PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paku termasuk salah satu jenis logam yang mudah mengalami korosi. Hal
ini dikarenakan paku sebagian besar terbuat dari besi dan baja. Karat yang dialami
oleh logam seperti besi dan baja terjadi karena adanya reaksi elektrokimia atau
korosi yang menyebabkan kerusakan di permukaan besi. Saat air mengenai paku
maka air akan tercampur dengan karbon di udara yang kemudian membentuk
korosi ini terjadi melalui suatu reaksi elektrokimia (Tampubolon, 2020: 13-21).
arus listrik atau sebaliknya. Sel elektrokimia dibedakan menjadi dua yaitu sel
galvani dan sel elektrolisis. Salah satu aplikasi metode elektrolisis dalam industri
menyatakan proses pelapisan logam dengan logam lain di dalam suatu larutan
elektrolit dengan pemberian arus listrik (Miranda, 2020: 29). Teknik pelapisan
logam menggunakan logam lain telah dijelaskan dalam Q.S Al-Kahfi/18:96 yang
berbunyi:
Terjemahnya:
“berilah aku potongan-potongan besi". hingga apabila besi itu telah sama
rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah
(api itu)". hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api,
diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku
kutuangkan ke atas besi panas itu.”
1
2
percobaan ini dimana pelapisan logam besi dengan logam tembaga yang di
jelaskan dalam ayat diatas dapat dibuktikan dengan melihat potensial energi dari
kedua unsur tersebut. Pada dasarnya besi akan lebih mudah mengalami oksidasi
yang dicampurkan dan melapisi besi tersebut besi akan menjadi lebih kuat dan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk menentukan logam yang
A. Paku
Paku adalah logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari baja,
yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya. Paku
oleh udara bertekanan atau dorongan kecil. Pelekatan oleh paku terjadi dengan
adanya gaya gesek pada arah vertikal dan gaya tegangan pada arah lateral. Ujung
paku kadang ditekuk untuk mencegah paku keluar (Royani, 2020: 345).
dasar besi. Besi murni mempunyai sifat yang kurang kuat dan mudah berkarat,
namun memiliki tingkat keuletan yang tinggi. Logam besi pada baja dipadukan
karakteristiknya. Beberapa logam yang umum dijadikan paduan adalah nikel (Ni),
mangan (Mn), aluminium (Al), dan bismuth (Bi). Perbandingan bahan penyusun
baja akan berpengaruh pada sifat dan karakteristik baja itu sendiri seperti sifat
baja yang mudah mengalami korosi (Somar dan Amalia, 2020: 62).
logam akibat berinteraksi dengan lingkungan. Korosi tidak dapat dicegah karena
merupakan fenomena alam, tetapi dapat dikendalikan atau diperlambat. Salah satu
3
4
suatu lapisan logam kepada besi dimana lapisan logam tersebut yang akan terlebih
dahulu teroksidasi dibanding paku besi. Jika logam yang digunakan sebagai
gulungan terletak di sebelah kiri Fe maka logam tersebut akan teroksidasi (terjadi
korosi) lebih dahulu daripada besi sehingga akan memperlambat terjadinya korosi
pada besi. Tetapi bila logam yang digunakan terletak di sebelah kanan Fe maka
paku besi akan mengalami oksidasi lebih dahulu dan akan mempercepat
B. Logam
Logam adalah sebuah unsur kimia yang memiliki sifat yang kuat, liat,
keras dan mampu menghantarkan listrik atau energi panas. Logam juga memiliki
titik cair yang tinggi. Selain itu, logam berasal dari bijih logam dan untuk
murni contoh seperti emas, perak, platina. Selain itu, juga ada yang bercampur
dengan unsur-unsur lain seperti karbon (C), sulfur (S), fosfor (P), tanah dan
matallon yang berarti bahwa suatu unsur kimia yang siap bergabung menjadi ion.
Kemudian, memiliki suatu ikatan logam dan dianggap sebuah logam mirip dengan
kaiton yang ada di bawah elektron. Unsur logam material bahan bersifat sangat
mengkilap dan mampu menjadi penghantar listrik dan panas yang baik. Logam
umumnya akan berbentuk padat pada tekanan dan suhu yang normal kecuali
menggunakan air raksa. Logam sangat mudah untuk ditempa hal ini yang
Untuk jenis unsur logam seperti aluminium (Al), besi (Fe), emas (Au),
barium (Ba), kalsium (Ca), kalium (K), kromium (Cr), nikel (N), natrium (Na),
5
penyusun yang cukup tinggi. Sehingga material ini sulit untuk ditembus cahaya
dan dapat mengalirkan sebuah aliran listrik yang baik. Selain itu, material satu ini
juga mudah untuk ditempa ataupun direnggangkan sehingga dapat dengan mudah
untuk dibentuk menjadi berbagai jenis. Meskipun begitu, material logam sangat
sedikit kemungkinan untuk mengalami kerusakan yang fatal (Ishak, 2019: 36)
melepaskan lawannya yakni elektron negative sehingga material ini dapat menjadi
konduktor yang sangat baik. Namun, bila dilihat pada tabel periodik. Sesuai
dengan bentuk urutan dari atas ke bawah, yang mana dalam satu golongan. Maka
dari tabel itu dapat terlihat bahwa sifat logam pada unsur akan mengalami
Maka dapat dipastikan sifat logamnya akan berkurang (Miranda, 2020: 31)
C. Elektrokimia
Elektrokimia adalah suatu proses reaksi kimia yang menghasilkan arus
listrik atau sebaliknya. Sel elektrokimia melibatkan reaksi redoks, oleh karena
reaksi redoks melibatkan transfer elektron, maka reaksi tersebut dapat
yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Sel galvani reaksi kimia yang berlangsung
bersifat spontan dan menghasilkan arus listrik. Katoda merupakan kutub positif
dan anoda merupakan kutub negatif. Sel elektrolisis aliran listrik menyebabkan
Sel galvani merupakan sel yang menghasilkan arus listrik. Anoda pada sel
ini berfungsi sebagai elektroda bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif.
6
Arus mengalir dari anoda ke katoda akan menghasilkan reaksi kimia yang
belangsung spontan. Sel galvani terdiri dari dua setengah reaksi yang dipisahkan
secara fisik. Dua setengah reaksi dihubungkan secara eksternal untuk mengalirkan
elektron hasil oksidasi dari satu elektroda (anoda) ke elektroda lain (katoda),
sedangkan untuk menetralkan kelebihan ion pada larutan setengah sel digunakan
untuk menghasilkan reaksi kimia yang tidak spontan atau reaksi kimia yang
memiliki potensial sel negatif. Energi listrik pada sel ini digunakan untuk
berlangsungnya proses ini akan sedikit lebih tinggi dari pada e.m.f yang
akan terjadi apabila harga ΔG dan E sama dengan nol. Anoda pada sel elektrolisis
berfungsi sebagai elektroda positif dan katoda bermuatan negatif sehingga arus
listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel ini terdiri dari sumber arus searah yang
dihubungkan dengan kawat pengantar pada dua buah elektroda yang dicelupkan
suatu material akibat pengaruh reaksi kimia dan elektrokimia dengan keadaan
kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitamya atau dengan partikel-
partikel lain yang ada di dalam matriks logam itu sendiri (Fitria, dkk., 2021: 42).
secara mikroskopis maupun secara makroskopis. Dua jenis mekanisme utama dari
7
korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara langsung. dan reaksi elektrokimia.
Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai
logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO). Korosi di
dalam medium basah dapat terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi
misalnya jika besi terendam didalam larutan asam klorida (HCI). Korosi didalam
medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa.
korosi patahan, dan korosi antar butir (Putra, dkk., 2020: 43).
material yang diserang. korosi dibedakan menjadi antara lain yang pertama yaitu
atau elektrokimia yang terjadi secara seragam pada permukaan logam. Efeknya
karena ketidak mampuan untuk menahan beban. Korosi ini dapat dicegah atau
jenis korosi galvanic corrosion merupakan korosi yang disebabkan adanya beda
potensial antara dua logam yang berada pada fluida atau media konduktif dan
korosif sehingga logam dengan ketahanan terhadap korosi yang rendah akan
mengalami laju korosi lebih tinggi dibandingkan dengan logam yang memiliki
ketahanan terhadap korosi tinggi. Pencegahan korosi ini menggunakan satu jenis
memiliki sifat galvanis yang mirip menggunakan insulasi pada sambungan antara
corrosion inhibitor.
merupakan fenomena korosi dimana proses korosi terjadi pada suatu area pada
tersebut. Korosi ini biasanya disebabkan oleh chloride atau ion yang mengandung
chlorine. Korosi ini dapat dicegah dengan pemilihan material yang sesuai dan
tingginya pergerakan relatif fluida korosif terhadap permukaan logam. Proses ini
kombinasi antara beban/stress pada logam dan media yang korosif. Korosi ini
dapat terjadi apabila beban yang diterima oleh logam melebihi suatu minimum
stress level. Crevice corrosion yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket,
kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat. Selective leaching, korosi
tembaga.
9
menurut Royani (2020: 346), korosi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
sebagai berikut.
1. Suhu
terjadi karena makin tinggi suhu maka energi kinetik dari pertikel - partikel yang
bereaksi akan meningkat dan melampaui besarnya harga aktivasi dan akibatnya
laju kecepatan reaksi (korosi) juga akan makin cepat, begitu juga sebaliknya.
Laju korosi akan bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida
bertambah besar. Hal ini karena kontak antara zat pereaksi dan logam semakin
besar, sehingga ion-ion logam semakin banyak yang lepas dan logam akan
Hal ini berhubungan dengan pH suatu larutan. Larutan yang bersifat asam
sangat korosif terhadap logam dimana logam yang berada didalam media larutan
asam akan lebih cepat terkorosi karena merupakan reaksi anoda. Sedangkan
larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada reaksi katodanya
4. Oksigen
5. Waktu Kontak
korosi lebih besar. Dengan adanya penambahan inhibitor kedalam larutan, maka
10
akan menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja
untuk melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu,
hal itu dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis
E. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain paku, agar, asam
sulfat (H2SO4), indikator PP, K3Fe(CN)6, NaCl, foil Cu, Zn dan Al. Paku berfungsi
sebagai bahan utama karena logam ini sangat luas digunakan dan sangat mudah
mengalami korosi. Penambahan bahan foil aliminium, foil tembaga dan foil seng
terjadinya korosi pada besi. Percobaan ini digunakan larutan H2SO4 yang
akan memberikan warna merah pada daerah terjadinya reduksi dan K 3[Fe(CN)6]
akan membentuk atau menghasilkan warna biru pada daerah terjadinya oksidasi
padat dan cairan sehingga dapat menjadi media yang baik. Indikator PP
warna merah muda. Selain itu, K3[Fe(CN)6] juga berperan sebagai indicator yang
K3[Fe(CN)6] merupakan zat pengoksidasi ion Fe2+ dan NaCl berfungsi untuk
pada paku yang dapat mempengaruhi proses terjadinya korosi pada paku
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, hot plate,
pipet skala 10 mL, 2 mL dan 1 mL, gelas kimia 100 mL, bulp, batang pengaduk,
rak tabung, tabung reaksi, pipet tetes, kaki tiga, kasa, palu, penjepit tabung dan
spatula.
2. Bahan
aquades (H2O), asam sulfat (H2SO4) 2M, indikator phenolphthalein (PP), kalium
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Media
dipanaskan 100 mL air ke dalam gelas kimia sampai mendidih menggunakan hot
natrium klorida (NaCl) dalam larutan yang dipanaskan dan diaduk sampai larut.
hingga hangat.
11
12
2. Persiapan Paku
asam sulfat (H2SO4) selama 5 menit dalam tabung, lalu dimasukkan 4 buah
3. Proses Korosi
aluminium (Al), tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada masing-masing tabung.
Tabung 1 diisi paku tanpa lempengan logam, tabung 2 diisi paku dengan
A. Hasil pengamatan
1. Tabel pengamatan
I Fe - Sepanjang paku
II Fe + Al Kepala Paku -
IV Fe + Zn Sepanjang paku -
14
15
1. Reaksi
B. Pembahasan
Paku adalah logam yang mudah mengalami korosi dikarenakan paku
sebagian besar terbuat dari besi dan baja. Karat yang dialami oleh logam seperti
besi dan baja terjadi karena adanya reaksi elektrokimia atau korosi yang
menyebabkan kerusakan di permukaan besi. Saat air mengenai paku maka air
korosi ini terjadi melalui suatu reaksi elektrokimia. Elektrokimia adalah suatu
proses reaksi kimia yang menghasilkan arus listrik atau sebaliknya. Sel
16
listrik aliran elektron dari potensial tinggi ke rendah (Tampubolon, 2020: 13-21).
Paku dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan utama karena logam ini
sangat luas digunakan dan sangat mudah mengalami korosi. Penambahan bahan
foil aliminium, foil tembaga dan foil seng berfungsi untuk mengetahui sejauh
pada daerah terjadinya reduksi dan K3[Fe(CN)6] akan memberikan warna biru
kerapatannya antara padat dan cairan sehingga dapat menjadi media yang baik.
pembentukan warna merah muda. Selain itu, K3[Fe(CN)6] juga berperan sebagai
warna biru. K3[Fe(CN)6] merupakan zat pengoksidasi ion Fe2+ dan NaCl
mungkin melekat pada paku yang dapat mempengaruhi proses terjadinya korosi
pada paku.
mempercepat terjadinya korosi yaitu logam tembaga (Cu) dan logam yang
menghambat terjadinya korosi yaitu seng (Zn) dan aluminium (Al). Hal ini sesuai
dengan teori Royani (2020: 345) bahwa logam pada deret volta yang terletak di
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah logam yang dapat
meningkatkan terjadinya korosi yaitu logam besi (Fe) dan tembaga (Cu)
karena pada deret volta berada disebelah kanan yang mengalami oksidasi
dan logam yang dapat menghambat terjadinya korosi yaitu seng (Zn) dan
aluminium (Al) karena pada deret volta terdapat disebelah kiri sehingga
mengalami reduksi.
B. Saran
Saran pada percobaan ini sebaiknya pada percobaan selanjutnya
digunakan lempengan logam lain seperti kadmium (Cd) dan platina (Pt)
untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis logam dalam deret volta
terhadap korosi.
18
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
1. Pembuatan Media
mendidih.
Hasil
2. Persiapan Paku
Paku
masing-masing tabung.
Hasil
3. Proses Korosi
seng (Zn).
terjadi.
Hasil
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
1. Pembuatan Media
Ditimbang 0,5 gram agar dan Dipanaskan 100 mL air Dimasukkan agar dan di
5 gram NaCl hingga mendidih homogenkan
Ditambah Dita
kan NaCl kemudian Ditamb mbahkan 2 mL
dihomogenkan ahkan1 mL K3Fe(CN)6 Indikator fenolftalein
Dimasukka Dire
Diamplas 4 buah paku n H2SO4 ke dalam 4 tabung ndam paku selama 5
reaksi menit
Dimasukkan paku ke
dalam air yang telah
dipanaskan dan direndam
selama 10 menit
3. Proses Korosi
Tampubolon, dkk. “Laju Korosi pada Baja Karbon Sedang Akibat Proses
Pencelupan pada Larutan Asam Sulfat (H2SO4) dan Asam Klorida (HCl)
dengan Waktu yang Bervariasi.” Slome 2, no. 1 (2020): h. 11-20.
Miranda. “Analisis Laju Korosi pada Logam Melalui Proses Dipcoating Larutan
Elektrolit.” Hadron 2, no. 1 (2020): h. 29-35.
Somar dan Amalia. “Ekstrak Tannin Daun Buah Hitam (Haplolobous sp) sebagai
Inhibitor Alami Korosi Besi dalam Larutan Asam.” Natural 16, no. 1
(2020): h. 61-68.
Royani, Ahmad. “Pengaruh Suhu Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Rendah
dalam Media Air Laut.” Simetrik 10, no. 2 (2020): h. 344-349.
Ishak, dkk. “Analisa Laju Korosi Baja Karbon ST-37 dalam Larutan Asam Sulfat
dengan Penambahan Inhibitor Ekstrak Daun Tembakau.” Teknologi Kimia
Unimal 8, no. 2 (2019): H. 33-41.
Fitria, dkk. “Perlindungan Korosi Baja dengan Air Kitosan Inhibitor dalam Media
HCl 0,1 M.” Kimia Sains 10, no. 1 (2021): h. 41-50.
Putra, dkk. “Pengaruh Inhibitor Ekstrak Daun Rambutan terhadap Laju Korosi
pada Besi Cor Blok Mobil Sedan Nissan dalam Larutan HCl 1 %.” Teknik
Mesin Institut Teknologi Padang 10, no. 2 (2020): h. 41-45.
Pauzi, dkk. “Peningkatan Karakteristik Listrik Sel Elektrokimia Cu(Ag)-Zn
dengan Pengguanaan Anoda Tumbal Mg pada Akumulator Berbahan Air
Laut.” Teori dan Aplikasi Fisika 8, no. 1 (2020): h. 81-89.
Sianturi, dkk. “Korosi Besi dengan Elektrolit H2SO4 dan Karakterisasi Produk.”
Terapan Kimia 5, no. 1 (2021): h. 1-7.
LAMPIRAN III
REFERENSI