Anda di halaman 1dari 6

Tugas Resensi Buku

Oleh : Yuyun Qurrota A'yun (Semester 3B)

Judul asli: 'Utsman Ibn 'Affan

Judul terjemahan:

Kisah Hidup Utsman bin Affan

Penulis: Dr. Musthafa Murad (Al Azhar University)

Penerjemah:

Khalifurrahman Fath

Penerbit: Zaman

Tahun: Cetakan I, 2009

Halaman: 308
Utsman adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 ( umur 69-70 tahun ) hingga 656
(selama 11-12 tahun ) selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu. Beliau lahir
6 tahun setelah Tahun Gajah, yaitu pada 47 sebelum hijriyah, di Taif, daerah paling pinggiran di kawasan
Hijaz.

Ustman bi Affan selain khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin ia juga sahabat Nabi . Ia dikenal sebagai
pedagang kaya raya dan ekonomi yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat islam diawal dakwah islam. Ia mendapat julukan Dzun Nurain yang berarti
yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga
dari Rasulullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Buku ini membagi kontennya menjadi empat bab. Bab pertama membahas kepribadian Utsman
r.a.sedangkan bab kedua membahas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kepemimpinan Utsman.
Bab ketiga membahas “Al-Fitnah Al-Kubra” yang menimpa sang khalifah secara kronologis. Bab yang
terakhir berisi tentang kebenaran di balik fitnah besar yang menimpanya.

Bagian bab pertama kita akan dikenalkan dengan kehidupan, sifat dan keutamaan Utsman bin Affan.
Utsman bin Affan hidup di lingkungan yang diliputi kebodohan dan kesesatan, hidupnya berubah
berawal dari perasaan cintanya terhadap anak Rasulullah Saw. yaitu Ruqayyah binti Muhammad Saw. Ia
berharap bisa menjadi pasangan dan pendamping hidupnya. Namun, dia mendengar kabar bahwa
Ruqayyah dinikahi oleh putra Abu Lahab hatinya dipenuhi kesunyian dan kesedihan. Kemudian Utsman
kembali pulang dengan wajah murungnya, mengetahui hal itu bibinya menghiburnya dengan
memberikan berita bahwa akan datang seorang Nabi utusan Allah yang akan menghapuskan
penyembahan berhala dan bibinya membujuknya untuk mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Nabi
tersebut.

Abu Bakar membernarkan hal itu, Utsman yang dikenal sebagai orang yang baik dan bijaksana yang
sejak zaman jahiliyah telah mendapatkan julukan Abu Layla karena keramahannya kepada sesama.
Pastilah kebenaran tidak akan tertutup dan kebathilan tidak akan terbiaskan darinya. Utsman pun
akhirnya meminta Abu Bakar untuk menemaninya menemui Nabi Muhammad Saw. Setelah bertemu
dengan Rasulullah Saw. Utsman merasakan kedamaian, Nabi Saw. menyeru kepada Utsman untuk
memenuhi panggilan Allah hingga akhirnya Utsman bersyahadat dan masuk Islam. Hari demi hari terus
berlalu, Utsman menjalani kehidupannya sebagai seorang muslim dan keimanan serta keislamannya
menjadi sangat kokoh. Suatu ketika terdengar bahwa Ruqayyah diceraikan oleh suaminya, mendengar
hal itu Utsman merasa sangat senang dan hatinya berbunga-bunga. Kemudian Utsman tanpa pikir
panjang bersegera untuk melamar Ruqayyah binti Muhammad Saw, akhirnya keduanya pun dinikahkan
oleh Rasulullah Saw.

Utsman bin Affan berasal dari keluarga bangsawan, walau demikian ia senantiasa membantu sesama.
Setelah Utsman masuk Islam dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ia mendapatkan banyak
ancaman dan siksaan dari keluarga maupun kaumnya. Utsman tetap kokoh dan teguh mempertahankan
agamanya dan tidak akan meninggalkan Allah dan Rasulnya. Sampai dia pergi hijrah ke Abbisinia untuk
menjaga agamanya sampai beberapa waktu lalu kembali ke Mekkah untuk kemudian hijrah ke Madinah
Al Munawwarah.

