Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM


“MASA PEMERINTAHAN KHULAFAURRASYIDIN
UTSMAN BIN AFFAN (23-36 H/644-656 M)”

Disusun Oleh:

1. Widya Aulia Ivanka (60500121019)

2. Andi Hasdiana (60500121016)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

﷽ 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,

Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah

mata kuliah "Sejarah Peradaban Islam" tepat pada waktunya.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih

terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.Oleh karena

itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca

yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini

dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para

pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah

selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw,

sehingga membawa bangsa Arab dari masa keterbelakangan, bodoh dan lainnya

menjadi bangsa yang maju dan terkenal sampai sekarang ini. Pada masa

perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali pergantian khalifah untuk

meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah, meskipun ada beberapa tahapan-

tahapan pemerintahan yang ada, Islam mengalami kemajuan dan juga mengalami

kemunduran. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang dan dianut

oleh banyak manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka dakwah Islamiyah

diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang di pandang

bijaksana, dapat mempimpin jalannya pemerintahan dan mampu memberikan

pengarahan terhadap dakwah Islam. Yang pada kenyataannya inilah nanti, akan

meneruskan dakwah Rasulullah untuk menyebarkan agama fitrah ini dan selanjutnya
yang memegang amanah dakwah Islamiyah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana biografi singkat Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M)?

b. Bagaimana latar belakang Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga?

c. Bagaimana kontribusi peradaban Islam pada masa pemerintahan Utsman bin Affan?

d. Apa faktor terbunuhnya Utsman bin Affan ?


C. Tujuan

Tujuan penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui biografi Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M).

b. Mengetahui latar belakang Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga.

c. Mengetahui kontribusi peradaban Islam pada masa pemerintahan Utsman bin Affan.
d. Mengetahui faktor terbunuhnya Utsman bin Affan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M)

Nama lengkap beliau adalah Usman bin Affan bin Abi al-’Ash bin Umayyah

bin Abdi asy-Syams bin Abdi Manaf bin Qushayyi bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab

bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah

bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin ‘Adnan. Beliau

menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy. Ayahnya

‘Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-Umayyah. Nasab

Usman melalui garis ibunya bertemu dengan nasab nabi Muhammad pada Abdi

Manaf bin Qushayyi. Kalau Usman bersambung melalui Abdul Muthalib bin Hasyim

bin Abdi Manaf. Baik suku Umayyah maupun suku Hasyim sejak sebelum Islam

sudah mengadakan persaingan dan permusuhan yang sangat keras. Setelah Islam

datang, Nabi Muhammad berusaha mendamaikan kedua suku maupun suku-suku lain

melalui ikatan perkawinan dan juga melancarkan dakwah Islam.


Usman bin Affan dilahirkan di Thaif, sebagian pendapat ada yang mengatakan

di Mekah. Beliau lahir pada tahun 567 M, yakni enam tahun setelah tahun gajah,

beliau lebih muda dari Rosul selisih enam tahun. Ibu beliau bernama Arwa binti

Kuraiz bin Robi’ah bin Hubaib bin ‘Abdi syams bin ‘Abdi Manaf . Beliau tumbuh di

atas akhlak yang mulia dan perangai yang baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan

suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain.

Beliau suka ketenangan dan tidak suka keramaian, kegaduhan, perselisihan, teriakan

keras. Beliau rela mengorbankan nyawanya demi untuk menjauhi hal-hal tersebut.
Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang kaya raya.

Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh

dan dermawan. Usman bin Affan masuk Islam pada usia 34 tahun. Berawal dari

kedekatannya dengan Abu Bakar, beliau dengan sepenuh hati masuk Islam bersama

sahabatnya Thalhah bin Ubaidillah. Meskipun masuk Islamnya mendapat tantangan

dari pamannya yang bernama Hakim, ia tetap pada pendiriannya. Karena pilihan

agamanya tersebut, Hakim sempat menyiksa Usman bin Affan dengan siksaan yang

pedih. selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat Nabi, ia juga dikenal

sebagai seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah saw., dan selalu

mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah saw.

memerintahkan Usman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang

sakit keras. Dan karena kebaikan akhlak dan mu’amalahnya, beliau dicintai oleh

Quraisy, Nama panggilannya Abu Abdullah dan diberi gelar Dzunnurrain (yang

mempunyai dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena beliau menikahi dua

putri Rasulullah yaitu: Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat,

Rasulullah mengatakan bahwa sekiranya beliau punya anak perempuan yang ketiga,

niscaya akan dinikahkan dengan Usman juga. Dari pernikahannya dengan Ruqoyyah

lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai tumbuh besar, anaknya meninggal ketika

berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.

Beliau mempunyai 9 anak laki-laki yaitu Abdullah alAkbar, Abdullah al-

Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Uban, Said dan Abdul Muluk dan 6 anak

perempuan. Utsman bin Affan hidup di tengah orang-orang musyrikin Quraisy yang

menyembah berhala-berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan, animisme

dinamisme serta adat istiadat yang kotor. Beliau menjauhi segala bentuk kotoran
jahiliyah yang mereka lakukan, beliau tidak pernah berzina, membunuh, ataupun

meminum khamar. Usman adalah seorang pejuang tangguh. Perjuangannya dalam

membela Islam tidak hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya.

Beliau sangat senang mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah

mengirimkan setengah kekayaannya untuk perjuangan di medan perang. Pernah

mendermakan 300 unta dan 50 kuda tunggangan.

Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari ini, Utsman tidak akan

merugi (di akhirat)” (HR.Tirmidzi). Pada waktu orang-orang membutuhkan air untuk

keperluan dirinya dan hewan ternaknya, Usman membeli sumber mata air dari

Raumah yaitu seorang Yahudi, untuk diwakafkan kepada umum seharga 20.000,-

dirham. Mengenai kedermawannya, Abu Hurairah berkata: “Usman bin Affan sudah

membeli surga dari Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk

mengirimkan pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli sumber air (dari

Raumah)” (HR. Tirmidzi). Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun.

Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun (24–36 H/ 644–656 M).

B. Pengangkatan Usman bin Affan Sebagai Khalifah Ketiga

Utsman dalam proses menjadi khalifah melalui tahap yang cukup panjang.

Utsman dipilih atas kesepakatan dewan syura yang dibentuk oleh Umar. Hal ini

dikarenakan tidak ada yang lebih diunggulkan antara sahabat yang lain. Pada awalnya

Umar akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar

yakni dengan menunjuk salah satu sahabat untuk menjadi penggantinya, namun

sahabat tersebut terlebih dahulu wafat sebelum menjadi khalifah. Seperti yang

dituturkan oleh Amr bin Maimun bahwa ketika umar terjangkit wabah penyakit,

Umar ditanya: “Ya amirul mukminin, adakah kau telah memilih penggantimu? lantas
siapakah itu?” Umar menjawab: “Kalau saja Abu Ubaidah masih hidup, maka aku

akan menunjuknya sebagai khalifah. Ketika Allah mempertanyakannya, maka aku

mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya dia (Abu Ubaidah) adalah orang

yang paling terpercaya di antara umatku”. Jika masih ada Salim budak dari Abu

Hudzaifah, maka aku akan memilihnya. Apabila tuhan menanyakan hal ini, maka aku

telah mendengar Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya Salim adalah orang yang

paling cinta kepada Allah”.

Ketika seorang pria menanyakan terhadap Umar mengapa ia tidak menunjuk

anaknya sendiri yakni Abdullah bin Umar menjadi penggantinya sebagai khalifah,

maka Umar pun marah dan mencukupkan dirinya saja dari kalangan keluarganya

yang sebagai khalifah.

