Anda di halaman 1dari 10

KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

Nama    : Andi Fahmi Husein Putrata

Kelas : X Mipa Sma

Mata Pelajaran : Ski

FOTO SANTRI

FOTO SANTRI

SMA-MA PESANTREN IMMIM PUTRA

2020/2021
KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

A. Biografi Usman Bin Affan

Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abdul Ash bin Umayyah

bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf. Dengan demikian, nasabnya bertemu dengan

Nabi    Muhammad    pada    Abdu    Manaf.    Ibunya    bernama    Arwa’    binti    Kuraiz    bin

Rabiah.    Usia    Utsman    lebih    muda    lima    tahun    dari    Rasulullah    SAW.    Utsman

mendapatkan    pendidikan    yang    layak.    Bahkan    ia    telah    belajar    membaca    dan

menulis    sejak    usia    yang    masih    sangat    belia.    Di    masa    mudanya,    Utsman    telah

menjadi seorang saudagar yang kaya raya.

Utsman    berasal dari    strata sosial    dan    ekonomi tinggi    yang    pertama-tama

memeluk Islam. Dia    memiliki kepribadian yang baik, bahkan    sebelum memeluk

ajarah    Islam,    ia sudah    terkenal    dengan kejujuran dan    integritasnya. Kepribadian

Utsman    benar-benar merupakan gambaran dari akhlak    yang    baik    menurut Islam

(akhlakul    karimah). Dia jujur, dermawan    dan    sangat    baik    hati. Rasulullah SAW

mencintai Utsman karena akhlaknya. Mungkin itulah alasan mengapa Rasulullah

SAW mengizinkan dua putrinya untuk menjadi istri Utsman. Yang pertama adalah

Ruqayyah, ia meninggal setelah Perang Badar. Rasulullah SAW sangat tersentuh

akan kesedihan    yang    dialami Utsman sepeninggal Ruqayyah    dan menasihatinya

untuk menikahi seorang lagi anak perempuan beliau, Ummu Kultsum.

Siapakah Ruqayyah dan Ummu Kultsum?

Ruqayyah    adalah    kakak    dari    Ummu    Kultsum.    Ibunda    mereka    adalah

Khadijah bintu Khuwailid.    Awalnya, Ruqayyah menikah dengan ‘Utbah bin Abi

Lahab.    Sementara    Ummu    Kultsum    menikah    dengan    ‘Utaibah    bin    Abi    Lahab.

Ketika    Rasulullah    SAW    mulai    menyampaikan    risalah    kepada    orang-orang

Quraisy,    Abu    Lahab    memerintahkan    kedua    anaknya    untuk    menceraikan    kedua


istrinya. Maka diceraikanlah Ruqayyah dan Ummu Kultsum dalam keadaan masih

suci (perawan).

Ini    merupakan    pemuliaan    dari    Allah Subhanahu    Wa    Ta’ala    (SWT)    bagi

keduanya sekaligus sebagai penghinaan bagi kedua anak Abu Lahab.

Utsman akhirnya menikahi Ruqayyah. Tak berselang lama, mereka berdua

hijrah    ke    negeri    Habasyah.    Di    negeri    asing    tersebut,    Ruqayyah    melahirkan

seorang    putra    yang    diberi    nama Abdullah. Kemudian    Utsman    bersama keluarga

kecilnya kembali berhijrah ke kota Madinah setelah sebelumnya sempat kembali

ke kota Mekkah.

Suatu    ketika,    Rasulullah    SAW    memerintahkan    para    sahabat    berangkat    menuju

daerah Badr untuk menghadang kafilah dagang Quraisy. Sedianya, Utsman ingin

mengikuti misi tersebut.    Akan    tetapi    Rasulullah    SAW    memerintahkannya untuk

tetap    tinggal    di    Madinah    demi    menjaga    dan    merawat    Ruqayyah    yang    dalam

keadaan sakit.