Utsman bin Affan selama hidupnya banyak membantu dalam perjalanan dakwah Rasulullah Saw dan ikut
berjuang dalam banyak peperangan. Kecuali perang Badar, pada saat itu Utsman menjaga istrinya
Ruqayyah yang sedang sakit keras. Sepulang dari perang Badar, Rasulullah Saw mendapati putrinya
meninggal dunia. Untuk menghibur Utsman yang sedih kehilangan istri tercintanya itu, Rasulullah Saw.
menikahkan ia dengan putrinya yang lain yaitu Ummu Kultsum. Karena hal itu, Utsman mendapatkan
gelar dari Rasulullah Saw. yang mendapat keberkahan dan keberuntungan menikahi dua putri Nabi Saw.
dengan julukan "Dzunnur'ain" (pemilik dua cahaya), dialah satu-satunya sahabat yang menikah dengan
dua putri Rasulullah Saw.

Dalam buku ini disebutkan sifat-sifat dan keutamaan Utsman bin Affan r.a.

1. Khalifah yang takut kepada Allah

Hartanya yang melimpah tidak menjadikannya sombong dan angkuh. Utsman bin Affan senantiasa
menjaga kemuliaannya sehingga tetap tampil bersahaja. Di hadapan manusia ia menjadi sosok yang
sangat lembut, di hadapan Allah ia menjadi sosok yang sangat takut dan tunduk kepada-Nya.

Rasa takut dan cintanya yang besar kepada Allah dan Rasulnya menjadikan ia sebagai hamba yang
sangat tunduk dan tekun beribadah. Sebagaimana dituturkan oleh Zahimah, nenek Zubair bin Abdullah,
Utsman menghabiskan malam-malamnya untuk shalat dan bermunajat kepada Allah kemudian di siang
hari ia menamatkannya untuk berpuasa. Sementara menurut Hasan menuturkan bahwa Utsman
mengkhatamkan Al-Qur'an dalam satu rakaat, lalu mendirikan shalat witir.

2. Khalifah yang lembut, pemaaf dan penyabar

Utsman dikenal sebagai orang yang ramah, penyabar, dan murah hati. Ia selalu memaafkan kesalahan
orang lain. Teladan seluruh tingkah lakunya adalah Rasulullah Saw. Ia selalu mencontoh perbuatan,
perkataan dan perilaku beliau. Banyak peristiwa yang menunjukkan betapa besar kesabaran dan
ketabahan Utsman. Salah satunya adalah ketika para pemberontak mengepung, Utsman malah
menyuruh pergi sahabat dari kalangan Anshar dan Muhajirin yang hendak melindunginya.

3. Keluasan ilmu sang Khalifah

Di kalangan sahabat Utsman bin Affan termasuk yang paling banyak tahu tentang Al-Qur'an dan hadist.
Ia selalu mengikuti Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Utsman selalu mendampingi
Rasulullah Saw, sehingga Ia banyak mendapatkan ilmu dan petunjuk dari beliau. Utsman bin Affan
mampu mengarahkan rakyatnya dengan ilmunya, hingga tidak mengherankan

umat Islam memiliki kemajuan dalam bidang dakwah, Ibadah, pendidikan dan pengajaran.

Itu adalah keistimewaan dari Utsman bin Affan. Rasulullah sendiri memuliakannya. Ketika Ummu
Kultsum meninggal, Rasulullah bersabda, “Seandainya masih ada putriku yang lain, pasti kunikahkan
dengan Utsman.” Ia dapatkan keistimewaan itu berkat kebaikan akhlaknya, pekertinya yang luhur, dan
perilakunya yang terpuji. Para sahabat berlomba-lomba ingin mendapatkan kedudukan yang terhormat
ini, dan Utsman lebih dahulu mendapatkannya. Keistimewaan lain yang takterbantahkan adalah bahwa
ia menjadi muslim terbaik yang ketiga setelah AbuBakar dan Umar, mengungguli kaum muslim lainnya.

