Anda di halaman 1dari 17

Tanggal : 19 oktober 2020

Dosen : Dr. Fatmawati, S.Ag.M.Ag.

TUGAS MATA KULIAH


Sejarah Peradaban Islam

JUDUL
Ustman Bin Affan

Oleh:

Nama : Erwiansyah : NIM. 11905069


Nama : Fandi Setiawan : NIM. 11905087

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK
2 0 1 9
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu...


 Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah  ini dengan judul “Khalifah
Ustman Bin Affan” serta tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman
yang sekarang ini yakni zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas kuliah serta menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulis menyadari bahwa penulisanya
masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun, besar harapan penulis semoga
makalah yang disusun ini bisa bermanfaat. Makalah ini dapat terselesaikan atas usaha keras
penulis dan bantuan rekan-rekan dalam diskusi untuk mengisi kekuranganya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik dalam penyampaian
maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah penulis berikutnya.
 Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu...
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
2 Rumusan Masalah
3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN

1 Bagaimana biografi Usman Bin Affan?


2 Bagaimana keistimewaan Usman Bin Affan?
3 Prestasi-Prestasi yang dapat di Capai pada Masa Khalifah Utsman bin Affan?
5 Bagaimana proses pengangkatan Usman Bin Affan?

BAB III PENUTUP

1 Kesimpulan

2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
membawa bangsa Arab dari masa keterbelakangan, bodoh dan lainnya menjadi bangsa yang
maju dan terkenal sampai sekarang ini. Pada masa perkembangannya, Islam mengalami beberapa
kali pergantian khalifah untuk meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah, meskipun ada
beberapa tahapan-tahapan pemerintahan yang ada, Islam mengalami kemajuan dan juga
mengalami kemunduran. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang dan dianut
oleh banyak manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka dakwah Islamiyah diteruskan
oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang di pandang bijaksana, dapat
mempimpin jalannya pemerintahan dan mampu memberikan pengarahan terhadap dakwah Islam,
meneruskan dakwah Rasulullah untuk menyebarkan agama Allah.
Di antara sahabat-sahabat Rasulullah yang diangkat menjadi khalifah ada 4 orang, yaitu
yang pertama Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan yang terakhir
adalah Ali bin Abi Thalib. Setelah sebelumnya telah dibahas mengenahi khalifah Abu Bakar dan
Umar bin Khattab, maka kali ini akan dibahas mengenai khalifah Utsman bin Affan.
Pada masa pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan zaman
perubahan. Hal ini ditandai dengan perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi disebabkan
aliran kekayaan negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah
yang tersentuh syiar agama.
Pada manajemen pemerintahannya Utsman menempatkan beberapa anggota keluarga
dekatnya menduduki jabatan publik strategis. Hal ini memicu penilaian untuk menekankan telah
terjadinya proses dan motif nepotisme dalam tindakan Utsman tersebut. Pada sisi lain Khalifah
dituduh sebagai koruptor dan nepotis dalam kasus pemberian dana khumus (seperlima harta dari
rampasan perang) kepada Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah, kepada Mirwan bin Al Hakkam,
dan kepada Al Harits Bin Al Hakam.
Dengan beberapa kebijakan itulah sehingga banyak kalangan yang menilai kepemimpinan
khalifah berbau nepotisme yang kemudian berkembang melakukan langkah konspirasi untuk
menjatuhkan khalifah Utsman bin Affan, hingga akhirnya sampai pada tahap pembunuhan.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah :
1.      Bagaimana biografi Usman Bin Affan?
2.      Bagaimana keistimewaan Usman Bin Affan?
3.      Bagaimana prestasi Usman Bin Affan?
4.      Bagaimana proses pengangkatan Usman Bin Affan?

C.    Tujuan Penulisan


Adapun rumusan masalahnya adalah :
1.      Untuk mengetahui biografi Usman Bin Affan
2.      Untuk mengetahui keistimewaan Usman Bin Affan
3.      Untuk mengetahui prestasi Usman Bin Affan
4.      Untuk mengetahui proses pengangkatan Usman Bin Affan
BAB II
PEMBAHASAN

A.            Biografi Khalifah Utsman bin Affan


Nama beliau adalah Usman bin Affan bin Abil’Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams bin
Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Gholib. Nasab beliau
bertemu dengan Rosulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada kakek ke lima yaitu Abdul Manaf
dari jalur ayahnya. Beliau menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah satu kabilah
Quraisy.[1] Beliau dilahirkan di Thoif, sebagian pendapat ada yang mengatakan di Mekah.
Beliau lahir pada tahun 567 M, yakni enam tahun setelah tahun gajah, beliau lebih muda dari
Rosul SAW selisih enam tahun. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Robi’ah bin Hubaib
bin ‘Abdi syams bin ‘Abdi Manaf . Beliau tumbuh diatas akhlak yang mulia dan perangai yang
baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan
tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak suka keramaian,
kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau rela mengorbankan nyawanya demi untuk
menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan akhlak dan mu’amalahnya, beliau dicintai oleh
Quraisy, Nama panggilannya Abu Abdullah dan diberi gelar Dzunnurrain (yang mempunyai dua
cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena beliau menikahi dua putri rasulullah yaitu:
Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata ; Sekiranya
kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu. Dari pernikahannya
dengan Ruqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika
berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun.
Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.
Beliau mempunyai 9 anak laki-laki yaitu Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru,
Umar, Kholid, al-Walid, Uban, Said dan Abdul Muluk dan 6 anak perempuan[2]. Utsman
bin’Affan Radhiyallahu‘anhu hidup ditengah orang-orang musyrikin Quraisy yang menyembah
berhala-berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan, animisme dinamisme serta adat
istiadat yang kotor. Beliau menjauhi segala bentuk kotoron jahiliyah yang mereka lakukan,
beliau tidak pernah berzina, membunuh, ataupun meminum khamer. Perjuangannya dalam
membela Islam tidak hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya. Beliau sangat
senang mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah mengirimkan setengah
pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan 300 unta dan 50 kuda
tunggangan.[3] Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan langsung kepada
Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari ini, Utsman tidak akan
merugi (di akhirat)” (HR.Tirmidhi). Pada waktu orang-orang membutuhkan air untuk keperluan
dirinya dan hewan ternaknya, Utsman membeli sumber mata air dari Raimah,[4]seorang Yahudi,
untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai kedermawannya, Abu Hurairah berkata; “Utsman
bin Affan sudah membeli surga dari Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya
untuk mengirimkan pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli sumber air (dari Raimah)”
(HR.Tirmidhi).
Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam menjalani hidupnya,
beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu ketika berkata; Sekiranya diriku
berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana diantara dua itu saya akan masuk,
niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan. Rasulullah
pernah mengkabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal menghadapi
cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya hingga akhirnya terbunuh
secara kejam dan dholim. Pada waktu perang Uhud, beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu
Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar, kemudian Rasulullah berkata; Mohon jangan
lari, tetap berada di Uhud. Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu Bakar dan dua orang
syahid (HR.Bukhori).
B.             Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah
Masa kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera.
Ada yang menyebutkan dalam ceritanya sampai rakyatnya melakuakan haji berkali-kali. Bahkan
seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau adalah khalifah yang
pertama kali melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah)
karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau
mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar
dan Umar bin Khotthob biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Pada masa Utsman khutbah
Idul fitri dan Idul adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat
Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-
tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian. Pada masa Utsman juga, kekuatan Islam
melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh.
Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun
armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut
Tengah.
Adapun prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain bagai berikut:
[5]
1.                  Perluasan wilayah Islam
 Perlu diketahui bahwa setelah Kholifah Umar RA wafat ada beberapa daerah yang
membelot terhadap pemerintahan Islam. Sebagaimana yang di lakukan oleh Yazdigard yang
berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap penguasa
Islam, akan tetapi pemerintah Islam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus
melanjutkan perluasan ke negeri – negeri Persi lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti
Hisrof, Kabul, Turkistan jatuh pada kekuasaan Islam. Juga terdapat daerah lain yang membelot
dari pemerintahan Islam, seperti Khurosan dan Iskandaria, adapun Iskandaria bermula dari
kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang Iskandaria
dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai serangan . Panglima Abdullah
bin Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebut meminta pada kholifah Utsman untuk
mengangkat kembali panglima ‘Amru bin ‘ash yang telah di berhentikan untuk menangani
masalah di Iskandaria. Dan permohonan tersebut di kabulkan, selain itu ,kholifah Utsman bin
‘Affan juga mengutus Salman Robi’ah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil
mengajak kerjasama penduduk Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia ( Afrika Utara ) di
pimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Zarrah, yang mana Tunisia sudah lama sebelumnya di
kuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Mu’awiyah, ia berhasil
menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri – negeri yang telah
masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain : Barqoh, Tripoli Barat, bagian selatan negeri
Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan telah melampui sungai Jihun ( Amu
Daria ), negeri Balkh ( Baktaria ) Hara, Kabul, Gaznah di Turkistan.
2.                  Pembentukan Armada laut Islam
Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Kholifah Utsman untuk
mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui
lautan. Pada saat itu, Muawiyah, gubernur di Syiria harus menghadapi serangan angkatan laut
Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada khalifah
Utsman untuk membangun angkatan laut dan di kabulkan oleh kholifah. Itulah pembangunan
armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam. Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus
yang melalui lautan, juga ummat Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu
pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisi yang di tunjuk sebagai Amirul Bahr atau
panglima angkatan laut. Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir
melalui laut, juga memaksa ummat Islam agar segera mendirikan angkatan laut. Bahkan pada
tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan dari laut. Atas
perintah kholifah ‘Utsman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan
armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir.
3.                  Kodifikasi al-Qur’an
Pemerintahan Islam semakin meluas, beberapa negara telah di taklukkan dan para Qori’
pun tersebar di berbagai daerah, sehingga perbedaan bacaan pun terjadi yang di akibatkan
berbedanya qiro’at dari qori’ yang sampai pada mereka. Sebagian kaum muslimin tidak
mempermasalahkan perbedaan tersebut, karena perbedaan-perbedaan tersebut di sandarkan pada
Rasul SAW. Sebagian yang lain khawatir akan menimbulkan keraguan pada generasi berikutnya
yang tidak langsung bertemu Rasul SAW. Ketika terjadi peperangan di Armenia dan Azarbaijan
dengan penduduk Irak, Hudzaifah melihat banyak perbedaan dalam bacaan al-Qur’an. Melihat
hal tersebut beliau melaporkannya kepada kholifah Utsman. Para sahabat khawatir kalau
perbedaan tersebut akan membawa perpecahan pada kaum muslimin. Mereka sepakat menyalin
lembaran pertama yang telah di lakukan oleh kholifah Abu Bakar yang di simpan oleh istri Rosul
SAW, sayyidah Hafshoh RA. Dan menyatukan umat Islam dengan satu bacaan. Selanjutnya
Kholifah ‘Utsman mengirim surat pada Sayyidah Hafsoh agar mengirimkan lembaran-lembaran
yang bertuliskan al-Qur’an, kemudian Sayyidah Hafshoh mengirimkannya kepada kholifah
Utsma. Kholifah ‘Utsman memerintahkan para sahabat antara lain ; Zaid bin Tsabit, Abdullah
bin Zubair,  Sa’ad bin Al-‘Ash, dan Abdurrohman bin Harits bin Hisyam,untuk menyalin mushaf
. Kholifah ‘Utsman berpesan bila anda berbeda pendapat tentang hal al-Qur’an maka tulislah
dengan ucapan lisan Quraisy karena al-Qur’an diturunkan di Quraisy. Setelah mereka menyalin
ke dalam beberapa mushaf, kholifah ‘Utsman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada
Sayyidah Hafshoh.Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang telah di salinnya ke seluruh daerah
dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushaf yang lain di bakar. Mushaf ditulis
sebanyak lima buah, empat buah di kirimkan ke daerah-daerah Islam supaya di salin kembali ,
satu buah di simpan di Madinah untuk Kholifah ‘Utsman sendiri dan mushaf ini di sebut mushaf
al-Imam atau mushaf ‘Utsmani.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah
Abu Bakar dan Kholifah ‘Utsman berbeda. Pengumpulan mushaf yang di lakukan oleh Kholifah
Abu Bakar dikarenakan danya kekhawatiran akan hilangnya al-Qur’an karena banyak huffadz
yang meninggal pada peperangan, sedangkan motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah ‘Utsman
dikarenakan banyaknya perbedaan bacaan yang di khawatirkan timbulnya perpecahan. 
C.            Periwayatan Hadits Pada Masa Utsman bin Affan
Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan tentang periwayatan tidak
berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khalifah sebelumnya. Namun, langkah yang
diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-Khattab. Dalam sebuah kesempatan,
Utsman meminta para sahabat agar tidak meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada
zaman Abu Bakar dan Umar.[6] Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa
pemerintahan ini lebih banyak daripada pemerintahan sebelumnya. Sehingga masa ini disebut
dengan ‫عصر إكثار رواية الحديث‬.
Keleluasaan periwayatan hadits tersebut juga disebabkan oleh karakteristik pribadi Utsman
yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar Selain itu, wilayah kekuasaan Islam yang
semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol pembatasan riwayat secara
maksimal.
Pada masa ini juga belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadist dalam suatu
kitab halnya Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena:
1.         Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari Al-Qur’an.
2.         Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah tersebar ke berbagai
daerah kekuasaan Islam.
Dalam perkembangannya, periwayatan hadits yang dilakukan para sahabat berciri pada 2
tipologi periwayatan.
1.         Dengan menggunakan lafal haduts asli, yaitu menurut lafal yang diterima dari Rasulullah.
2.         Hanya maknanya saja. Karena mereka sulit menghafal lafal redaksi hadits persis dengan yang
disabdakan Nabi.
Pada masa pembatasan periwayatan, para sahabat hanya meriwayatkan hadits jika ada
permasalahan hukum yang mendesak. Mereka tidak meriwayatkan hadits setiap saat, seperti
dalam khutbah. Sedangkan pada masa pembanyakan periwayatan, banyak dari sahabat yang
dengan sengaja menyebarkan hadits. Namun tetap dengan dalil dan saksi yang kuat. Bahkan jika
diperlukan, mereka rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk mencari kebenaran hadits yan
diriwayatkannya.

D.         Pengangkatan Utsman Bin Affan , Sebagai Khalifah


            Seluruh kaum muslimin Anshor, Muhajirin, dan seluruh orang-orang yang ada di
Madinah dimintai untuk hadir dalam majelis syuro yang di adakan pada setelah sholat shubuh
pada akhir bulan Dzulhijah 23 h, yang mana pada saat itu yang menjadi imam sholat shubuh
adalah Ar-Rumi. Abdurrahman bin Auf datang dengan menggunakan sorban pemberian dari
Rasulullah, dan juga dihadiri beberapa pemimpin pasukan diantaranya : Muawiyah bin Abu
Sufyan, Umar bin sa’ad, amir Homsh dan “Amr bin Al Ash yang kebetulan melaksanakan Haji
bersama Umar dan mengikuti Umar ke Madinah. Ketika semuanya berkumpul Abdurrahman bin
Auf membaca sahadat dan berkata : “Wahai Ali, sesungguhnya aku telah memperhatikan urusan
manusia, aku melihat mereka tidak berpindah dari mendukung Utsman. Maka janganlah kamu
bersedih akan hal itu, Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada Utsman, “Aku membaiatmu di
atas sunnah Allah dan Rasulnya dan kedua khalifah setelahnya., dan semua kaum Muslimin
mengikuti langkah Abdurrahman bin Auf.
Ada beberapa Langkah yang dilakukan Abdurrahman bin Auf dalam musyawarah pemilihan
khalifah :
·         Menyelenggarakan musyawarah bersama dengan majelis Syura dalam waktu yang telah di
tetapkan khalifah Umar. Dengan cara ini masing-masing anggota majelis syura dapat
mengemukakan pendapat, arah dan tujuannnya
·         Mundur dari daftar khilafah agar terhindar dari prasangka-prasangka.
·         Berusaha mengetajui pendapat akhir masing-masing anggota majelis syuro sehingga seperti
pemilihan parsial yang di menangkan oleh Utsman dengan dukungan suara dari Saad bin Abu
Waqqash dan Zubairbin Al awwam
·         Berusaha mengetahui pendapat masing-masing dua tokoh besar Utsman bin Affan daan Ali
bin Abi Thalib.
·         Mengetahui pendapat masyarakat di belakang majelis syuro, dari orang orang khusus  (para
cendekia), masyarakat awam, dan Kaum dhyafa.Yang hasilnya mayoritas memilih Utsman.

Para sahabat Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka yaitu Ahlussunnah
wal jamaah besepakat bahwa Utsman bin Affan adalah orang yang paling berhak menjabat
khalifah setelah Umar bin Al khattab . tidak ada seorang pun yang menentang hal ini.
            Banyak Ulama dari kalangan ahli hadits dan lainnya menukil Ijma’ tersebut antara lain:
-Apa yang diriwayatkan Ibnu Abi dengan sanadnya yang sampai pada Harits bin Madhrab , ia
berkata , “ Aku pergi Haji pada masa khalifah Umar. Orang-orang tidak ragu bahwa
kekhalifahan setelahya adalah untuk Utsman.
-Abu Nuaim Al Ashbahani meriwayatkan dengan sanadnya keada Abu Hudzaifah , ia berkata : “
Sesungguhnya aku berdiri bersama Umar lututku menyentuh lututnya. Umar bertanya, “
Siapakah yang dipilih kaummu untuk menjadi pemimpin? “ Ia menjawab “ sesungguhnya
kaummu untuk menjadi pemimpin” Ia menjawab : “Sesungguhnya orang-orang yang telah
menyerhkan urusan mereka kepada Ibnu Affan.”
- Al Hafidz adz zahabi menukil daril Qadhi bahwa ia berkata : “ Rasulullah wafat . Lalu kaum
muslimin mengangkatAbu Bakar sebagai khalifah. Jika mereka mengetahui bahwa ada seseorang
yang lebih utma dari Abu Bakar ,Maka mereka telah berbuat curang. Kemudian Abu Bakar
mengangkat Umar sebagai kahlifah. Ia menegakkan kebenaran dan keadilan. Ketika ajalnay
hampir tiba , ia menetapkan enam orang untuk melakukan musyawarah. Mereka bersepakat
untuk menjadikan Utsman sebagai khalifah. Andaikala mereka mengetahui ada yang lebih
Utama darpada Utsman, merati mereka berbuat curang kepada kita.
            Nukilan-nukilan tersebut menyampaikan keterangan jelas bahwa keutamaan Utsman bin
Affan untuk menjadi Khalifah telah masyhur di kalangan para sahabat Nabi hingga ketika
Utsman bin Affan masih hidup. Hal itu karena mereka mengetahui Nash-nash yang
mengisyaratkan urutan kekhalifahan setelah Nabi dan mereka mengetahui bahwa Utsman  adalah
orang yang paling utama secara mutlak setelah Abu Bakar dan Umar.

E.             Keistimewaan Utsman bin Affan


“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas
dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling
mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran
adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap
umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku
adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)
Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga.
Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain. Mengapa
dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme, mengedepankan nasab
dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu tuduhan yang keji
terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan dua orang putrinya.
Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan terhadap
beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau yang bersumber dari ucapan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika
mendengar hal-hal negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita dan
berprasangka baik di hati kita.
1.      Nasab dan Sifat Fisikinya
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin
Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).
Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin
Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib,
bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat
dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga
menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka
yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat kita saja akan mencarikan
orang yang terbaik menjadi suami anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentulah beliau akan memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.
Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga,
beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang
diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.
Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan
sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan
bentuk mulutnya bagus.
Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi
lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”
Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu,
dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada
kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma
seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin
yang kencang.
2.      Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah
kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang
lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa
ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain
meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya
bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang
lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk,
kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang
menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.
3.      Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya
Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku
diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian
diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya,
ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun
timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu
diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia
lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat
Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu
ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka
lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.
4.      Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk
memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya.
Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut
kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk
pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu
jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah
engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini
tiga kali. (HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar
bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi
shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman,
berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau
terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin,
keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu
masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku
bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau
bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman
berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni
akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan  Pembai’atan dirinya dilakukan melalui pemilihan
salah satu di antara 6  orang Ahlu Syuro yaitu Ali bin abi thalib, Utsman bin affan, Sa’at bin abi
Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan Tholhah bin Ubaidillah , merupakan
kejadian pertama dalam sejarahkekhalifahan umat Islam. Khalifah Abu Bakar r.a. dibai’at
langsung oleh kaum muslimin. Khalifah Umar bin Khattab r.a. ditetapkan
berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu Bakar r.a. Utsman bin Affan adalah khalifah ke 3 setelah
Umar bin Khattab. Saat dia menjadi khalifah usianya 70 tahun dan dia menjadi khalifah selama
12 tahun. Prestasi yang dicapai pada masa ini adalah kodifikasi Mushaf Al-Qur’an, renovasi
masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, dan peluasan wilayah. Gaya
kepemimpinanya Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan
mhumanis.  Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya
nepotisme.
B.     Saran
Kita harus mempelajari tentang masalah sejarah Islam, dimana kita harun mengetahui
kepemimpinan setelah Rasulullah, agar ilmu kita akan bertambah. Jika ada salah dalam penulisan
kami mohon maaf, saran dan kritik sangat kami perlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. Wahid, Suranto.2013.Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam.Surakarta:Tiga Serangkai.


Darsono, H. T.Ibrahim.2009.Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam.solo:Tiga Serangkai.
Murodi, H.2009.Sejarah Kebudayaan Islam Madraah Aliyah Kelas XII.Semarang:Toha Putra.
http://mynewirmasulyanimakalahutsmanbinaffan.blogspot.com/2015/09/usman-bin-affan.html
https://kisahmuslim.com/4066-keutamaan-utsman-bin-affan.html

Anda mungkin juga menyukai