Tatkala kaum Muslimin bersuka cita merayakan kemenangan atas pasukan

Musyrikin    dalam    kancah Badr, mendung    kelabu menyelimuti keluarga ‘Utsman

dengan    kepergian    istri    tercinta    menghadap    sang    Khaliq    pada    bulan    Ramadhan

tahun 2 hijriah. Pada bulan Rabiul Awal tahun 3 hijriah, Utsman menikah dengan

Ummu    Kultsum.    Pada    tahun    4    hijriah,    putra    Utsman    yang    bernama    Abdullah

meninggal dunia karena sakit. Dan pada tahun 9 hijriah menyusul berikutnya sang

istri    Ummu    Kultsum,    tanpa    meninggalkan    keturunan.    Karena    kehormatan    yang

besar    dapat    menikahi    dua    anak    perempuan    Rasulullah,    Utsman    terkenal    dengan

sebutan Dzun Nurain atau Sang Pemilik Dua Cahaya.

B. Model Pemilihan Usman Bin Affan Menjadi Khalifah


Umar bin khattab tidak pernah menunjuk penggantinya sebelum ia wafat.

ketika    ia    menderita    sakit    akibat    ditikam    abu    Lu’lu’ah,    para    pemuka    Islam

mendesak    untuk    menetapkan    pemegang    kekuasaan    apabila    ia    meninggal.    jika

tidak,    dikhawatirkan    umat    Islam    akan    terpecah    untuk    memperebutkan

kekuasaann. namun, Umar    bin Khattab tidak    menentukan secara    langsung, siapa

calon penggantinya.

Umar    menunjuk    beberapa    sahabat    terkemuka    sebagai    formatur    untuk

menetapkan siapa yang    paling pantas menjadi pemimpin umat Islam. Alasannya

untuk membentuk tim formatur tersebut karena Ia merasa tidak sebaik Abu Bakar

As-Siddiq    yang    dapat    menunjuk    seseorang    sebaia    penggantinya.    akan    tetapi,    ia

juga    tidak    bisa    sebaik    Nabi    Muhammas    saw.    untuk    membiarkan    para    sahabt

memilih    penggantinya.    Diambillah    jalan    tengah,    yaitu    dengan    membentuk    tim

formatur untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya.

Enam orang itu adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah

bin Ubaidullah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan Sa’d bin Abi

Waqqash. Kisahnya    kemudian    diabadikan    oleh    Imam    Bukhari    dalam    kitab

sahihnya, Sahih Bukhari.

Sejarawan    Utsman    Al-Khamis    mengutip    riwayat    yang    terdapat    dalam

Sahih    Bukhari    menyebutkan    kisah    yang    panjang    seputar    terbunuhnya    Umar.

Sampai    disebutkan    seseorang    pernah    berkata    kepadanya,    “ Wahai    Amirul

Mukminin, berwasiatlah, angkat seorang menjadi penggantimu.”

Umar membalas, “Aku tidak menemukan orang yang lebih berhak dalam

urusan    ini    daripada mereka. Merekalah    yang diridai oleh    Rasulullah SAW    saat

beliau    wafat.”Nama-nama    mereka    pun    sebagaimana    yang    telah    disebutkan

sebelumnya.
Seusai    menguburkan    Umar,    enam    orang    tersebut    berkumpul.

Abdurrahman berkata, “Wakilkan pilihan kalian kepada tiga orang saja.” Hingga

tersisa Utsman, Ali dan Abdurrahman. Sementara tiga lainnya mengundurkan diri.

Abdurrahman bin Auf berkata lagi –seraya mengundurkan diri, “Siapa di

antara kalian yang mundur, maka kita serahkan urusan ini kepada yang tersisa.

Allah    SWT    pengawasnya    dan    Islam    sebagai    hakimnya.    Hendaklah    orang    itu

melihat siapa yang terbaik di antara mereka, menurut nuraninya.”

Mendengar pernyataan tersebut, Utsman dan Ali hanya terdiam.

Abdurrahman bin Auf lalu bertanya, “Apakah kalian menyerahkan urusan

ini    kepadaku? Demi    Allah,    aku    pasti    berusaha    memilih    yang    terbaik di    antara

kalian.”