Namun jika Umar tidak segera menentukan siapa penggantinya, maka

kekhawatiran akan muncul kembali konflik yang pernah terjadi pada proses

pengangkatan Abu Bakar. Maka para sahabat mendesak Umar agar segera

menentukan penggantinya. Umar pun tidak bisa mengelak desakan tersebut. Hanya

saja Umar tidak menunjuk secara langsung penggantinya, akan tetapi Umar membuat

tim formatur atau dikenal dengan dewan syuro. Mereka adalah terdiri dari enam

sahabat, yakni: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair

bin ‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin ‘Auf dan Abdullah bin

Umar. Namun Umar menggarisbawahi bahwa Abdullah tidak boleh dipilih.

Setelah menunjuk mereka, Umar memaparkan aturan main pemilihan

tersebut: bila lima atau empat orang bersepakat memilih satu orang dan satu atau dua

orang tersebut membangkang, maka bunuhlah mereka yang membangkang. Jika suara

berimbang 3 berbanding 3, maka keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar,


tapi kalau tidak disepakati, maka yang menjadi khalifah adalah pilihan yang dipilih

oleh Abdurrahman. Tapi jika masih juga tidak disetujui, maka penggal saja mereka

yang membangkang. Umar bin Khattab mengambil tindakan ini sebagaimana yang

telah dilakukan oleh para pendahulunya yakni Abu Bakar dan Rasulullah. Namun

dengan cara yang berbeda.

Dari keenam tokoh tersebut semuanya adalah kaum Muhajirin dan tidak ada

satupun dari kaum Anshor. Hal ini didasarkan bahwa keenam sahabat tersebut adalah

sahabat terbaik dari sahabat yang lainnya. Keputusan ini diterima secara lapang dada

oleh kaum Anshor dan kaum Arab lainnya. Kepercayaan mereka terhadap Umar

membuat mereka tetap patuh dan taat atas apapun keputusan yang Umar lakukan,

sampai menjelang wafat dan pergantian khalifah selanjutnya.

Zuhri menuturkan bahwa setelah Umar bin Khattab wafat, para ahli syura

berkumpul, maka Abdurrahman bin ‘Auf berkata kepada hadirin: “Jika kalian

bersedia maka akan saya pilihkan untuk kalian dari golongan kalian, maka aku

pasrahkan kepadanya”, dan Miswar berkata bahwa ia tidak menemukan seperti

Abdurrahman, demi Allah tidak ada satupun dari golongan Muhajirin dan Anshor,

dan lainnya kecuali mereka bermusyawarah (istasyara) pada malam itu.

Pada saat itu, Thalhah sedang tidak ada di Madinah, maka Abdurrahman

menyarankan untuk salah satunya mundur dari pencalonan, agar jumlah menjadi

ganjil. Namun mereka tetap bersikukuh dan tidak mau mengalah. Perdebatan ini

dipicu oleh ambisi ingin menguasai kekuatan Islam. Karena sepeninggalan Umar,

Islam telah mencapai kegemilangannya dengan wilayah yang sangat luas dan

kekayaan Islam yang sangat melimpah ruah. Selain dari pada itu, persoalan fanatisme
kesukuan muncul kembali. Persaingan antara kabilah Bani Hasyim dan Bani Umayah

yang masing-masing menginginkan kekhalifahan dari kelompoknya.

Maka Abdurrahman sendiri yang mengalah dan mengundurkan diri, kemudian

diikuti oleh Zubair dan Sa’ad. Sehingga hanya tersisa Ali dan Utsman saja.

Selanjutnya, Abdurrahman yang dipercaya oleh Umar untuk memimpin syura

tersebut berkeliling ke beberapa sahabat Nabi dan masyarakat Madinah.

Abdurrahman menanyakan kepada Utsman tentang siapa yang pantas untuk dijadikan

khalifah, kemudian ia menjawab Ali. Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada

Ali, Zubair dan Sa’ad secara terpisah, kemudian mereka menjawab Utsman. Maka

suara Utsman lebih unggul daripada Ali. Setelah itu, Abdurrahman mengumpulkan

umat Islam untuk membai’at Utsman.