Salah satu prestasi terbaik Utsman bin Affan adalah menyatukan gaya bacaan (qira’ah) al-Qur’an semua
umat Islam. Ia menyusun mushaf al-Qur’an sesuai dengan bacaan yang didaraskan Jibril kepada
Rasulullah diakhir hayatnya. Rasulullah menyifati Utsman sebagai al-shadiq (kawan) dan al-syahid
(Syahid). Selain itu, Rasulullah juga memberinya kabar gembira bahwa ia adalah ahli surga.

Salah satu sifat dan keistimewaan Utsman yang paling dikenal adalah kedermawanannya. Dibanding
sahabat Rasulullah lainnya, Utsman bin Affan termasuk sahabat yang paling berharta. Sejak masa
mudanya ia dikenal sebagai pedagang yang sukses dan hartanya melimpah.Tetapi dengan harta yang
banyak tersebut tidak pernah membuatnya menyimpang dari agama Allah. Ia pernah mengorbankan
hartanya bendanya demi kepentingan Islam, yaitu untuk menanggung biaya penyiapan pasukan,
membeli sumur yang kemudian dihadiahkan untuk umat Islam. Bagi Bangsa Arab saat itu, memiliki
sebuah sumur atau mata air bagaikan memiliki sumber kekayaan yang tak pernah habis. Utsman
terkenal sebagai orang pandai menjaga kehormatan diri, pemalu, lemah lembut, budiman, penyabar,
dan banyak berderma. Pada waktu perang Tabuk atas ajakan Rasulullah, ia berderma sebanyak 950 kuda
dan bahan logistic, ditambah uang 1.000 dinar.

Pada masa pemerintahannya, Rasulullah SAW sudah mengabarkan tentang musibah yang akan
menimpa Utsman, yaitu pengepungan, embargo air dan makanan serta pembunuhan. Rekayasa yang
direncanakan oleh kaum yahudi, terutama para pengikut Abdullah ibn Saba, seorang yahudi yang
terkenal dengan sebutan Ibn al-Sawda.

Ekspedisi & Kodifikasi Al-Quran

Seperti kilafah sebelumnya, Utsman juga melakukan berbagai ekspedisi untuk meluaskan syiar Islam di
wilayah-wilayah baru. Ekspedisi dan perluasan ini memunculkan situasi sosial yang pernah terjadi
sebelumnya. Salah satunya adalah munculnya berbagai perbedaan dalam qiraah Al-Quran akibat adanya
perbedaan dialek dan setiap daerah mengikuti qiraah terkemuka. Hal ini berkembang menjadi masalah
pada aikdah dimana satu kelompok mulai saling menyalahkan kelompok yang lainnya. Hal inilah yang
meng-inisiasi penyatuan mushaf Al-Quran.

Kodifikasi Al-Quran sudah 3 kali dilakukan, yaitu:

1. Masa Rasulullah SAW dengan penulisan ayat pada media tertentu, seperti tulang, batu, pelepah
korma dll;
2. Masa Abu Bakar ash-Shiddiq, menyusun mushaf khusus dengan ayat yang sudah tersusun rapi. Hal ini
akibat banyak penghapal Quran yang gugur di medan perang; dan

3. Masa Utsman.

Wilayah Penaklukan

Pada masa Utsman, perluasan wilayah mencakup: Azerbaijan, Armenia, Tabaristan, Persia, Syria,
Qabrash, Tunisia dan wilayah Afrika lainnya.

Kritik Terhadap Utsman

Pada masa pemerintahannya, kritik Utsman karena terlalu memprioritaskan keluarga dan kerabatnya
untuk menduduki berbagai pemerintahan, serta memberikan banyak anugerah dan hadiah kepada
mereka. selain undangan kritik, hal ini undangan berbagai pemberontakan. Namun, putusan Utsman
selalu didasarkan pada kemampuan dan kepantasan dalam mengangkat seseorang.

Fitnah Besar

Pada tahun 32 Hijriyah, kritik dan fitnah semakin kencang terhadap Utsman. Penyebabnya adalah
rancangan & strategi kaum Yahudi yang terorganisirr oleh Abdullah ibn Saba al Yahudi. Dia menyebar
agennya untuk menimbulkan masalah dan huru hara dimana-mana. Dia

memerintahkan para penjahat untuk melakukan-pura menjadi Islam dan kemudian provokasi untuk
kilafah.