Mereka berdua (Utsman dan Ali) menyetujuinya.

Kemudian    Abdurrahman    memegang    tangan    Ali    seraya    berkata


,    “Seperti

diketahui,    engkau    mempunyai    hubungan    kerabat    dengan    Rasulullah    SAW    dan

terlebih dahulu masuk Islam. Maka, Allah benar-benar akan mengawasimu. Jika

terpilih    menjadi    khalifah,    engkau    harus    berbuat    adil;    bahkan    jika    aku    memilih

Utsman, engkau harus mendengar dan menaatinya.”

Abdurrahman    pun    berbicara    dengan    Utsman    sebagaimana    apa    yang    ia

katakana kepada Ali.

Setelah    meminta    keduanya    berjanji    untuk    memenuhi    permintaannya    itu,

Abdurrahman    berseru, “Angkatlah    tanganmu    wahai    Utsman.” Lantas    ia

membaiat    Utsman,    disusul    oleh    Ali.    Alhasil,    penduduk    Madinah    masuk    dan

membaiat khalifah terpilih ini.

Begitulah    kisah    mengharukan    seputar    detik-detik    Utsman    diangkat    dan

dibaiat    oleh    kaum    Muslimin    saat    itu    untuk    menjadi    khalifah    umat    Islam.

Sebagaimana yang    tercantum dalam kitab Sahih Bukhari yang kemudian dikutip
oleh    Sejarawan    Utsman    Al-Khamis    dalam    bukunya    berjudulHiqbah    min    At-

Tarikh .

Bahkan dalam hadis yang sahih disebutkan secara detailnya bahwa Abdurrahman

bin    Auf    menunggu    hingga    tiga    hari    lamanya    untuk    meminta    pendapat    Kaum

Muhajirin dan Anshar mengenai rencana pembaiatan Utsman sebagai khalifah.

Riwayat ini    menunjukkan bahwa proses pembaiatan Utsman    tidak terjadi dalam

waktu sehari saja.

Di    masa    kepemimpinan    Utsman,    Umat    Islam    mengalami    kemajuan.    Selain

membebaskan sejumlah wilayah, Utsman juga membentuk angkatan laut pertama

dalam    Islam,    melanjutkan    dan    menyelesaikan    pembukuan    Al-Quran,    hingga

melakukan perluasan Masjid Nabawi.

Utsman wafat pada tahun 35 hijriah dan memimpin umat Islam selama sekitar 12

belas tahun.    Kepemimpinan Umat    Islam    kemudian dilanjutkan oleh Ali    bin Abu

Thalib. (A/R06/P1)

C. Perjalanan Hidup Usman Bin Affan

“Upaya Usman bin Affan dalam menjaga Al-Quran”

Beliau    adalah    sahabat    baginda    Rasulullah    Muhammad    Saw,    sekaligus

menantunya.    Dikenal    dengan    sifatnya    yang    sangat    pemalu    namun    sangat

dermawan.    Terlahir    dari    keluarga    saudagar    dan    bangsawan    Arab    Quraish.

Menduduki    jabatan    sebagai    Khalifah    ketiga    dalam    jajaran    Khulafaur    Rasyidin,

menggantikan kepemimpinan sebelumnya yaitu kepemimpinan Umar bin Khattab

ra, setelah beliau wafat, kemudian para sahabat dan kaum muslimin membaiatnya

dan menjadikannya sebagai Khalifah. Beliau adalah Utsman bin Affan ra.

Prestasi    terbesar    Beliau    yang    ditulis    dengan    tinta    emas    sejarah    adalah

upayanya dalam menjaga Alquran dengan menjadikannya sebagai sebuah mushaf

dengan sistematika susunan yang    luar    biasa sempurna. Hal ini dilakukan setelah
sebelumnya ada upaya pengumpulan Alquran oleh dua Khalifah sebelumnya dari

para    sahabat    Rasul.    Setelah    para    Khalifah    melihat    kenyataan    banyaknya    para

Sahabat penghafal Alquran yang syahid saat melaksanakan kewajiban jihad dalam

aktivitas futuhat    dan    pembebasan    negeri.    Akhirnya    para Khalifah    dalam    jajaran

Khulafaur    Rasyiddin    memandang    penting    dan    mendesak    urusan    pengumpulan

Alquran, sebagai bentuk penjagaan kemurnian isi Alquran.

Para    sahabat    berlomba    dalam    upaya    pengumpulan    Alquran,    hingga

akhirnya    ditetapkan    satu    mushaf    Alquran    oleh    Khalifah    Utsman    bin    Affan    ra

untuk    diberlakukan    diseluruh    negeri    kaum    muslimin,    setelah    sebelumnya    kaum

muslimin    hampir    terpecah    belah    tersebab    perbedaan    sistematika    penyusunan

mushaf Alquran yang dilakukan oleh para sahabat Rasul.

Sungguh    keputusan    Khalifah    Utsman    bin    Affan    dalam    menetapkan

pemberlakuan    satu    mushaf    Alquran    diseluruh    negeri    kaum    muslimin    telah

menyelamatkan    kaum    muslimin    dari    perpecahan.    Benarlah    jika    penetapan    satu

pendapat Khalifah,    dapat menyelesaikan perselisihan dikalangan    kaum muslimin

dan    umat manusia.    Dan benar    pula    firman Allah    SWT bahwa Allah    SWT yang

menurunkan    Alquran    dan    Allah    SWT    pula    menjaganya    melalui    tangan    dan

kekuasaan Utsman bin Affan ra.

Kaum    muslimin    kembali    dapat    bersatu    dan    dapat    melanjutkan    berbagai

macam    agenda    yang    telah    ditetapkan    Allah    SWT    dan    RasulNya    melalui

kepemimpinan Utsman bin Affan ra.

Kewajiban    dakwah    dan    jihad,    tetap    dilanjutkan    dan    dilaksanakan    oleh

Khalifah    Utsman    bin    Affan    ra.    Hingga    mampu    membebaskan    seluruh negeri

Persia    dari    kedzoliman    dan    perbudakan    para    Kisra    Persia.    Dan    mampu

membangun    armada    laut    pertama    melalui    tangan    gubernur    Syam    saat    itu    yaitu
Muawiyyah    bin Abu    Shofyan ra,    dimasa kekuasaan    Khalifah Utsman bin    Affan

ra.

Sebuah    armada    laut    yang    berhasil    membebaskan    pulau    Cyprus    dari

kekuasaan Romawi, sebuah prestasi luar biasa dalam aktivitas jihad dan futuhat.

Sebuah    aktivitas    yang    mampu    mewujudkan    apa    yang    telah    dikabarkan    oleh

Rasulullah    Muhammad    Saw.    Sebuah    aktivitas    pembenaran    atas    bisyarah

Rasulullah    SAW,    bahwa    beliau    melihat    dalam    mimpinya,    para    sahabat    Rasul

berlayar    diatas    lautan    bagaikan    para    raja/pembesar.    Dan    Khalifah    Utsman    bin

Affan ra mampu mewujudkan kabar itu, melalui kebijakan futuhatnya.

Namun    tetaplah    jasa    terbesar    Khalifah    Utsman    bin    Affan    ra    adalah

upayanya    dalam    menjaga    kemurnian    Alquran    dengan    membukukannya    atau

menyusunnya sebagai sebuah mushaf Alquran, kumpulan firman Allah SWT yang

diturunkan    kepada Rasulullah Muhammad    Saw    melalui malaikat Jibril    as, yang

sampai hari ini bisa kita lihat, baca, hafalkan, tadaburi, hingga kita upayakan agar

mampu kita amalkan segala petunjuk yang ada dalam Alquran.

Tersebab    prestasi    futuhat    terbesar,    terberat    dan    terbanyak    terjadi    pada    masa

Kekhilafahan    Umar    bin    Khattab    ra,    yang    kemudian    dilanjutkan    oleh    Khalifah

Utsman bin Affan ra.

Maka,    sangatlah    wajar,    jika    Khalifah    Utsman    bin    Affan    ra    mendapat

jaminan    masuk    kedalam    surga    tanpa    hisab.    Salah    satu    sahabat    Rasulullah

Muhammad    Saw    yang    dijamin    masuk    surga.    Tersebab    kesungguhan    upayanya

dalam menjaga Islam dan kaum muslimin.

D. Stategi Kepemimpinan Usman Bin Affan

Tongkat    estafet    kekhalifahan    beralih    ke    Utsman    Bin    Affan.    Perluasan

wilayah masih menjadi fokus utama demi kokohnya pondasi umat islam. Selain

itu, kebijakan-kebijakan lain pun muncul menghiasi masa kepemimpinan Utsman


Bin    Affan.    Selama    12    tahun    (644    M-    655    M) Utsman    Bin    Affan menjalankan

tugas    sebagai    pemimpin    umat    Islam.    Kebijakan    dan    Strategi    pada    masa

kepemimpinannya diantaranya

1. Perluasan Wilayah (Futuhat)

Pada    masa    ini    penaklukan    Persia    masih    tetap    dilanjutkan.    Tabaristan,

Azerbaijan,    dan    Armenia    berhasil    ditaklukan    pada    masa    pemerintahan    Utsman

Bin    Affan.    Daerah    di      seberang    laut    seperti    wilayah    Asia    Kecil,    pesisir    Laut

Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia satu persatu dapat ditaklukan.

Selain    perluasan    wilayah,    Utsman    Bin    Affan    melakukan    pengamanan    terhadap

kekuasaan Islam yang berada di luar Kota Madinah demi terciptanya pemantapan

dan stabilitas daerah kekuasaan Islam. Selain itu pengamanan pemberontak yang

enggan membayar pajak pun menjadi salah satu kebijakan pada masa ini.

2. Standarisasi Al-Quran

Perselisihan    yang    terjadi    akibat    perbedaan    cara    baca    Al-Quran    menjadi

salah satu hal yang penting untuk menjaga persatuan umat Islam. Perselisihan ini

hampir    menimbulkan    perang    saudara.    Oleh    karena    itu,    Utsman    bin    Affan

memutuskan    untuk    melakukan    penyeragaman    cara    baca    Al-Quran.    Dengan

merujuk pada cara baca Al-Quran yang disusun oleh Abu Bakar maka penyusunan

Al-Quran dapat diselesaikan oleh Utsman Bin Affan. Mushaf-mushaf inilah yang

menjadi    standar    resmi    umat    Islam    dan    dikenal    sebagai    Mushaf    Utsmani.

Kemudian    salinannya    di    kirim    ke    Mesir,    Syam,    Yaman,    Kufah,    Basrah    dan

Mekkah.    Sementara    itu    yang    asli    disimpan    di    Madinah.    Dengan    demikian

perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.

3. Pembangunan Fisik
Dalam    masa    pemerintahannnya,    Utsman    Bin    Affan    telah    berhasil

membangun    beberapa    fasilitas    umum.    Utsman    berjasa    membangun    bendungan

yang berfumngsi sebagai penjaga arus banjir dan sebagai pengatur pembagian air

ke    kota-kota.    Utsman    pun    membangun    jalan-jalan,    jembatan-jembatan,    masjid-

masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.

4. Pengangkatan Pejabat Negara

Kebijakan    satu    ini    merupakan    kebijakan    yang    banyak    orang    menilai

sebagai    kebijakan    yang    gagal.    Hal    itu    disebabkan    kebijakannya    mengangkat

keluarganya    dalam    kedudukan    tinggi.    Utsman    tidak    dapat    berbuat    banyak    dan

terlihat hanya sebagai    boneka dihadapan    keluarganya.    Parahnya, harta kekayaan

negara    dibagi-bagikan    kepada    keluarganya    tanpa    terkontrol    oleh    Utsman    Bin

Affan.    Karena    kekecewaan    ini    juga yang    membuat    Utsman    bin Affan    terbunuh

oleh pemberontak pada tahun 35 H/ 655 M.

Anda mungkin juga menyukai