Makalah
ASMIDAR
80100223168
Dosen Pemandu
Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A
PROGRAM PASCASARJANA
2024
KATA PENGANTAR
Penulis
Asmidar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
‘Utsman bin ‘Affan adalah salah sahabat yang sangat dekat dengan baginda,
dua putri mulia bagindapun menjadi pendamping hidupnya. ‘Utsman bin ‘‘Affan
terkenal sebagai sosok sahabat yang hartawan lagi dermawan, tingkah lakunya
selalu dihiasi dengan sifat malu dan penuh kesopanan dalam ketegasan. Namun,
semua keutaman diatas seakan sirna dan tidak meninggalkan bekas pada saat
para pemerhati sejarah menilai karakter kepemimpinannya selama menjadi
khalifah. Ia acapkali disebut sebagai pemimpin Islam yang sarat dengan
nepotisme dan mendahukan kepentingan kerabat dekatnya. Benar, tidak ada
manusia yang lepas dari kesalahan apalagi seorang penguasa, tapi apakah semua
label dan isu yang beredar pada masa kepemimpinan Usman bin ‘‘Affan itu
demikian adanya? Atau seperti apa ?
Demikian halnya dengan khalifah setelahnya yaitu ‘Ali bin Thalib yang
menemui kemelut di masa pemerintahannya pasca kekhalifahan Usman bin
Affan, terlebih lagi dalam hal majelis tahkim saat terjadi kekacauan pada masa
pemeerintahn Ali bin Abi Thalib. Sedangkan disana ada hadits yang menyatakan,
َخ ْيُر الَّناِس َقْر ِني ُثَّم اَّلِذ ْيَن َيُلْو َنُهْم ُثَّم اَّلِذ ْيَن َيُلْو َنُهْم
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya,
kemudian generasi berikutnya.”1
Maka dalam makalah ini pemakalah ingin mencoba melihat sosok dua
sahabat yakni ‘Utsman bin ‘‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib dari sudut pandang lain
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah
bin Abd al-Syams bin Abd al-Manaf di lingkungan Quraisy Umawy. Lahir di Thaif
pada tahun (576 M) dari seorang ibu bernama Urwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin
Habib bin Abd al-Syams bin Abd al-Manaf. Ibu Urwa sendiri bernama al-Baydha
adalah putri Abd al-Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. 2 Sebagian
sejarahwan ada menyebutkan bahwa ia lahir pada tahun 579 masehi atau 42
sebelum Hijriah,3 sedangkan sebagian sejarahwan menyebutkan 47 sebelum
Hijriah, usianya enam tahun lebih muda dari Rasulullah s.a.w.4
1. Pada saat kaum muslimin mengalami paceklik dan kesulitan air, Usman
2
Muhammad Ridha, Usman ibn Affan Zu al-Nuraya, Tsalis al-Khulafa al-Rasyidin, (Cairo:
Mathba’ah Isa al-Babi al-Halaby, 1963), h. 32
3
Khaled Muhammad Khaled, The Successors of the Messengger, translate by Muhammad
Mahdi al-Sharif (Beirut: Lebanon, 2005), h. 14.
4
Mahmud Syakir, Tarikh Al-Islamiy: al-Khulafa al-Rasyidiun, Cet. VIII (Beirut: Al-Maktabah Al-
Islamiy, 1421/2000), Vol. III, h. 211.
bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga
200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada
waktu itu. Kemudian Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan
rakyat umum hingga saat ini. Sumur itu dikenal dengan nama Sumur
Raumah yang terletak di samping Masjid Qiblatain berada di atas sebuah
bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah.
Umar bin Khattab dalam masa sakitnya setelah ditikam oleh seorang
budak dari Persia milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu Lu’lu’ah
Fairuz masih bertahan selama beberapa hari. Dan beliau membentuk sebuah
dewan yang beranggotakan enam orang sahabat yang terkemuka pada saat itu
yaitu ‘Ali bin Abi Thalib, Usman bin ‘Affan, Zubair bin al-Awwam, Talhah bin
5
Jalaluddin As-sayuthi, Tarikh al-khulafa’, via Al-Maktabah As-Syamilah Jil.1 h.60.
‘Ubaidillah, Sa‘id bin Abi Waqqash dan ‘Abd al-Rahman bin ‘Auf. 6
keenam
anggota sahabat inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah Dewan Syura. 7
Setelah Umar bin Khatab meninggal, Dewan Syura mulai bersidang untuk
menentukan siapa yang harus menggatikan Umar sebagai khalifah.
Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang. Sidang berjalan alot
sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Ab-durrahman bin Auf,
Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah
Ali bin Abu Thalib dan Utsman bin Affan sebagai khalifah. Ia terpilih
mengalahkan Ali bin Abu Thalib sebagian karena pertimbangan usia.8
1. Mushaf ‘Usmani
2. Perluasan Wilayah
13
Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni, Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aminuddin (Jakarta: Pustaka Setia,
1991), h. 108-110.
14
Al-Qatthan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, h. 198); ‘Abd al-Rahman I. Doi, Introduction to the Holy
Qur’an (New Delhi: Sterling Publishers, 2003), h. 25-30
pemerintahan ‘Usman bin ‘Affan di Madinah.
15
Mahmudun Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarah, terj. Adam Effendi (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1993), h. 139.
16
Hassan Shadily, dkk, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta, Ichtiar Baru-van Hoeve, 1983) jilid 4, h.
2361
(menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di
lingkungan pemerintah; (3) tindakan memilih kerabat atau sanak saudara
sendiri untuk memegang pemerintahan.17
20
M. Syaikuhudin, Sahabat Rasulullah Usman bin ‘Affan, (Jakarta Timur: PT. Balai Pustaka,
2012), h. 50
baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan-lowongan itu diisi dengan
keluarga-keluarga beliau yang dianggapnya lebih kredibel. Adapun pejabat-
pejabat yang diangkat oleh khalifah Usman antara lain:
1. Abdullah bin Sa`ad (saudara sesusuan khalifah Usman bin Affan) sebagai
gubernur Mesir menggantikan Amru bin Ash
2. Abdullah bin Amir bin Khuraiz sebagai wali Bashrah menggantikan Abu
Musa Al`asyari. Beliau ini masih kerabat dengan Usman bin Affan. Beliau
adalah putra bibinya.
3. Walid bin Uqbah bin Muis (saudara sesusuan khalifah Usman bin Affan)
sebagai walikota Kufah menggantikan Sa`ad bin abi Waqqash.
4. Marwan bin Hakam (Keluarga Usman bin Affan, beliau adalah putra
pamannya) sebagai sekretaris Usman bin Affan.
5. Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai gubernur di Syam adalah putra
pamannya.
21
Muhammad Khalid, Kehidupan Para Khalifah Teladan, Lembar Faktual tentang Lima
Negarawan Muslim, (Jakarta, Pustaka Amani,1995) h. 278
seorang Muslim.22 Muhammad menegaskan bahwa ada dua kelompok yang
membenci ‘Usman. Pertama, kelompok aristokrasi dari kalangan Muhajirin dan
Anshar yang tersebar di luar Hijaz. Kedua, kelompok veteran Perang Badar yang
menderita karena kefakiran mereka lantaran para pembantu ‘Usman menutup
akses bagi mereka untuk mendapatkan harta fa‘i, ghanimah dan subsidi
pemerintah.23
Setelah ‘Usman wafat, kaum Muslim membaiat ‘Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah. ‘Ali merupakan sepupu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
sekaligus menantunya. ‘Ali menikah dengan Fatimah binti Muhammad. ‘Ali
adalah anak Abu Talib yang paman Nabi, dan menjadi pelindung Nabi dari
gangguan kafir Quraisy di Makkah. Abu Talib adalah anak ‘Abd al-Muthalib bin
Hasyim bin ‘Abd al-Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka‘ab. Abu
Thalib mulai mengasuh Nabi di waktu kecil setelah ‘Abd al-Muthalib meninggal
dunia. Karenanya, ‘Ali dan Nabi Muhammad s.a.w. dibesarkan oleh Abu Talib.
Nabi sangat sedih atas meninggalnya dua pendukung setianya, Khadijah yang
merupakan istri pertama Nabi dan Abu Talib yang menjadi pelindung Nabi di
awal dakwah Islam.24
‘Ali bin Abi Thalib lahir di Makkah pada tanggal 13 Rajab 21 Sebelum
Hijriah, 30 tahun setelah Tahun Gajah (600 Masehi). Ia adalah anak Abu Thalib
dan Fatimah binti As‘ad yang berasal dari Bani Hasyim. ‘Ali disebut banyak
sejarahwan lahir di dalam Ka’bah.25 ‘Ali bin Abi Thalib memiliki banyak gelar. Ia
22
Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 220.
23
Ali Abdul Mu’ti Muhammad, Filsafat Politik Antara Barat dan Islam, terj. Rosihon Anwar
(Bandung: Setia, 2010), h. 279.
24
Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 139.
25
Sayed Ali Asgher Razwy, Muhammad Rasulullah Saw, terj. Dede Azwar Nurmansyah
(Jakarta: Pustaka Azzahra, 2004), h. 53-54.
disebut Abu al-Hasan atau Abu Turab. Ia juga disebut al-Haidar (singa). Ia juga
disebut Amirul Mu’minin.26
26
Sayyid Sulaiman Nadwi, Ali bin Abi Thalib, terj. Abdul Aziz (Jakarta: Kaysa Media, 2015), h.
2-3.
27
Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 223.
memenuhi keinginan para sahabat yang mencari khalifah pengganti ‘Usman.
Setelah dibaiat sebagai khalifah, ‘Ali memang tidak bisa berbuat banyak
untuk dunia Islam, selain mengkonsolidasikan kekuatan kaum Muslim. Tetapi,
kaum Muslim terpecah-pecah. ‘Ali menghadapi pemberontakan dan melawan
para pemberontak yang tidak lain adalah tokoh-tokoh Muslim di masanya,
seperti Thalhah, Zubair dan ‘A’isyah di satu pihak, atau Mu‘awiyah dan
kelompoknya seperti ‘Amr bin ‘Ash di pihak lain. Kekuasaan ‘Ali pun harus
berakhir dengan tragedy pembunuhan terhadap dirinya yang dilakukan oleh
kelompok Khawarij yang merupakan sekelompok pasukan yang sempat setia
kepadanya. ‘Ali memimpin sampai tahun 40 Hijriah setelah ia dibunuh oleh ‘Abd
al-Rahman bin Muljam. Ia wafat pada usia 60 tahun dan memimpin selama 5
tahun kurang 3 bulan.28
1. Memindahkan Ibukota
28
Muhammad Fathurrohman, History of Islamic Civilization (Yogyakarta: Garudhawaca,
2017), h. 91.
ibukota pada masa Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Usman. Pada masa pemerintahan ‘Ali,
ibukota pindah dari Madinah ke Kufah (Irak). Ini menarik, karena pada era
belakangan, Kufah menjadi salah satu pusat keagamaan mazhab Syiah
mengingat keberadaan makam ‘Ali di sana. Memang, para pendukung ‘Ali
banyak di kawasan Irak dan ini membuatnya memindahkan pusat
pemerintahan.
c. Majelis Tahkim
30
Ibid., h. 226-227; History of Islamic Civilization, h. 90-92
Para pendukung ‘Ali menyebut diri mereka sebagai Syiah. Setelah ‘Ali wafat,
mereka mengangkat Hasan sebagai pemimpin mereka, dan kemudian Husain.
Kemudian, kelompok Syiah terpecah menjadi beberapa kelompok mulai dari
Saba’iyah, Isma‘iliyah, Zaidiyah sampai Imamiyah. Khawarij pun terpecah
menjadi beberapa sekte. Kelompok lainnya adalah Murji‘ah, Jabariyah dan
Qadariyah. Setiap kelompok memiliki sejumlah doktrin yang berbeda, bahkan
bertentangan.
31
Abi al-Fath Muhammad ‘Abd al-Karim bin Abi Bakr Ahmad asy-Syahrastani, al-Milal wa an-
Nihal (Beirut: Dar al-Fikr, 2008), h. 92-92. Ja‘far Ja‘far, “Tarekat Dan Gerakan Sosial Keagamaan
Shaykh Hasan Maksum”. TEOSOFI: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, Vol. 5, No. 2 (December 7,
2015): 269-293
BAB III
PENUTUP
A. Kesimplan
B. Saran
Kemelut yang terjadi di antara dua kekhalifahan ini adalah hal yang tak
dapat dipungkiri sebagaimana telah dicatat tinta sejarah. Namun seyogyanya
seorang muslim berusaha untuk mengedapankan sikap berprasangka baik
kepada sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. sebagai alarm sehinnga tidak
terlampau jauh dalam menyikapi kejadian-kejadian di masa mereka;
اَل َتُسُّبوا َأْص َح اِبي َفَلْو َأَّن َأَح َد ُك ْم َأْنَفَق ِم ْثَل ُأُح ٍد َذ َهًبا َم ا َبَلَغ ُم َّد َأَح ِدِهْم َو اَل َنِص يَفُه
َفَع َلْيُك ْم ِبُس َّنِتى َو ُس َّنِة اْلُخَلَفاِء الَّراِش ِد يَن اْلَم ْهِد ِّييَن َعُّض وا َع َلْيَها ِبالَّنَو اِج ِذ
32
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, kitab Al Manaqib, Bab Qauluhu Lau Itakhadztu Khalilan, no.
3397 dan lafaz ini adalah lafazh Al Bukhari., Muslim, Shahih Muslim, kitab Fadhail Al Sahabat, Bab
Tahrim Sabbi Ash Shahabat, no. 4610 dan 4611., Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, kitab Al Manaqib ‘An An
Nabi, Bab Fiman Sabba Ashabi An Nabi, no. 3796., Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, kitab As Sunnah,
Bab An Nahyu ‘An Sabb Ashabi An Nabi, no. 4039.
33
Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 4607, Muhammad
bin Isa, at-Tirmidzi , Sunan At Tirmidzi no. 2676, Muhammad bin Yazid, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah
no. 42
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah,
Shahih Al-Bukhari, Cet. I, Damaskus, Dar Ibnu Katsir,. 1423 H/2002 M.
Muslim, Abu Al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Ward Kusyad Al-
Kusairi An-Naisaburi, Shahih Muslim, Tahqiq: Abu Qutaibah Nazr
Muhammad al-Faryani, Cet. I, Riyadh, Dar Thayyibah, 1427 H/2006 M.
Fathurrahman Djamil, KKN Dalam Perspektif Hukum Islam dan Moral Islam,
Jakarta, Al-Hikmah dan DITBIN BAPERA Islam, 1999
Mahmud Syakir, Tarikh Al-Islamiy: al-Khulafa al-Rasyidiun, Cet. VIII Beirut: Al-
Maktabah Al-Islamiy, 1421/2000.
Philip K. Hitti, History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005
Saiyid Safdar Hosain, The Early History of Islam, New Delhi: Low Price
Publications, 2006
Mahmud M. Ayoub, The Crisis of Muslim History: Religion and Politics in Early
Islam London: Oneworld Publications, 2003