Ia dipilih pada bulan Dzhulhidjah tahun 23 H dan menjalankan jabatan

Khalifah mulai pada bulan Muharram 24 H. Tapi berdasarkan hasil musyawarah

Dewan Syura bersepakat memilih Utsman pada tanggal 3 Muharram 24 H dan dibait

setelah shalat zhuhur dan Utsman menjadi imam pertama adalah Shalat Ashar.

Setelah disepakati bersama saat pembaiatan telah selesai, Utsman berpidato di depan

kaum muslimin yang berbunyi: “Sesungguhnya engkau sekalian hidup di negeri yang

fana dan berada dalam pemerintahan yang tidak kekal. Karena itu, segeralah berbuat

baik sekuat mampumu untuk menyongsong batas kehidupanmu. Ketahuilah,

sesungguhnya dunia ini hanyalah kesenangan yang penuh tipu daya. Jangan kalian

terseret olehnya. Jangan tipu daya itu melalaikan kalian dari Allah. Ambillah

pelajaran dari peristiwa-peristiwa masa lampau, kemudian kamu bersungguh-

sungguhlah dan jangan kalian lalai. Sesungguhnya Allah tidak pernah lengah

terhadap kalian. Adakah orang-orang yang tinggal dan menikmati kehidupan di dunia
ini yang kekal abadi? jauhkanlah dunia ini, sebagaimana diperintahkan-nya, raihlah

kebahagiaan akhirat. ( kemudian Utsman mengutip ayat Al-Qur‟an surah (alkahfi,

18:45) yang mengumpamkan kehidupan dunia seperti air hujan yang turun dari langit.

Dengan air tersebut ditumbuhkannya tumbuh-tumbuhan. Setelah itu, tumbuhan

tersebut kering ditiup angin)”.

C. Kontribusi Peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan Utsman Bin Affan

1. Pembukuan Al-qur’an

Setelah kaum muslim bersepakat membaiat Usman bin Affan sebagai khalifah

ketiga setelah Abu Bakar al-shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a. ketika

ditinggalkan oleh Umar bin Khattab, umat islam berada dalam keadaan yang makmur

dan bahagia. Kawasan dunia muslim pun telah bertambah luas. Khalifah Umar

berhasil menciptakan stabilitas sosial politik didalam negeri sehingga ia dapat

membagi perhatiannya untuk memperluas wilayah islam. Dan ketika Usman

menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan sebagian besar garis politik Umar. Ia

melakukan berbagai Ekspedisi untuk mendapatkan wilayah-wilayah baru. Perluasan

itu memunculkan situasi sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Banyak hal baru yang harus diantisipasi oleh penguasa muslim untuk

menyatukan umat, yang terdiri atas berbagai suku dan bangsa. Salah satu hal yang

muncul akibat perluasan wilayah islam adalah munculnya berbagai perbedaan qira’ah

Al-qur’an. Itu karena setiap daerah memiliki dialeg bahasa tersendiri, dan setiap

kelompok umat islam mengikuti qiroah para sahabat terkemuka. Sebagaimana

diketahui ada beberapa orang sahabat yang menjadi kiblat atau rujukan bagi kaum

muslim mengenai bacaan Al-qur’an. Dimasa Rosulullah dan dua khalifah sebelumnya

keadaan itu tidak menimbulkan permasalahan karena para sahabat bisa mencari
rujukan yang pasti mengenai bacaan yang benar dan diterima. Namun seiring

perubahan zaman dan perbedaan latar belakang sosial budaya masyarakat islam,

persoalan itu semakin meruncing dan berujung pada persoalan aqidah. Sebagian

kelompok umat menyalahkan kelompok lain karena perbedaan gaya dan qiraah Al-

qur’an. Bahkan mereka saling mendustkan, menyalahkan bahkan mengkafirkan.

