Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paku termasuk salah satu jenis logam yang mudah mengalami korosi. Hal

ini dikarenakan paku sebagian besar terbuat dari besi dan baja. Karat yang dialami

oleh logam seperti besi dan baja terjadi karena adanya reaksi elektrokimia atau

korosi yang menyebabkan kerusakan di permukaan besi. Saat air mengenai paku

maka air akan tercampur dengan karbon di udara yang kemudian membentuk

asam karbonat sehingga menyebabkan paku tersebut mengalami korosi. Peristiwa

korosi ini terjadi melalui suatu reaksi elektrokimia (Tampubolon, 2020: 13-21).

Elektrokimia menunjukkan suatu proses reaksi kimia yang menghasilkan

arus listrik atau sebaliknya. Sel elektrokimia dibedakan menjadi dua yaitu sel

galvani dan sel elektrolisis. Salah satu aplikasi metode elektrolisis dalam industri

yang banyak dikembangkan saat ini meliputi teknik elektroplating. Elektroplating

menyatakan proses pelapisan logam dengan logam lain di dalam suatu larutan

elektrolit dengan pemberian arus listrik (Miranda, 2020: 29). Teknik pelapisan

logam menggunakan logam lain telah dijelaskan dalam Q.S Al-Kahfi/18:96 yang

berbunyi:

       


        
    

Terjemahnya:
“berilah aku potongan-potongan besi". hingga apabila besi itu telah sama
rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah
(api itu)". hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api,
diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku
kutuangkan ke atas besi panas itu.”

1
2

Ayat diatas menjelaskan petunjuk Allah kepada Dzulqarnain untuk

menguatkan besi (zubrah) digunakan campuran tembaga (qathara). Teknik

pencampuran logam ataupun pelapisan logam untuk menguatkan logam tersebut

sudah banyak digunakan (Shihab, 2009). Ayat tersebut berkaitan dengan

percobaan ini dimana pelapisan logam besi dengan logam tembaga yang di

jelaskan dalam ayat diatas dapat dibuktikan dengan melihat potensial energi dari

kedua unsur tersebut. Pada dasarnya besi akan lebih mudah mengalami oksidasi

atau kerusakan seperti korosi dibandingkan tembaga, dengan adanya tembaga

yang dicampurkan dan melapisi besi tersebut besi akan menjadi lebih kuat dan

tidak mengalami kerusakan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan

percobaan korosi yang bertujuan untuk menentukan logam yang meningkatkan

korosi besi dan yang menghambat korosi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan

logam yang meningkatkan korosi besi dan yang menghambat korosi?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk menentukan logam yang

meningkatkan korosi besi dan yang menghambat korosi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Paku
Paku adalah logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari baja,

yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya. Paku

umumnya ditembuskan pada bahan dengan menggunakan palu yang digerakkan

oleh udara bertekanan atau dorongan kecil. Pelekatan oleh paku terjadi dengan

adanya gaya gesek pada arah vertikal dan gaya tegangan pada arah lateral. Ujung

paku kadang ditekuk untuk mencegah paku keluar (Royani, 2020: 345).

Gambar 2.1 Paku


(Sumber : Dokumentasi Praktikum)
Paku sebagian besar terbuat dari baja. Baja adalah logam paduan berbahan

dasar besi. Besi murni mempunyai sifat yang kurang kuat dan mudah berkarat,

namun memiliki tingkat keuletan yang tinggi. Logam besi pada baja dipadukan

dengan beberapa elemen lainnya, termasuk unsur karbon untuk memodifikasi

karakteristiknya. Beberapa logam yang umum dijadikan paduan adalah nikel (Ni),

mangan (Mn), aluminium (Al), dan bismuth (Bi). Perbandingan bahan penyusun

baja akan berpengaruh pada sifat dan karakteristik baja itu sendiri seperti sifat

baja yang mudah mengalami korosi (Somar dan Amalia, 2020: 62).

