Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH USMAN BIN AFFAN

OLEH KELOMPOK 3
ALFAUZAN DWI SEPTIAN
AZFARI ABDILLAH NASUTION
DEA AZKA NADIRA POHAN
DZAKI MUFRIH
FARA MARETTA F.K
MHD RAIHAN PRATAMA
MHD RYAN ABDILLAH
RAISAH SALIMAH HARAHAP

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MODEL MEDAN


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Khalifah Usman Bin
Affan”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan Makalah ini bertujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada para
pembaca mengenai sejarah kehidupan Khalifah Usman Bin Affan di jaman setelah Rasulullah
wafat.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.
Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Medan, 27 Januari 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 1
PEMBAHASAN
1.1 Biografi Usman Bin Affan

Ia adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun) hingga 656 (selama
11–12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu. Utsman bin
Affan 574-656 / 12 Dzulhijjah 35 H; umur 81–82 tahun) adalah sahabat Nabi Muhammad yang
termasuk Khulafatu Rosyiddin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi
sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur’an

Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia
dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak
bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat
julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman
telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa
binti Kuriz bin Rabiah, ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun
Al-Awalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah sendiri menggambarkan
Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah, ‘Abu Bakar masuk
tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa
saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk
dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap
orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

Pada usia remaja, Usman Bin Affan sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke luar negeri.
Abu Bakar As Sidiq pula Usman Bin Affan memeluk Islam. Usman Bin Affan menerima ajakan
Rasulullah Saw. tanpa ragu. Tidak berapa lama, Usman Bin Affan dinikahkan dengan Ruqayah,
salah satu putri Rasulullah Saw.

Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah ke Habbasyah karena meningkatnya tekanan
kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi
seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal
di Makkah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa
Hudaibiyyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Makkah. Utsman
diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di
Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Gathfan berkecamuk, dimana Rasullullah memimpin
perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan
950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk,
nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan
kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar
seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000
unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk
memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam
dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair
bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang
tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga.
Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta
yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman
menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.

ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid
Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji).
ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan
Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan
laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk
mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau
kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini
banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifah.

Kewafatan Utsman bin Affan

Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan
Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak (Ghafiki dan Sudan),
yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan
pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya
wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki
rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Qur’an. Persis seperti apa yang
disampaikan Rasullullah perihal kematian Utsman yang syahid nantinya, peristiwa pembunuhan
usman berawal dari pengepungan rumah Utsman oleh para pemberontak selama 40 hari. Utsman
wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah
1.2 Proses Pemilihan Usman Bin Affan sebagai Khalifah

Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab, tepatnya pada
tahun 23 H. Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan
para sahabat, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin Khattab sebelum beliau wafat.
Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf,
Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tiga hari setelah Umar bin Khattab wafat, keenam kandidat kemudian berkumpul dan
bermusyawarah selama tiga hari di bawah panitia pemilihan yang terdiri dari Abdullah bin Umar,
Abu Thalhah al-Anshari, al-Miqdad, dan Suhaib.

Musyawarah pemilihan ini dimulai dengan pembukaan dari Abdurrahman bin Auf yang berkata:
“Pilihlah tiga orang di antara kalian.”

Zubair bin al-Awwam berkata: “Aku memilih Ali.”

Thalhah bin Ubaidilah berkata: “Aku memilih Utsman.

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata: “Aku memilih Abdurrahman bin Auf.”

Abdurrahman bin Auf lalu berkata kepada Ali dan Utsman: “Aku memilih salah satu di antara
kalian berdua yang sanggup memikul tanggung jawab ini. Jadi, sampaikanlah pendapat kalian
mengenai hal ini.”

Ali maupun Utsman terhening tidak memberikan jawaban. Abdurrahman bin Auf pun memahami
keduanya. Lalu Abdurrahman berkata, “Apa kalian hendak memikulkan tanggung jawab ini
kepadaku? Bukankah yang paling berhak memikulnya adalah yang terbaik di antara kalian?”

Mendengar hal itu, Ali dan Utsman berkata: “Ya benar.”

Abdurrahman bin Auf kemudian memandangi para sahabat yang hadir dan meminta pandangan
mereka. la kemudian berkata kepada Ali: “Jika kau tidak mau kubaiat, sampaikan pandanganmu.”

Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku memilih Utsman.”

Lalu Abdurrahman bin Auf memandang Utsman bin Affan.

Utsman pun berkata, “Aku memilih Ali bin Abu Thalib.”


Dari keenam kandidat tidak ada satu pun yang mau mengajukan diri untuk dibaiat, begitu pun
dengan dua kandidat terakhir, Ali dan Utsman. Oleh karena itu, musyawarah pun ditunda.

Pada hari kedua, Abdurrahman bin Auf berkeliling Madinah menjumpai para sahabat dan
memintai pendapat mereka.

Akhirnya di malam hari ketiga, Abdurrahman bin Auf memanggil Zubair bin aI-Awwam dan
Sa’ad bin Abi Waqqash, mereka bertiga kemudian bermusyawarah. Setelah ketiganya selesai
bermusyawarah, Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib dan keduanya
berbincang hingga tengah malam. Ketika Ali pergi setelah selesai berbincang-bincang,
Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Utsman bin Affan dan keduanya berbincang-bincang
hingga azan subuh berkumandang. Pagi itu, kaum muslimin berkumpul di Masjid Nabi. Dihadiri
oleh enam kandidat, wakil kaum Muhajirin dan Anshar, serta para pemimpin pasukan.

Abdurrahman bin Auf kemudian memandang Ali bin Abi Thalib dan membacakan syahadatain, ia
berkata kepada Ali sambil memegang tangannya: “Engkau punya hubungan dekat dengan
Rasulullah, dan sebagaimana diketahui, engkau pun lebih dulu masuk Islam. Demi Allah, jika aku
memilihmu, engkau harus berbuat adil. Dan jika aku memilih Utsman, engkau harus patuh dan
taat. Wahai Ali, aku telah berkeliling menghimpun pendapat berbagai kalangan, dan ternyata
mereka lebih memilih Utsman. Aku berharap engkau menerima ketetapan ini.”

Setelah berkata kepada Ali, Abdurrahman bin Auf berkata kepada Utsman: “Aku membaiatmu
atas nama sunnah Allah dan Rasul-Nya, juga dua khalifah sesudahnya.”

Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua yang berkata yang sama kepada Utsman untuk
membaiatnya sebagai khalifah pengganti Umar. Saat itu juga semua kaum muslimin yang hadir
serempak membaiat Utsman sebagai khalifah kaum muslimin.
Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah
berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan
setelah selesai salat di Masjid Madinah.
1.3 Pola Kepemimpinan Khalifah Usman Bin Affan
Sesudah Usman Bin Affan dibaiat sebagai khalifah, ia mulai mengatur strategi pemerintahannya.
Dalam kebijakan politiknya, Usman awalnya mengikuti jejak khalifah sebelumnya. Oleh karena
itu, pada paruh pertama masa pemerintahannya, keputusan keputusan yang dibuat merupakan
kelanjutan dari kebijakan khalifah sebelumnya. Di antaranya dalah melanjutkan usaha
penaklukan Persia. Usaha perluasan daerah kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah
dibangunnya armada laut. Satu persatu daerah di seberang laut ditaklukannya, antara lain
wilayah Asia kecil, pesisir Laut Hitam, Pulau Siprus, Pulau Rodhes, Tunisia dan Nubia
1.4 Perluasan Wilayah Islam pada Masa Khalifah Usman Bin Affan

Di antara para khulafaur rasyidin, nama Utsman bin Affan dikenang sebagai pribadi yang lembut,
bijaksana, dan berpendirian teguh. Meneruskan kepemimpinan Umar bin Khaththab.

Pada tahun ke-24 Hijriah, Utsman mengirimkan pasukan yang dipimpin Alwalid bin Aqobah.
Mereka bergerak menuju negeri di utara, khususnya Azerbaijan dan Armenia. Para pemimpin dari
dua negeri itu telah mengkhianati perjanjian dengan kaum Muslimin pada era Umar bin Khaththab.

Betapa takutnya penduduk Azerbaijan dan Armenia begitu mendengar kabar kedatangan
balatentara Muslimin. Hal itu semata-mata lantaran besarnya kekuatan umat Islam. Toh mereka
sendiri tahu, dalam hal perjanjian tersebut, para pemuka merekalah yang bersalah. Maka, pasukan
yang dikirim Khalifah Utsman itu tidak melakukan suatu pertempuran. Sebab, penduduk setempat
sudah mengaku takluk.

Mirip dengan dua negeri di utara Arab, orang-orang Iskandariah di Mesir juga menolak perjanjian
dengan kaum Muslimin. Sebab, mereka merasa mendapat sokongan dari Romawi. Pada tahun 25
Hijriah, pasukan Muslimin datang berjihad ke sana, sehingga Iskandariah takluk ke dalam wilayah
umat Islam.

Pada tahun ke-26 Hijriah, sebanyak 3.300 orang pasukan Muslimin dapat menaklukan Sabur.
Mereka dipimpin Utsman bin Abil Aash. Setahun kemudian, Khalifah Utsman mengamanatkan
kepada Abdullah bin Sa'ad bin Abbi Abi Sarah untuk menaklukan Afrika Utara. Ibnu Sa'ad
merupakan gubernur Mesir yang menggantikan Amr bin Ash.

Saat itu, pasukan Muslimin terdiri dari 20 ribu orang. Adapun jumlah pasukan lawan, yakni dari
kaum Berber, terdiri atas 120 ribu orang alias enam kali lipat balatentara Muslimin.

Salah seorang sahabat, Abdullah ibnu Azzubair, kemudian tampil berhadap-hadapan dengan Raja
Berber, Jarjir. Dalam pertempuran itu, Jarjir berhasil ditumpas. Sesudah penaklukan Afrika Utara,
kaum Muslimin menargetkan pembebasan Andalusia (Spanyol).

Pada tahun ke-28 Hijriah, pasukan Muslimin yang dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan dapat
menaklukan Pulau Siprus. Setahun berikutnya, Abdullah bin Amir memimpin pasukan hingga
menguasai wilayah kerajaan Persia.
Pada tahun ke-30 Hijriah, Tibristan dapat dikuasai. Pada tahun ke-31 Hijriah, pecah peperangan
Dzatish-Shawari. Lalu, setahun berikutnya, Muawiyah bin Abi Sufyan
mencoba menyerang daerah-daerah jajahan Romawi. Pasukannya sampai pula ke Konstantinopel.

Pada tahun yang sama tentara yang dipimpin Ibnu Aamir menguasai Marwarrauz, Thaliqon,
Fariab, Jauzjan dan Thakharstan. Banyak sejarawan menilai, era Khalifah Utsman sebagai zaman
kemenangan kaum Muslimin. Umat Islam begitu disegani para negeri adidaya kala itu, semisal
Romawi, Parsi dan Turki

Perluasan Islam di masa Usman dapat disimpulkan pada dua bidang, yaitu menumpas
pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang telah masuk ke bawah
kekuasaan Islam di zaman Umar. Setelah Umar berpulang ke kerahmatullah ada daerah-daerah
yang mendurhaka kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung-
pendukung pemerintahan yang lama atau dengan kata lain ada sementara pamompraja dari
pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke bawah kekuasaan Islam) ingin
mengembalikan kekuasaannya. Daerah-daerah yang mendurhaka itu terutama ialah Khurasan dan
Iskandariyah.
Kedus, melanjutkan perluasan Islam ke daerah-daerah yang sampai di sana telah terhenti pada
perluasan Islam di Umar. Perluasan Islam boleh dikatakan meliputi semua daerah yang telah
dicapai balatentara Islam di masa Umar. Perluasan ini di masa Usman telah bertambah dengan
perluasan ke laut. Kaum muslimin pada masa itu pun telah mempunyai angkatan laut.
Di masa Usman, negeri-negeri seperti, Barqah, Tripoli Barat dabn bagian selatan negeri
nubah, telah masuk dalam wilayah Negara Islam. Kemudian negeri-negeri Armenia dn beberapa
bagian Thabaristan, bahkan kemajuan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun di Amu Daria.
Jadi daerah “Mawaraan Nahri” (negeri-negeri seberang sungai Jihun) telah temasuk wilayah
Negara Islam dan negeri-negeri Baktaria, Harah, Kabul dan Ghaznah di Turkastan pun telah
diduduki kaum Muslimin. Dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Mu’awiyah
ibnu Abi Sofyan, pada tahun 28 H pulau Cyprus juga dapat di taklukkan dan dimasukkan ke dalam
wilayah Islam.
Salah satu pertempuran yang penting di laut pada masa Usman ialah pertempuran “Dzatis
Sawari” (Pertempuran Tiang Kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31 H di laut tengah dekat
kota Iskandariyah, antara tentara Romawi di bawah pimpinan kaisar Constantine dengan bala
tentara Islam di bawah pinmpinan Abdullah ibnu Abi Sarah, yang menjadi gubernur di Mesir.
Pertempuran ini dinamakan Dzatis Sawari karena banyaknya kapal-kapal perang yang ikut dalam
peperangan ini. Konon kabarnya kapal-kapal tersebut ada 1000, 200 kepunyaan kaum Muslim dan
sisanya adalah kepunyaan bangsa Romawi. Dalam pertempuran ini kaum Muslimin telah berhasil
mengalahkan tentara Romawi.
BAB 2
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan Pembai’atan dirinya dilakukan melalui pemilihan salah
satu di antara 6 orang Ahlu Syuro yaitu Ali bin abi thalib, Utsman bin affan, Sa’at bin abi Waqosh,
Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan Tholhah bin Ubaidillah , merupakan kejadian
pertama dalam sejarah kekhalifahan umat Islam. Khalifah Abu Bakar r.a. dibai’at langsung oleh
kaum muslimin. Khalifah Umar bin Khattab r.a. ditetapkan berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu
Bakar r.a. Utsman bin Affan adalah khalifah ke 3 setelah Umar bin Khattab. Saat dia menjadi
khalifah usianya 70 tahun dan dia menjadi khalifah selama 12 tahun. Prestasi yang dicapai pada
masa ini adalah kodifikasi Mushaf Al-Qur’an, renovasi masjid Nabawi, pembentukan angkatan
laut, dan peluasan wilayah. Gaya kepemimpinanya Utsman bin affan dikenal sebagai seorang
pemimpin yang familier dan mhumanis. Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak
kurang baik, yaitu munculnya nepotisme.

2.2 Saran
Kita harus mempelajari tentang masalah sejarah Islam, dimana kita harun mengetahui
kepemimpinan setelah Rasulullah, agar ilmu kita akan bertambah. Jika ada salah dalam penulisan
kami mohon maaf, saran dan kritik sangat kami perlukan.
Glosarium

Baiat
upacara pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin

Khalifah
gelar yang diberikan untuk penerus Nabi Muhammad dalam kepemimpinan umat Islam
Daftar Pustaka
https://islami.co/biografi-utsman-bin-affan-lengkap/

https://republika.co.id/berita/ppus70458/perluasan-wilayah-islam-pada-masa-utsman-bin-affan

Anda mungkin juga menyukai