Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KOROSI LOGAM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


1. Eva Musifa 2. Ravensky Yurianty Pratiwi 3. Muchlas Ferdian 4. Dwi Rati Ningrum 5. Muhammad Merlis 6. Gustiani (06101010019) (06101010014) (06101010015) (06101010016) (06101010017) (06101010018)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

I. II. III.

Nomor Percobaan

: VI(enam)

Nama Percobaan : Korosi logam Tujuan Percobaan :

Mempelajari sifat-sifat korosi pada beberapa logam besi dan tembaga dengan menggunakan multimeter

IV.

LANDASAN TEORI

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida. Kerugian yang cukup besar akibat proses pengaratan mengharuskan adanya upaya-upaya pencegahan terjadinya karat. Prinsip pencegahan nya dengan cara melindungi besi dan penyebab terjadinya karat. dilihat dari faktor-faktor yang memengaruhi proses pengaratan besi, banyak cara pencegahan yang dapat dilakukan, seperti modifikasi lingkungan, modifikasi besi, proteksi katodik, dan pelapisan.

Cara modifikasi lingkungan. Oksigen (O2) dan kelembaban udara merupakan faktor penting dalam proses pengaratan, mengurangi kadar oksigen atau menurunkan kelembaban udara dapat memperlambat proses pengantaraan. Sebagai contoh, kelembaban di dalam gudang dapat dikurangi dengan mendinginkan gudang menggunakan pengondisi udara (Air Conditioner / AC).

Cara modifikasi besi. Ketika besi membentuk aloi (logam campuran) dengan unsur-unsur tertentu, besi akan lebih tahan terhadap pengaratan. Baja (aloi dari besi) mengandung sebelas persen hingga dua belas persen kromium dan sedikit mengandung karbon, disebut stainless steel. Baja ini ini tahan karat dan sering digunakan dalam industri, untuk bahan kimia, dan di rumh tangga.

Cara proteksi katodik. Jika logam besi dihubungkan dengan seng, besi tersebut akan sukar mengalami korosi. Seng akan beraksi dengan oksigen dan air dalam lingkungan yang mengandung karbon dioksida. Seng karbonat yang terbentuk berfungsi melindungi seng itu sendiri dari korosi. Cara perlindungan logam seperti ini disebut cara proteksi katodik (Katode Pelindung). Selain seng (Zn), logam magnesium (Mg) yang termasuk alkali tanah, banyak digunakan untuk keperluan ini.

Cara pelapisan. Jika logam besi dilapisi tembaga atau timah, besi akan terlindung dari korosi. Sebab logam Cu (ECu2+|Cu = +0.34V) dan Sn( ESn2+|Sn =-0.14V) memiliki potensi reduksi yang lebih positif dari pada besi (EFe2+|Fe = -0.44V). Namun, bila lapisan ini bocor, sehingga lapisan tembaga atau timah terbuka, besi akan mengalami korosi yang lebih cepat. Selain dengan tembaga dan timah, besi juga dapat dilapisi dengan logam lain yang sulit teroksidasi. Logam yang dapat digunakan adalah yang memiliki potensial reduksi lebih positif dibandingkan besi, seperti perak, emas, nikel, timah, tembaga, dan platina. Selain senyawa logam, pelapisan dapat pula menggunakan senyawa nonlogam. Proses pelapisan logam besi ini dapat dengan cara membersihkan besi terlebih dahulu, kemudian melapis dengan suatu zat yang sukar ditembus oleh oksigen, misalnya cat,

gelas, plastik, atau vaselin (gemuk). Perlu diperhatikan, seluruh permukaan besi harus terlapis sempurna untuk menghindarkan kontak dengan oksigen. Proses pelapisan yang tidak sempurna dapat lebih berbahaya dibandingkan besi tanpa pelapis. Pengaratan dapat terjadi pada bagian yang tertutup sehingga tidak terdeteksi.

V. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4.

ALAT DAN BAHAN

Alat Lembaran besi 8 cm x 2 cm Lembaran tembaga 8 cm x 2 cm Amplas Multimeter Gelas kimia Gelas ukur Pipet tetes

Bahan Larutan K3[Fe(CN)6] 0,1 M Indikator larutan pp Larutan NaCl 3% Aseton

VI.

PROSEDUR PERCOBAAN

1.

Membersihkan lembaran besi dan tembaga dengan menggunakan amplas kemudian menggosoknya dengan kain katun yang telah direndam dalam aseton untuk membersihkan dari lemak yang mungkin ada.

2.

Membuat larutan indicator feroksi dengan cara sebagai berikut : Mencampurkan 40 ml larutan NaCl 3% dan 20 ml larutan K3[Fe(CN)6] 0,1 M dalam gelas kimia 250 ml. Ke dalam campuran tersebut, menambahkan secara berhati-hati larutan pp sambil diaduk. Pada percobaan ini, larutan indicator feroksi akan memberikan warna biru dengan ion Fe3+ dan pp memberikan warna merah dengan ion (OH)-

3.

Menempatkan sebuah lembarab besi dan sebuah lembaran tembaga ke dalam gelas kimia 250 ml yang diletakkan di atas kertas yang berwarna putih. Dengan menggunakan klip alligator, menghubungkan kedua logam tersebut dengan multimeter . Memasukkan larutan feroksil ke dalam gelas kimia sehingga tiap-tiap elektroda sebagian tercelup. Hati-hati, jangan sampai klip alligator basah dan jangan sampai terjadi hubungan antara logam yang satu dengan yang lain.

4.

Mengamati jarum penunjuk aliran arus listrik pada multimeter untuk menentukan besarnya aliran electron yang melewati kedua logam

tersebut. Mengamati juga perubahan warna yang terjadi. Pada saat terjadi perubahan warna, mengamati jarum penunjuk pada multimeter.

VII.

HASIL PENGAMATAN

NO

PERLAKUAN

AMATAN

DAN

SIMPULAN/PERSAMAAN REAKSI 40 ml larutan NaCl K3[Fe(CN)6] 0,1 M, terbentuk larutan 3% + 20 ml larutan berwarna kuning, kemudiaan setelah 1 K3[Fe(CN)6] 0,1 M + ditambah pp beberapa tetes, larutan tetap pp berwarna kuning

Paku

dan

tembaga Pada saat tembaga dan besi dimasukkan

yang telah diamplas logam tembaga menghasilkan warna dan dibasahi aseton logam tembaga yang berwarna merah, dihubungkan ke 2 sedangkan pada besi menghasilkn warna

multimeter kemudian biru dalam larutan. Pada multimeter ada di celupkan kedalam arus DC yang mengalir, 0, jarumnya 005 Fe mA. terjadi

larutan feroksi yang menunjukkann telah dibuat ( larutan Kemudian pada perlakuan 1)

angka

pada

logam

perkaratan sedangkan logam Cu berubah menjadi merah. Sehingga larutan feroksi berubah warnanya jadi agak kemerahmerahan.

Gambar Percobaa

VIII. PERSAMAAN REAKSI 3NaCl (aq)+ K3[Fe(CN)6](aq) Na3[Fe(CN)6](aq) + 3 KCl(aq)

Oksidasi : Fe

Fe2+ + 2e Cu

Reduksi : Cu2+ + 2e

IX.

PEMBAHASAN

Pada percobaan yang dilakukkan kali ini yaitu berjudul korosi logam, dimana percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sfat-sifat korosi pada beberapa logam (besi dan tembaga) dengan menggunakan multimeter. Korosi yang terjadi dapat diuji adanya pertukaran electron yang terlibat melalui peralatan multimeter. Dengan mengetahui arah aliran electon atau nilai beda potensial, dapat dikonfirmasi fungsi masing-masing electron yaitu spesies mana yang bertindak sebaga anoda dan mana sebagai katoda. NaCl berperan sebagai electrolit untuk kelancaran perpindahan-perpindahan antar ion. Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu memotong batang besi dan lembaran tembaga kemudian membersihkan lembaran besi dan tembaga tersebut dengan menggunakan ampelas. Setelah itu dilakukan penggosokan dengan kain katun yang telah diremdam dalam aseton. Hal ini dilakukan untuk membersihkan lembaran besi dan tembaga dari lemak yang mungkin ada dan agar tidak terkontaminasi dengan dengan larutan-larutan lain.

Dalam pembuatan larutan indicator feroksi terlebih dahulu yaitu dengan cara mencampurkan 40 ml larutan NaCl 3% dan 20 ml larutan K3 [Fe(CN)6] 0,1 M dalam gelas beker 250 ml. kedalam campuran tersebut secara perlahan menambahkan sedikit demi sedikit indicator pp sambil mengaduk larutan tersebut. Setelah diamati, larutan indicator feroksi akan memberikan warna biru dengan ion Fe3+ dan pp memberikan warna merah dengan ion hidroksil (OH-). Dengan menggunakan klipp alligator yaiu agar dapat menghubungkan kedua logam tersebut dengan multimeter. Memasukkan larutan feroksil ke dalam gelas beker sehingga tiap-tiap elektroda sebagian tercelup. Yang harus diprhatikan oleh

praktikan, tidak boleh klip alligator tersebut basah dan jangan sampai terjadi hubungan antara logam yang satu dengan yang yang lain. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya kontaminasi antara kedua logam tersebut apabila logam tersebut dicampurkan. Berikutnya yaitu mengamati jarum petunjuk aliran arus listrik pada multimeter untuk menentukan besarnya aliran electron yang melewati kedua logam tersebut (batang besi dan lembaran tembaga). Selain itu, praktikan juga mengamati perubahan warna, praktikan lalu harus mengamati jarum petunjuk pada multimeter. Setelah melakukan pengamatan, pada percobaan yang dilakukan didapat besarnya arus yang mengalir sebesar 0,05 mA Dari hasil percobaan yang dilakukann, didapatkan larutan feroksi ynag berwarna kuning berubah menjadi berwarna agak kemerah-merahan. Hal ini disebabkan karena pada batang tembaga terdapat warna merah dan juga pada batang logam besi terdapat warna biru yang melapisi logam tersebut dan terjadi perkaratan di logam besi, hal merupakan hasil reaksi dari larutan indicator feroksi dengan ion Fe2+. Dapat dikatakan bahwa besi mengalami korosi. Fe2+ yang terbentuk ini mengalami oksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ membentuk besi (II) oksida yang mengikat air (Fe2)3.xH20), inilah yang merupakan karat besi. Sedangkan pada lembaran tembaga, tampak berwarna merah. Hal iini merupakan hasil reaksi antara larutan indicator pp dengan ion hidroksil (OH-). Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.

Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi. O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq) Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Hal ini disebabkani logam besi lebih mudah mengalami reduksi dari pada logam tembaga potensi oksidasinya lebih negatif karena pada potensi oksidasi besi lebih kecil daripada potensi reduksi pada logam tembaga, yaitu sebesar EFe2+|Fe = -0.44V. EoCu2+ = +0.34V. jadi logam besi yang cenderung teroksidasi dan mengalami perkaratan daripada logam tembaga. Memang

walaupun natrium(Na) mempunyai harga potensial reduksi yang besar dari pada tembaga(Cu) akan tetapi Na hanyalah bertindak sebagai larutan bukan elektroda. Jadi yang menjadi perhatian disini adalah hanya besi dan tembaga, dimana besi(Fe) yang teroksidasi dan tembaga(Cu) mengalami reduksi.

X.

KESIMPULAN

1.

Pada lembaran logam tembaga, tampak berwarna merah yang merupakan hasil reasi larutan pp dengan ion hidroksi (OH-). Sehingga larutan feroksi lama-kelamaan berubah warna menjadi agak kemerah-merahan karena akibat pengaruh dari logam tembaga yang berwarna merah tersebut.

2.

Pada batang besi, terdapat warna biru yang merupakan hasil reaksi dari larutan indicator feroksi dengan ion Fe2+.

3.

Arah aliran electron atau nila beda potensial suatu logam, sangat digunakan untuk mengetahui fungsi masing-masing elektroda, yaitu logam mana yang bertindak sebagai anoda dan mana yang bertindak sebagai katoda.

4.

Larutan NaCl yang digunakan dalam percobaan korosi logam ini adalah berperan sebagai elektrolit untuk kelancaran perpindahan atau pergerakanpergerakan ion. Logam besi lebih berpotensi mengalami korosi karena pada saat Fe2+ mengalami oksidasi lebih lanjut menjadi ion Fe3+, kemudian membentuk besi(II) oksida yang mengikat molekul air(Fe2O3.xH2O) reaksi inilah yang dinamakan perkaratan.

5.

XI.

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, fakhili. 2010. petunjuk praktkum lembaran kerja mahasiswa kimia organik I. Indralaya: Universitas Sriwijaya. Svehla. 1990.Bagian I Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Svehla. 1985. Bagian II Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai