam Q.S. An-Nisa (4) : 34 : artinya :laki-laki adalah
pemimpin atas perempuan dengan sesuatu yang telah allah
lebihkan kepadanya.

Definisi/Pengertian Pernikahan/Perkawinan

Pernikahan atau perkawinan adalah ikatan batin antara seorang


pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dunia dan
akhirat. Muhammad Ali Al-Hasyim mengatakan ;pernikahan dalam
islam diartikan sebagai sesuatu akad (perjanjian) yang kuat dan
suci, yang diberkahi antara laki-laki dan seorang wanita, yang
dengannya dihalalkan bagi keduanya hal-hal yang sebelumnya
diharamkan.

Hukum Nikah dalam Islam


Secara teks syari (Quran) hukum akad nikah adalah Sunnah (An-Nisa ayat 3)
Namun secara telaah fiqih Imam Al-Qurthubi menyebutkan ada lima kondisi yang menjadi
dasar pertimbangan hukum nikah. Sehingga kelima kondisi tadi melahirkan lima ketetapan
hukum nikah dalam islam, yaitu :
Pertama : Mubah/Jaiz (diperbolehkan). Bila seseorang tidak ingin untuk menikah, baik karena
faktor kondisi tubuh, atau usia yang sudah lanjut, maupun sebab-sebab lainnya.
Kedua : Sunnah, apabila seseorang sudah dewasa, sehat, punya nafkah dan kemauan serta
khawatir akan terjerumus ke dalam perbuatan haram atau maksiat.
Ketiga : Wajib, apabila unsur-unsur dalam hukum sunnah telah terpenuhi dan dikhawatirkan
terjerumus dalam perbuatan zina dan maksiat lainnya.
Keempat : Makruh, manakala dilakukan oleh orang yang belum dewasa, berpenyakit dan
belum mampu nafkah lahir dan batin.
Kelima : Haram, ketika seseorang menikah dengan maksud menelantarkan dan menyakiti
salah satu pihak suami, istri atau mertua.

Rukun Nikah
Rukun nikah yaitu unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu perkawinan
atau pernikahan, yaitu :
1. Calon mempelai pria dan wanita
2. Wali dan calon mempelai wanita
3. Dua orang saksi laki-laki
4. Ijab dan Qabul, yaitu ucapan penyerahan calon mempelai wanita dari walinya kepada
calon mempelai pria untuk dinikahi. Qobul, yaitu ucapan penerimaan pernikahan dari

Tujuan Hidup
Berkeluarga dalam
Islam

Akad nikah merupakan perjanjian yang suci dan berat antar suami istri yang didasari dengan iman dan takwa
kepada allah SWT. Agar tercipta sebuah keluarga yang ideal, perlu memerhatikan beberapa hal sebagai
berikut :

Kepandaian memilih pasangan hidup. Beragama dan berakhlak mulia.

Memantapkan pilihan dengan melihat wajah dan telapak tangan calon.

Menetapkan pilihan, yaitu pihak pria maupun wanita diberikan kebebasan untuk menolak atau menerima
calonnya, karena dalam islam tidak ada paksaan.

Perlunya kesetaraan dalam harta, kedudukan, keturunan dan agama, agar rumah tangga berjalan
harmonis.

Tujuan hidup berkeluarga dalam islam antara lain sebagai berikut :

Membentuk dan membina keluarga sakinah, mawaddah dan rohmah. Q.s. rum (30) : 21 ;

Melanjutkan dan memelihara keturunan umat manusia;

Membentengi diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan tercela lainnya ;

Manjaga diri dari berbagai fitnah ;

Fungsi Keluarga
dalam Islam
Dalam islam fungsi keluarga tidak terletak pada dimensi biologis dan sosial semata,
namun juga menyentuh dimensi dakwah. Dalam makna bahwa keluarga diharapkan
mampu melahirkan generasi yang sholih dan menjadi imam bagi orang-oarang
yang bertaqwa, sebagaimana firman allah swt dalam Q.S. Al-Furqon (25) : 74.
Artinya : ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri dan keturunan kami,
sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa.
Fungsi-fungsi keluarga dalam islam lainnya adalah :

Tempat dan sarana mencurahkan perasaan hati dan pikiran anggota keluarga.

Tempat berlindung dan memecahkan masalah yang muncul dalam keluarga.

Tempat pendidikan dan pembinaan anggota keluarga.

Tempat melatih diri untuk mengatur, memerhatikan, mengurus dan


melaksanakan hak-hak anggota keluarga, sabar terhadap akhlak mereka.

