Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN OBSERVASI KETERAMPILAN KONSELING

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi dan
Konseling Kebidanan

Dosen Pengampu:
Fatiah Handayani, S.ST., M.Keb.

Disusun Oleh:
Cindy Sonia (502019001)
Himayatul Hukmilah (502019033)
Intan Mutia Restiani S (502019012)
R. Mulia Julianti (502019025)
Salsa Billah Khoeru Zulfa (502019023)
Zia Azkiatun Nafsiyah (502019024)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
Jln. K.H.A. Dahlan dalam No.6 Bandung
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam
semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah
sehingga saya diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
“Laporan Observasi Konseling” yang merupakan tugas saya dalam mata kuliah
Komunikasi dan Konseling di semester tiga. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang diutus ke permukaan bumi
ini menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban
seperti sekarang ini.
Saya menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari tantangan dan hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak
langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan
makalah ini sehingga makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya
yaitu, secara mendalam kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
motivasi yang diberikan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin Yaa Robb. Kita akan bertemu pada titik terbaik menurut takdir

Bandung, 9 Desember 2020


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami pubertas
dimana perkembangan fisik dan mental berkembang secara pesat. Remaja
sebagai periode masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa yang
dimulai seusai tercapai kematangan seksual secara biologis sesudah
pubertas, pada periode ini individu menunjukkan ciri-ciri seksual dan sifat-
sifat kedewasaan serta mengalami berbagai perubahan fisik, psikologis,
mental dan sosial yang mana individu mulai memberi perhatian ke
lingkungan yang lebih luas melalui lingkungan keluarga dan lingkungan
teman sekolah. (Sumardjono, 2014: 9)
Bagi suatu bangsa mereka merupakan generasi penerus yang kelak
akan menjadi tulang punggung dan sekaligus mewarisi kelangsungan
bangsa kedepan, bagi orang tua mereka merupakan penerus keturunan dan
sebagai tempat bertumpuh di hari tua kelak. Masa remaja merupakan awal
dari proses menuju kedewasaan. Pada masa inilah individu sering
mengalami kegelisahan dalam dirinya. Perkembangan kejiwaan remaja
terutama pada periode pubertas atau adolesens, remaja sering dilanda
keguncangan-keguncangan yang tidak jarang muncul dalam perbuatan
yang disebut juvenile delinquency atau kenakalan remaja, dengan gejala-
gejala yang menghawatirkan terhadap kelangsungan hidup negara dan
bangsa (Mahmudah, 2014: 2). Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh
remaja yang gagal menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik
pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Secara psikologis
kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak. Sering kali didapati
bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungannya, seperti kondisi ekonomi.(Nurihsan, 2000: 45)
Permasalahan yang sering terjadi pada remaja adalah masalah
kesehatan reproduksi, perilaku beresiko, perilaku menyimpang dan tidak
sehat seperti merokok, minum alkohol, penyalahgunaan narkoba dan
perilaku seksual pra nikah. Perilaku seksual pranikah atau orang
menyebutnya dengan istilah seks beresiko adalah perilaku menyimpang
seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan. Perilaku seksual
pranikah misalnya pacaran yang tidak sehat diantaranya adalah
berpegangan tangan, berpelukan, berciuman bibir (kissing), rabaan
(petting), dan melakukan hubungan seksual.
Perilaku seksual pranikah di kalangan remaja timbul karena
beberapa faktor diantaranya adalah rasa ingin tahu yang besar, sesuai
dengan tugas perkembangan remaja itu sendiri. Perilaku seksual pranikah
yang dilakukan dapat menimbulkan banyak dampak negatif pada remaja
diantaranya adalah kehamilan tidak diinginkan diluar nikah, penularan
penyakit seksual, HIV-AIDS, rasa takut, bahkan kecanduan untuk
melakukannya lagi. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu
kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan
oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Tentu saja
masalah-masalah di atas tidak berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang
menjadi penyebabnya antara lain karena keluarga yang broken home,
kurangnya pendidikan agama, miskinnya pendidikan akhlak, atau karena
kesalahan memilih teman. Pendidikan agama yang seringkali di nomor
duakan, pergaulan bebas yang tiada batas, juga pola asuh dari orang tua
adalah beberapa faktor penyebab lahirnya kasus dimana para remaja
berfikir dangkal dengan melakukan hubungan seksual terlebih dahulu
sebelum menikah, sehingga tidak bisa dihindari hamil diluar nikah pun
menjadi dampak besarnya atau yang biasa kita kenal istilah MBA
“Married By Accident” (Faizah, 2013:2).
Pada kasus praktikum ini adalah seorang remaja usia 15 tahun yag
mengalami hamil di luar nikah. Remaja yang masih duduk di bangku
Sekolah Menengah Pertama di salah satu kota S, 1 bulan sebelum
pelaksanaan ujian sekolah telah hamil yang diketahui oleh orang tuanya.
Awal pertama ibu dari remaja ini curiga dengan anak perempuannya yang
beberapa bulan tidak mengalami menstruasi. Atas kecurigaanya. Ibu
berinisiatif untuk berdiskusi dengan anak dan ayahnya apakah benar anak
ini telah melakukan hubungan seksual dan mengalami kehamilan.
Anakpun mengaku atas apa yang sudah di perbuat dengan pacarnya,
keesokan harinya ibu dan remaja tersebut datang ke puskesmas yang ada
di kelurahan untuk periksa kandungan ternyata setelah diperiksa
kandungan remaja tersebut sudah memasuki usia 6 bulan. Orang tua pun
cemas dan tidak tahu harus melakukan apa karena sudah mendekati ujian
sekolah dengan usia kandungan 6 bulan dan secara fisik perut remaja
tersebut sudah terlihat besar.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan pokok-pokok yang akan diuraikan.
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud Konsep Konseling dalam Asuhan Kebidanan?
2. Apa yang dimaksud dengan Konseling pada Remaja ?
3. Bagaimana cara memberikan konseling?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui proses konseling dengan menambahkan unsur
islami.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Konsep Konseling dalam Asuhan Kebidanan;
b. Untuk megetahui Konseling pada Remaja;
c. Untuk mengetahui cara memberikan konseling.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Konseling dalam Asuhan Kebidanan


1. Definisi konseling kebidanan
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara
yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam, dan usaha
bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai
tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemecahan
kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang
lingkup pelayanan kebidanan (Uripmi dkk., 2003).
Konseling dapat dilakukan pada setiap siklus reproduksi manusia, dari
tahapan bayi, anak, remaja, pra nikah, merencanakan keluarga, kehamilan,
antenatal, masalah dan risiko reproduksi, serta persalinan, nifas dan
menopause (Depkes RI, 2006). Ada 5 tujuan konseling kebidanan sebagai
berikut.
a. Membantu memecahkan masalah/menfasilitasi koping (fasilitating
coping), meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan
keputusan secara tepat. Lebih lanjut, tujuannya adalah menfasilitasi
pengembangan koping yang konstruktif pada klien yang mengalami
masalah kehidupan, khususnya yang berhubungan dengan penyakit,
kondisi sakit, atau cacat yang dialami.
b. Membantu pemenuhan kebutuhan klien, meliputi menghilangkan
perasaan yang menekan/mengganggu dan mencapai kesehatan mental
yang positif.
c. Mengubah sikap dan perilaku yang negatif menjadi positif dan dari
yang merugikan kien jadi menguntungkan klien.
d. Meningkatkan rasa percaya diri. Klien yang mengalami permasalahan
kesehatan reproduksi biasanya cenderung menutup diri dari
masyarakat dan keluarga. Konseling dapat membantu menguatkan
klien agar bisa lebih menerima tubuhnya secara positif.
e. Efektifitas personal dimana akar masalah seksualitas dan kesehatan
reproduksi (SKR) sangat kompleks, bukan sekedar masalah medis
tetapi sabanyak permasalahan sosial yang ada.

2. Unsur Kegiatan dalam Konseling


Dalam melaksanakan kegiatan konseling, ada empat kegiatan yang
harus dilaksanakan agar konseling dapat berjalan dengan baik dan efektif.
a. Pembinaan hubungan baik (rapport)
b. Penggalian informasi
c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan
d. Menindaklanjuti pertemuan

B. Konseling Pada Remaja


Masa remaja adalah suatu masa di mana seseorang mencari jati diri
atau identitas akan keberadaannya di lingkungannya. Masa ini bisa
dianggap sebagai masa yang rawan akan terjadinya penyimpangan ketika
seorang remaja salah dalam memilih teman dan sulit beradaptasi dengan
perubahan yang ada pada dirinya. Bidan mempunyai peran utnuk
memudahkan remaja beradaptasi dengan kondisinya dengan memberika
konseling.
Konseling yang diberikan bidan kepada remaja mempunyai tujuan
untuk memberikan pemahaman dan upaya untuk penyesuaian diri
terhadap perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada usia remaja.
Pelaksanaan konseling pada remaja adalah dengan melakukan pendekatan
kelompok karena pada saat ini remaja mencari pengakuan dari
lingkungannya atau kelompoknya. Kelompok adalah pusat perhatian dari
remaja. Untuk memperjelas arah dan tujuan proses konseling yang akan
dilaksanakan, bidan memberi masukan tentang hal-hal berikut.
1. Perubahan fisik/biologis
2. Perubahan emosi
3. Proses kehamilan yang mungkin terjadi
4. Penyalahgunaan obat terlarang dan bahan bahaya.
5. Kenakalan remaja
6. Hambatan dalam belajar.
Pada saat berkomunikasi dengan remaja ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, seperti berikut ini.
1. Kenyamanan remaja dalam menerima informasi.
2. Memperhatikan cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang
disampaikan.
3. Memokuskan pada persoalan yang akan disampaikan
4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk
didengar.
5. Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja.
6. Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat
penyampaian pesan
7. Menjalin keakraban
Konseling pada remaja memeiliki beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Mencegah upaya abortus provokatus.
2. Mendorong ibu (remaja yang hamil) untuk mencari pelayanan
kesehatan.
3. Mempersiapkan kelahiran bayi secara normal.
4. Mempersiapkan ibu dan keluarga agar menerima kelahiran bayi
5. Pada orang tua remaja, mendorong untuk diresmikannya pernikahan
putra-putrinya (Wulandari, 2009).

C. Cara Memberikan Konseling


Proses komunikasi interpersonal (KIP) adalah interaksi dinamis antar
orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, dan saling berbagai
informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu
di dalam kelompok kecil. KIP bukan hanya dilakukan antara dua orang
tapi juga bisa dilakukan antara tiga orang atau lebih dengan interaksi
verbal dan non verbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan
perasaan dalam suatu kelompok dimana masing-masing anggota
menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama, dan atau
bekerja untuk suatu tujuan.
1. Jenis-Jenis Komunikasi
Komunikasi bisa dibagi menjadi empat jenis.
a. Komunikasi massa, yaitu jenis komunikasi dimana penyampaian
pesan seseorang kepada kelompok besar orang, biasanya kepada
sebagian besar masyarakat.
b. Komunikasi intrapersonal, aitu jenis komunikasi di mana
penyampaian pesan seseorang kepada dirinya sendiri.
c. Komunikasi interpersonal, yaitu jenis komunikasi dimana
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain bersifat dua
arah, secara verbal dan non verbal.
d. Komunikasi kelompok, yaitu jenis komunikasi dimana
penyampaian pesan dari seseorang kepada individu di dalam
kelompok kecil.

3. Langkah-langkah dalam konseling


Langkah-langkah dalam konseling berikut ini.
a. Pendahuluan/pembuka. Pembuka adalah kegiatan untuk
menciptakan kontak, melengkapi data konseli, untuk merumuskan
penyebab masalah dan menentukan jalan keluar.
b. Bagian inti/pokok. Pada langkah ini, mencakup kegiatan mencari
jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi konseli
dan melaksanakan jalan keluar tersebut.
c. Bagian akhir. Pada bagian ini, seorang konselor menyimpulkan dari
seluruh aspek kegiatan dan menfasilitasi konseli dalam mengambil
jalan keluar. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari
pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya.
Ketika kita akan melakukan konseling, inilah beberapa langkah sikap
yang bisa dilakukan untuk keberhasilan dari konseling yang kita lakukan
a. Langkah pertama, jalin hubungaan komunikasi secara terbuka,
menerima remaja secara utuh
b. Langkah selanjutnya, bidan membentuk kelompok remaja untuk
diskusi.
c. Sikap bidan saat diskusi sebagai fasilitator dan pengarah
d. Di luar diskusi, bidan bisa menerima konsultasi dan konseling yang
bersifat individu.

4. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan dan Tidak Dilakukan Konselor


Dalam konseling, seorang konselor harus memperhatikan beberapa
hal, salah satunya adalah tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan
yang sebaiknya tidak dilakukan untuk menghindari terjadinya
hambatan dalam konseling.
a. Hal-hal yang harus dilakukan konselor: 1) Ramah, terbuka, dan
simpatik 2) Mampu mengontrol perasaan, khususnya yang bersifat
negatif 3) Menyampaikan informasi yang tidak bias kepada klien
4) Mampu mendapatkan respon balik ( feedback) dari klien 5)
Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan melakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi
profesional 6) Mampu menerima ide-ide dan pendapat klien tanpa
menghakimi 7) Mampu membangun empati kepada klien 8)
Mampu menemukan solusi yang baik 9) Mampu meningkatkan
keterampilan melakukan konseling
b. Hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan konselor: 1) Memaksakan
pendapat kepada klien 2) Menyampaikan informasi yang tidak
dibutuhkan dan diharapkan klien 3) Menggunakan kata-kata dan
istilah-istilah yang sulit dimengerti 4) Menyela, meremehkan dan
mengkritik klien 5) Mengomentari atau memberikan saran kepada
klien yang masalahnya belum dipahami benar, atau menyetujui
pendapat klien yang dibuat secara terburu-buru 6) Memaksakan
klien menjawab pertanyaan 7) Menghakimi (Depkes RI, 2011).

5. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Komunikasi Interpersonal


Pada pelaksanaan komunikasi interpersonal ada beberapa faktor
penghambat seperti diuraikan berikut ini.
a. Faktor individual Faktor individual adalah factor uynag
berorientasi kultural (keterikatan budaya) yang merupakan
faktor yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi.
Orientasi ini merupakan gabungan dari beberapa faktor sebagai
berikut. 1) Faktor fisik - kepekaan panca indra. 2) Sudut
pandang – nilai-nilai 3) Faktor sosial 4) Bahasa
b. Faktor- faktor yang berkaitan dengan interaksi 1) Tujuan dan
harapan terhadap komunikasi 2) Sikap terhadap interaksi 3)
Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti
kehangatan, perhatian, dan dukungan) .
c. Faktor situasional Percakapan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, situasi percakapan (misalnya, situasi percakapan
antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan
antara polisi dengan pelanggar lalu lintas).
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan Agar efektif, suatu
interaksi harus menunjukkan prilaku kompeten dari kedua
belah pihak.

D. Relevansi Konseling Islam dengan Konseling Remaja


Konseling Islam merupakan bagian dari konseling dengan
menggunakan pendekatan agama. Dalam pelaksanaannya, konseling Islam
dilakukan untuk memberikan bantuan pada konseli yang sedang
mengalami masalah agar konseli mampu memecahkan masalahnya
tersebut. Bantuan yang diberikan tersebut dengan menggunakan
pendekatan agama, dalam hal ini agama Islam yang tentunya berlandaskan
pada nilai-nilai yang ada pada al Quran dan al Hadits (Anila, 2015: 41)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Kasus : Pada kasus praktikum ini adalah seorang remaja usia 15 tahun yag
mengalami hamil di luar nikah. Remaja yang masih duduk di bangku
Sekolah Menengah Pertama di salah satu kota S, 1 bulan sebelum
pelaksanaan ujian sekolah telah hamil yang diketahui oleh orang tuanya.
Awal pertama ibu dari remaja ini curiga dengan anak perempuannya yang
beberapa bulan tidak mengalami menstruasi. Atas kecurigaanya. Ibu
berinisiatif untuk berdiskusi dengan anak dan ayahnya apakah benar anak
ini telah melakukan hubungan seksual dan mengalami kehamilan.
Anakpun mengaku atas apa yang sudah di perbuat dengan pacarnya,
keesokan harinya ibu dan remaja tersebut datang ke puskesmas yang ada
di kelurahan untuk periksa kandungan ternyata setelah diperiksa
kandungan remaja tersebut sudah memasuki usia 6 bulan. Orang tua pun
cemas dan tidak tahu harus melakukan apa karena sudah mendekati ujian
sekolah dengan usia kandungan 6 bulan dan secara fisik perut remaja
tersebut sudah terlihat besar.

Lembar Pengamatan Konseling


Nama Pengamat : R. Mulia Julianti
Nama yang diamati : Salsa Billah Khoeru Zulfa
Hari/Tanggal/Jam : Minggu/ 6 Desember 2020/ 13.00 WIB
Tempat : Kos Wisma Sagra Jln. K.H.A. Dahlan dalam No.6 Bandung
N TINGKAH LAKU YANG DIAMATI YA TIDAK CATATAN
O
1 Menyediakan lingkungan fisik yang nyaman  Konseling dalam
ruangan tertutup
2 Menyambut dengan ramah 
3 Duduk menghadap klien 
4 Senyum mengangguk 
5 Ekspresi wajah menunjukkan perhatian dan tidak 
menilai
6 Tubuh condong ke klien 
7 Kontak mata/tatapan mata sesuai dengan cara yang 
diterima budaya setempat
8 Santai dan sikap bersahabat 
9 Volume suara memadai 
10 Intonasi dan kecepatan bicara memadai 
11 Memberi pujian/dukungan 
12 Menyampaikan akan menjaga kerahasiaan 
13 Memperhatikan tingkah laku verbal dan non verbal 
klien
14 Klarifikasi dengan menggunakan pertanyaan 
terbuka dan mendalam
15 Mengajukan pertanyaan satu persatu 
16 Mendengar aktif dengan memberi kesempatan klien 
menyelesaikan ucapannya
17 Mendengar aktif dengan melakukan refleksi 
perasaan dan memfokuskan diskusi pada hal-hal
yang menjadi keprihatinan dan perhatian klien
18 Mendengar aktif dengan melakukan reflesi isi 
(paraphrasing)
19 Memberikan respon terhadap komunikasi non 
verbal klien
20 Memberikan informasi sesuai kebutuhan dan 
keingintahuan klien
21 Menggunakan alat bantu untuk memperjelas 
informasi
22 Mengecek pemahaman klien 
23 Membantu merumuskan masalah 
24 Membantu merumuskan cara menyelesaikan 
masalah
25 Membantu merumuskan alternatif pemecahan 
masalah
26 Membantu merumuskan cara pemecahan masalah 
27 Menunjukkan tempat rujukan yang perlu dihubungi 
28 Menjelaskan kapan kunjungan ulang 
29 Merangkum pembicaraan secara tepat sesuai 
permasalahan
30 Mengucapkan terima kasih atas kunjungan, 
kepercayaan dan kerjasama klien
JUMLAH 30 -
Keterangan :

YA : Bila dilakukan oleh konselor


TIDAK : Bila tidak dilakukan oleh konselor
CATATAN : Berikan uraian tentang pengamatan bila variabel pengamatan
tersebut tidak berlaku
B. Pembahasan
Peristiwa kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada banyak
remaja sekarang ini dan salah satunya yang terjadi pada Nn. A semakin
meningkat dan sangat menghawatirkan. Konseling bagi remaja kasus
kehamilan tidak diinginkan akan membantu klien untuk mengidentifikasi
kebutuhannya dan membuat keputusan yang tepat tanpa adanya tekanan
dari siapapun. Konselor mendorong Nn. A untuk mengenali dan
mengembangkan kapasitas pribadi mereka sehingga dapat memahami
lebih efektif permasalahan yang dihadapinya.
Kelompok kami juga menambahkan konseling Islam terhadap
proses konseling remaja pada kasus kehamilan tidak diinginkan, proses
konseling harus menjaga keterpercayaan, menjawab kebutuhan-kebutuhan
konseli dan memberdayakan konseli untuk mengendalikan maupun
mengambil keputusan- keputusan yang vital bagi konseli. Nn.A dapat
mengambil keputusan tanpa tekanan dan dapat memahami akibat yang
timbul dari keputusan yang sudah diambilnya, dan juga dapat
mengembangkan keterampilan hidup misalnya mampu untuk memecahkan
masalah di kemudian hari atau mendiskusikan permasalahan kesehatan
reproduksi dan seksual yang dihadapi dengan pasangannya kelak. Lebih-
lebih yang berkaitan dengan keyakinan agama. Sebab dalam kehidupan
manusia, mereka akan merasa aman dan nyaman manakala mereka merasa
terlindungi oleh ajaran/hukum agama yang mereka anut dan dalam proses
pemberian bantuan terhadap individu dapat menyadari kembali akan
eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Bidan seperti yang kami tayangkan dalam video, menggambarkan
kemampuan komunikasi verbal dan non verbal. Bidan juga menggunakan
media pendukung untuk memudahkan proses konseling.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari kasus yang kelompok kami dapatkan, kami menganalisi kondisi


psikologis Nn. A yang sudah kami tampilkan pada video terlampir. Bidan
mendorong Nn. A dan orang tua untuk bisa mengambil keputusan dengan langkah
konseling.

Hasil ahir Konseling yang kami tayangkan dalam video menggambarkan


bahwa Nn. A dan orang tua sudah menerima kehamilan Nn. A, dengan
mengucapkan hamdalah dan menyampaikan pertemuan antara klien dan bidan
selanjutnya menggambarkan komunikasi awal berjalan dengan baik.
REFERENSI
Handayani, S.R. (2016). Komunikasi dalam praktik kebidanan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Herlina, E. (2016). Fenomena Emosional Remaja dengan Kehamilan Tidak


Diinginkan di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Ungaran.

Umriana, A. (2015). Pengantar Konseling: Penerapan Keterampilan Konseling


Dengan Pendekatan Islam. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.

Anda mungkin juga menyukai