Anda di halaman 1dari 15

ASESSMEN AUTENTIK: PENILAIAN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

A. LATAR BELAKANG Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian, yaitu berupa tes, observasi, penugasan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan siswa. Sementara itu dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 disebutkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, penilaian merupakan salah satu unsur penting yang wajib dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Keberhasilan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang diperoleh dari suatu upaya guru dalam berusaha membelajarkan peserta didik, sedangkan peserta didik berupaya menguasai kompetensi yang telah dibelajarkan. Upaya pendidik dan peserta didik ini akan diketahui dari kondisi keberhasilan pembelajaran, sehingga akan diperoleh informasi seberapa efektif dan efisien kegiatan pembelajaran telah dilakukan bersama antara pendidik dengan peserta didik. Kemampuan dan daya serap peserta didik merupakan suatu kondisi yang dimiliki peserta didik dalam menguasai seperangkat materi atau seperangkat kompetensi yang sengaja dibelajarkan. Kondisi ini dapat diketahui dari evaluasi terhadap upaya pembelajaran yang sedang atau telah dilakukan guru. Evaluasi yang dianjurkan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006 tentang Standar Isi adalah penilaian autentik (authentic asessment). Salah satu kegiatan evaluasi dalam pendidikan adalah evaluasi pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan seorang guru paling tidak untuk mengetahui (1) keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan; (2) kemampuan dan daya serap peserta didik terhadap materi yang telah dibelajarkan; dan (3) informasi yang sangat berharga sebagai balikan (feedback) bagi guru dalam memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Po-pham, 1995:3). Penilaian otentik adalah proses asesmen yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran (Suurtamm, 2004: 497-513). Penilaian autentik mengukur kemampuan siswa secara akurat tentang kondisi seseorang yang telah belajar, sehingga metode atau teknik evaluasi harus mampu memeriksa perkembangan kemampuannya. Penilaian autentik harus dapat menyajikan tantangan dunia nyata, sehingga peserta didik dituntut menggunakan kompetensi dan pengetahuan yang relevan. Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas. Penilaian ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada kompetensi yang ditetapkan. Penilaian ini bersifat internal dan merupakan bagian dari pembelajaran. Penilaian autentik juga sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar. Penilaian ini dilakukan dengan berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, dan dilakukan melalui berbagai cara. Penilaian autentik dapat dilakukan melalui penilaian kinerja (hasil karya), portofolio (kumpulan kerja siswa), penugasan (projek), performansi (unjuk kerja), dan penilaian diri. Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Stiggins (1994:3,67) mengemukakan lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut antara lain: a. Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran. b. Reasoning Outcomes, yang menunjukkan dalam kemampuan nalar siswa (reason) dalam dan menggunakan pengetahuannya melakukan

memecahkan suatu masalah.

c. Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan pengetahuan. d. Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan. e. Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan. Untuk lima kategori hasil belajar di atas, Stiggins (1994: 83) menawarkan empat jenis metode asesmen dasar. Keempat metode tersebut adalah: a. Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multiple choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau mencocokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items) b. Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut. c. Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa. d. Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawancara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban maupun gagasan. B. HAKIKAT PENILAIAN KINERJA Penilain kinerja merupakan salah satu penilaian dimana guru mengamati dan membuat pertimbangan tentang demonstrasi siswa dalam hal kecakapan dan menghasilkan suatu produk. Menurut Johnson & Johnson dalam Ratumanan (2006:110) penilaian kinerja adalah koleksi informasi yang berkaitan dengan demonstrasi prestasi yang meliputi penampilan tugas atau himpunan tugas secara actual, seperti eksperimen, percakapan, menulis cerita, atau mengoperasikan mesin. dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan

Danielson

S.A.

Collection

of

Performance

Task

And

Rubriks.

(http://www.assesment.com/Danielson/ 10/4/2006), mendefinisikan penilaian unjuk kerja sebagai Performance assesment means any assesment of student learning that requires the evaluation of student writing, product, or behavior. That is, it includes all assesment with the exeption of multiple choice, matching, true/false testing, or problem with a single correct answer. (Penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk atau sikap kecuali bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, atau jawaban singkat. Fitzpatrick dan Morison (1971) berpandangan bahwa penilaian kinerja (performance assessment) sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang begitu besar dengan tes lainnya yang dilaksanakan di dalam kelas, hal ini menurut mereka tergantung dari sejauhmana tes itu dapat mensimulasikan situasi dari kriteriakriteria yang diharapkan. Trespeces (1999) mengatakan bahwa performance assessment adalah berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Wangsatorntanakhum (1997) menyatakan bahwa asesmen kinerja terdiri dari dua bagian yaitu clearly defined task and a list of explicit criteria for assessing student performance or product. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, penilaian performansi (asesmen kinerja) merupakan asesmen yang menuntut siswa untuk melakukan unjuk kerja atau perbuatan. Penilaian jenis ini mengukur kemampuan siswa berbahasa atau bersastra, baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan konteks berkomunikasi. Penilaian performansi dapat dilakukan guru, baik pada saat atau setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dalam melaksanakan penilaian performansi, guru dapat menggunakan format atau pedoman penilaian dalam bentuk pengamatan (observasi), skala bertingkat (rating scale), daftar cocok (checklist), atau format

isian yang terbagi atas kategori prilaku. Untuk mendapatkan data kuantitatif dari penilaian performansi ini maka setiap kualitas kategori dapat diberi skor yang sesuai. Penilaian performansi digunakan untuk mengukur kompetensi yang menuntut siswa berpikir tingkat tinggi. Performansi yang dinilai harus bermakna bagi siswa dalam kehidupannya. Performansi yang dinilai berdasarkan suatu kriteria dari indikator kompetensi yang diukur dan harus diberitahukan kepada siswa. Oleh karena itu, siswa dapat melatih diri untuk mewujudkan indikator yang telah disampaikan dan dapat pula menilai diri berdasarkan kriteria yang sudah diketahuinya. Penilaian performansi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa secara nyata. Guru dapat memilih dan memilah kompetensi dasar yang dapat diases dengan menggunakan jenis penilaian performansi. Terdapat beberapa kompetensi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dari siswa yang hanya dapat diases melalui kegiatan nyata, sehingga guru dapat merancang penilaian jenis ini sejak awal berdasarkan analisis terhadap kompetensi dasar tersebut. Performance Assessment dan Personal Communication Assessment bercirikan pengukuran secara langsung (direct) dan autentik terhadap pembelajaran, yang menjadi objek Performance Assessment (asesmen kinerja) ini adalah segala yang berkaitan dengan 'observabel performance' dari siswa. Kinerja yang memungkinkan untuk diobservasi mungkin saja berkenaan dengan proses kognitif yang kompleks semisal melakukan analisis, memecahkan masalah, melakukan percobaan, membuat keputusan, mengukur, bekerja sama dengan yang lain, pernyataan oral, atau mengunjukkan suatu produk. Lebih kompleks lagi kedua jenis asesmen tersebut dapat digunakan untuk mengases cara berpikir (habit of mind), cara bekerja, dan perilaku nilai (behaviors of value) dari siswa dalam kehidupan nyata. Penggunaan jenis asesmen seperti ini sangat berkesuaian dengan efektivitas pembelajaran. (Borich, 1996:634-640; Baker, 1997:248). Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan

suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi. Penilaian kinerja dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan ketika guru ingin mengevaluasi kinerja anak didik dalam hal kemampuan berbahasa, diantaranya yaitu penilaian pidato, wawancara, membaca cepat, membaca puisi, drama, diskusi, dsb. C. MANFAAT PENILAIAN KINERJA Beberapa manfaat penilaian kinerja adalah: 1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri dengan orang lain. Melalui penilaian kinerja siswa memeroleh pemahaman yang nyata tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka kerjakan. 2. Dapat terpadu (menyatu) dengan program pembelajaran, sehingga penilaian kinerja dapat memberikan dukungan terhadap pembelajaran. 3. Membuat pembelajaran lebih relevan dengan dunia nyata. Hal ini akan membuat siswa menyadari pentingnya bahan ajar yang dipelajarinya. 4. Memberikan informasi yang lebih baik dan lengkap bagi guru mengenai pemahaman, kesulitan, dam kemajuan belajar siswa.

D. PENILAIAN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN Penilaian kinerja siswa merupakan salah satu alternatif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: observasi proses saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk. Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktifitas di kelas atau

menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Kecakapan yang ditampilkan siswa adalah variabel yang dinilai. Penilaian terhadap kecakapan siswa didasarkan pada perbandingan antara kinerja siswa dengan target yang telah ditetapkan. Proses penilaiannya dilakukan mulai persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir yang dicapainya (Depdikbud, 1993: 8). Sejalan dengan pendapat tersebut, Popham (1994: 139) mengemukakan bahwa: "Performance assessment is approach to measuring a student's status based on the way that the student completes a specified task". Stiggins (1991: 85) mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa, guru menghendaki respon yang "authentic" atau yang asli berupa aktivitas yang dapat diamati. Tugas yang diberikan bisa dalam bentuk lisan atau tertulis, yang jenis tugasnya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Menurut Popham (1994: 141) penilaian terhadap kinerja siswa setidaknya memiliki tiga sifat, yaitu: kriteria ganda (multiple criteria), standar kualitas yang telah dispesifikasi (prespektified quality standards) dan penaksiran penilaian (judgmental appraisal). Penialain kinerja (Performance Asesment), merupakan bagian dari asesmen alternative, asesmen ini muncul sekitar tahun 1980-an, sebagai kritikan terhadap kelemahan tes baku yang menggunakan tes objektif, tes baku banyak mendominasi di persekolahan dan merupakan bagian yang terisolir dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Tes baku didasarkan pada prinsip-prinsip validitas, realibilitas, keadilan dan kemanfaatan (usebilitas). Dalam penilaian terhadap kinerja siswa, target pencapaian hasil belajar yang dapat diraih meliputi aspek-aspek berikut ini: 1) Knowledge; 2) Reasoning; aplikasi pengetahuan dalam berbagai konteks pemecahan masalah; 3) Skill; kecakapan dalam berbagai jenis keterampilan komunikasi, visual, karya seni, dan lain-lain; 4) Product; dan 5) Affect; berhubungan dengan perasaan, sikap, nilai, minat, motivasi (Stiggins, 1994: 171). Selanjutnya dikemukakan bahwa diantara kelima target tersebut, penilaian kinerja siswa sangat efektif untuk menilai pencapaian target dari reasoning, skill dan karya cipta. Untuk dapat melakukan penilaian terhadap keterampilan (skill) dan karya cipta siswa diperlukan alat ukur terhadap kinerja siswa yang disebut dengan tes

kinerja. Menurut Yacobs (1992:137), bahwa tes ini menyediakan cara mengukur skill dan kemampuan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis. tes kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir (Depdikbud, 1994: 8). Sebagai alat penunjang dalam melaksanakan tes perbuatan digunakan lembar observasi atau sebuah format pengamatan kinerja atau penampilan siswa. Dalam lembar pengamatan tertera aspek-aspek yang diamati sesuai dengan target pembelajarannya. Berdasarkan deskriptor-deskriptor yang nampak selama proses pengamatan, ditentukanlah skor kinerja siswa dengan berpedoman pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Standar untuk tugas-tugas sebelumnya harus ditetapkan secara jelas termasuk juga identifikasi prestasi yang harus didemonstrasikan, kondisi demonstrasi dan standar kualitas yang ditetapkan. Demikian pula kriteria penilaian dari tiap-tiap kinerja siswa yang akan diamati harus sudah dimengerti dan disepakati bersama siswa. Melalui cara tersebut, penilaian terhadap kinerja siswa dapat dirasakan lebih terbuka dan adil bagi semua siswa, karena siswa mempunyai acuan yang jelas dalam mengerjakan tugas dari guru. Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil, membaca nyaring, bermain drama, kemampuan bertanya, kemampuan berbicara lafal dan intonasi, dan proses mendengarkan atau menyimak. Penilaian kinerja, memerlukan alat penilaian. Alat ini harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat benar-benar menjaring kinerja yang dilakukan siswa. E. PENETAPAN KRITERIA DALAM PENILAIAN KINERJA Kriteria perlu ditetapkan karena mempunyai kegunaan untuk menentukan validitas, keadilan dan konsistensi penilaian. Menurut para ahli psikomotor, kriteria yang paling penting yang dapat digunakan untuk menilai tugas-tugas berkaitan dengan kinerja siswa adalah faktor kesamaan (Pop-ham, 1994 : 147).

Selanjutnya dikemukakan bahwa ada tujuh kriteria penilaian yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih salah satu tugas kinerja atau menciptakan tugas-tugas dalam penilaian kinerja. Ketujuh kriteria tersebut adalah: keumuman (generalizabity), keaslian (authenticity), berfokus ganda (multiple foci), keadilan (fairness), bisa tidaknya diajarkan (teachability), kepraktisan (feasibility) dan bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor (scorability). Untuk setiap kriteria yang dipilih, skala angka secara khusus dapat digunakan, sehingga kriteria untuk setiap respon siswa mungkin ditetapkan skala, 0 (nol) hingga 6 (enam). Menurut Popham (1994: 149), kadang-kadang skala ini dilengkapi dengan penjelasan atau gambaran verbal, kadang-kadang tidak. Dalam proses penilain kinerja, sebaiknya siswa mengetahui aspek-aspek apa saja yang akan dinilai berikut kriteria penilaiannya. F. RELIABILITAS DAN VALIDITAS DALAM PENILAIAN KINERJA Salah satu ciri penilaian kinerja adalah adanya ketergantungan terhadap pertimbangan manusia (guru) dalam menentukan skor terhadap kinerja (performansi) siswa. Kenyataan ini menyebabkan tidak dapat dihindarinya faktor subyektivitas penilaian terhadap performansi siswa, mengingat persepsi atau interpretasi seseorang dalam memandang sesuatu cenderung berbeda meskipun dalam waktu dan momen yang sama. Agar tercapai penilaian kinerja yang reliabel, diperlukan upaya untuk meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan penskoran terhadap kinerja yang sama. Reliabilitas (konsistensi) dalam penskoran sangat dituntut demi keadilan bagi peserta didik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain penetapan kriteria yang jelas, pemahaman yang seragam dari sejumlah penilai terhadap kriteria, proses pengukuran tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tidak menangguhkan penilaian, serta dilakukan konsesus secara berulang terhadap pemahaman kriteria (Herman, 1992). Selain pengukuran yang konsisten, diperlukan juga alat ukur yang sahih (valid). Validitas (kesahihan) alat ukur berkaitan dengan kesesuaian antara alat ukur dengan aspek-aspek yang hendak diukur. Menurut Wayan Nurkancana

(1986:127) alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. a. Validitas Kompleksnya tugas dan kemampuan yang akan diukur dalam performance assessment dapat menimbulkan masalah dalam penskoran dan keterwakilannya domain yang hendak diukur.Suatu tugas dalam penilaian unjuk kerja atau kinerja yang kompleks tentunya memerlukan proses penilaian yang kompleks juga, dan sebaliknya ada tugas yang memerlukan lebih dari satu kemampuan, seperti kompetensi bahasa dan kemampuan matematik. Problem soalnya dalam matematika memerlukan domain pengetahuan yang relevan dan keterampilan dalam menggunakan informasi tentang komponen-komponen kemampuan yang akan diukur. Selain penskorannya juga harus direview untuk melihat sejauhmana penskoran tersebut sudah mencakup kemampuan yang kompleks. b. Reliabilitas Masalah reliabilitas juga menjadi pertanyaan pokok dalam penilaian unjuk kerja, yaitu sejauhmana skor siswa dapat merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya (true ability) dan bukan akibat dari kesalahan pengukuran. Tujuan dari pengembang tes adalah mendesain penulisan, membuat kondisi pelaksanaan tes dan penskorannya tidak terhambat pada situasi yang tidak berkembang dengan kemampuan yang hendak diukur. Masalah pada penilaian performance biasanya penskoran (rating) dari pemberi skor performance assessment. Siswa tidak mengenali alat-alat performance assessment yang dimanipulasi. Siswa tidak mengenal topik yang ditingkatkan dalam performance assessment. Akan tetapi kesalahan yang disebabkan oleh penskor (rater) dapat diminimalkan apabila pedoman penskoran performance asssessment dibuat dan didefinisikan sebaik mungkin dan juga sebelum dimulai penskoran diadakan pelatihan penskoran (rater) terlebih dahulu. c. Fairness Permasalahan yang berhubungan dengan fairness dalam performance assessment adalah: (1) perbandingan dalam penulisan, (2) ketersediaan alat-alat yang diperlukan, (3) kesempatan untuk belajar atau berlatih. Apabila tugas dalam

performance assessment ada beberapa pilihan, maka harus ada bukti validitas perbandingan dari tugas-tugas tersebut. G. TUJUAN PENILAIAN KINERJA Menurut Popham tujuan asesmen kinerja antara lain :

Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar Memonitor kemajuan atau perkembangan siswa Menentukan level atau jenjang kemampuan pembelajaran siswa Mempengatuhi persepsi public tentang efektifitas

Mengevaluasi kinerja guru dan menglasifikasi tujuan Pembelajaran yang dirumuskan oleh guru.

Lima tuntutan belajar dalam asesmen kinerja menurut Marjono (1993 :18), yaitu:

Sikap dan persepsi tentang belajar Perolehan dan pemanduan pengetahuan Perluasan dan penajaman pengetahuan Penggunaan pengetahuan secara lebih bermakna Pelatihan berfikir kritis dan kreatif

Tujuan tugas dalam penilaian kinerja adalah untuk mengetahui apa yang dipahami siswa dan apa yang dapat mereka lakukan. Tugas tersebut harus bermakna, autentik artinya realistis atau sesuai dengan kehidupan nyata. Kusrini dan Tatag dalam Ratumanan (2006:111) mendeskripsikan kriteria-kriteria yang perlu dimiliki tugas kinerja adalah sebagai berikut: 1. Mengarah pada tujuan pembelajaran umum, khusus, dan materi dalam kurikulum 2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pikiran dan pemahamnnya dalam situasi maslah dan tidak meminta jawaban tunggal 3. Memberikan kesmpatan untuk menilai proses-proses yang ada dalam tugas 4. Realistis, menarik, dan merangsang berfikir 5. Mewakili tujuan yang akan dinilai, sehinggan generalisasinya dapat digunakan untuk mengetahui kinerja siswa 6. Lebih menekankan pada kedalaman materi dari pada keleluasaannya dan lebih menekankan penguasaan daripada kecepatannya

7. Lebih bersifat open-ended daripada terstruktur secara ketat 8. Tidak algoritmism yaitu tidak mempunyai suatu alur dalam penyelesaiannya, khususnya yang tampak pada awal tugas 9. Dapat menimbulkan pertanyaan baru atau masalah lain. H. KARAKTERISTIK PENILAIAN KINERJA Performance assessment memiliki karakteristik dasar yaitu peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya melakukan eksperimen untuk mengetahui tingkat penyerapan dari kertas tisue, produk dari performance assessment lebih penting daripada perbuatan (performan). (Maertel, 1992). Dalam hal memilih, apakah yang akan dinilai itu produk atau performance (perbuatan) tergantung pada karakteristik domain yang diukur (Messirh, 1994). Dalam bidang seni misalnya, seperti akting dan menari, perbuatan dan produknya sama penting, tetapi dalam creative writing mengukur produk adalah fokus yang utama.

Multi kriteria, kinerja siswa harus menggunakan penilaian yang memiliki lebih dari satu criteria. Standar kualitas yang spesifik, masing-masing riteria kinerja siswa dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja siswa Adanya judgement penilaian, asesmen kinerja membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real), bukan menilai dengan menggunakan angka pada computer atau mesin (seperti pada tes buku).

I. LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT PENILAIAN KINERJA Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian kinerja (performance assessment) adalah: a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.

b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik. c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas. d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan. e. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati. f. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.Untuk menjaga obyektifitas dan keadilan (fair) sebaiknya penilai atau evaluator lebih dari satu orang sehingga penilaian mereka menjadi lebih valid dan reliabel. J. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI PENILAIAN KINERJA Menurut Glencoe (1994) dan Hibbard (1995) dalam Ibrahim, langkah implementasi penilaian kinerja termasuk penilaian kinerja yang autentik.
Pilih daftar penilaian tugas yang akan dinilai

Tunjukkan dan diskusikan tugas sejenis yang berkualitas. Kaitkan unsur-unsur dalam tugas yang akan dilakukan siswa dengan daftar penilaian tugas

Mintalah siswa melakukan revisi atas pekerjaan berdasar penilaian diri.

Mintalah siswa melakukan penilaian diri dengan bantuan daftar penilaian tugas

Mintalah siswa menyelesaikan tugas dengan dibimbing oleh daftar penilaian

Nilai proses, produk, dan penilaian diri dengan bantuan daftar penilaian tugas

Diskusikan penilaian ini dengan siswa secara individual

Secara periodik nilailah keseluruhan pekerjaan siswa dengan rubrik

Berdasarkan pada bagan tersebut, maka implementasi asesmen kinerja dilakukan sebagai berikut. Guru terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek kinerja yang akan dilatihkan dengan kualitas terbaik yang diinginkan. Hal ini merupakan standard dan sekaligus sebagai indikator. K. INTEPRETASI HASIL TES KINERJA Untuk mengetahui apakah penilaian kinerja (performance assessment) dapat dianggap berkualitas atau tidak, terdapat tujuh kriteria yang perlu diperhatikan oleh evaluator. Ketujuh kriteria ini sebagaimana diungkap oleh Popham (1995) yaitu: a. Generability : apakah kinerja peserta tes (students performance) dalam melakukan tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisasikan tugas-tugas yang diberikan dalam rangka penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) tersebut, dalam artian semakin dapat dibandingkan dengan tugas yang lainnya maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila peserta tes diberikan tugas-tugas dalam penilaian keterampilan (performance assessment) yang berlainan. b. Authenticity: apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari? Multiple foci: apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes)? c.Teachability: apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru di dalam kelas.

d. Fairness: apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak bias untuk semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi. e.Feasibility: apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatannya? f. Scorability: apakah tugas yang diberikan nanti dapat diskor dengan akurat dan reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah penskorannya.

DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, Muslimin. 2005. IKAPI. Rusijono dan Bambang Yulianto. 2008. Asesmen Pembelajaran: Bahan Pelatihan Program Continue Education bagi Guru SD di Lingkungan Dinas Kota Surabaya tahun 2008. Surabaya: Dinas Pendidikan Kota Surbaya UNESA. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota

Anda mungkin juga menyukai