Pembinaan Keluarga
Sakinah

Rasulullah saw menggambarkan bahwa rumah tangga merupakan surga dunia, Baiti Jannati
rumahku surgaku.
Untuk dapat mewujudkan keluarga yang sakinah rasulullah saw bersabda dalam hadits riwayat
bukhari, yaitu artinya :
Barang siapa mengawini wanita karena memandang kedudukannya , allah akan menambahkan
baginya kerendahan; barang siapa mengawini wanita karena memandang harta bendanya , allah
akan menambahkan baginya kemeralatan. Barang siapa mengawini wanita karena keturunannya ,
allah akan menambahkan baginya kehinaan. Akan tetapi barang siapa mengawini seorang wanita
karena bermaksud ingin meredam gejolak mata dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin
mendekatkan iakatan kekeluargaan, allah akan memberkahi bagi istrinya dan memberkahi istri
baginya (suami).
Motivasi dalam memilih pasangan dan tujuan dalam melangsungkan pernikahan, sangat
menetukan kualitas keluarga tersebut . Rasulullah saw mengatakan bahwa pernikahan yang
dimaksud adalah untuk niat yang suci dan tujuan yang mulia.
Rasulullah saw dalam salah satu sabdanya melukiskan tentang suasana rumah tangga yang
diliputi kebaikan dan kebahagiaan dengan sabdanya dalam hadits riwayat dailami dari annas,
yang artinya: apabila allah swt menghendaki suatu rumah tangga yang baik (bahagia),
diberikannya kecenderungan menghayati ilmu-ilmu agama, yang muda menghormati orang tua,
harmonis dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana; menyadari kesalahan-kesalahan mereka
dan kemudian bertaubat. Jika allah menghendaki sebaliknya, maka ditinggalnya mereka dalam
kesesatan.
Kriteria untuk membina keluarga sakinah ada lima (5) macam, yaitu :
Mempelajari, menghayati dan mengamalkan ilmu-ilmu agama .
Mempunyai akhlak mulia, kasih sayang dan sopan santun.
Harmonis dalam keluarga, tenang dan aman.
Hemat dan hidup sederhana.
Menyadari kesalahan sendiri dan segera memperbaikinya (intropeksi diri).
Disamping itu dapat ditambahkan, yaitu mampu dan mapan dalam bidang ekonomi, baik

Poligami, Thalak dan


Nikah Beda Agama
o

Pologami

Dalam sejarah, parktek poligami sudah dikenal luas di berbagai masyarakat


dunia, antara lain China, India, Mesir, Arab, Persia, Yunani, Sisilia, Rusia, Jerman,
Swiss, Eropa Timur, Belanda, Denmark, Inggris, Swedia dan Norwegia. Bagi
bangsa arab sebelum islam dan bangsa yahudi, pologami mendapat legalitas
yang sangat luas dan tidak membatasi jumlahnya.
Islam memandang masalah poligami dari 2 sudut pandang, yaitu syari dan
pandangan sosial. Secara syari al-quran menyebutkan dan jika kamu takut tidak
akan dapat belaku adil terhadap perempuan yang yatim, maka kawinilah wanitawanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat (an-nisa : 3). Ayat ini
memperbolehkan untuk menikah lebih dari satu agar dapat menjaga pandangan,
kemaluan, kesucian, memperbanyak keturunan dan melindungi kehormatan
seorang wanita.
Dari sudut pandang sosial, sudah dapat dimaklumi bahwa peperangan yang
terjadi antara berbagai bangsa memakan banyak korban, para pejuang yang
gugur sehingga banyak wanita yang menjanda dan tidak mempunyai
penanggung jawab dalam masalah nafkah. Dalam realita sosial secara kuantitas
jumlah wanita lebih banyak dari pada pria oleh karena itu poligami bisa dijadikan
salah satu pertimbangan dalam mengatasi problem-problem sosial.

o Thalak
Thalak adalah cerai yang dijatuhkan oleh suami terhadap istrinya
, sehingga perkawinan mereka menjadi putus. Dalam islam,
secara hukum, asal thalak adalah makruh, menurut khalifa
utsman bin affan dan sejumlah ulama bahwa orang yang sedang
mabuk, gila, yang dipaksa, atau marah yang tidak terkendali,
thalaknya tidak dianggap jatuh walaupun pelakunya berdosa.
Adapun hikmah disyariatkannya thalak sangat jelas sekali,
karena boleh jadi dalam kehidupan rumah tangga tidak ada
kecocokan antar suami istri, sehingga muncul sikap saling benci,
yang disebabkan oleh tingkat keilmuan yang rendah,
pemahaman terhadap nilai-nilai agama yang minim, atau karena
tidak memiliki akhlak yang mulia atau semisalnya, sehingga
thalak merupakan jalan keluar yang paling tepat. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa (4) : 130 :
Artinya : jika keduanya bercerai, maka allah akan memberi
kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-nya.
Dan adalah allah maha luas lagi maha bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai