Anda di halaman 1dari 13

Nama: Erwiansyah

NIM : 11905069
Mata kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Materi : nabi Muhammad Saw di Mekah

Muhammad di Mekkah

Periode Muhammad di Mekkah dimulai sejak kelahirannya dan selesai pada tahun 622 sejak Hijrah
ke Madinah.

Sejarah

570 …

Tahun Gajah … Tahun kelahiran Muhammad. Menurut sumber Sunni Muhammad lahir pada hari
Senin tanggal 12 Rabiulawal atau 20 April
570, sedangkan sumber Syi'ah menyebutkan hari Jumat tanggal 17 Rabiulawal atau 26
April 570.

Muhammad SAW lahir di Syi'ib Bani Hasyim di Mekkah. Kala itu hari senin di musim semi, hari
kedua belas, lima puluh hingga lima puluh lima hari setelah kegagalan serangan Abrahah atas
Ka'bah. Bangsa Arab pada zaman itu mencatat tahun berdasarkan peristiwa penting yang terjadi pada
tahun itu, maka dari itulah disebut tahun Gajah.

Ketika mengandung, Aminah bermimpi melihat cahaya memancar dari bagian bawah tubuhnya dan
menyinari istanaistana Syria. Ketika melahirkan, Shifa binti Amr, Ibu dari Abdurrahman bin Auf, yang
menjadi bidannya. Abdul Muthalib menerima kabar kelahiran cucu lakilakinya dengan gembira. Dia
membawa bayi yang baru lahir tersebut ke Ka'bah dan memohon rahmat serta bersyukur kepada Allah.
Yakin kalu cucunya ini akan tumbuh menjadi orang yang terpuji, Abdul Muthalib menamainya
Muhammad, yang berarti demikian, dan uniknya nama tersebut belum pernah dipakai oleh bangsa
Arab untuk menamai seorang anak pada zaman itu. Sesuai tradisi Arab, Abdul Muthalib mencukur
rambut bayi tersebut dan menyunatnya pada hari ke tujuh. Setelah itu, dia mengundang sesama orang-
orang Mekkah untuk berpesta.
Disusukan di pedalaman Arab …

Muhammad kecil pertama kali disusui oleh ibunya, Aminah. Kemudian oleh Ummu Aiman,
budak ayahnya, seorangHabasyah yang bernama asli Barkah binti Tsa’labah
Sebagaimana kebiasaan Arab pada masa itu, anak yang baru dilahirkan disusukan dan hidup di padang
pasir dengan suku Badui. Kebiasaan masyarakat Arab menitipkan bayinya kepada keluarga-keluarga
Badui di pedalaman memiliki tujuan agar bayi-bayi mereka tidak tercemari oleh kebiasaankebiasaan
buruk masyarakat Arab di perkotaan. Disamping itu agar anak-anak yang mereka titipkan dapat belajar
bahasa dengan baik kepada keluarga Badui yang menyusuinya.

Yang menyusukan adalah Suwaibah, budak dari Abu Lahab. Pada masa itu dia juga menyusui anaknya
sendiri, Masruh, begitu pula Hamzah bin Abdul Muthalib dan Abu Salaman bin Abdul Al-
Makhzumi. Maka, ketiga laki-laki tersebut menjadi saudara angkat Muhammad SAW karena disusui
oleh wanita yang sama. Kemudian dia diasuh oleh Halimah As-Sa'diyah sampai berumur 5 tahun.

573 …

Cerita membelah dada

Anas bin Malik mengisahkan bahwa suatu hari, ketika Muhammad SAW sedang bermain dengan
beberapa anak di dekat rumah Halimah, Malaikat Jibril muncul dan membaringkan dia. Malaikat
itu lalu membelah dada dan mengeluarkan hati dia, lantas mengambil segumpal daging dari
dalamnya, sambil berkata, "Ini adalah bagian setan pada dirimu." kemudian dia meletakkan hati
Rasulullah dalam nampan emas yang terisi air zamzam, membasuhnya dan menempatkan
kembali ke dada dia. Saat itu anak-anak yang lain berlari menuju Halimah sambil menangis
ketakutan dan mereka memberi tahu bahwa Muhammad sudah dibunuh. Ketika sampai di tempat
kejadian, Halimah dan Harits mendapati dia masih hidup, hanya wajahnya pucat karena tertekan.
Anas bin Malik RA pun mengabarkan bahwa dia pernah melihat bekas luka pada dada Rasullulah
SAW, tempat anggota badan dia dijahit untuk direkatkan kembali.
576 …

Meninggalnya Aminah, ibu dari


Muhammad

578 …

Meninggalnya Abdul-Muththalib, kakek dari Muhammad

Abdul Muthalib, dia sendiri sudah tua kala itu. Batinnya tersiksa, tidak tahan melihat cucunya yang
masih muda itu menderita karna kepergian kedua orang tua nya. Tiba-tiba dia merasakan kelembutan
dalam hati yang belum pernah dirasakan atas putra-putranya sendiri. Ketika duduk dengan
temantemannya, Muhammad didudukkan di atas permadani di sebelahnya, pada satu posisi yang tak
seorang pun diizinkan untuk menempatinya. Sang kakek biasa mengelus bagian belakang kepala
Rasulullah dan mengamati setiap tingkah laku si cucu. Abdul Muthalib yakin masa depan akan
memberi Muhammad keagungan yang langka. Tragisnya, masa hidup Abdul Muthalib bersama
cucunya itu begitu singkat, karena dia meninggal dunia ketika Muhammad masih berusia delapan
tahun-dua bulan-sepuluh hari.

583 …

Perjalanan kafilah pertama Muhammad ke Syria bersama pamannya Abu Thalib, dan di
Bashrah bertemu dengan Pendeta Bahira

Ketika Muhammad SAW berusia dua belas tahun-dua bulan-sepuluh hari, Abu Thalib berencana
mengiringi suatu kafilah dagang ke Syiria. Baik Muhammad maupun Abu Thalib takut akan terpisah
lama, jadi Abu Thalib memutuskan untuk mengajak dia bersamanya.

Begitu kafilah ini mencapai Basrah di perbatasan Syiria, para musafir (orangorang yang ikut
bepergian) menghentikan perjalanan untuk menetap sementara. Seorang pendeta Nasrani yang
bernama Bahira tinggal di kota ini dan dia datang untuk menyambut kafilah dagang tersebut. Dia
berjalan melewati semua musafir hingga mendekati Muhammad. Lantas sambil memegang tangan
dia, dia berseru "Inilah pemimpin dunia dan Rasul Allah. Tuhan sudah mengutusnya sebagai rahmat
bagi seluruh umat manusia!" "Mengap anda beranggapan demikian?" orang-orang bertanya kepada si
pendeta. Bahira menjelaskan "Ketika dia melewati sisi ini (suatu jalan),
bebatuan dan pepohonan membungkuk seolah bersujud. Mereka tidak akan bersujud kepada siapa pun
selain kepada seorang Rasul. Terlebih lagi, aku mengenalinya lewat 'tanda kenabian' seperti sebuah
apel yang terletak di atas tulang rawan di bawah bahunya. Ini disebut dalam Kitab Kami."

585 …

Perang Fujjar …

Muhammad pertama kali ikut bertempur bersama paman-pamannya dalam peperangan ini.

Ketika usia remaja Muhammad ikut berperang di Fair di Ukazh pada bulan Dzul Qa'dah. Suku yang
berperang adalah Quraish dan Kinanah di satu pihak dan Qais Ghailan di pihak lain. Sebagai anggota
suku Quraish, Muhammad juga ikut serta dalam peperangan. Tugas dia kala itu ialah mengumpulkan
panah musuh dan menyerahkan kepada paman dia, Abu Thalib.

590* …

Hilf al-Fudhul / Perjanjian Kehormatan …

Perjanjian yang dilakukan oleh kalangan Quraisy untuk melindungi orang-orang yang tertindas
Kesepakatan itu dikenal sebagai Hilful Fudhul dan yang menandatanganinya adalah Bani Hasyim,
Bani Abdul Muthalib, Bani Asad, Bani Zuhrah, Bani Tua'in.

Kesepakatan ini lahir sebagai tanggapan atas penolakan yang memalukan akan keadilan bagi seorang
asing. Seorang laki-laki dari Zabid untuk menjual barang dagangannya di Mekkah. Seorang
penduduk setempat bernama Ash bin Wa'il mengambil semua barang dagangannya, tetapi menolak
untuk membayar. Orang asing yang tidak berdaya tersebut mendatangi orangorang Bani Abdud Dar,
Bani Makhzum, Bani Jamah, Bani Sahm dan Bani Adi, namun semuanya mengabaikan tangisan si
laki-laki yang menuntut ganti rugi. Dalam keadaan putus asa dia pun mendaki puncak bukit bernama
Jabal Abu Qais dan memberitahukan setiap orang kalu dagangannya telah dicuri, kemudian dia
memohon agar orangorang menolongnya, permohonanya dijawab Zubair bin Abdul Muthalib yang
sukarela membantu orang asing ini. Zubair memanggil perwakilan semua klan untuk berkumpul di
rumah Abdullah bin Jad'an dari Bani Tha'im. pada pertemuan itu muncullah kesepakatan untuk
membela siapapun yang mengalami ketidakadilan. Muhammad juga hadir bersama sang paman Abu
Thalib selama pembuatan kesepakatan tersebut. Jauh setelah dia diangkat menjadi seorang nabi, dia
menyatakan "Aku hadir ketika satu kesepakatan disepakati di rumah Abdullah bin Jad'an dan aku
tidak akan menerima, bahkan demi seekor unta merah pun, untuk menggantikanya. Jika aku diminta
untuk menegakkannya bahkan pada masa-masa Islam sekarang, aku pasti akan menyetujuinya."

594 …

Bekerja untuk Khadijah; memimpin perjalanan dagang ke Syiria

Kehilangan orang tua dan kakek dia,


Muhammad berada dalam asuhan sang paman Abu Thalib tumbuh dewasa tampa warisan. Pada
awalnya dia mencoba mencari nafkah dengan memelihara kambing bagi Bani Sa'ad, kemudian dia
memutuskan untuk bekerja sebagai penggembala walaupun imbalannya sedikit. Pilihan pekerjaan
tersebut penting, belakangan setelah menjadi nabi, Muhammad menyatakan
"Tidak ada nabi yang tidak mengembalakan domba." Terkenal akan sifat dia yang dapat dipercaya,
jujur dan saleh, dia lalu dipanggil "Al-Amin" (yang dapat dipercaya).

Reputasi Muhammad membuat Khadijah binti Khuwailid mempercayai dia untuk membawa barang
dagangannya untuk dijual ke Syiria. Sebagai pebisnis wanita yang kaya dan berasal dari keluarga
terhormat suku Quraisy, wanita ini mampu mengupah para laki-laki untuk menjalankan bisnis
mewakilinya. Jadi demikianlah, Muhammad yang masih muda melakukan perjalanan ke Syiria
bersama budak Khadijah, Maisarah. Perjalan tersebut luar biasa sukses dan menguntungkan. Setelah
kepulangan dia ke Mekkah, Muhammad memberi
Khadijah keuntungan perdagangannya.
595 …

Menikah dengan Khadijah …

Muhammad menikahi Khadijah

Khadijah sudah janda dua kali, sebelumnya dia pernah menikah dengan
Atiq bin A'idz dan kemudian dengan Abu Halah. Menyusul wafatnya suami keduanya itu, dia
mendapat sejumlah pinangan dari berbagai kepala suku Quraisy dan semuanya ditolak. Tapi
sekarang, terkesan dengan penggambaran Maisarah akan sifat Muhammad, dia memulai
pembicaraan tentang pernikahan kepada dia melalui temannya, Nafisah.

Terbuka atas gagasan tersebut, Muhammad membicarakan hal ini kepada paman dia, yang kemudian
mengirim pinangan ke Amr bin Asad, paman Khadijah. Atas nama keponakannya, Amr menerima
pinangan tersebut dan Muhammad memberikan 20 ekor unta untuk maskawinnya.
Pernikahan mereka dihadiri Bani Hasyim dan para kepala Suku Quraisy, memuji dan mengagungkan
Allah, Abu Thalib mengumandangkan khotbah perkawinan dan menegaskan persatuan ini. Jadi hanya
dalam dua bulan beberapa hari setelah kepulangan dari Syiria,
Muhammad dan Khadijah menikah. Dia berusia 25 tahun dan Khadijah diperkirakan 35 tahun.

600 …

Tahun kelahiran Ali bin Abu Thalib.


Sepupu Muhammad dan menantunya. Ia merupakan Khalifah ke-4 menurut Sunni, dan Imam pertama
menurut Syi'ah.
605 …

Pemugaran Ka'bah …

Pemugaran Ka'bah yang dilakukan oleh kalangan Quraisy, Muhammad berperan penting dalam
peletakan kembali Hajar Aswad.

Ketika Muhammad berusia 35 tahun, banjir besar menghancurkan Ka'bah. Dinding Ka'bah pernah
rusak sebelumnya akibat kebakaran dan banjir mengakibatkan dinding bertambah rusak. Bangunan
yang dipuja-pula suku Quraisy tersebut terancam roboh. Melihat kemungkinan buruk tersebut, suku
Quraisy memutuskan untuk memugar Ka'bah. Mereka bersepakat untuk tidak menodai proyek
tersebut dengan sumber-sumber yang didapat dari riba, pelacuran, atau pencurian.

Karena dinding Ka'bah harus dihancurkan lebih dulu sebelum dipugar, suku Quraisy takut Allah akan
menghukum siapapun yang mengacungkan tangannya untuk menghantam rumah suci ini. Walid bin
AlMughirah adalah yang pertama mendatangi Ka'bah. Sambil menyerukan "Allah tidak akan
menghancurkan para pembaharu" dia mulai menghancurkan dinding Ka'bah dan yang lain pun mulai
mengikuti, mereka menghancurkan Ka'bah hingga tinggal pondasi aslinya yang diletakkan oleh Nabi
Ibrahim AS.

Seorang tukang batu bangsa Romawi bernama Baqum ditugasi membangun kembali dinding-dinding
Ka'bah. Tetapi suku-suku tersebut tidak mampu mengumpulkan cukup uang untuk membangun
kembali Ka'bah dengan lengkap, jadi sebuah dinding kecil dibangun untuk memperlihatkan batasbatas
pondasi asli yang diletakkan Ibrahim AS. Dinding kecil ini memagari wilayah seluas kira-kira 6 kubit
(Sebuah unit ukur kuno yang panjangnya didasarkan pada panjang lengan bawah) di bagian utara
Ka'bah dan ia disebut Hijar Isma'il.

Ketika pembangunan dinding telah diselesaikan hingga ke tahap Hajar Aswad diletakan, muncullah
sengketa di antara mereka. Setiap kepala suku merasa berhak meletakkan batu itu pada tempat
asalnya, krisis itu berlanjut selama 4 hari dan nyaris terjadi peperangan antar suku. Pada saat itu Abu
Umayyah kepala suku yang paling sepuh mendapat pemecahan atas masalah ini, dia menyarankan
agar lakilaki berikut yang memasuki gerbang Ka'bah harus diberi kewenangan untuk mendamaikan
sengketa ini, semua orang harus setuju dengan saran laki-laki itu dan atas kehendak Allah-lah laki-
laki berikutnya yang memasuki gerbang Ka'bah adalah Muhammad.
"Dia Muhammad" mereka berkata seketika melihat kedatangan dia, " karena dia seorang yang dapat
dipercaya, kita semua sepakat untuk mempercayai keputusannya." Ketika sudah mempelajari detail-
detail sengketa tersebut,

Muhammad meminta mereka untuk membawa selembar kain. Dia lalu mengambil Hajar Aswad tadi
dan menempatkan di atas kain itu, kemudian meminta setiap klan untuk memegang ujung kain
tersebut dan mengangkatnya bersama-sama, sementara Hajar Aswad diangkat para kepala suku,
Muhammad mendorongnya ke tempat asalnya dengan tangan dia sendiri. Semua orang puas dan
konflik besar bisa terhindarkan.

610 …

Wahyu pertama Muhammad …

Muhammad menerima wahyu pertama


kalinya di Gua Hira, di Bukit Nur (Jabal an-Nur). Kemudian menyebarkan ke keluarga
terdekat dan sahabat.

Muhammad geram dengan praktik paganis pada masanya, meski dia bagian tak terpisah dari
masyarakat seperti itu dia tidak pernah menghadiri perayaan atau pesta penting apapun. Dia juga
berhati-hati agar tidak memakan hewan yang disembelih atas nama selain Allah dan menghindari
menyentuh ataupun berada dekat dengan berhala-berhala, bahkan dia pernah menghunuskan pedang
pertanda kegeramannya terhadap dua berhala paling terkenal yakni Lata dan Uzza.

Dengan kegeraman terhadap beberapa tradisi sosial terkuat dalam masyarakat Mekkah, tak pelak lagi
Muhammad tumbuh terpisah dari kaumnya, dia memilih menghabiskan waktu sendirian, jauh dari
pesta yang riuh dan pasar-pasar yang ramai. Pada waktu yang sama dia merasa perlu menyelamatkan
orangorang tersebut dari kehancuran yang dirasakannya sudah dekat.

Muhammad kemudian mencari tempat menyepi di Gua Hira (Bukit Hira sekarang dikenal sebagai
Jabal Nur. Letaknya kirakira 2 mil dari Mekkah, gua tersebut memiliki panjang empat meter kurang
sedikit dan tingginya satu setengah meter lebih sedikit.) Di tempat inilah dia menggabiskan waktu
yang lama sendirian, mengikuti praktik monoteisme nenek moyangnya, Ibrahim AS, setiap tahun
selama tiga tahun berturut-turut dia menghabiskan bulan Ramadhan di dalam gua tersebut. Selama
waktu tertentu di sana, dia pun kembali ke Mekkah, lalu berjalan mengelilingi Ka'bah dan kemudian
kembali ke rumah.

Ketika Muhammad mencapai empat puluh tahun, dia mengalami hal yang rupanya termasuk tanda-
tanda kerasulan. Dia mendapat penglihatanpenglihatan (di alam bawah sadarnya) bahkan apapun
yang muncul dihadapannya dalam setiap penglihatan dan mimpi tersebut akan menjadi kenyataan.

Pada suatu senin dini hari, persis sebelum terbitnya matahari pada hari kedua puluh satu Ramadhan
(10 Agustus 610) suatu peristiwa telah mengubah hidup laki-laki yang terpilih untuk menyampaikan
pesan dari Allah, juga mengubah hidup manusia yang tak terhitung banyaknya, yang sebagian besar
belum dilahirkan. Menurut Hijriyah (qoMariyah-berdasarkan perhitungan peredaran bulan) ketika itu
Muhammad SAW berusia empat puluh tahun-enam bulan-dua belas hari, sedangkan menurut
kalender Masehi (Syamsiah-berdasarkan perhitungan peredaran matahari) dia berusia tiga puluh
sembilan tahun-tiga bulan-dua puluh dua hari.
Peristiwa itu terjadi tatkala Muhammad SAW tengah sendirian di Gua Hira, sedang menyembah Allah
SWT persis seperti yang dia lakukan pada dua Ramadhan sebelumnya. Aisyah, wanita yang
mengisahkan begitu banyak perilaku dan tutur kata suaminya, menceritakan transisi dia dari seorang
laki-laki biasa menjadi seorang yang selamanya akan dikenal sebagai Rasulullah.

Yakni tatkala dia berada di Gua Hira, saat itulah sang Malaikat berseru kepada dia, "Bacalah!" "Aku
tidak bisa membaca"
Muhammad SAW menjawabnya. Sang
Malaikat kemudian memegang tubuh dia kuat-kuat dan menekannya untuk kali kedua, sampai dia tidak
tahan lagi. Setelah melepaskan dia dan berseru sekali lagi, "Bacalah" "Aku tidak bisa
membaca" Muhammad SAW mengulangi jawaban yang sama. Untuk kali ketiga sang Malaikat
memegang tubuh dia kuatkuat dan menekannya sampai dia tidak tahan lagi. Kemudian Malaikat Jibril
melepasnya dan berkata:

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari setimpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Mahamulia." (Qs. Al-Alaq 96:1-3) Rasulullah SAW ketakutan, jantung dia berdebar kencang.
Bergegas dia pulang ke rumah ke Khadijah dan berseru lirih, "Selimuti aku! Selimuti aku!" Khadijah
menyelimuti suaminya, dia lalu mengisahkan kejadian dalam gua tadi, seraya berkata "Aku khawatir
sesuatu telah menimpaku." "Tidak" Khadijah menimpalinya, "Aku bersumpah atas nama Allah, Dia
tidak akan merendahkan engkau. Engkau selalu menjaga hubungan baik dengan keluarga, menolong
orang yang lemah dan miskin, menjamu para tamu dengan dermawan dan membantu orang-orang
yang layak dibantu."

Khadijah Kemudian membawa Rasulullah ke sepupunya, seorang tua yang sangat dihormati, Waraqah
bin Naufal. Orang tua ini mengerti Yudaisme dan akrab dengan Injil, sudah meninggalkan
penyembuhan berhala dan menjadi Nasrani. "Wahai sepupuku" Khadijah memulai pembicaraan,
"Dengarkanlah
Keponakanmu (Muhammad)." "Apa yang sudah kamu lihat, keponakanku?" tanya laki-laki tua
yang buta tersebut, lantas Rasulullah memberitahu Waraqah kejadian di dalam Gua Hira. Diapun
mengatakan "Malaikat yang diutus Allah kepadamu itu sama dengan Malaikat yang di putus-Nya
kepada Musa. Seandainya aku masih muda dan (aku berharap bisa) terus hidup untuk menyaksikan
hari ketika orang-orang mengusirmu dari kota ini." "Akankah mereka mengusirku?" tanya
Rasulullah. "Ya" jawab Naufal, "Belum ada sebelumnya laki-laki yang menyampaikan sesuatu
seperti yang kamu miliki sekarang tanpa menghadapi kekerasan. Kalau saja aku masih hidup untuk
menyaksikan hari ketika kamu diusir, pasti aku akan mendukungmu dengan segenap kekuatan."
Tetapi, beberapa hari kemudian, Waraqah meninggal dunia.

613 …

Dakwah terhadap keluarga …

Muhammad mengundang kalangan keluarganya dari Bani Hasyim untuk berdakwah.

Dakwah terhadap Quraisy …

Muhammad mengajak kalangan Quraisy di Bukit Safa untuk menerima Islam. [1]
615 …

Kelahiran Fatimah, anak perempuan Muhammad. Ia istri dari Ali bin Abi Thalib dan semua
keturunan Muhammad melalui dia.

Hijrah ke Abyssinia …

Penganiayaan Quraisy terhadap Muslim.


Muhammad memerintahkan sekelompok orang untuk hijrah ke Abyssinia, sekarang Ethiopia.

617 …

Memisahkan bulan …

Memisahkan bulan (Bahasa Arab: shaqqal-Qamar), adalah salah satu mukjizat yang dilakukan
Muhammad.

Boikot Quraisy terhadap Bani Hasyim



dan Muhammad

Boikot dari kalangan Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Muhammad dimulai. Bani Hasyim tinggal
di lembah yang disebut Lembah Abu Thalib, agak sedikit di luar Mekkah. Selama tiga tahun itu
mereka tidak dapat berdagang, menikah, dan bertemu dengan pihak luar.

619 …

Tahun Dukacita …
Boikot berhenti. Meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, Tahun Dukacita.

620 …

Isra' dan Mi'raj …

Perjalanan Muhammad dari Mekkah ke Yerusalem, kemudian diteruskan ke langit ketujuh.

Tha'if … Muhammad pergi ke kota yang bernama


Tha'if dan mengajak mereka untuk masuk Islam. Penduduk Tha'if menjawabnya dengan perlakuan
yang kasar dan mulai melemparkan batu ke arah dia.

Bertemu dengan sekelompok Jin …

Dalam perjalanan kembali dari Tha'if, di suatu tempat bernama Nakhlah, sekelompok Jin
bertemu dengan Muhammad dan memeluk Islam

621 …

Bai'at 'Aqabah pertama … Bai'at yang dilakukan oleh 12 orang dari Yatsrib terhadap Muhammad.

622 …

Bai'at 'Aqabah kedua …


Bai'at yang dilakukan oleh 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib terhadap
Muhammad.

Hijrah ke Madinah …

Hijrah yang dilakukan oleh kaum Muslim dari Mekkah ke Madinah. Muhammad tiba di Madinah pada
hari Senin, tanggal 27 September .

Anda mungkin juga menyukai