Kematian Utsman

Pada Jumat, Zulhijah, 35 Hijriyah, Utsman ibn Affan dibunuh oleh beberapa orang ketika dia tengah
membaca Al-Quran di dalam kamarnya dan meninggal sebagai Syuhada.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk umat Islam. Selain mengenal dan belajar sifat dan keutamaan
Utsman bin Affan yang sangat luar biasa, banyak diperoleh bagaimana kisah kehidupannya ketika
menjabat sebagai Khalifah. Banyak pelajaran dan hikmah yang dapat diambil ketika beliau memimpin
menjadi Khalifah, bagaimana kebijakan-kebijakan yang beliau ambil, ketegasan, kesabaran dan
ketabahannya dalam menghadapi segala macam tantangan. Membaca ini mestinya umat muslim
mendapatkan pelajaran bahwa kepada Ulil Amri mestinya kita mengutamakan: husnuzhon, tabayyun,
hormat dan kepercayaan.
Bagian Favorit

- Kepasrahannya kepada Allah setelah mendengar pemberitahuan awal bahwa Utsman Bin Affan akan
ditimpa musibah.

Suatu hari Abu Musa r.a. menjadi penjaga pintu bagi Rasulullah Saw. ketika beliau menyingkap kain yang
menutupi betisnya. Pertama Abu Bakar r.a. mengetuk pintu. Abu Musa memberitahu Rasulullah, “Wahai
Rasulullah, Abu Bakar datang meminta izin bertemu denganmu,” Beliau bersabda, “Izinkan ia masuk,
dan sampaikan kepadanya berita gembira bahwa ia akan masuk surga,”

Orang yang mengetuk pintu selanjutnya adalah Umar Bin Khattab. Setelah Abu Musa memberitahu
Rasulullah, beliau bersabda “Izinkan ia masuk dan sampaikan kabar gembira bahwa ia ahli surga”

Orang ketiga yang mengetuk pintu adalah Utsman Bin Affan. Setelah Abu Musa memberitahu Rasulullah,
beliau bersabda “Izinkan ia masuk, dan sampaikan kabar gembira bahwa ia ahli surga karena musibah
yang menimpamu. Abu Musa pun berkata kepada Utsman r.a., “Rasulullah mengizinkanmu masuk. Ia
juga menyampaikan kabar gembira bahwa engkau ahli surga karena musibah yang menimpamu.” Lalu
jawaban Utsman Bin Affan adalah “Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan.”

- Ungkapan Ali bin Abi Thalib yang membela Utsman Bin Affan

“Celaan kalian terhadap Utsman bagaikan orang yang menikam jantungnya sendiri.”

- Menjadi Pemalu bukanlah suatu hal yang memalukan

Suatu saat Rasulullah saw. sedang berbaring di atas Kasur sambil mengenakan mirth (kain tak berjahit)
milik Aisyah. Rasulullah tidak mengubah posisinta ketika Abu Bakar diizinkan untuk menyampaikan
hajatnya. Selanjutnya, ketika Utsman r.a. mendatanginya, beliau bersabda kepada Aisyah, “Kumpulkan
pakaianmu.”

Aisyah r.a. pun berkata, “Wahai Rasulullah, engkau tidak beranjak dari posisimu ketika bertemu Abu
Bakar dan Umar, namun engkau bangkit ketika bertemu Utsman.” Lalu Rasulullah menjelaskan, “Utsman
itu pemalu. Jika ia kubiarkan masuk ketika aku dalam keadaan seperti itu, aku takut ia urung
menyampaikan urusannya.”

Selain mengagumi sifat malunya Utsman r.a., saya melihat kemuliaan Rasulullah saw. yang begitu
mempedulikan kepribadian sahabatnya dan beliau berkenan untuk menjaga sahabatnya dari merasa
risih karena apa yang ia tidak sukai. Padahal boleh jadi kita sering menyamakan standar kita dengan
standar orang lain. Misalnya, “bagi saya berbicara sambil berbaring adalah hal yang lumrah, maka untuk
apa saya mengubah posisi ketika orang lain memandang hal tersebut aneh.”

Anda mungkin juga menyukai