Korosi pada logam merupakan peristiwa kerusakan atau penurunan mutu

logam akibat berinteraksi dengan lingkungan. Korosi tidak dapat dicegah karena

merupakan fenomena alam, tetapi dapat dikendalikan atau diperlambat. Salah satu

3
4

cara pengendalian korosi menggunakan cara proteksi katodik yaitu menerapkan

suatu lapisan logam kepada besi dimana lapisan logam tersebut yang akan terlebih

dahulu teroksidasi dibanding paku besi. Jika logam yang digunakan sebagai

gulungan terletak di sebelah kiri Fe maka logam tersebut akan teroksidasi (terjadi

korosi) lebih dahulu daripada besi sehingga akan memperlambat terjadinya korosi

pada besi. Tetapi bila logam yang digunakan terletak di sebelah kanan Fe maka

paku besi akan mengalami oksidasi lebih dahulu dan akan mempercepat

terjadinya korosi (Royani, 2020: 345).

B. Logam
Logam adalah sebuah unsur kimia yang memiliki sifat yang kuat, liat,

keras dan mampu menghantarkan listrik atau energi panas. Logam juga memiliki

titik cair yang tinggi. Selain itu, logam berasal dari bijih logam dan untuk

mendapatkannya dengan cara penambangan. Biji logam ditemukan dalam keadaan

murni contoh seperti emas, perak, platina. Selain itu, juga ada yang bercampur

dengan unsur-unsur lain seperti karbon (C), sulfur (S), fosfor (P), tanah dan

pasir (Ishak, 2019: 35)


Kata logam sendiri berasal kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu

matallon yang berarti bahwa suatu unsur kimia yang siap bergabung menjadi ion.

Kemudian, memiliki suatu ikatan logam dan dianggap sebuah logam mirip dengan

kaiton yang ada di bawah elektron. Unsur logam material bahan bersifat sangat

mengkilap dan mampu menjadi penghantar listrik dan panas yang baik. Logam

umumnya akan berbentuk padat pada tekanan dan suhu yang normal kecuali

menggunakan air raksa. Logam sangat mudah untuk ditempa hal ini yang

memudahkan untuk dijadikan berbagai benda (Miranda, 2020: 31)

Untuk jenis unsur logam seperti aluminium (Al), besi (Fe), emas (Au),

barium (Ba), kalsium (Ca), kalium (K), kromium (Cr), nikel (N), natrium (Na),
5

mangan (Mn) dan magnesium (Mg) umumnya memiliki kepadatan bahan

penyusun yang cukup tinggi. Sehingga material ini sulit untuk ditembus cahaya

dan dapat mengalirkan sebuah aliran listrik yang baik. Selain itu, material satu ini

juga mudah untuk ditempa ataupun direnggangkan sehingga dapat dengan mudah

untuk dibentuk menjadi berbagai jenis. Meskipun begitu, material logam sangat

sedikit kemungkinan untuk mengalami kerusakan yang fatal (Ishak, 2019: 36)

Sebuah logam mampu membentuk suatu ion positif dengan cara

melepaskan lawannya yakni elektron negative sehingga material ini dapat menjadi

konduktor yang sangat baik. Namun, bila dilihat pada tabel periodik. Sesuai

dengan bentuk urutan dari atas ke bawah, yang mana dalam satu golongan. Maka

dari tabel itu dapat terlihat bahwa sifat logam pada unsur akan mengalami

penambahan secara terus-menerus. Sedangkan, bila urutan dari kiri ke kanan.

Maka dapat dipastikan sifat logamnya akan berkurang (Miranda, 2020: 31)

C. Elektrokimia
Elektrokimia adalah suatu proses reaksi kimia yang menghasilkan arus

listrik atau sebaliknya. Sel elektrokimia melibatkan reaksi redoks, oleh karena
reaksi redoks melibatkan transfer elektron, maka reaksi tersebut dapat

dimanfaatkan untuk membangkitkan arus listrik, yakni aliran elektron dari

potensial tinggi ke potensial rendah. Sel elektrokimia dibedakan menjadi dua

yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Sel galvani reaksi kimia yang berlangsung

bersifat spontan dan menghasilkan arus listrik. Katoda merupakan kutub positif

dan anoda merupakan kutub negatif. Sel elektrolisis aliran listrik menyebabkan

berlangsungnya suatu reaksi kimia. Katoda merupakan kutub negatif, sedangkan

anoda kutub positif (Pauzi, dkk., 2020: 84).

Sel galvani merupakan sel yang menghasilkan arus listrik. Anoda pada sel

ini berfungsi sebagai elektroda bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif.
6

Arus mengalir dari anoda ke katoda akan menghasilkan reaksi kimia yang

belangsung spontan. Sel galvani terdiri dari dua setengah reaksi yang dipisahkan

secara fisik. Dua setengah reaksi dihubungkan secara eksternal untuk mengalirkan

elektron hasil oksidasi dari satu elektroda (anoda) ke elektroda lain (katoda),

sedangkan untuk menetralkan kelebihan ion pada larutan setengah sel digunakan

jembatan garam yang dihubungkan secarainternal (Sianturi, 2021: 4).

Sel elektrolisis merupakan sel yang bekerja menggunakan arus listrik

untuk menghasilkan reaksi kimia yang tidak spontan atau reaksi kimia yang

memiliki potensial sel negatif. Energi listrik pada sel ini digunakan untuk

berlangsungnya suatu reaksi kimia. Energi e.m.f yang diperlukan untuk

berlangsungnya proses ini akan sedikit lebih tinggi dari pada e.m.f yang

dihasilkan oleh reaksi kimia yang didapat dari lingkungannya. Keseimbangan

akan terjadi apabila harga ΔG dan E sama dengan nol. Anoda pada sel elektrolisis

berfungsi sebagai elektroda positif dan katoda bermuatan negatif sehingga arus

listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel ini terdiri dari sumber arus searah yang

dihubungkan dengan kawat pengantar pada dua buah elektroda yang dicelupkan

dalam bejana berisi larutan elektrolit (Pauzi, dkk., 2020: 86).

D. Korosi dan Pengaplikasiannya


Korosi adalah suatu proses degradasi material dan penurunan kualitas

suatu material akibat pengaruh reaksi kimia dan elektrokimia dengan keadaan

lingkungannya. Korosi (pengkaratan) juga dapat didefinisikan sebagai fenomena

kimia bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan, yaitu reaksi

kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitamya atau dengan partikel-

partikel lain yang ada di dalam matriks logam itu sendiri (Fitria, dkk., 2021: 42).

Korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragamannya baik

secara mikroskopis maupun secara makroskopis. Dua jenis mekanisme utama dari
7

korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara langsung. dan reaksi elektrokimia.

Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai

contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah penyerangan

logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO). Korosi di

dalam medium basah dapat terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi

misalnya jika besi terendam didalam larutan asam klorida (HCI). Korosi didalam

medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa.

Makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvani sistim besi-seng, korosi erosi,

korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran,

sedangkan rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan,

korosi patahan, dan korosi antar butir (Putra, dkk., 2020: 43).

Menurut Tampubolon (2020: 14), berdasarkan bentuk kerusakan yang

dihasilkan, penyebab korosi, lingkungan tempat terjadinya korosi, maupun jenis

material yang diserang. korosi dibedakan menjadi antara lain yang pertama yaitu

general/uniform corrosion merupakan korosi yang disebabkan oleh reaksi kimia

atau elektrokimia yang terjadi secara seragam pada permukaan logam. Efeknya

adalah terjadi penipisan pada permukaan dan akhirnya menyebabkan kegagalan

karena ketidak mampuan untuk menahan beban. Korosi ini dapat dicegah atau

dikendalikan dengan pemilihan material (termasuk coating), penambahan

corrosion inhibitor pada fluida atau menggunakan cathodic protection sedangkan

jenis korosi galvanic corrosion merupakan korosi yang disebabkan adanya beda

potensial antara dua logam yang berada pada fluida atau media konduktif dan

korosif sehingga logam dengan ketahanan terhadap korosi yang rendah akan

mengalami laju korosi lebih tinggi dibandingkan dengan logam yang memiliki

ketahanan terhadap korosi tinggi. Pencegahan korosi ini menggunakan satu jenis

material yang sama atau menggunakan kombinasi beberapa material yang


8

memiliki sifat galvanis yang mirip menggunakan insulasi pada sambungan antara

logam, serta mengurangi karakteristik korosi dari fluida dengan menggunakan

corrosion inhibitor.

Crevice corrosion merupakan korosi yang terjadi di sela-sela gasket,

sambungan bertindih, sekrup-sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-

kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat. Pitting corrosion

merupakan fenomena korosi dimana proses korosi terjadi pada suatu area pada

permukaan logam yang akhirnya menyebabkan terjadinya lubang pada permukaan

tersebut. Korosi ini biasanya disebabkan oleh chloride atau ion yang mengandung

chlorine. Korosi ini dapat dicegah dengan pemilihan material yang sesuai dan

memiliki ketahan tinggi terhadap korosi.

Erosion corrosion merupakan korosi yang terjadi sebagai akibat dari

tingginya pergerakan relatif fluida korosif terhadap permukaan logam. Proses ini

umumnya berlangsung dengan adanya dekomposisi kimia atau elektrokimia pada

permukaan logam. Stress corrosion merupakan korosi yang terjadi akibat

kombinasi antara beban/stress pada logam dan media yang korosif. Korosi ini

dapat terjadi apabila beban yang diterima oleh logam melebihi suatu minimum

stress level. Crevice corrosion yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket,

sambungan bertindih, sekrup-sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-

kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat. Selective leaching, korosi

ini berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari campuranlogam. Contoh

yang paling mudah adalah desinification yang melepaskan zinedari paduan

tembaga.
9

Jenis korosi tersebut masing-masing terjadi karena faktor yang berbeda.

menurut Royani (2020: 346), korosi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

sebagai berikut.

1. Suhu

Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan korosi. Hal ini

terjadi karena makin tinggi suhu maka energi kinetik dari pertikel - partikel yang

bereaksi akan meningkat dan melampaui besarnya harga aktivasi dan akibatnya

laju kecepatan reaksi (korosi) juga akan makin cepat, begitu juga sebaliknya.

2. Kecepatan Alir Fluida atau Kecepatan Pengadukan

Laju korosi akan bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida

bertambah besar. Hal ini karena kontak antara zat pereaksi dan logam semakin

besar, sehingga ion-ion logam semakin banyak yang lepas dan logam akan

mengalami kerapuhan (korosi).

3. Konsentrasi Bahan Korosif

Hal ini berhubungan dengan pH suatu larutan. Larutan yang bersifat asam

sangat korosif terhadap logam dimana logam yang berada didalam media larutan

asam akan lebih cepat terkorosi karena merupakan reaksi anoda. Sedangkan

larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada reaksi katodanya

karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.

4. Oksigen

Adanya oksigen yang terdapat didalam udara dapat bersentuhan dengan

permukaan logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih

besar. Didalam air (lingkungan terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi.

5. Waktu Kontak

Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap

korosi lebih besar. Dengan adanya penambahan inhibitor kedalam larutan, maka
10

akan menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja

inhibitor untuk melindungi logam menjadi lebih lama. Kemampuan inhibitor

untuk melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu,

hal itu dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis

terserang oleh larutan.

E. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain paku, agar, asam

sulfat (H2SO4), indikator PP, K3Fe(CN)6, NaCl, foil Cu, Zn dan Al. Paku berfungsi

sebagai bahan utama karena logam ini sangat luas digunakan dan sangat mudah

mengalami korosi. Penambahan bahan foil aliminium, foil tembaga dan foil seng

berfungsi untuk mengetahui sejauh mana logam-logam ini dapat mempengaruhi

terjadinya korosi pada besi. Percobaan ini digunakan larutan H2SO4 yang

berfungsi untuk mempercepat terjadinya korosi sedangkan indikator PP nantinya

akan memberikan warna merah pada daerah terjadinya reduksi dan K 3[Fe(CN)6]

akan membentuk atau menghasilkan warna biru pada daerah terjadinya oksidasi

(Afandi, 2015: 63).


Agar-agar digunakan karena merupakan koloid yang kerapatannya antara

padat dan cairan sehingga dapat menjadi media yang baik. Indikator PP

digunakan sebagai indikator tempat terjadinya reduksi, yaitu melalui pembentukan

warna merah muda. Selain itu, K3[Fe(CN)6] juga berperan sebagai indicator yang

menunjukkan terjadi atau tidaknya oksidasi melalui pembentukan warna biru.

K3[Fe(CN)6] merupakan zat pengoksidasi ion Fe2+ dan NaCl berfungsi untuk

menetralkan. Sebelum paku direndam dalam H2SO4 paku tersebut diamplas

terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang mungkin melekat

pada paku yang dapat mempengaruhi proses terjadinya korosi pada paku

(Tampubolon, 2020: 14).


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilakukan pada hari, Selasa 15 November 2022 pukul

13.00-15.00 WITA, di Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, hot plate,

pipet skala 10 mL, 2 mL dan 1 mL, gelas kimia 100 mL, bulp, batang pengaduk,

rak tabung, tabung reaksi, pipet tetes, kaki tiga, kasa, palu, penjepit tabung dan

spatula.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah amplas, agar,

aquades (H2O), asam sulfat (H2SO4) 2M, indikator phenolphthalein (PP), kalium

heksasianoferrat (K3Fe(CN)6), korek api, logam aluminium (Al), tembaga (Cu)


dan seng (Zn), natrium klorida (NaCl), paku, spiritus dan tissue.

C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Media

Ditimbang 0,5 gr agar dan 5 gr natrium klorida (NaCl), kemudian

dipanaskan 100 mL air ke dalam gelas kimia sampai mendidih menggunakan hot

plate. Dimasukkan agar dan diaduk sampai larut, selanjutnya ditambahkan

natrium klorida (NaCl) dalam larutan yang dipanaskan dan diaduk sampai larut.

Ditambahkan 2 mL indikator PP dan 2 mL kalium heksasianoferrat (K3Fe(CN)6)

ke dalam larutan, kemudian diaduk hingga homogen dan didiamkan larutan

hingga hangat.

11
12

2. Persiapan Paku

Diamplas 4 buah paku, dimasukkan asam sulfat (H2SO4) sebanyak

9 mL ke dalam masing-masing tabung. Kemudian direndam paku dengan

asam sulfat (H2SO4) selama 5 menit dalam tabung, lalu dimasukkan 4 buah

paku dalam air panas selama 10 menit.

3. Proses Korosi

Disiapkan lempengan logam aluminium (Al), tembaga (Cu) dan

seng (Zn), kemudian dimasukkan paku ke dalam lempengan logam

aluminium (Al), tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada masing-masing tabung.

Tabung 1 diisi paku tanpa lempengan logam, tabung 2 diisi paku dengan

lempengan seng (Zn), tabung 3 diisi paku dengan lempengan tembaga

(Cu) dan tabung 4 diisi paku dengan lempengan aluminium (Al).

Selanjutnya ditambahkan media agar sampai terendam, diamkan beberapa

menit dan diamati perubahan warna yang terjadi.


13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
1. Tabel pengamatan

Tabel IV.1 Hasil Pengamatan Logam


Keberadaan dan Keberadaan dan
Tabung Sistem Lokasi Warna Lokasi Warna Gambar
Merah Biru

I Fe - Sepanjang paku

II Fe + Al Kepala Paku -

III Fe + Cu - Sepanjang paku

IV Fe + Zn Sepanjang paku -

14
15

1. Reaksi

a. Reaksi besi (Fe)

Oksidasi : Fe→ Fe2++ 2e-x2 2 Fe → 2 Fe2+ +4e-

Reduksi : O2 + 4H+ + 4e-→ 2H2O x1 O2 + 4H++ 4e- → 2H2O

Redoks : 2Fe+ O2+ 4H+ → 2Fe2+ + 2H2O

b. Reaksi besi (Fe) dan Foil aluminium (Al)

Oksidasi : Al →Al3+ + 3e- x2 2Al→ 2Al3+ + 6e-

Reduksi : Fe2+ + 2e-→Fe x3 3Fe2++ 6e-→3Fe

Redoks : 2Al + 3Fe2+ → 2Al3++3Fe

c. Reaksi besi (Fe) dan Foil tembaga (Cu)

Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e-

Reduksi : Cu2+ + 2e- → Cu

Redoks : Fe+Cu2+ → Fe2++Cu

d. Reaksi besi (Fe) dan Foil seng (Zn)

Oksidasi : Fe →Fe2+ + 2e-

Reduksi : Zn2+ + 2e- → Zn

Redoks : Fe + Zn2+ → Fe2+ + Zn

B. Pembahasan
Paku adalah logam yang mudah mengalami korosi dikarenakan paku

sebagian besar terbuat dari besi dan baja. Karat yang dialami oleh logam seperti

besi dan baja terjadi karena adanya reaksi elektrokimia atau korosi yang

menyebabkan kerusakan di permukaan besi. Saat air mengenai paku maka air

akan tercampur dengan karbon di udara yang kemudian membentuk asam

karbonat sehingga menyebabkan paku tersebut mengalami korosi. Peristiwa

korosi ini terjadi melalui suatu reaksi elektrokimia. Elektrokimia adalah suatu

proses reaksi kimia yang menghasilkan arus listrik atau sebaliknya. Sel
16

elektrokimia melibatkan reaksi redoks, oleh karena reaksi redoks melibatkan

transfer elektron, maka reaksi tersebut dimanfaatkan untuk membangkitkan arus

listrik aliran elektron dari potensial tinggi ke rendah (Tampubolon, 2020: 13-21).

Paku dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan utama karena logam ini

sangat luas digunakan dan sangat mudah mengalami korosi. Penambahan bahan

foil aliminium, foil tembaga dan foil seng berfungsi untuk mengetahui sejauh

mana logam-logam ini dapat mempengaruhi terjadinya korosi pada besi.

Percobaan ini digunakan larutan H2SO4 yang berfungsi untuk mempercepat

terjadinya korosi sedangkan indikator PP nantinya akan memberikan warna merah

pada daerah terjadinya reduksi dan K3[Fe(CN)6] akan memberikan warna biru

pada daerah terjadinya oksidasi.

Pemilihan agar sebagai media karena agar merupakan koloid,

kerapatannya antara padat dan cairan sehingga dapat menjadi media yang baik.

Indikator PP digunakan sebagai indikator tempat terjadinya reduksi, yaitu melalui

pembentukan warna merah muda. Selain itu, K3[Fe(CN)6] juga berperan sebagai

indikator yang menunjukkan terjadi atau tidaknya oksidasi melalui pembentukan

warna biru. K3[Fe(CN)6] merupakan zat pengoksidasi ion Fe2+ dan NaCl

berfungsi untuk menetralkan. Sebelum paku direndam dalam H2SO4 paku

tersebut diamplas terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang

mungkin melekat pada paku yang dapat mempengaruhi proses terjadinya korosi

pada paku.

Hasil percobaan menunjukkan antara logam Cu, Zn dan Al yang

mempercepat terjadinya korosi yaitu logam tembaga (Cu) dan logam yang

menghambat terjadinya korosi yaitu seng (Zn) dan aluminium (Al). Hal ini sesuai

dengan teori Royani (2020: 345) bahwa logam pada deret volta yang terletak di

sebelah kanan logam Fe akan mengalami oksidasi sehingga mempercepat korosi


17

sedangkan logam yang terletak di sebelah kiri Fe akan mengalami reduksi

sehingga menghambat korosi.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah logam yang dapat

meningkatkan terjadinya korosi yaitu logam besi (Fe) dan tembaga (Cu)

karena pada deret volta berada disebelah kanan yang mengalami oksidasi

dan logam yang dapat menghambat terjadinya korosi yaitu seng (Zn) dan

aluminium (Al) karena pada deret volta terdapat disebelah kiri sehingga

mengalami reduksi.

B. Saran
Saran pada percobaan ini sebaiknya pada percobaan selanjutnya
digunakan lempengan logam lain seperti kadmium (Cd) dan platina (Pt)
untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis logam dalam deret volta
terhadap korosi.

18
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA

1. Pembuatan Media

Agar + NaCl + K3Fe(CN)6

 Ditimbang sebanyak 0,5 gr agar dan 5 gr natrium klorida (NaCl).

 Dipanaskan sebanyak 100 mL air ke dalam gelas kimia sampai

mendidih.

 Dimasukkan agar dan diaduk sampai larut.

 Ditambahkan natrium klorida (NaCl) dalam larutan yang

dipanaskan dan diaduk sampai larut.

 Ditambahkan 2 mL indikator PP dan 1 mL larutan kalium

heksasianoferrat (K3Fe(CN)6) kemudian diaduk hingga homogen.

 Didiamkan larutan hingga hangat.

Hasil

2. Persiapan Paku

Paku

 Diamplas 4 buah paku.

 Dimasukkan asam sulfat (H2SO4) sebanyak 9 mL ke dalam

masing-masing tabung.

 Direndam paku dengan asam sulfat (H2SO4) selama 5 menit.

 Dimasukkan 4 buah paku ke dalam air panas selama 10 menit.

Hasil
3. Proses Korosi

Lempengan Al, Cu dan Zn

 Disiapkan lempengan logam aluminium (Al), tembaga (Cu) dan

seng (Zn).

 Dimasukkan paku ke dalam lempengan logam aluminium (Al),

tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada masing-masing tabung.

 Tabung 1 diisi paku tanpa lempengan logam, tabung 2 diisi paku

dengan lempengan seng (Zn), tabung 3 diisi paku dengan

lempengan tembaga (Cu) dan tabung 4 diisi paku dengan

lempengan aluminium (Al).

 Ditambahkan media agar sampai terendam.

 Didiiamkan beberapa menit dan diamati perubahan warna yang

terjadi.

Hasil
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

1. Pembuatan Media

Ditimbang 0,5 gram agar dan Dipanaskan 100 mL air Dimasukkan agar dan di
5 gram NaCl hingga mendidih homogenkan

Ditambah Dita
kan NaCl kemudian Ditamb mbahkan 2 mL
dihomogenkan ahkan1 mL K3Fe(CN)6 Indikator fenolftalein

Diaduk larutan hingga


homogeny dan dibiarkan
larutan hingga hangat
2. PersiapanPaku

Dimasukka Dire
Diamplas 4 buah paku n H2SO4 ke dalam 4 tabung ndam paku selama 5
reaksi menit

Dimasukkan paku ke
dalam air yang telah
dipanaskan dan direndam
selama 10 menit
3. Proses Korosi

Dimasukkan paku ke Dimasuk


dalam lubang lempengan kan media pada 4 tabung Dimasukkan paku ke
(Cu, Al dan Zn) reaksi dalam setiap tabung reaksi

Diamati perubahan warna Diamati perubahan warna Diamati perubahan warna


yang terjadi (Fe + Al) yang terjadi (Fe + Zn) yang terjadi (Fe)

Diamati perubahan warna


yang terjadi (Fe + Cu)
DAFTAR PUSTAKA

Tampubolon, dkk. “Laju Korosi pada Baja Karbon Sedang Akibat Proses
Pencelupan pada Larutan Asam Sulfat (H2SO4) dan Asam Klorida (HCl)
dengan Waktu yang Bervariasi.” Slome 2, no. 1 (2020): h. 11-20.
Miranda. “Analisis Laju Korosi pada Logam Melalui Proses Dipcoating Larutan
Elektrolit.” Hadron 2, no. 1 (2020): h. 29-35.
Somar dan Amalia. “Ekstrak Tannin Daun Buah Hitam (Haplolobous sp) sebagai
Inhibitor Alami Korosi Besi dalam Larutan Asam.” Natural 16, no. 1
(2020): h. 61-68.
Royani, Ahmad. “Pengaruh Suhu Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Rendah
dalam Media Air Laut.” Simetrik 10, no. 2 (2020): h. 344-349.
Ishak, dkk. “Analisa Laju Korosi Baja Karbon ST-37 dalam Larutan Asam Sulfat
dengan Penambahan Inhibitor Ekstrak Daun Tembakau.” Teknologi Kimia
Unimal 8, no. 2 (2019): H. 33-41.
Fitria, dkk. “Perlindungan Korosi Baja dengan Air Kitosan Inhibitor dalam Media
HCl 0,1 M.” Kimia Sains 10, no. 1 (2021): h. 41-50.
Putra, dkk. “Pengaruh Inhibitor Ekstrak Daun Rambutan terhadap Laju Korosi
pada Besi Cor Blok Mobil Sedan Nissan dalam Larutan HCl 1 %.” Teknik
Mesin Institut Teknologi Padang 10, no. 2 (2020): h. 41-45.
Pauzi, dkk. “Peningkatan Karakteristik Listrik Sel Elektrokimia Cu(Ag)-Zn
dengan Pengguanaan Anoda Tumbal Mg pada Akumulator Berbahan Air
Laut.” Teori dan Aplikasi Fisika 8, no. 1 (2020): h. 81-89.
Sianturi, dkk. “Korosi Besi dengan Elektrolit H2SO4 dan Karakterisasi Produk.”
Terapan Kimia 5, no. 1 (2021): h. 1-7.
LAMPIRAN III
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai