xyz/teori-motivasi-dan-kepuasan-kerja-frederickherzberg/
Sahabat Blog Motivasi, kali ini kita akan berkenalan dengan sebuah
teori motivasi dan kepuasan kerja dari seorang tokoh psikologi klinis
bernama
Frederick
tentang teori
Herzberg.
motivasi
Sebelumnya,
kerja Abraham
kita
Maslow
mempelajari
denganhierarki
dengan
Metode
sebelumnya
dalam
pemilihan
personel
udara
untuk
bahwa data akan jauh lebih banyak tergali lewat metode pertanyaan
terbuka.
Dalam penelitiannya, Herzberg membandingkan penelitiannya dengan
155 penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan dari 1920 sampai
dengan 1954 itu memiliki topik yang sama, yaitu penelitian atas sikap
terhadap pekerjaan. Dengan pengalamannya yang tinggi dan persiapan
yang matang, membuat penelitian Herzberg kaya akan data dan
informasi.
Buku Herzberg fenomenal Herzberg tersebut kemudian diperluas
dengan buku tentang teori motivasi yang ia terbitkan berikutnya. Buku
yang ia terbitkan berikutnya antara lain adalah Work and the Nature of
Man (1966), The Managerial Choice (1982), dan Herzberg on
Motivation (1983).
Pada tahun 1984, kurang lebih setelah 25 tahun karya pertamanya
diterbitkan, ia berkomentar:
Penelitian awal ternyata telah menghasilkan paling banyak replikasi
penelitian dibandingkan dengan penelitian manapun dalam sejarah
psikologi industri dan organisasi (sumber: Institute for Scientific
Information)
sangat
karyawan/pegawai
relevan
dengan
dalam
pihak
menjabarkan
majikan/pemberi
hubungan
kerja.
Teori
Dan
Herzberg
menggarisbawahi,
bahwa
kepuasan
dan
ketidakpuasan itu hampir selalu muncul dari faktor yang berbeda. Jadi,
belum tentu jika faktor ketidakpuasan dalam berkerja hilang, maka
seseorang otomatis akan puas dalam bekerja.
Pada 1959, Herzberg menulis bahwa faktor-faktor yang memotivasi
orang di tempat kerja itu berbeda dan tidak selalu berkebalikan dari
faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan. Prinisp inilah yang
menjadi fundamen dalam teori motivasi dan kepuasan kerja oleh
Frederick Harzberg.
Kita dapat paparkan bahwa hal-hal yang membuat orang puas dalam
bekerja terkait dengan faktor bagaimana pekerjaan itu dilakukan.
Sedangkan hal-hal yang membuat orang tidak puas dalam bekerja terkait
dengan bagaimana seseorang memaknai pekerjaannya
businessball.com
Ternyata dari penelitian Herzberg ditemukan bahwa, jika faktor
kepuasaan dihilangkan, belum tentu menjadi faktor ketidakpuasan.
Dan apabila faktor ketidakpuasan dihilangkan, belum tentu menjadi
faktor
pemicu
kepuasan.
Orang
termotivasi
kerja,
tidak
bisa
Ilustrasi Teori
Herzberg
Motivasi
Kerja
Higiene
Frederick
Untuk lebih jelasnya, mari kita berikan contoh. Katakanlah kita memiliki
tokoh bernama Joko. Joko ternyata merasa mendapatkan banyak
pencapaian ketika bekerja, dengan demikian ia merasa puas dan
termotivasi dalam berkerja. Namun, jikapun Joko ternyata tidak
mencapai prestasi kerja apapun, itu tidak secara langsung membuat
Joko mutung dan terdemotivasi dalam bekerja.
Lain lagi dengan tokoh kita bernama Yusuf. Yusuf mendapatkan banyak
pengakuan
di
tempat
kerjanya.
Dikarenakan
pengakuan
dari
membuat
orang
puas
di
tempat
kerja,
mereka
harus
businessball.com
Herzberg dalam Teori Motivasi Kerja Higiene nya, menyatakan ada dua
faktor yang harus diperhatikan. Yang harus diperhatikan pertama
adalah faktor pemotivasi dan faktor higiene. Yang menimbulkan
motivasi adalah faktor pemotivasi. Sedangkan faktor higiene berfungsi
sebagai pemenuhan keinginan dasar pekerja saja namun tidak sebagai
pemotivasi.
Di sisi lain, Herzberg juga menyatakan bahwa gaji juga menjadi Faktor
Higiene bagi sebagian orang yang lain. Terutama bagi karyawan di level
bawah, gaji atau upah yang mereka terima hanya sekedar menjadi
faktor yang membuat mereka tidak terdemotivasi saja. Namun, gaji
atau upah, belum bisa menjadi faktor yang memotivasi.
Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya disimpulkan oleh Herzberg
bahwa uang atau gaji atau penghasilan atau upah lebih condong masuk
ke dalam Faktor Higiene. Meskipun Herzberg berpendapat demikian,
ternyata masih banyak yang menganggap gaji sebagai faktor motivasi
utama.
Nyatanya dari banyak survei dan penelitian yang telahberulang kali
dilakukan, menunjukkan bahwa banyak hal lain yang lebih bisa
memotivasi daripada uang. Sebagai contoh, dalam sebuah survei pada
tahun 2004 atas 1.000 staf perusahaan, mengungkapkan bahwa
meskipun telah digaji dengan layak banyak akhirnya diantara mereka
yang meninggalkan perkerjaannya. Hal ini dikarenakan kebosanan,
tidak
adanya
komitmen
dan
tidak
adanya
kepemilikan
pada