Anda di halaman 1dari 3

Kisah dakwah Nabi Muhammad SAW tidak pernah lepas dari para sahabat-sahabatnya semisal

Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan beberapa kerabat

dekat lainnya. Mereka bersama melakukan syiar akan agama islam ke seluruh tanah arab.

Masing-masing sahabat juga memiliki peran terpisah dari nabi meski mereka berdakwah

bersama. Utsman bin Affan misalnya yang kerap membagikan harta kekayaan yang dimilikinya untuk

membantu umat islam.

Utsman memang terlahir dari keluarga saudagar yang sejahtera dan dikenal sebagai pribadi

lembut serta murah hati. Pria yang berasal dari klan Umayyah itu merupakan salah satu sosok pertama

yang memeluk islam bersamaan dengan Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Utsman dipertemukan dengan nabi oleh Abu Bakar. Saat itu salah satu sahabat Abu Bakar ini

ingin menyatakan keimanannya dihadapan nabi. Langkah itu tak pelak membuat sukunya, Bani

Ummayyah berang mengingat rumpun keluarga itu yang sangat menentang ajaran islam.

Utsman bin Affan bin Abul Ash lahir dari keluarga yang kaya dan berpengaruh dari suku bangsa

Quraish silsilah Bani Umayyah. Usianya lebih muda lima tahun dari Rasulullah SAW. Utsman

mendapatkan pendidikan yang baik, ia telah belajar membaca dan menulis pada usia dini. Di masa

mudanya, Utsman telah menjadi seorang pedagang yang kaya.

Utsman berasal dari strata sosial dan ekonomi tinggi yang pertama-tama memeluk Islam. Dia

memiliki kepribadian yang baik, bahkan sebelum beliau memeluk Islam—terkenal dengan kejujuran dan

integritasnya.

Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang paling penuh kasih sayang dari umatku kepada umatku

adalah Abu Bakar, yang paling gagah berani membela agama Allah adalah Umar, dan yang paling jujur

dalam kerendah-hatiannya adalah Utsman.”

Mengenai sifat rendah hatinya Utsman ini, Rasulullah SAW sampai berkata, “Tidakkah aku

merasa malu terhadap seseorang yang bahkan malaikat pun malu tehadapnya?”

Kepribadian Utsman benar-benar merupakan gambaran dari akhlak yang baik menurut Islam

(akhlakul karimah). Dia jujur, dermawan dan sangat baik hati. Rasulullah SAW mencintai Utsman karena
akhlaknya.

Mungkin itulah alasan mengapa Rasulullah SAW mengizinkan dua putrinya untuk menjadi istri

Utsman. Yang pertama adalah Ruqayyah, ia meninggal setelah Perang Badar.

Rasulullah SAW sangat tersentuh akan kesedihan yang dialami Utsman sepeninggal Ruqayyah

dan menasihatinya untuk menikahi seorang lagi anak perempuan beliau, Ummu Kultsum. Karena

kehormatan yang besar dapat menikahi dua anak perempuan Rasulullah, Utsman terkenal dengan sebutan

Dzun Nurain atau Sang Pemilik Dua Cahaya.

Tingkat keimanan Utsman kepada Rasulullah tidak perlu diragukan. Dia tak ragu mengikuti

seruan Nabi Muhammad untuk dua kali hijrah ke Habbasyiah dan Madinah. Kepindahan itu terpaksa

dilakukan menyusul semakin besarnya tekanan dari suku Quraisy di Makkah.

Meski ikut bersama Nabi di Habbasyiah, Utsman tetap melanjutkan profesinya sebagai

pedagang. Utsman lantas tak ragu mengikuti seruan Nabi untuk meninggalkan Makkah dan bermigrasi

menuju Madinah.

Salah satu kisah menonjol yang dilakukan Utsman adalah saat dia membeli sumur dari seorang

Yahudi selama hidup di Madinah. Hal itu dilakukan lantaran umat Nabi Muhammad sangat membutuhkan

sumber air minum. Mereka pun mengadu kepada Rasulullah SAW.

Yahudi kikir itu sebelumnya menjual air kepada umat muslim dengan harga yang tinggi. Sosok

yang memang dikenal dermawan ini lantas memberikan air tersebut secara cuma-cuma kepada seluruh

masyarakat yang berada di sekitar sumur tersebut.

Semasa hidup di Madinah, Utsman beberapa kali megnikuti Nabi Muhammad di medan perang

sebelum akhirnya dapat kembali emngingajakan kaki ke Makkah. Saat itu, Utsman sempat ditugasi nabi

melakukan negosiasi kepada salah seorang pemimpin utama Quraisy, Abu Sufyan bin Harb di Mekkah.

Abu Sufyan sangat menentang Nabi Muhammad meskipun pada akhirnya dia berpindah

keyakinan. Negosiasi tersebut berjalan lancar. Perjanjian damai itu membuka pelung bagi umat muslim

untuk melakukan ziarah ke Ka'bah.

Buku Lisan Al-Mizan: Uthman bin al-Affan mengisahkan bahwa Utsman menggantikan Umar
bin Khattab sebagai khalifah atau pemimpin umat sepeninggal Nabi Muhammad.

Utsman merupakan khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai 656 masehi. Semasa

kepemimpinanya, kaum muslimin berada pada awal zaman perubahan menyusul perputaran dan

percepatan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu hal terpenting yang dilakukan Utsman saat itu adalah penyusunan Al-Quran. Dalam

buku Kepemimpinan dan Keteladanan Utsman bin Affan yang ditulis oleh Fariq Gasim Anuz, menantu

nabi itu pun membentuk tim ahli untuk menyusun penulisan kitab suci tersebut.

Utsman kemudian mengutus seseorang kepada Ummul Mukminin Hafshah binti Umar bin

Khathab radhiyallahu anhuma. Ia meminta sebuah mushaf Alquran yang dibukukan di zaman Abu Bakar.

Tim penulis pun menjadikan mushaf tersebut sebagai acuan dalam menjalankan tugas mereka.

Kemudian mereka menulis ulang berdasarkan perintah Utsman atau yang dikenal dengan sebutan Mushaf

Utsmani.

Buku Lisan Al-Mizan: Uthman bin al-Affan juga mengisahkan bahwa Utsman mengalami

pemberontakan di akhir masa 12 tahun pemerintahannya. Utsman meninggal setelah para pemberontak

mengepung kediamannya.

Saat itu, dia sedang membaca Al-Quran dan berpuasa ketika pedang dari para pemberontak

menusuk tubuhnya. Jarinya terputus. Namun Utsman hanya terdiam tidak bisa berbuat apa-apa. Dia wafat

pada usianya yang mencapai 80 tahun.

Jauh sebelum wafat, Utsman telah didoakan Rasulullah SAW agar semua dosa diampuni-Nya.

Utsman pun dijamin masuk surga menyusul kedermawanannya selama menemani nabi hingga akhir

hayatnya.

Anda mungkin juga menyukai