Kenyataan itu mendorong usman untuk berijtihad melakukan sesuatu yang

benar-benar baru. Pada akhir 24 H awal 25 H, Usman mengumpulkan para sahabat

lalu empat orang diantara mereka menyusun mushaf yang akan menjadi rujukan umat

Islam. Keempat kodifikasi panitia itu adalah para penghafal al-Qur’an yang telah

dikenal baik yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said ibn al-Ash dan

Abdurrahman ibn al-Harist ibn Hisyam. Panitia kodifikasi itu bekerja sangat cermat

dan hati-hati.mereka menghimpun berbagai qiraah yang ada ditengah umat kemudian

memilih salah satunya yang dianggap paling dipercaya. Mereka langsung menuliskan

dalam satu mushaf lafal atau bacaan yang disepakati bersama. Yang tersusun rapi

dan sistematis. Panitia kodifikasi Al-qur’an bekerja dengan cermat, teliti, dan hati-

hati sehingga menghasilkan sebuah mushaf. Sebetulnya karya itu bukan murni

dilakukan khalifah Usman, karena gagasan itu telah dirintis sejak kepemimpinan Abu

Bakar dan diteruskan khalifah Umar. Mushaf usman itupun tuntas disusun dan

mushaf-mushaf lain yang berbeda dari mushaf utama itu diperintahkan untuk

dibakar.
2. Masa Pemerintahan

Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua

periode, yaitu pada periode kemajuan dan periode kemunduran sampai ia terbunuh.

Periode I, pemerintahan Usman membawa kemajuan luar biasa berkat jasa panglima

yang ahli dan berkualitas dimana peta Islam sangat luas dan bendera Islam berkibar

dari perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli, Syprus di front al-maghrib bahkan ada

sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di al-maghrib, diutara sampai ke Aleppo

dan sebagian Asia kecil, di Timur laut sampai ke Ma wara al-Nahar –Transoxiana,

dan di Timur seluruh Persia bahkan sampai diperbatasan Balucistan (sekarang

wilayah Pakistan), serta Kabul dan Ghazni. Selain itu ia juga berhasil membentuk

armada laut dengan kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di laut

tengah yang dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali

dilaut dalam sejarah islam.

Pada periode ke-II, kekuasaannya identik dengan kemunduran dengan

kemunduran dengan huruhara dan kekacauan yang luar biasa sampai ia wafat.

Sebagian ahli sejarah menilai bahwa Usman melakukan nepotisme. Ia mengangkat

sanak saudaranya dalam jabatan-jabatan strategis yang paling besar dan paling

banyak menyebabkan suku-suku dan kabila-kabila lainnya merasakan pahitnya

tindakan Usman tersebut. Para pejabat dan para panglima era Umar hampir semuanya

dipecat oleh Usman, kemudian mengangkat dari keluarga sendiri yang tidak mampu

dan tidak cakap sebagai pengganti mereka. Adapun para pejabat Usman yang berasal

dari famili dan keluarga dekat, diantaranya Muawiyah bin Abi sofyan, Gubernur

Syam, satu suku dan keluarga dekat Usman. Oleh karena itu, Usman diklaim bahwa

ia telah melakukan KKN.


Namun pada kenyataannya bukan seperti apa yang telah dituduhkan kepada

Usman, dengan berbagai alasan yang dapat dicatat atau digaris bawahi bahwa usman

tidak melakukan nepotisme,diantaranya :

a. Para gubernur yang diangkat oleh Usman tidak semuanya family usman. Ada

yang saudara atau anak asuh, ada yang saudara susuan, ada pula saudara tiri.

b. Ia mengangkat familinya tentunya atas pertimbangan dari beberapa faktor yang

melatarbelakanginya.

c. Meskipun sebagian pejabat diangkat dari kalangan family, namun mereka

semuanya punya reputasi yang tinggi dan memiliki kemampuan. Hanya saja

faktor ekonomi yang menyatukan untuk memprotes guna memperoleh hak

mereka. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang oportunis menyebarkan isu sebagai

modal bahwa usman telah memberikan jabatan-jabatan penting dan strategis

kepada famili, yang akhirnya menyebabkan khalifah usman terbunuh.

Melihat fakta-fakta tersebut diatas, jelas bahwa nepotisme Usman tidak

terbukti. Karena pengangkatan saudara-saudaranya itu berangkat dari profesionalisme

kinerja mereka dilapangan. Akan tetapi memang pada masa akhir kepemimpinan

Usman para gubernur yang diangkat tersebut bertindak sewenang-wenang terutama

dalam bidang ekonomi. Mereka diluar kontrol usman yang memang sudah berusia

lanjut sehingga rakyat menganggap hal tersebut sebagai kegagalan usman, sampai

pada akhirnya Usman mati terbunuh.

D. Faktor Terbunuhnya Utsman Bin Affan

Kufah adalah sumber pemberontakan utama dalam kekhalifahan Utsman.

Banyak penduduk yang mengeluhkan pejabat-pejabat dan para petinggi kota itu.

Mereka marah kepada Sa’ad bin Abi Waqqas, dan mereka menuduh Walid bin
Uqbah meminum khamar. Kemudian Utsman mengangkat Sa’id bin alAs. Ketika

sudah berada di Kufah, ia berkata kepada penduduk dalam sebuah Khutbah, bahwa ia

enggan memegang pemimpin itu, dan menyatakan bahwa bencana telah

memperlihatkan sosoknya.

Begitu juga Khutbah Utsman kepada penduduk Madinah, dengan

memberitahukan keadaan di Kufah serta mengingatkan mereka akan timbulnya

bencana. Ia menawarkan kepada mereka untuk memindahkan rampasan perang

mereka ke mana saja mereka tinggal di negeri Arab. Penduduk Madinah menyambut

baik tawaran itu dengan mengatakan: bagaimana kami memindahkan tanah yang

sudah kami peroleh? “mereka yang di Hijaz, Yaman, dan di tempat lainnya dengan

cara menjualkannya kalau mau”. Mereka tampak gembira, Allah telah membukakan

jalan buat mereka, diluar dugaan mereka.

Ada beberapa tokoh yang mengambil kesempatan ini untuk membangkitkan

kebencian dalam hati orang di kota-kota itu, di antaranya apa yang telah yang di

lakukan Abdullah bin Saba‟ seorang Yahudi dari San‟a di Yaman pada masa

Utsman kemudian masuk Islam. Yang mengunjungi sejumlah kota dalam kawasan

Islam dengan berusaha membangkitkan kemarahan orang kepada Utsman. Di Basrah

orang awan terpengaruh oleh seruan itu. Sesudah hal itu diketahui oleh Abdullah bin

Amir, ia dikeluarkan dari kota. Setelah itu ia pergi ke Kufah menyebarkan seruan

yang sama. Setelah dari Kufah ia juga kemudian diusir, ia pergi ke Syam, tetapi

Mu‟awiyah tak lama ia di usir juga.

Kota-kota lain juga telah mengikuti jejak Kufah dalam menyatakan ketidak

senangannya terhadap kebijakan Utsman dan para pejabatnya. Dalam bulan Rajab

tahun 35 H sebuah delegasi besar terdiri dari orang-orang Arab di Mesir datang ke
Madinah. Mereka sudah menyurati pengikut-pengikut mereka di beberapa kota

supaya datang ke Madinah. Para degelasi yang memberontak itu berpura-pura akan

pulang ke tempat masing-masing sambil menunggu sampai pihak Madianah

terpencar-pencar. Kemudian mereka mengepung rumah Utsman dan mengumumkan,

bahwa barang siapa mengangkat tangan akan dijamin aman. Penduduk pun tak ada

yang keluar rumah.

Tak lama kemudian para pemberontak itu maju menyerang rumah Utsman.

Ketika kaum pemberontakan menyerang rumah Utsman, anak-anak para sahabat

melawan dengan gigih. Mereka itu adalah Hasan bin Ali, Abdullah bin Zubair,

Muhammad bin Thallahah, Marwan bin Hakam, Sa‟id Ibnu Ash, dan masih ada

beberapa lagi yang ikut membela Utsman. Akan tetapi, Utsman sendiri yang

menyeru mereka dengan didahului kalimat Allah SWT, “ darah kalian halal karena

menolongku”. Meskipun begitu, mereka tetap enggan menyarungkan pedangnya.

Lantas ketika kedua anak Utsman masuk untuk membelanya, dia malah

melarang agar tidak melakukan apapun. Bahkan, ia mengatakan bahwa orang yang

lepas tangan dari para pemberontakan itu terbebas. Dengan tegas dan berkali-kali

Utsman berkata, “ Aku memutuskan agar setiap orang yang masih menganggapku

sebagai Khalifah dan taat kepadaku untuk menyarungkan kembali senjatanya.” Oleh

karena itu, ia tidak ingin terjadi pertumpahan darah dan bencana yang lebih parah

karena hanya dia yang menjadi sasaran.

Pada detik-detik terakhir memuncaknya kekaacauan, empat orang dari kaum

Quraisy cedera. Mereka itu adalah Hasan bin Ali, Abdullah bin Zubair, Muhammad

bin Hathib, dan marwan bin Hakam. Ada juga para pembela Utsman yang terbunuh.

Mereka itu adalah Mughirah bin Akhnas, Niyar bin Abdullah alIslami, dan Ziyad al-
fahri. Namun, Utsman tetap mampu memenangkan para pembelanya dan berhasil

membujuk mereka keluar rumah, sehingga di dalam rumah hanya ada keluarga

Utsman saja, tidak ada lagi para pembela di dalamnya.

Setelah orang-orang yang membelanya keluar dari rumah, Utsman yang hari

itu puasa, membuka mushaf dan membacanya. Di tengah ia sedang membaca, tiba-

tiba ada seorang lelaki yang ikut mengepung rumahnya namun tidak dikenal berhasil

memasuki rumahnya. Tetapi ketika melihat Utsman sedang membaca Al-Qur’an,

lelaki itu berkata, “antara aku dan engkau terhalang Al-Qur’an.” Lantas dia keluar

meninggalkan Utsman.

Akan tetapi, tak lama kemudian ada seorang lelaki dari Bani Sadus yang

dijuluki al-Mautul Aswad (Kematian Hitam), berhasil masuk, mencekik leher, dan

membunuhnya dengan pedang. Kemudian lelaki itu berkata, “ demi Allah, aku tidak

pernah melihat leher yang selembut lehernya. Aku mencekiknya hingga seolah aku

melihat nafasnya seperti jin yang mengalir di tubuhnya. Lantas, aku mengayunkan

pedangku kepadanya. Namun, tangan Utsman menangkis pedangku hingga tanganya

putus. Kemudian Utsman berkata, “ demi Allah, tangan inilah yang pertama kalu

mencatat firman Allah langsung dari mulut Rasulullah SAW”. Selanjutnya Utsman

terbunuh di depan mushaf Al-Qur‟an. Bahkan, darah dari tangan yang terpotong itu

mengalir ke mushaf di depannya, dan terjatuh tepat pada firman Allah surat Al-

Baqarah ayat: 137.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpuan pada makalah ini yaitu, tentang kelahiran Utsman bin Affan r.a,

diangkatnya menjadi Khalifah yang ketiga setelah Khalifah Umar bin Khattab r.a,
serta masa-masa kejayaan dalam pemerintahannya seperti perluasan wilayah

kekuasaan, kodifikasi Al-Qur‟an yang disebut Mushaf Utsmani, serta dibentuknya

armada laut yang pertama dalam sejarah umar Islam, dan sampai akhir hayatnya

Khalifah Utsman bin Affan. r.a.

B. Saran

Kita harus mempelajari tentang masalah sejarah Islam, dimana kita harun

mengetahui kepemimpinan setelah Rasulullah, agar ilmu kita akan bertambah. Jika

ada salah dalam penulisan kami mohon maaf, saran dan kritik sangat kami perlukan.

Anda mungkin juga menyukai