Utsman bin Affan ra. telah lahir enam tahun setelah kelahiran Rasulullah
saw. Beliau adalah keturunan bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy. Bani
Umayyah adalah klan yang paling berpengaruh di suku Quraisy. Mereka adalah
yang terkuat dan terkaya. Utsman, adalah anak kesayangan dari mereka karena
akhlaknya yang baik hati. Seperti sahabat Umar bin Khattab ra., Utsman bisa
membaca dan menulis yang mana hal itu adalah kemampuan yang tidak biasa di
masa Arab pra islam. Utsman menjadi seorang pedagang yang sukses. Selama
hidupnya, Utsman dikenal sebagai orang yang baik dan suka memberi, bahkan
sebelum beliau masuk islam beliau suka membantu orang-orang yang
membutuhkan dengan hartanya.
Utsman adalah orang pertama yang masuk islam dari kalangan Bani
Umayyah. Ketika umur beliau 34 tahun, teman dekat beliau yaitu Abu Bakar As-
Sidik ra. mengajaknya untuk menghadap ke Rasulullah saw. dan mengucapkan
dua kalimat syahadat. Setelah menjadi muslim, Utsman membentuk hubungan
yang sangat dekat dengan Rasulullah saw. dan mendapatkan banyak pengetahuan
tentang agama islam. Utsman meriwayatkan tidak kurang dari 146 hadis
Rasulullah saw. dan merupakan salah satu dari sedikit orang yang dapat
menuliskan ayat suci Al-Qur’an sampai-sampai beliau menjadi sekretaris wahyu,
yang mana setiap turun wahyu, Rasulullah saw. memanggil Utsman agar
menuliskannya.
Utsman ra., dinikahkan oleh Rasulullah saw. dengan putri beliau yang
bernama Ruqayyah. Meskipun Utsman memiliki kekayaan dan posisi yang
terhormat sebagai keturunan bani Umayyah, saudara-saudaranya memusuhi dan
mengintimidasinya karena beliau memeluk agama islam. Secara terpaksa,
Utsman ra., istri beliau, beserta kaum muslimin berhijrah ke Habasyah. Setelah
Utsman ra. beserta kaum muslimin kembali dari Habasyah, beberapa waktu
berlalu dan mereka terpaksa untuk kembali melakukan hijrah ke Madinah karena
dakwah yang dilakukan Rasulullah saw. terus mendapat tentangan dan serangan
hingga makar pembunuhan dari kaum Quraisy. Di Madinah, keberadaan air
langka dan hanya dimiliki oleh beberapa orang. Utsman pun membeli sumur yang
jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama
dengan dua setengah Kg emas pada waktu itu. Utsman mewakafkan sumur itu
untuk kepentingan rakyat umum.
Keistimewaan Utsman
Menjelang Perang Badar, Ruqayyah, istri Utsman, jatuh sakit dan Utsman
pun diizinkan oleh Rasulullah saw. untuk tidak ikur berperang. Ruqayyah
meninggal ketika umat islam membawa berita kemenangan dalam Perang Badar,
Peristiwa itu mengundang kesedihan yang amat dalam bagi Utsman. Kemudian,
Rasulullah saw. menikahkan Utsman dengan putri beliau lainnya, yaitu Ummu
Kultsum. Karena menikahi dua putri Rasul itulah, Utsman memiliki gelar
Dzunnurain (yang punya dua cahaya).
Utsman ra. berpartisipasi pada Perang Uhud dan Khandaq. Setelah Perang
Khandaq berakhir dan kemenangan berada di tangan kaum muslimin, Rasulullah
saw. bermimpi mengunjungi Baitullah di Makkah sehingga beliau mendorong
kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah umrah. Rasulullah saw. kemudian
mengutus Utsman ra. ke Makkah sebagai duta kaum muslimin untuk
menyampaikan pesan kepada kaum Quraisy terkait niat rombongan kaum
muslimin dari Madinah yang hendak melaksanakan umrah. Utsman jadi pilihan,
terutama karena beliau dikenal memiliki sikap yang lunak dan memiliki banyak
kerabat berpengaruh di kalangan kaum Quraisy Makkah. Namun, diutusnya
Utsman ke Makkah malah menimbulkan kekhawatiran dari kaum muslimin
bahwa Utsman telah dibunuh karena beliau tidak kembali ke Madinah dalam
waktu dekat. Karena hal tersebut, Rasulullah saw. beserta kaum muslimin
berikrar untuk memerangi kaum Quraisy. Akhirnya, untuk meredakan situasi
genting, kaum Quraisy mempersilakan Utsman untuk kembali ke kaum muslimin
dan membahas perjanjian damai yang dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah.
Utsman bin Affan ra. menjadi khalifah ketiga dan merupakan khalifah
tertua. Pada saat diangkat, Utsman telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Muharram tahun 24 H yang pengumumannya dilakukan di Masjid
Madinah.
Karena berselisih dengan Utsman bin Affan, beberapa orang merasa tidak
puas. Orang-orang tersebut ingin menurunkan Utsman ra. dari jabatannya atau
bahkan membunuhnya. Rumah Utsman pun dikepung oleh pemberontak selama
beberapa hari. Utsman diberi dua pilihan oleh pemberontak, yaitu mengundurkan
diri atau dibunuh. Meskipun mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan
pemberontak tetapi Utsman berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat
islam. Utsman ra. akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jum’at bulan Zulhijjah
35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumah Utsman. Pemberontak
membunuh Utsman saat sedang membaca ayat suci Al-Qur’an.
Poin-poin PPT:
Utsman bin Affan bin Abi al-As bin Abdi Syams bin Umayyah, lahir di
Taif setelah enam tahun berlalunya Tahun Gajah. Affan, ayah Ursman,
adalah seorang saudagar besar yang mewariskan kekayaan bagi putra-
putrinya. Utsman adalah saudagar yang kaya raya tetepi memiliki jiwa
sosial yang tinggi. Utsman tidak segan-segan untuk mengeluarkan
kekayaannya untuk kepentingan islam dan masyarakat umum.
Utsman wafat sebagai syahid pada hari Jum’at bulan Zulhijjah 35 H ketika
para pemberontak berhasil memasuki rumah Utsman. Pemberontak
membunuh Utsman saat sedang membaca ayat suci Al-Qur’an.
2. Pemerintahan
Ketika menjelang wafatnya, Umar bin Khattab ra. memilih Utsman sebagai
salah satu dari enam orang yang dipercaya memilih seorang khalifah
sesudah Umar. Dewan Syura pun mencalonkan Utsman sebagai khalifah
dan membaiatnya bersama kaum muslimin. Utsman memangku jabatan
kekhalifahan selama 12 tahun (23 H s.d. 25 H).
3. Sifat Teladan
Dermawan. Utsman dikenal sebagai sahabat yang murah hati dan suka
bederma dengan hartanya. Utsman pernah membeli sumur dari seorang
Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah
Kg emas dan mewakafkan sumur itu untuk kepentingan rakyat umum.
Utsman juga pernah menyumbang 900 ekor unta dan 100 ekor kuda untuk
Jaisyul’usrah (pasukan dengan keadaan sulit) ketika Perang Tabuk yang
mana nilai sumbangan dari Utsman sama dengan sepertiga biaya ekspedisi
perang.
4. Funfact
Multahim, H. 2018. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMP.
Bogor: PT Yudhistira Ghalia Indonesia. Hal. 186-187
Suryadi, Rudi A. 2019. Pendidikan Agama islam dan Budi Pekerti Kelas VII.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI. Hal, 297-298
https://tirto.id/sejarah-isi-perjanjian-hudaibiyah-serta-latar-belakang-
hikmahnya-gnKV