Anda di halaman 1dari 13

http://blogmotivasi.

xyz/teori-motivasi-dan-kepuasan-kerja-frederickherzberg/
Sahabat Blog Motivasi, kali ini kita akan berkenalan dengan sebuah
teori motivasi dan kepuasan kerja dari seorang tokoh psikologi klinis
bernama

Frederick

tentang teori

Herzberg.

motivasi

Sebelumnya,

kerja Abraham

kita

Maslow

mempelajari
denganhierarki

kebutuhannya. Sedikit berbeda dengan Maslow, Herzberg memiliki


pandangannya sendiri tentang bagaimana sebuah motivasi bekerja.
Herzberg merupakan salah seorang tokoh psikologi klinis. Ia juga
terkenal karena memperkenalkan job enrichment dalam dunia kerja.
Herzberg memiliki usia yang cukup panjang, yaitu 77 tahun. Dia sudah
dewasa ketika Indonesia merdeka dan baru meninggal tidak lama
setelah Presiden Soeharto lengser.

Frederick Herzberg Pencetus Teori Motivasi


Kerja Higiene

Frederick Herzberg semasa hidup


Frederick Herzberg lahir di Massachusetts pada 18 April 1923. Ia
mengenyam masa pendidikan di City College of New York, kemudian
berlanjug ke University of Pittsburgh. Herzberg menjadi profesor di
bidang Manajemen di Case Western Reserve University. Di situ juga
beliau mendirikan departemen industri Kesehatan Mental. Ia pindah ke
University of Utahs College of Business pada tahun 1972. Di tempat itu
pula ia kembali menjadi profesor di bidang manajemen. Ia meninggal di
Salt Lake City pada 18 Januari 2000.
Pada tahun 1959, Frederick Herzberg bersama rekannya, Bernard
Mausner dan Barbara Bloch Snyderman, menerbitkan buku berjudul
Motivasi dalam Bekerja. Bukunya didasarkan pada penelitian atas
200 akuntan dan insinyur di Pittsburgh. Bukunya dinilai banyak orang
sebagai salah satu fundamen dalam bidang motivasi di dunia kerja.
Dengan desain penelitian yang sangat baik, Herzberg dan rekannya
berhasil mengolah data sehingga menghasilkan informasi yang kaya
dan dalam.

Penelitian Teori Motivasi Kerja


Penelitian Pertanyaan Terbuka

dengan

Metode

Metode penelitian Herzberg tergolong revolusioner pada zamannya. Ia


menggunakan pertanyaan terbuka dan hanya menggunakan sedikit
asumsi. Ia fokus pada pendalaman dan analisis data. Sebelumnya ia
sudah menggunakan metode penelitian ini. Metode penelitian ini ia
gunakan

sebelumnya

dalam

pemilihan

personel

udara

untuk

kebutuhan perang dunia tentara Amerika Serikat. Pada zamannya,


bahkan hingga kini, jauh lebih populer untuk mengumpulkan data
lewat pertanyaan tertutup atau pilihan ganda. Herzberg meyakini

bahwa data akan jauh lebih banyak tergali lewat metode pertanyaan
terbuka.
Dalam penelitiannya, Herzberg membandingkan penelitiannya dengan
155 penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan dari 1920 sampai
dengan 1954 itu memiliki topik yang sama, yaitu penelitian atas sikap
terhadap pekerjaan. Dengan pengalamannya yang tinggi dan persiapan
yang matang, membuat penelitian Herzberg kaya akan data dan
informasi.
Buku Herzberg fenomenal Herzberg tersebut kemudian diperluas
dengan buku tentang teori motivasi yang ia terbitkan berikutnya. Buku
yang ia terbitkan berikutnya antara lain adalah Work and the Nature of
Man (1966), The Managerial Choice (1982), dan Herzberg on
Motivation (1983).
Pada tahun 1984, kurang lebih setelah 25 tahun karya pertamanya
diterbitkan, ia berkomentar:
Penelitian awal ternyata telah menghasilkan paling banyak replikasi
penelitian dibandingkan dengan penelitian manapun dalam sejarah
psikologi industri dan organisasi (sumber: Institute for Scientific
Information)

Seakan tidak ingin berhenti berkarya, Herzbergs secara efektif


berusaha untuk memvalidasi penelitiannya itu. Di dunia modern, teori
Herzberg

sangat

karyawan/pegawai

relevan
dengan

dalam
pihak

menjabarkan

majikan/pemberi

hubungan
kerja.

Teori

Herzberg menjadi fundamen atas teori lainnya The Psychological


Contract. Teori Herzberg juga menjadi dasar bagi Teori Nudge, sebuah
konsep manajemen perubahan yang kuat serta motivasi kerja.

Teori Motivasi Kerja Herzberg dan pengaruhnya

Frederick Herzberg adalah orang pertama yang menunjukkan dalam


teori motivasi kerja tentang kepuasan dan ketidakpuasan di tempat
kerja.

Dan

Herzberg

menggarisbawahi,

bahwa

kepuasan

dan

ketidakpuasan itu hampir selalu muncul dari faktor yang berbeda. Jadi,
belum tentu jika faktor ketidakpuasan dalam berkerja hilang, maka
seseorang otomatis akan puas dalam bekerja.
Pada 1959, Herzberg menulis bahwa faktor-faktor yang memotivasi
orang di tempat kerja itu berbeda dan tidak selalu berkebalikan dari
faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan. Prinisp inilah yang
menjadi fundamen dalam teori motivasi dan kepuasan kerja oleh
Frederick Harzberg.
Kita dapat paparkan bahwa hal-hal yang membuat orang puas dalam
bekerja terkait dengan faktor bagaimana pekerjaan itu dilakukan.
Sedangkan hal-hal yang membuat orang tidak puas dalam bekerja terkait
dengan bagaimana seseorang memaknai pekerjaannya

Untuk lebih jelasnya, mari kita simak gambar berikut:

businessball.com
Ternyata dari penelitian Herzberg ditemukan bahwa, jika faktor
kepuasaan dihilangkan, belum tentu menjadi faktor ketidakpuasan.
Dan apabila faktor ketidakpuasan dihilangkan, belum tentu menjadi
faktor

pemicu

kepuasan.

Orang

termotivasi

kerja,

tidak

bisa

dikarenakan faktor demotivasinya dihilangkan. Dan orang yang


terdemotivasi dalam bekerja, belum disebabkan karena tidak adanya
faktor motivasi kerja.

Ilustrasi Teori
Herzberg

Motivasi

Kerja

Higiene

Frederick

Untuk lebih jelasnya, mari kita berikan contoh. Katakanlah kita memiliki
tokoh bernama Joko. Joko ternyata merasa mendapatkan banyak
pencapaian ketika bekerja, dengan demikian ia merasa puas dan
termotivasi dalam berkerja. Namun, jikapun Joko ternyata tidak
mencapai prestasi kerja apapun, itu tidak secara langsung membuat
Joko mutung dan terdemotivasi dalam bekerja.
Lain lagi dengan tokoh kita bernama Yusuf. Yusuf mendapatkan banyak
pengakuan

di

tempat

kerjanya.

Dikarenakan

pengakuan

dari

lingkungan itu, Yusuf sangat termotivasi dalam bekerja. Namun, bukan


berarti jika tidak ada satupun orang yang memberikan pengakuan ke
Yusuf, sekonyong-konyong Yusuf akan terdemotivasi (walaupun ada
kemungkinan juga dia terdemotivasi).
Selain Joko dan Yusuf, ada lagi seorang karyawati bernama Rani.
Sebagai pegawai, Rani sangat memperhatikan kebijakan perusahaan.
Dia memperhatikan kebijakan gaji, kebijakan cuti, serta kebijakan
lainnya. Rani sangat rajin mendemo perusahaan jika dia merasa
terdiskriminasi dalam hal gaji, jatah libur, jatah cuti, dan jatah-jatah
lainnya. Namun kemudian, jikapun perusahaan membuat kebijakan
yang pro terhadap Rani, itu tidak akan membuat Rani termotivasi untuk
berkerja dengan giat. Kebijakan perusahaan yang kondusif itu cuma
menghilangkan rasa demotivasi Rani, tapi tidak memotivasi Rani.
Dari ilustrasi di atas, jelas sudah bahwa belum tentu jika faktor
demotivasi dihilangkan, maka seseorang akan termotivasi. Namun,
memang benar ada sedikit kecenderungan, apabila faktor yang
memotivasi itu dihilangkan, justru akan membuat orang terdemotivasi.
Sekilas tampak bahwa ternyata jauh lebih mudah mendemotivasi orang
dibandingkan memotivasinya. Cukup hilangkan faktor yang memotivasi

dan atau timbulkan faktor yang mendemotivasi, maka seseorang akan


tidak puas di tempat kerja. Namun jika perusahaan atau tempat kerja
ingin

membuat

orang

puas

di

tempat

kerja,

mereka

harus

menghilangkan faktor demotivasi DAN menghadirkan faktor yang


memotivasi. Pemisahan dua faktor inilah yang akhirnya membuat teori
Herzberg juga dikenal sebagai Teori Hygiene.

Motivation dan Hygiene Factor dalam Teori Motivasi


Kerja Herzberg
Lalu apa sajakah faktor yang memotivasi dan mendemotivasi itu?
Faktor apa sajakan yang bermain dalam teori higiene ini? Mari kita
perhatikan gambar berikut:

businessball.com
Herzberg dalam Teori Motivasi Kerja Higiene nya, menyatakan ada dua
faktor yang harus diperhatikan. Yang harus diperhatikan pertama
adalah faktor pemotivasi dan faktor higiene. Yang menimbulkan
motivasi adalah faktor pemotivasi. Sedangkan faktor higiene berfungsi
sebagai pemenuhan keinginan dasar pekerja saja namun tidak sebagai
pemotivasi.

Menurut Herzberg, manusia memiliki dua set kebutuhan; yang pertama


adalah sebagai makhluk yang ingin menghindari rasa sakit, dan kedua
sebagai manusia yang ingin tumbuh secara psikologis.
Kita bisa meminjam ilustrasi nabi Adam. Nabi Adam berada di surga
dengan jaminan atas makanan, kehangatan, perlindungan, keamanan
dan lainnya. Bagi Adam, hal tersebut adalah faktor higiene. Sedangkan
misalnya saja Ibrahim, dia bergerak meruntuhkan sesembahan semu
kaumnya, sembari membangun peradaban di lingkungannya. Apa yang
Ibrahim lakukan ini merupakan contoh dari kebutuhan pengembangan
diri, yang tentunya menurut Herzberg masuk dalam faktor motivasi.
Ide-ide Herzbergs sangat berhubungan dengan manajemen modern
terkait etika dan tanggung jawab sosial. Teorinya juga berhubungan
langsung dengan teori kontrak psikologis. Ini luar biasa. Herzberg
membawa perspektif baru dalam pengelolaan organisasi modern. Teori
Herzerg digunakan pemimpin hari ini untuk memahami tentang
bagaiman manusia bekerja dan berkembang.
Jika seseorang memahami teori Herzberg dengan tepat, maka teori ini
tidak semata digunakan untuk meningkatkan profitabilitas semata.
Pemahaman atas Faktor Higiene dan Motivasi ini seharusnya menjadi
dasar dari pemimpin untuk memahami manusia dengan benar.
Pemahamannya digunakan untuk mengelola manusia sebagaimana
manusia harus dikelola.
Jika perusahaan tidak memahami Teori Motivasi-Higiene ini dengan
benar, maka kebijakan yang diambil tidak akan efektif. Pemimpin yang
tidak efektif hanya akan membuang energinya pada faktor hygiene,
padahal ia bertujuan untuk memotivasi kasyawannya. Gaji sudah
besar, tapi kok masih gak termotivasi, begitu gumam salah satu

manajer HR yang bodoh. Dia tidak sadar, bahwa faktor yang


memotivasi itu bukanlah uang semata.
Contoh Faktor Higiene ini sendiri antara lain:
1. Kebijakan Perusahaan;
2. hubungan karyawan-piminan
3. kondisi lingkungan kerja
4. gaji
5. fasilitas mobil perusahaan
6. status
7. keamanan dan kepastian kerja
8. hubungan dengan bawahan; dan
9. kehidupan pribadi
Sedangkan Faktor Motivasi yang amsuk dalam penelitian Herzberg
antara lain:
1. Pencapaian di tempat kerja;
2. Pengakuan sekitar;
3. pekerjaannya itu sendiri;
4. tanggung jawab kerja; dan
5. kesempatan untuk berkembang

Pengaruh Uang Terhadap Motivasi Kerja Menurut Teori


Motivasi Kerja Herzberg

Apakah uang merupakan faktor yang memotivasi?


Pertanyaan ini seperti ini sering muncul ketika membahas penelitian
dan teori Herzberg. Untuk masalah uang, Herzberg mengakui bahwa
uang atau gaji atau penghasilan merupakan faktor yang cukup
kompleks. Uang di satu sisi bisa menjadi sebuah faktor pemotivasi,
ketika uang dimaknakan sebagai sebuah bentuk prestasi dan
pengakuan.
Menurut Herzberg, tingkatan gaji yang diterima seorang karyawan
diartikan sebagai urutan stratea dalam organisasi. Gaji yang tinggi
dimaknai dengan posisi yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Namun, gaji
itu sendiri hanya akan menjadi faktor pemotivasi untuk jangka pendek.
Untuk jangka panjang, gaji menjadi relatif. Dalam jangka panjang, yang
menerima gaji besar pun akan merasa menerima gaji yang sedikit.

Di sisi lain, Herzberg juga menyatakan bahwa gaji juga menjadi Faktor
Higiene bagi sebagian orang yang lain. Terutama bagi karyawan di level
bawah, gaji atau upah yang mereka terima hanya sekedar menjadi
faktor yang membuat mereka tidak terdemotivasi saja. Namun, gaji
atau upah, belum bisa menjadi faktor yang memotivasi.
Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya disimpulkan oleh Herzberg
bahwa uang atau gaji atau penghasilan atau upah lebih condong masuk
ke dalam Faktor Higiene. Meskipun Herzberg berpendapat demikian,
ternyata masih banyak yang menganggap gaji sebagai faktor motivasi
utama.
Nyatanya dari banyak survei dan penelitian yang telahberulang kali
dilakukan, menunjukkan bahwa banyak hal lain yang lebih bisa
memotivasi daripada uang. Sebagai contoh, dalam sebuah survei pada
tahun 2004 atas 1.000 staf perusahaan, mengungkapkan bahwa
meskipun telah digaji dengan layak banyak akhirnya diantara mereka
yang meninggalkan perkerjaannya. Hal ini dikarenakan kebosanan,
tidak

adanya

komitmen

dan

tidak

adanya

kepemilikan

pada

pekerjaannya. Sehingga bisa disimpulkan, uang bukanlah faktor yang


cukup memotivasi seseorang.
Di sisi lain, banyak orang yang begitu menikmati dan merasa terikat
dengan pekerjaan yang dijalaninya. Ada diantara mereka pekerja dan
ada juga yang menjalankan bisnisnya sendiri. Mereka mengejar impian
yang mereka tentukan sendiri. Ada hal yang begitu memotivasi mereka,
dan itu bukanlah karena uang.
Uang memang penting. Dengan uang maka beberapa kebutuhan dasar
seseorang bisa terpenuhi. Standar kehidupan yang layak seringkali
perlu dicapai dengan memiliki sejumlah uang. Namun sekedar

mendapatkan uang tidak akan membuat seseorang melakukan


lompatan-lompatan peradaban. Ada faktor motivasi lain yang membuat
seseorang menjalankan hal-hal yang luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai